Pejabat Bank Tempat Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

1. Pejabat Bank Tempat Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Salah satu contoh tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan bidang perbankan dalam arti bank sebagai sasaran dalam tindak pidana dan/atau bank sebagai institusi di mana tindak pidana dilakukan, misalnya ialah penyaluran dana oleh bank dalam bentuk pemberian kredit yang tidak sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku karena adanya kolusi antara oknum bank dengan nasabah (kreditur). Sebab apabila tindak pidana dimaksud merugikan keuangan negara maka dapat

Kesaksian Pejabat Bank

“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Undang Undang Perbankan membedakan istilah penya- luran dana ke nasabah debitur untuk bank konvensional dengan bank syariah. Untuk bank konvensional digunkanan istilah kredit, yang definisinya telah dikemukakan di atas, REVISI sedangkan untuk bank syariah digunakan istilah pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Pengertian dari pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut Pasal 1 butir 12 Undang Undang Perbankan adalah:

“Penyediaan uang atau tagihan yang diper-samakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengem- balikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”

Dalam tulisan ini, istilah yang digunakan baik untuk penyaluran dana ke nasabah debitur yang berlaku pada bank umum maupun yang berlaku pada bank syariah, 4 hanya satu istilah yaitu kredit. Hal demikian hanya untuk memudahkan penyebutan saja, meskipun secara prinsip dasar sangat berbeda. Kredit dengan bunga, sedangkan pembiayaan dengan bagi hasil.

4 Dalam konteks Bank Syariah, kata “kredit” tidak digunakan dan diganti dengan kata “pembiayaan”. Hal demikian karena kata “kredit” selalu berhubungan

dengan bunga. Padahal bunga/interest adalah sesuatu yang diharamkan dalam praktik perbankan syariah.

dr. bambang sugeng rukmono, s.h., m.h.

Termasuk di dalamnya adalah pembiayaan dalam praktik bank syariah. Berdasarkan Pasal 1 butir 25 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, yang dimaksud “Pembiayaan” adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah ;

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

REVISI

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam , dan istishna;

d. transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang

qardh ; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Dalam rangka pemberian kredit dan melakukan kegiat- an usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mem-

percayakan dananya pada bank. 5 Sebelum lahirnya OJK,

otoritas perbankan berada di bawah Bank Indonesia (BI). Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas minimum pemberian kredit (BMPK), pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank kepada peminjam atau sekelompok peminjam terkait, termasuk kepada perusahaan-perusahaan

5 Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

Kesaksian Pejabat Bank

Dalam perjalanannya, kedua Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tersebut telah mengalami beberapa perubahan dan pergantian aturan, dan yang saat ini berlaku ialah Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang BMPK Bank Umum yang kemudian diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas