Bantuan Keuangan kepada Partai Politik bukan Bentuk Intervensi

C. Bantuan Keuangan kepada Partai Politik bukan Bentuk Intervensi

  Dalam pembahasan sebelumnya telah diketahui maksud pemberian bantuan dana partai politik oleh pemerintah. Bantuan keuangan kepada partai politik dari APBNAPBD dimaksudkan demi tercapainya kemandirian partai politik dalam rangka menjalankan peranannya sebagai perantara antara masyarakat dan pemerintah. Pemberian bantuan keuangan kepada partai politik bukan merupakan intervensi dari pemerintah.

  107 Lihat Pasal 35 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011.

  Intervensi pemeritah dapat dimaknai sebagai suatu bentuk campur tangan pemerintah terhadap suatu urusan yang bukan merupakan kewenangannya. Pemerintah dapat dikatakan melakukan intevensi terhadap partai politik apabila pemerintah melakukan suatu tindakan yang mencampuri urusan atau permasalahan partai politik yang bukan ranahnya, sebagai contoh ikut andil dalam menentukan ketua partai politik. Penentuan ketua partai politik merupakan urusan internal partai politik sehingga yang berhak menentukan adalah partai politik sendiri menurut tata cara yang telah ditetapkan dalam ADART.

  Pada era Orde Baru, partai politik mendapatkan bantuan keuangan dari pemerintah. Pengaturan partai politik pada era Orde Baru yakni Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya. Namun paradigma yang digunakan pada era ini adalah paradigma managerial yang menempatkan partai politik sebagai instrumen negara

  guna menjaga stabilitas politik dan merajut partisipasi politik. 108 Bagi pemerintah Orde Baru bantuan keuangan merupakan alasan pembenar untuk melakukan kontrol terhadap partai

  politik. Selain itu partai politik hanya diperbolehkan untuk menerima sumbangan tidak mengikat, yang berarti pemberi sumbangan tidak boleh memiliki kepentingan terhadap partai politik. Kepentingan politik yang ada dalam sebuah partai politik pada masa itu adalah kepentingan negara dan kepentingan kader partai politik yang tidak boleh bertentangan dengan kepentingan negara.

  Berbeda dengan kondisi yang terjadi pada era Reformasi, mulai berlakunya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1999 membuat paradigma political markets menguat. 109 Latar

  belakang undang-undang ini dibentuk karena penempatan partai sebagai instrumen negara dan penyederhanaan partai tidak dapat mengikuti perkembangan demokrasi di Indonesia pada masa Reformasi. Partai politik lebih ditempatkan sebagai bentuk kebebasan berserikat yang

  108 Muchamad Ali Safa’at, Op. Cit, hlm. 77. 109 Lihat Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999.

  diakui dan diperlukan di alam demokrasi. Kebebasan tersebut menempatkan partai politik pada awalnya sebagai organisasi privat individu walaupun aktivitas dan tujuannya bersifat

  publik. 110

  Berdasarkan undang-undang ini pada masa reformasi bantuan keuangan bukanlah merupakan intervensi negara terhadap partai politik. Justru sebaliknya, undang-undang ini membuat batas-batas agar partai politik dapat menghindari jebakan kepentingan perorangan maupun kelompok akibat pengaruh sumbangan keuangan. Undang-undang tidak hanya membatasi besarnya jumlah sumbangan perorangan dan perusahaan, tetapi juga menerima bantuan keuangan dari negara agar partai politik terhindar dari politik uang demi

  memperjuangkan kepentingan rakyat. 111

  Begitupula dengan undang-undang partai politik beberapa kali telah diubah hingga yang berlaku saat ini yakni Undang Nomor 2 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011. Partai politik pada masa ini merupakan institusi yang independen.Tujuan pemberian bantuan keuangan partai politik pada saat ini merupakan upaya pemerintah untuk menjaga partai politik dari pengaruh-pengaruh kepentingan pihak tertentu. Menurut Prof Ramlan Subakti, bantuan keuangan dari pemerintah diberikan kepada partai politik tidak saja karena partai melaksanakan tugas publik sesuai dengan amanah konstitusi tetapi juga untuk mencegah unsur swasta ‘membeli’ kebijakan publik yang dibuat oleh kader partai yang

  duduk dalam pemerintahan. 112

  Namun, kenyataan yang mengkhawatirkan ialah bahwa sebagian besar partai politik tersangkut dengan dugaan politik uang pada masa pemilihan umum. Sebagai negara demokrasi yang masih muda, masalah pendanaan politik di Indonesia belum diatur dengan

  110 Lihat pada bagian menimbang pada huruf c Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1999. 111 Lihat Penjelasan UU No. 2 tahun 1999

  112 Ramlan Surbakti, Roadmap Pengendalian Keuangan Partai Politik Peserta Pemilu, Kemitraan Partnership, Jakarta, 2015, hlm 5.

  begitu jelas. Tidak seperti di negara-negara maju, hampir semua partai politik sebenarnya masih tergantung kepada dana dari pemerintah. Yang dimaksud dalam hal ini ialah bahwa secara formal maupun informal pemerintah sebenarnya menyediakan subsidi kepada setiap partai politik. Untuk Pemilu tahun 2004, Kementerian Dalam Negeri menetapkan bahwa semua partai politik yang terdaftar berhak memperoleh subsidi sebesar Rp 1 milyar. Lalu dalam Pemilu 2009 terdapat PP No.52009 mengenai Bantuan Keuangan kepada Partai Politik yang mengatakan bahwa semua Parpol yang memperoleh kursi di DPR akan disubsidi melalui anggaran pemerintah. Selain itu, tentu masih banyak cara bagi partai politik yang kebetulan kadernya menduduki jabatan sebagai kepala daerah akan bisa memanfaatkan APBD secara langsung maupun tidak langsung kepada partai politik tersebut.

  Dengan demikian, tujuan pemberian bantuan keuangan dari pemerintah kepada partai politik ialah untuk melindungi partai politik dari intervensi pihak-pihak yang memiliki kepentingan lain. Bantuan keuangan kepada partai politik bukan merupakan suatu intervensi negara terhadap partai politik sebagaimana yang terjadi pada era Orde Baru. Bantuan keuangan kepada partai politik tidak bermakna sebagai pembenar bagi pemerintah untuk mengatur internal partai politik.

  Sejak warga negara dibebaskan mendirikan partai politik, menjelang Pemilu 1999 hingga Pemilu 2014, belum ada satu pun partai yang berhasil mengumpulkan iuran

  anggota. 113 Kebanyakan dana datang dari para penyumbang, baik penyumbang perseorangan maupun badan usaha. Namun jika daftar penyumbang partai politik dan daftar penyumbang

  dana kampanye (yang sempat dilaporkan KPU) ditelusuri, maka jumlah dana yang dilaporkan tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan perkiraan biaya riil partai politik per

  tahun. 114

  113 Didik Supriyanto dan Lia Wulandari, Op. Cit, hlm. iv. 114 Ibid.

  Pengaturan lebih lanjut, iuran anggota tidak mendapatkan porsi pengaturan yang memadai. AD ART sembilan partai yang duduk di DPR hanya menyebutkan iuran anggota sebagai salah satu sumber pendanaan partai. Namun terkait mekanisme penarikan, besaran,

  pengelolaan dan pertanggungjawaban tidak diatur lebih lanjut. 115 Wajar jika dalam praktik, iuran anggota tidak mendapatkan perhatian sebagai salah satu bentuk pendanaan partai. Iuran

  anggota dalam praktiknya tidak tergali secara maksimal. 116 Hal itu terlihat tidak hanya di tingkat DPP Partai Politik. 117 Temuan sama terlihat di DPD DPW Partai Politik di daerah Yogyakarta, Sulawesi Selatan dan Bali. 118 Disemua tingkatan baik DPP maupun DPD DPW menunjukkan tidak berjalannya iuran anggota. 119 Kecuali PKS yang terlihat menjalankan iuran anggota dengan besaran beragam tergantung pada tingkatannya. 120

  Tabel 1.1. Pelaksanaan Iuran Anggota

  Partai Politik

  Tidak berjalan

  PDIP

  Tidak berjalan

  Tidak berjalan

  Tidak berjalan

  Hanura

  Belum memberlakukan

  Gerindra

  Tidak berjalan

  Disamping itu, untuk memperkuat derajat pelembagaan partai politik, disiplin internal partai perlu ditingkatkan, yaitu; (a) sistem hukum dan etika internal perlu dibudayakan dengan memperkuat infra struktur Dewan Kehormatan yang dapat menjaga agar ADART

  115 Veri Junaidi, Anomali Pendanaan dan Rekrutmen Politik di Indonesia, Op. Cit, hlm. 71. 116 Ibid. 117 Ibid. 118 Ibid. 119 Ibid. 120 Ibid.

  serta kode etik partai politik ditegakkan dengan sebaik-baiknya; (b) perlunya mekanisme yang menjamin agar anggota partai politik yang melanggar disiplin partai dapat ditindak oleh pemimpinan partai yang bersangkutan yang dapat berakibat pada pemberhentian status yang bersangkutan sebagai anggota parlemen (DPR); (c) setiap partai politik harus didorong untuk mentradisikan penyelenggaraan aktivitas rutin ke dalam, baik kegiatan penguatan kelembagaan dan kultur demokrasi internal, maupun kegiatan-kegiatan yang bersifat pendidikan politik dan pemberdayaan anggota.

  Selanjutnya, diperlukan sejumlah prinsip untuk mengatur keuangan partai politik. Sejumlah prinsip berikut perlu dipertimbangkan dalam mengatur keuangan partai politik : 121

  1. Uang merupakan kebutuhan mutlak untuk proses politik demokratis dan partai

  politik harus memiliki akses terhadap dana untuk dapat berperan dalam proses politik. Regulasi keuangan partai tidak boleh menghalangi kompetisi politik yang sehat.

  2. Uang selalu merupakan masalah dalam sistem politik demokrasi. Yang terjadi di

  Indonesia dewasa ini bukan saja “uang digunakan sebagai sarana mendapatkan jabatandan kekuasaan dan sarana untuk membeli kebijakan publik”, tetapi juga “kewenangan politik digunakan untuk mencari dana”, baik bagi kepentingan partai maupun kepentingan pribadi. Karena itu regulasi keuangan partai politik sangat diperlukan.

  3. Konteks dan budaya politik wajib dijadikan pertimbangan penting ketika

  menyusun strategi mengendalikan uang dalam politik.

  121 Magnus Ohman dan Hani Zainulbhai, Political Finance Regulation: The Global Experience, International Foundation for Electoral Systems, Washington DC, 2009, hlm. 21.

  4. Regulasi tentang keharusan tranparansi laporan keuangan (disclosure) akan dapat

  membantu pengendalian pengaruh negatif uang dalam politik, tetapi hanya apabila regulasi dipersiapkan dan diimplementasikan dengan baik.

  5. Pengawasan yang efektif terhadap regulasi keuangan partai politik tidak hanya

  tergantung pada aktivitas interaksi antar pemangku kepentingan (stakeholders), seperti regulator, instansi penegak regulasi keuangan partai, organisasi masyarakat sipil, dan media massa, tetapi juga pelaksanaan prinsip transparansi.

  6. Untuk memelihara kepercayaan publik kepada partai politik pada khususnya dan

  kepada sistem politik demokrasi pada umumnya, regulasi keuangan partai politik dan penegakannya secara konsisten merupakan keharusan.

  Magnus Ohman dan Hani Zainulbhai juga berpendapat bahwa “raising public awareness on the issues of prevention and fight against corruption in the field of funding of

  political parties is essential to the good functioning of democratic institutions.” 122 Pengaturan bantuan keuangan kepada partai politik yang baik akan menjadi sarana pencegahan maupun

  penindakan korupsi yang terjadi dalam partai politik.

  Dapat disimpulkan bahwa bantuan keuangan kepada partai politik bukan merupakan intervensi dari pemerintah. Bantuan keuangan kepada partai politik dari APBNAPBD akan meningkatkan kemandirian partai politik dan menegaskan posisi partai politik sebagai badan hukum publik. Alasan yang pertama, karena paradigma pengaturan partai politik yang digunakan pada Undang-Undang Partai Politik tidak hanya paradigma managerial. Ditambah dengan fakta yang ada bahwa partai politik di Indonesia tidak dapat mengandalkan iuran anggota, sebagai akibatnya partai politik akan mencari sumber dana lain, yakni sumbangan individu non anggota maupun sumbangan badan usaha. Ketika partai politik tergantung pada sumbangan tersebut maka dapat dipastikan kepentingan yang diusung adalah kepentingan

  122 Ibid.

  penyumbang. Hal tersebut tentu tidak mencerminkan partai politik sebagai badan hukum publik. Bantuan keuangan partai politik akan meminimalisasi dampak negatif dari sumbangan individu non anggota maupun badan usaha.