Pemberian Bantuan Keuangan kepada Partai Politik dalam Hukum Positif

B. Pemberian Bantuan Keuangan kepada Partai Politik dalam Hukum Positif

  Saat ini undang-undang yang berlaku untuk mengatur partai politik adalah Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011. Undang-undang tersebut menggantikan Undang-Undang Nomor Nomor 31 Tahun 2002. Dalam Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 pemberian bantuan keuangan kepada partai politik tetap dilakukan oleh pemerintah.

  Pembuatan Undang-Undang Partai Politik tersebut diarahkan sebagai upaya penguatan sistem dan kelembagaan partai politik yang menyangkut demokratisasi internal partai politik, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan, peningkatan kesetaraan gender, dan kepemimpinan partai politik. Selain itu terdapat beberapa materi muatan baru yang ada dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 jo UU Nomor 2 Tahun 2011 yakni adanya ketentuan tentang Pengambilan Keputusan, Rekrutmen Politik, Peraturan dan Keputusan Partai Politik, dan Pendidikan Politik.

  Pengaturan tentang bantuan keuangan kepada partai politik pada Undang Nomor 2 Tahun 2008 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 dinilai jauh lebih lengkap daripada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002. Bantuan keuangan diberikan kepada partai politik yang memperoleh kursi DPR maupun DPRD, dan didasarkan atas perolehan suara pada pemilu sebelumnya. Besaran bantuan keuangan kepada partai politik yang diberikan dari

  APBN sebesar Rp.108suara, sedangkan besaran bantuan keuangan kepada partai politik yang diberikan dari APBD bergantung pada kemampuan masing-masing daerah. Selain itu bantuan keuangan yang diberikan kepada partai politik wajib diprioritaskan untuk pendidikan politik.

  Alasan tetap dipertahankannya pemberian bantuan keuangan kepada partai politik tidak dapat dilepaskan dari paradigma pengaturan partai politik. Apabila menganalisis dengan paradigma pengaturan partai politik akan diketahui bagaimanakah negara memposisikan organisasi partai politik, pengakuan dan pemberian peran terhadap partai politik, sifat organisasi partai politik, arah sistem kepartaian, dan tingkat kemandirian partai politik dari intervensi negara. Partai politik diposisikan sebagai badan hukum publik, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Veri Junaidi bahwa partai politik diletakkan sebagai badan hukum publik karena peran publik yang besar dalam pembangunan organisasi partai politik ; pengelolaan organisasi tunduk pada ketentuan hukum publik; dan peran partai politik yang

  besar dalam kehidupan bernegara. 98

  Sebagai badan hukum publik, partai politik diharapkan mengusung kepentingan publik dan bertujuan untuk memenuhi keinginan publik. Partai politik menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah, partai politik harus menyerap, merumuskan, dan

  mengagregasi kepentingan masyarakat. 99 Untuk menjadikan partai politik pengusung kepentingan publik dan memenuhi keinginan publik, perlu untuk dikembangkan pendanaan

  partai (party financing). Dengan pendanaan yang baik, partai politik dapat memposisikan diri sebagai badan hukum publik. Pada abad ke-20 model mass party (partai massa) menjadi model partai politik yang dominan di Eropa Barat. Model mass party lahir dan besar dari gerakan-gerakan buruh dipusat-pusat industri Eropa Barat dengan mengusung motor

  98 Veri Junaidi, Anomali Pendanaan dan Rekrutmen Politik di Indonesia, Op. Cit, hlm. 51. 99 Didik Supriyanto dan Lia Wulandari, Bantuan Keuangan Partai Politik : Metode Penetapan Besaran,

  Transparansi, dan Akuntabilitas Pengelolaan, Yayasan Perludem, Jakarta, 2012, hlm. 1.

  perubahan masyarakat dengan ide-ide negara kesejahteraan (welfare state). 100 Dampaknya partai yang menganut model mass party memiliki anggota maupun simpatisan yang banyak.

  Model mass party bagi sebagian kalangan dianggap sebagai model ideal partai politik. Dua alasan menjadikan mass party sebagai model ideal. Pertama, partai dengan model organisasi yang massif dengan struktur hierarkhis dari pusat hingga daerah yang menjangkau

  seluruh wilayah, dapat menyediakan sukarelawan dalam jumlah besar. 101 Keunggulan ini memudahkan dalam proses mobilisasi pemilih dan pendukung. Model organisasi partai ini

  bersifat padat karya (labor-intensive). Keuntungan kedua, pendanaan oleh mass party bertumpu pada iuran anggota yang bersifat massif. 102 Posisi ini, logistik partai politik dikelola

  secara mandiri. Partai politik bisa melakukan kampanye dan mobilisasi pemilih yang bersandar pada kekuatan internal.

  Seiring perkembangan zaman, ternyata model mass party semakin memudar yang salah satunya disebabkan perubahan di tingkat pemilih yang tidak lagi berkutat pada

  persoalan ekonomi. 103 Dari sisi ideologis, militansi pendukung partai ini semakin pudar dan berubah menjadi pemilih mengambang yang tak secara eksklusif setia pada satu partai.

  Implikasinya partai politik tidak dapat lagi mengandalkan iuran anggota sebagai sumber pendanaan utama. Sebagai contoh, Partai Buruh di Inggris kontribusi dari iuran anggota kepada partai secara keseluruhan sebagai pemasukan tahunan menurun dari 50 pada 1992

  menjadi sekitar 25 di tahun 1997. 104 Hal ini disebabkan karena Partai Buruh mengalami penurunan jumlah anggota, sehingga menyebabkan penurunan pemasukan dari kontribusi

  keanggotaan secara absolut dan relatif.

  100 Loc. Cit, hlm. 56. 101 Ibid, hlm. 55. 102 Ibid. 103 Ibid, hlm. 57. 104 Ibid.

  Ketika iuran anggota tidak dapat dijadikan sebagai sumber pendanaan utama, membuat partai politik mencari sumber dana lain sebagai sumber dana utama. Sumbangan dari perorangan non anggota maupun badan usaha menjadi pilihan partai politik, umumnya partai politik memilih sumbangan tersebut karena jumlah sumbangan yang besar. Sumber pendanaan tersebut dapat mengandung resiko terbangunnya hubungan yang dapat

  mempengaruhi kebijakan politik tertentu dengan sumbangan yang diberikan. 105 Konteks ini, meski sekedar kesan seperti penyalahgunaan, hal ini dapat mengikis kepercayaan publik

  kepada sistem politik dan aktor-aktor politik bahkan dapat juga melemahkan legitimasi demokrasi.

  Adanya bantuan keuangan kepada partai politik dari APBNAPBD dapat mengurangi potensi pengaruh dari sumbangan perorangan non anggota atau badan usaha. Kekurangannya, ini dapat meningkatkan ketergantungan partai politik kepada negara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa partai politik tidak dapat bergantung pada satu jenis pendanaan saja. Perkembangan penting dari sumber-sumber pemasukan bagi partai politik seperti bantuan keuangan dari negara, bantuan dari badan usaha dan perorangan non anggota, menjadi tantangan bagi legitimasi keuangan partai. Namun, hal ini juga dapat dilihat dari segi positifnya dimana membuka kesempatan bagi sumber yang bermacam-macam bagi pemasukan keuangan partai akan menciptakan suatu mekanisme check balances yang lebih baik.

  Undang-Undang Partai Politik yang berlaku menentukan jumlah maksimal dari sumbangan perorangan non anggota dan badan usaha. Jumlah maksimal dari sumbangan perseorangan non anggota adalah Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) per orang dalam

  waktu satu tahun anggaran. 106 Sedangkan jumlah maksimal dari sumbangan badan usaha

  105 Ibid, hlm. 58. 106 Lihat Pasal 35 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011.

  adalah Rp 7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus rupiah) dalam waktu satu tahun anggaran. 107 Ditambah dengan besaran bantuan keuangan kepada partai politik yang

  diberikan dari APBN berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012 sebesar Rp.108suara, sedangkan besaran bantuan keuangan kepada partai politik yang diberikan dari APBD bergantung pada kemampuan masing-masing daerah.

  Pengaturan pendanaan partai politik apabila dilihat dari Undang-Undang Partai Politik ditandai dengan adanya diversifikasi atau penganekaragaman sumber pendanaan. Diversifikasi pendanaan dapat meminimalkan kekurangan-kekurangan yang ada pada setiap jenis pendanaan partai politik. Seperti yang telah disebutkan, kekurangan yang ada pada pada sumbangan individu non anggota dan badan usaha adalah individu non anggota atau badan usaha dapat mempengaruhi kebijakan partai dalam praktek ketatanegaraan, dengan adanya bantuan keuangan dari APBNAPBD partai politik dapat meminimalkan pengaruh dari individu non anggota atau badan usaha. Apabila partai politik tidak mendapat sumbangan dari individu non anggota atau badan usaha karena perbedaan kepentingan, maka partai tetap mendapatkan bantuan keuangan dari APBNAPBD. Sehingga dapat disimpulkan bantuan keuangan kepada partai politik dari APBNAPBD akan meningkatkan kemandirian partai politik dalam menjadi perantara antara masyarakat dan pemerintah, partai politik harus menyerap, merumuskan, dan mengagregasi kepentingan masyarakat.