MITOS DAN TRADISI MASYARAKAT TOBA

MITOS DAN TRADISI MASYARAKAT TOBA

Bagi masyarakat yang bersandar kepada kelisanan, hal-hal yang berada di luar kemampuan nalarnya dihubungkan dengan kekuatan gaib. Untuk berkomunikasi dengan alam gaib yang ada di sekitarnya, mereka melakukan upacara yang disertai sesajen dan doa. Upacara tersebut sesungguhnya dimaksudkan agar tercipta keseimbangan antara manusia dan alam sekitarnya.

Itupun terjadi pada masyarakat sekitar Danau Toba. Mereka percaya, Gunung Pusukbuhit adalah tempat turunnya Raja Batak. Konon, Siboru Deak Parujar, dewi cantik, turun dari kayangan karena tidak mau dijodohkan dengan Siraja Odap-Odap, meskipun keduanya keturunan dewa. Selain Siraja, ada raksasa bernama Naga Padoha Niaji yang juga jatuh hati kepada Siboru. Karena cintanya ditolak, maka setiap saat sang raksasa selalu mengganggu dengan menggoyang tempat tinggal Siboru dan mengakibatkan gempa bumi. Demi ketentraman tempat tinggalnya, maka Siboru menerima pinangan Siraja Odap-Odap agar menjadi pelindungnya. Mereka mempunyai banyak keturunan. Di antaranya, Raja Batak yang diturunkan di Busukbuhit.

Sang Raja kemudian membangun perkampungan di lembah gunung Sianjur Mula-mula. Perkampungan itu berada di garis lingkar Pusukbuhit di lembah Sagala dan Limbong Mulana. Secara turun-temurun kampung ini menjadi tempat upacara pemujaan dan permohonan doa agar selamat dari bencana, gagal panen, dan wabah penyakit. Tradisi ini membuat masyarakat Batak Toba merasa aman dan nyaman tinggal di wilayah Samosir dan sekitarnya. Mereka

Lembah Sagala dengan hijauanya sawah yang menjadi sumber kehidupan masyarakat. Foto: Oki Oktariadi

juga tidak merasa takut gunung api meletus.

74 GEO MAGZ

Desember 2012

Dengan semua fenomena yang dimilikinya, Kawasan Pusukbuhit layak dikonservasi, artinya pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara terbatas dan bijak untuk kelangsungan hidup manusia di sekitarnya.

yang tidak sesuai dengan tatanan tradisional atau kearifan lokal mereka.

Padahal, pemahaman terhadap mitigasi bencana dapat direalisasikan dengan mengintegrasikan pola mitigasi tradisional dan modern menjadi satu kesatuan yang memberikan dampak ketaatan masyarakat secara spiritual maupun konseptual. Masyarakat akan memiliki kewaspadaan yang tinggi dalam menghadapi kemungkinan datangnya bencana, tanpa mengurangi rasa aman dan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.

Begitu pula keberadaan sumber air panas harus memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat melalui pengembangan wisata. Apalagi saat ini kawasan Pusukbuhit banyak menarik minat wisatawan domestik maupun internasional. Dalam hal itu, pengelolaan lingkungannya harus dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan dan keuntungan bagi masyarakat setempat. Dengan gambaran di atas, Gunung Pusukbuhit jelas

Sopo Guru Tatea Bulan di Kecamatan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir, tempat turunnya Raja Batak. Foto: Oki Oktariadi memiliki nilai warisan geologi (geological heritages) yang terintegrasi dengan warisan budaya (cultural heritages). Itu artinya, masyarakat di Kawasan Pusukbuhit sudah sejak lama membina hubungan harmonis dengan segala potensi alam di sana.

berorientasi ke arah Pusukbuhit, namun ada beberapa

Kearifan lokal yang dikembangkan masyarakat Hubungan itu dibakukan dalam berbagai ekspresi yang berorientasi ke bukit terdekat.

dangkal maupun mata air yang dibutuhkan pemukim.

Batak di Kawasan Toba secara tidak langsung telah baik sebagai sistem sosial, budaya, seni maupun Menurut Sitor Situmorang, huta merupakan

Sementara jalan-jalan antar huta dibuat dengan

memperhatikan kaidah-kaidah geologi lingkungan spiritualitasnya. Semua itu dilakukan agar harmonis tempat kediaman yang selalu berada di lereng huta adalah sisa hasil pemangkasan tersebut yang

memangkas bagian lereng bukitnya dan batas-batas

yang berkaitan dengan potensi sumber daya dan dengan alam semesta.

bukit atau gunung dan tidak dipergunakan sebagai juga berfungsi sebagai benteng tanah dari huta.

Dengan semua fenomena yang dimilikinya, persawahan. Hal tersebut dihubungkan dengan

bahaya geologi yang ada disekitar huta. Misalnya,

cara pemilihan lokasi dan pengelolaan lahan yang Kawasan Pusukbuhit layak dikonservasi, artinya konsep Pusukbuhit sebagai kiblatnya orang Batak. dihubungkan dengan faktor keamanan dari serangan

Keberadaan benteng batu kemungkinan juga

dapat diartikan sebagai upaya agar masyarakat tidak

pemanfaatan ruang dapat dilakukan secara terbatas Karena kawasan tersebut merupakan tempat keramat

dan bijak untuk kelangsungan hidup manusia di untuk berbagai upacara.

musuh dan binatang buas. Benteng huta ini juga

mengganggu areal persawahan yang berada di dasar

dihubungkan dengan kepercayaan sebagai tembok

lembah yang mengelilingi huta. Contoh lainnya, sekitarnya. Oleh karena itu, pengembangan ideal memindahkan material batuan pada lokasi pilihan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan magis penangkal pengaruh buruk dari luar yang untuk Kawasan Pusukbuhit adalah pengembangan

pada beberapa lokasi, umumnya penempatan lokasi dapat mengganggu huta, baik wabah penyakit

dan menyusunnya menjadi benteng huta untuk

Taman Bumi Kaldera Toba. n

pemukiman berada di dasar lembah pada lereng maupun roh-roh jahat. Selain itu, benteng huta

menjaga huta dari pengaruh cuaca yang berubah-

bagian atas punggungan bukit yang merupakan bahan rombakan (longsoran lama) yang cukup stabil.

dihubungkan dengan kepercayaan bahwa leluhur

ubah, terutama angin.

Huta sebagai pemukiman tradisional Batak Toba Penulis adalah Penyelidik Bumi Madya, Ketua Dewan Tentunya tempat seperti itu dari sudut pandang supaya dapat terus melihat dan membimbing anak

harus ditempatkan pada tempat yang berada di atas

merupakan hasil adaptasi lingkungan masyarakat Redaksi Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, dan Ketua Dewan Redaksi Buletin Geologi Tata Lingkungan, hidrogeologi banyak mengandung sumber air tanah dan cucunya.

di sana untuk menjawab tantangan alam. Namun Badan Geologi, KESDM. keadaan tersebut lambat laun tergerus pengaruh luar

76 GEO MAGZ Desember 2012

Empat Hari

Menjelajahi

Kompleks Batuan Tertua

di Jawa Barat

Teks dan Foto oleh: MF Rosana

Peta Geologi Regional Teluk Ciletuh (Sumber: Sukamto, 1975).

C sini digelar pertunjukan teater alam yang kolosal. Kawasan Ciletuh dapat dikelompokkan menjadi

iletuh dengan teluknya yang terbuka Kumpulan batuan ini bukti adanya palung laut hasil ke Samudra Hindia, nampak seperti penunjaman lempeng samudera di bawah lempeng amfiteater raksasa dilihat dari tinggian benua pada Zaman Kapur, 50-65 juta tahun yang Jampang di Ciemas, Sukabumi lalu. Ciletuh, dalam Geologi, menjadi kawasan yang selatan, Jawa Barat. Setiap waktu, di khas dan unik.

Ombak yang pecah bergulung-gulung, menimbulkan

tiga blok atau segmen untuk objek pengamatan. irama gemuruh yang teratur dan berulang. Ketika Masing-masing blok mempunyai karakteristik yang

kekuatannya semakin melemah, lidah airnya yang khas, unik, dan kelangkaan geologi, dan biologi. berbuih putih mengusap pasir hingga rata. Binatang Ketiga blok itu adalah: (1) Blok Gunung Badak- pantai berlarian menghirup oksigen setelah sekian Teluk Ciletuh; (2) Blok Citisuk-Cikepuh; dan (3) Blok waktu terbawa gulungan ombak. Pasir pantai dan Citireum-Pangumbahan hingga ke Ujung Genteng, buih putih semuanya berpadu dengan nuansa biru sebagai salah satu objek geowisata yang menarik di yang semakin ke tengah samudera semakin kelam.

ujung selatan Kabupaten Sukabumi.

Di lingkungan alam Ciletuh yang cantik inilah

dijumpai kumpulan batuan melange/bancuh yang Hari Pertama

berkomposisi dari asam hingga ultrabasa, dari

Sungguh pengalaman luar biasa bisa menjejakkan

sedimen hingga metamorfik yang berdampingan satu

kaki di atas batuan tertua di Jawa Barat yang

sama lain secara tektonik. Mereka merupakan batuan

terangkat dari dasar samudera. Namun, perjalanan

Tanggul alami yang tersusun oleh lava berstruktur bantal di sekitar muara Ci Tirem. panjang harus ditempuh untuk sampai di kompleks

tertua di Jawa Barat yang tersingkap ke permukaan.

78 GEO MAGZ Desember 2012