Analisis Komprehensif tentang Pertumbuhan Perusahaan

5.2.2 Analisis Komprehensif tentang Pertumbuhan Perusahaan

5.2.2.1 Ukuran Perusahaan

  Variabel ukuran perusahaan terbukti signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dalam industri dengan tingkat kepercayaan 99. Nilai koefisien pada titik rata-rata sample sebesar -0,076956. Setiap peningkatan ukuran perusahaan sebesar 1 berakibat kepada penurunan pertumbuhan perusahaan sebesar 7,7, ceteris paribus. Hubungan negatif ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa perusahaan yang berukuran kecil akan tumbuh lebih cepat daripada perusahaan besar.

  Menurut Carrizosa (2006) hubungan negatif antara size dan growth karena perusahaan-perusahaan mencari ukuran yang paling optimal dan yang paling efisien. Keuntungan efisiensi dikaitkan dengan skala ekonomi dimana perusahaan yang lebih besar menghadapi biaya yang lebih rendah. Hal ini senada dengan yang dinyatakan Audrescth dan Mahmood (1995) bahwa perusahaan yang baru muncul di pasar berada pada suboptimal scale of output. Oleh sebab itu perusahaan yang masuk dengan ukuran semakin kecil akan tumbuh lebih cepat untuk mencapai Minimum Efficient Scale (MES), yaitu level output terendah dimana skala ekonomi telah dimanfaatkan seluruhnya, sebaliknya perusahaan besar yang sudah lebih dekat dengan titik MES akan memiliki pertumbuhan yang lebih lambat. Jadi dapat disimpulkan kembali bahwa perusahaan yang memiliki initial size yang semakin besar akan memiliki pertumbuhan relatif lebih rendah (lebih lambat) sedangkan perusahaan dengan initial size yang semakin kecil akan memiliki tingkat pertumbuhan relatif lebih besar (lebih cepat).

5.2.2.2 Produktivitas Perusahaan

  Variabel produktivitas terbukti signifikan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dalam industri dengan tingkat kepercayaan 99. Nilai koefisien pada titik rata-rata sample sebesar 0,0534715. Artinya, setiap peningkatan produktivitas perusahaan sebesar 1 berakibat kepada peningkatan pertumbuhan perusahaan sebesar 5,35, ceteris paribus. Hubungan positif ini sesuai dengan hipotesis Variabel produktivitas terbukti signifikan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dalam industri dengan tingkat kepercayaan 99. Nilai koefisien pada titik rata-rata sample sebesar 0,0534715. Artinya, setiap peningkatan produktivitas perusahaan sebesar 1 berakibat kepada peningkatan pertumbuhan perusahaan sebesar 5,35, ceteris paribus. Hubungan positif ini sesuai dengan hipotesis

  

  Banyak studi literatur yang menjelaskan keterkaitan produktivitas dengan kebertahanan dan pertumbuhan perusahaan melalui bermacam cara. Doms et.al. (1995) menceritakan bahwa peningkatan kapital dan penggunaan advanced technologies bisa meningkatkan produktivitas perusahaan, kemudian Greenaway dan Kneller (2007) beserta Eriksson et.al. (2009) menerangkan bahwa strategi ekspor juga bisa meningkatkan produktivitas perusahaan. Dari berbagai temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa sulit rasanya untuk menjelaskan secara ilmiah jika seandainya produktivitas perusahaan itu sendiri tidak memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kelangsungan hidup maupun pertumbuhan perusahaan. Produktivitas perusahaan adalah cerminan dari kinerja perusahaan sehingga perusahaan yang mampu bertahan di pasar dan yang sekaligus mampu tumbuh dinilai sebagai sebuah keuntungan dari memiliki produktivitas yang tinggi.

  Produktivitas perusahaan dalam penelitian ini diproksi dari produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja bisa mencerminkan seberapa banyak rata- rata output yang mampu dihasilkan oleh tiap pekerja. Tamatan pendidikan para pekerja atau karyawan adalah salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis produktivitas tenaga kerja dalam sebuah perusahaan. Logika yang mendasarinya adalah pekerja yang memiliki tamatan pendidikan yang semakin tinggi dinilai mampu bekerja dengan beban lebih banyak, mampu berpikir dengan lebih komprehensif, dan mampu lebih cepat beradaptasi dengan hal-hal baru sehingga produktivitas mereka dapat dikatakan lebih tinggi daripada produktivitas pekerja dengan tamatan pendidikan yang lebih rendah.

  Dari Tabel 4.5 berikut ini terlihat bahwa secara garis besar kebanyakan pekerja perusahaan pembekuan perikanan adalah tamatan SLTA diikuti tamatan SLTP dan tamatan SD. Distribusi tersebut sama halnya seperti di perusahaan pengalengan perikanan. Meskipun begitu, secara rata-rata jumlah pekerja yang tidak tamat SD di dalam perusahaan pembekuan perikanan lebih banyak dari perusahaan pengalengan perikanan, sebaliknya jumlah pekerja tamatan D3 dan tamatan S1 di perusahaan pembekuan perikanan justru lebih sedikit daripada di

  perusahaan pengalengan perikanan. Jika penelitian ini menganalisis sektor hulu yang sebagian besar pekerjanya adalah nelayan mungkin hal ini bukan masalah. Di industri pembekuan perikanan, para pekerja sering berhadapan dengan mesin- mesin berteknologi dan sistem komputerisasi sehingga tingkat pendidikan pekerja sangat mempengaruhi. Disamping itu, setelah melakukan perhitungan biaya-biaya pada tahun 2006, rata-rata perusahaan di industri pembekuan perikanan hanya mengeluarkan 0,004 dari total pengeluarannya untuk pengembangan SDM dimana angka tersebut lebih kecil dari yang digelontorkan oleh rata-rata perusahaan di industri pengalengan perikanan yang sebesar 0,005. Hal ini mengindikasikan bahwa upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia, seperti pelatihan keterampilan, seminar, kursus, dsb yang dilakukan oleh perusahaan pembekuan perikanan adalah tidak sebesar upaya yang dilakukan oleh perusahaan pengalengan perikanan.

  Tabel 4.5 Perbandingan Jumlah Tenaga Kerja di Perusahaan Pembekuan Perikanan dan Perusahaan Pengalengan Perikanan berdasarkan Tamatan

  Pendidikan Tahun 2006 (persen)

  Jenjang pendidikan

  Perusahaan pembekuan Perusahaan pengalengan

  tidak tamat SD

  Sumber : BPS, sensus industri pengolahan menengah dan besar 23

  Karena data tenaga kerja berdasarkan tamatan pendidikan baru ada sejak sensus industri tahun 2006 yang diadakan setiap 10 tahun sekali, data hanya baru tersedia 1 tahun. Oleh karena itu, peneliti menggunakan industri pengalengan perikanan sebagai pembanding karena industri ini bisa dikategorikan sebagai industri pengolahan perikanan modern yang selevel dengan industri pembekuan perikanan.

5.2.2.3 Ekspor Perusahaan

  Variabel ekspor terbukti signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan perusahaan dalam industri dengan tingkat kepercayaan 90. Nilai koefisien pada titik rata-rata sample sebesar 0,0004783. Setiap peningkatan ekspor sebesar 1 berakibat kepada peningkatan pertumbuhan perusahaan sebesar 0,048, ceteris paribus. Hubungan positif ini sesuai dengan hipotesis sebelumnya bahwa perusahaan yang semakin banyak melakukan ekspor tumbuh lebih cepat relatif dibandingkan perusahaan yang sedikit atau tidak sama sekali melakukan ekspor.

  Dari hasil penelitian Eriksson et.al. (2009) dan Wagner (2011) dapat ditarik dua kesimpulan. Pertama, perusahaan yang belajar mengekspor akan membuatnya lebih produktif yang kemudian meningkatkan pertumbuhannya. Kedua, ekspor dapat dianggap sebagai bentuk diversifikasi risiko melalui penyebaran penjualan di pasar yang berbeda dengan kondisi siklus bisnis yang berbeda. Perusahaan dapat memanfaatkan strategi ekspor ketika terjadi guncangan negatif yang menimpa pasar dalam negeri atau ketika harga di luar negeri lebih menarik karena tingginya permintaan. Oleh sebab itu ekspor ditemukan memiliki korelasi positif terhadap pertumbuhan perusahaan.

  io (ras 0

  domestik (ton)

  ekspor (ton)

  Gambar 8.5 Distribusi Volume Penjualan Perikanan Beku berdasarkan Wilayah Pemasaran

  Sumber : Statistik Kelautan Perikanan dan UN Comtrade, diolah

  Pengolahan ikan secara modern seperti pembekuan umumnya ditujukan untuk komoditas ekspor yang peminatnya antara lain Amerika, Eropa, dan Jepang (KKP, 2007). Gambar 8.5 memperlihatkan bahwa volume perikanan beku yang diekspor ke luar negeri terus meningkat dalam jangka beberapa tahun. Dari 29,8 pada tahun 2004 meningkat menjadi 50 tahun 2008 dan terus meningkat hingga mencapai 60,8 pada tahun 2012. Dari grafik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa saat ini lebih dari separuh produk perikanan beku Indonesia sudah dipasarkan di luar negeri dimana hal ini sejalan dengan pernyataan Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa industri pembekuan perikanan berorientasi ekspor.

5.2.2.4 Intensitas Kapital Perusahaan

  Variabel intensitas kapital ternyata tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan di dalam industri pembekuan perikanan. Jika kembali melihat hubungan intensitas kapital terhadap kebertahanan perusahaan sebelumnya, berdasarkan hasil regresi ini, peneliti hanya bisa mengkonfirmasi bahwa perusahaan yang menggunakan kapital yang lebih banyak (memiliki rasio modal tetap per tenaga kerja yang tinggi) hanya akan membantunya bertahan dalam industri, tetapi tidak mempunyai cukup bukti untuk mengatakan bahwa hal tersebut juga akan membantunya untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan.

  Temuan ini tentu bertolak belakang dengan hasil penelitian Doms et.al. (1995) dimana intensitas kapital terbukti positif signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Hal mendasar yang membedakan antara dua penelitian ini terletak pada objek yang diteliti dimana Doms meneliti industri manufaktur padat modal di US yang mengadopsi advanced technologies, sedangkan industri dalam penelitian ini, yakni industri pembekuan perikanan, bersifat padat karya. Hal ini diperkuat oleh koefisien MPK sebesar 0,1299184 dan koefisien MPL

  sebesar 0,6881546. 24 Angka tersebut dapat menerangkan elastisitas input terhadap output. Artinya peningkatan 1 input tenaga kerja meningkatkan output sebesar

  68,81, ceteris paribus dan sebaliknya peningkatan 1 input modal hanya

  MPK dan MPL merupakan koefisien alfa beta hasil regress ln_valueadded ln_capital ln_labor. Nilai tambah diperoleh setelah output dikurangi input, sehingga nilai tambah lebih dapat mewakili perubahan yang berasal hanya dari kapital dan tenaga kerja.

  meningkatkan output sebesar 12,99, ceteris paribus. Karena perubahan atas input tenaga kerja lebih elastis ketimbang perubahan atas input modal, industri ini bersifat labor intensive. Penggunaan tenaga kerja yang semakin banyak akan lebih signifikan terhadap peningkatan output. Oleh sebab itu, selain perusahaan pembekuan perikanan harus menggunakan kapital yang lebih banyak agar membantunya bertahan, perusahaan juga sebaiknya memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup banyak untuk meningkatkan pertumbuhannya terkait karakteristik industri ini yang bersifat padat karya.

  Penjelasan berikut mungkin bisa membantu untuk memahami karakteristik industri pembekuan perikanan di Indonesia. Industri pembekuan perikanan digolongkan industri pengolahan perikanan modern selain industri pengalengan karena relatif banyak mengadopsi mesin berteknologi dibandingkan industri pengolahan perikanan tradisional, seperti industri pemindangan, industri pengasapan, dan industri pengasinan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa yang dimaksud kapital di dalam penelitian ini termasuk nilai mesin. Dalam industri pembekuan perikanan, pemanfaatan teknologi diantaranya adalah mesin pembeku (freezer) dan gudang beku (cold storage). Banyaknya jumlah mesin freezer dan cold storage yang dimiliki oleh sebuah perusahaan dinilai tidak

  memberikan dampak secara langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan. 25 Justru penggandaan jumlah output lebih sensitif dipengaruhi secara langsung oleh

  kemampuan perusahaan dalam mencetak ikan dan udang (barang setengah jadi) yang siap dibekukan sebagai input freezer dan cold storage. Karena hingga saat ini belum ada mesinrobot yang menangani serangkaian proses seperti penyiangan bahan baku, pencucian, dan lain semacamnya, hal tersebut masih dikerjakan manusia. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki jumlah pekerja yang semakin banyak beserta keterampilannya dalam meutilisasi bahan baku, dinilai juga adalah sebuah faktor penting dalam rangkaian proses produksi yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan.

  Diasumsikan bahwa operating time, yakni waktu yang dibutuhkan oleh freezer dan cold storage adalah konstan. Artinya berapa pun jumlah input yang dimasukkan ke dalamnya tidak memakan waktu yang berbeda. Diasumsikan juga bahwa mereka mampu bekerja berkali-kali.