UJI ANTAGONIS JAMUR

ACARA V. UJI ANTAGONIS JAMUR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agen hayati merupakan setiap organisme yang meliputi spesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya dapat di pergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme pengganggu dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.

Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR).

Trichoderma sp. Merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati mekanisme pengendalian trichoderma sp. Yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizofer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen,mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman.selain itu trichoderma Sp sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara masal dan mudah di simpan dalam waktu lama.

Berdasarkan uraian di atas, dengan adanya potensi jamur Trichoderma Sp. sebagai jamur antagonis yang bersifat preventif (mencegah) terhadap serangan penyakit tanaman maka perlu dilakukan praktikum ini guna mengetahui seberapa besar jamur ini menghambat perkembangan jamur Sclerotium rolfsii.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa besar jamur Trichoderma sp menghambat perkembangan jamur Sclerotium rolfsii.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jamur antagonis adalah kelompok jamur pengendali hayati yang mempunyai kemampuan mengganggu proses hidup patogen tanaman. Mekanisme jamur antagonis dalam menghambat patogen tanaman dapat melalui antibiosis, lisis, kompetisi, dan parasitisme. Di samping itu, jamur antagonis mampu mencegah infeksi patogen terhadap tanaman melalui aktivitas Induce Sistemic Resistance (ISR) (Administrator, 2012).

Eksplorasi jamur antagonis dari rizosfer tanaman lebih mudah di bandingkan dari sampel daun atau bagian tanaman yang lain,karena dari rizofer banyak terdapat senyawa- senyawa organik yang sangat berguna bagi pertumbuhan beberapa mikroorganisme, termasuk jamur antagonis. Senyawa organik yang di keluarkan tanaman melalui akar dapat berupa eksudat, sekresi, plant mucilage, mucigel, dan lisat. Jenis tanaman dan jenis tanah sangat menentukan jenis jamur antagonis yang ditemukan (Susiana 2009).

Trichoderma Sp. adalah cendawan saprofit tanah yang secara alami dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati, karena memiliki sifat antagonisme terhadap patogen berupa kompetisi ruang dan nutrisi, mikoparasit dan antibiosis. Selain itu cendawan Trichoderma Sp . juga memiliki beberapa kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, mudah ditemukan di tanah areal pertanaman, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat, memiliki kisaran mikroparasitisme yang luas dan tidak bersifat patogen pada tanaman (Howell, dkk. 1997).

Mikoparasitisme dari Trichoderma Sp.merupakan suatu proses yang komplek dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari trichoderma Sp. Yaitu dengan cara hifanya membelok kearah jamur inang yang di serangnya,ini menunjukkan adanya phenomena respon kemotropik pada trichoderma Sp. Karena adanya rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang di keluarkan oleh jamur inang. Ketika mikopaasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk srtuktur seperti kait, mikoparasit ini jugak mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding inang (Susiana,2009).

Sclerotium rolfsii mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab Sclerotium rolfsii mempunyai kulit yang kuat sehingga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan. Di dalam tanah sklerotium dapat bertahan sampai 6 atau 7 tahun. Dalam cuaca yang kering sklerotium akan mengeriput, tetapi dalam lingkungan yang lembab

Miselium terutama dapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga memebentuk miselium yang terdapat di antara sel –sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi. Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan fursarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Mikronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan pada permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain di atas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi tanaman sporanya dapat tumbuh di air (Wikipedia, 2010).

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum dilaksanakan pada hari selasa 24 November 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum

Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan petri,kertas label, penggaris, dan alat tulis menulis. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah biakan Trichoderma Sp dan Sclerotium rolfsii.

3.3. Prosedur Kerja

1. Diambil Jamur Trichoderma Sp. yang akan dijadikan sebagai jamur antagonis dalam 2 bentuk yaitu bentuk biakan dan dalam bentuk larutan, yang telah tersedia.

2. Ditaruh ke dalam petri yang kosong dengan jarak yang sudah ditentukan, biakan dan larutan Jamur Trichoderma Sp. Secara aseptis dalam ruang inkubasi.

3. Dimasukkan pula biakan jamur Sclerotium rolfsii yang sudah disiapkan secara aseptis pada jarak tertentu yang sudah disediakan (ditandai dengan garis diameter yang sudah dibuat).

4. Dibuatkan label pada cawan petri yang digunakan.

5. Dimasukkan cawan petri yang berisi biakan Trichoderma Sp. dan jamur Sclerotium rolfsii ke dalam ruang inkubasi.

6. Diamati pertumbuhan kedua jamur dengan cara menghitung diameter pertumbuhan jamur Trichoderma Sp. Sedangkan jamur Sclerotium rolfsii hanya di jadkan sebagai control.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan Tabel 5. Pertumbuhan Jamur Trichoderma sp.

No hari

Ulangan

Tricoderma Sclerotium sp Control Hasil

Pada pengamatan pertama, panjang diameter Tricoderma sp. yang diambil pada hari 1 ulangan 1 dan 2 yaitu 0 cm, pada pengamatan hari kedua ulangan 1 didapatkan panjangnya 2,9 cm dan ulangan ke 2 yaitu 2,6 cm sedangkan pada pengamatan hari ke 3 ulangan 1 panjangnya 3,1 cm dan ulangan ke 2 yaitu 3. Pada pengamatan Sclerotium rolfsii pad hari 1 ulangan 1 dan ke 2 diadaptkan panjangnya 0 cm, hari kedua pada ulangan 1 sebesar 1,3 dan ulangan ke 2 sebesar 1,4; pada hari ketiga ulangan 1 didapatkan panjangnya sebesar 1,4 dan ulangan ke 2 sebesar 1,5. Pada kontrol yaitu pad hari pertama ulangan 1 dan kedua yaitu 0 cm, sedangkan pada hari kedua ulangan 1 yaitu 1,3 dan ulangan ke 2 yaitu 1,5 dan pada hari ketiga sama-sama memiliki panjang penyebaran sepanjang 3 cm untuk kedua ulangan. Dari hasil tersebut, pertambahan diameter dari jamur Trichoderma mampu menekan pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii.

Trichoderma sp merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae. Konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau (Cook and Baker, 1989).

Bentuk Sempurna dari jamur ini secara umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadangEurotiales, Clacipitales dan Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama dari Trichoderma sp

dapat menunjukkan spesies yang berbeda dapat menunjukkan spesies yang berbeda

Diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Cholil, 1991).

Trichoderma Sp memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang. Berpendapat bahwa mikoparasitisme dari Trichoderma Sp merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma Sp. yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik padaTrichoderma Sp. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang.

Mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonisme yaitu secara antibiosis dan hiperparasit yang dapat diamati dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan pertumbuhan bagi Sclerotium rolfsii, munculnya zona bening ini menunjukkan trejadinya proses antibiosis yang dilakukan oleh jamur Trichoderma Sp terhadap jamur Sclerotium rolfsii dan pertumbuhan miselium Trichoderma Sp yang menutupi seluruh permukaan medium termasuk koloni Sclerotium rolfsii secara hiperparasit. Kompetisi ruang dan makanan pada kedua jamur yang saling berinteraksi menyebabkan pertumbuhan salah satu jamur terdesak disepanjang tepi koloninya, sehingga pertumbuhannya akan ke atas tidak menyamping.

Adanya hambatan perkembangan pertumbuhan koloni jamur pathogen Sclerotium rolfsii oleh jamur antagonis spesifik lokasi Trichoderma Sp. disebabkan karena pertumbuhan koloni jamur antagonis Trichoderma Sp. jauh lebih cepat dibanding jamur Adanya hambatan perkembangan pertumbuhan koloni jamur pathogen Sclerotium rolfsii oleh jamur antagonis spesifik lokasi Trichoderma Sp. disebabkan karena pertumbuhan koloni jamur antagonis Trichoderma Sp. jauh lebih cepat dibanding jamur

BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Dari praktikum yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jamur Trichoderma Sp. merupakan jamur antagonis dan jamur Sclerotium rolfsii jamur pathogen.

2. Pertumbuhan koloni jamur antagonis Trichoderma Sp. jauh lebih cepat dibanding jamur pathogen Sclerotium rolfsii.

3. Sclerotium rolfsii adalah sejenis jamur yang mempunyai miselium yang terdiri dari benang-benang, berwarna putih, tersusun seperti bulu atau kipas.

Dokumen yang terkait

PENGARUH KOMPOSISI KONSENTRASI ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN TIGA HIBRID TANAMAN ANGGREK Dendrobium sp.

10 148 1

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENGEMBANGAN PROGRAM ACARA CHATZONE(Studi Terhadap Manajemen Program Acara di Stasiun Televisi Lokal Agropolitan Televisi Kota Batu)

0 39 2

FUNGSI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL WAYANG KULIT DALAM ACARA RUWATAN ALAM (Studi Pada Tradisi Ruwatan Alam Di Desa Sendi, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto)

0 94 37

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

INSTRUMEN UKUR KADAR KEBUTUHAN PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC

13 68 149

RUMAH SAKIT KHUSUS ANAK TEMA DIMENSI DAN BENTUK SEBAGAI STIMULAN PENYEMBUH PENYAKIT ANAK

0 51 9

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF TANAMAN PADI TADAH HUJAN (Oryza sativa L.) PADA LAHAN KELMPOK TANI KARYA SUBUR DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

3 52 58

KESESUAIAN PERESEPAN OBAT PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUALTERHADAP STANDAR PENGOBATAN PENYAKIT INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG PERIODE JANUARI-JUNI 2012

2 36 33

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANONITROFOS DAN KOMBINASINYA DENGAN PUPUK KIMIA TERHADAP PERTUMBUHAN, SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merr) PADA MUSIM TANAM KETIGA

2 27 50