RUMPUT LAUT

III. RUMPUT LAUT

3.1 HALIMEDA DISTORTA

Sumber : algaebase.orgs Gambar 28. Halimeda distorta

3.1.1 KLASIFIKASI

Kingdom

: Plantae

Divisi

: Chlorophyta

: Halimeda distorta

3.1.2 BIOLOGI

Halimeda memiliki thalus pipih dengan permukaan yang kasar dengan warna hijau keputihan, substansi berkapur, melekat pada substratnya. Terdapat percabangan pada thalusnya. Daun berbentuk ginjal, kadang-kadang silinder, dan percabangan dicotomus atau tricotomus. Segmen oval ke discoid tepi segmen bertekuk lebar 10-19 mm dan panjang 16 mm. Basal segmen dan holdfast tidak ada batas (Kadi, 1988).

3.1.3 DISTRIBUSI

Habitatnya adalah di bawah air surut rata-rata pada pasut bulan setengah, pada pantai berbatu dan paparan terumbu, tetapi potongan- potongannya dapat tersapu ke bagian atas pantai setelah terjadi badai. Daerah ini umumnya bersubstrat pasir dan terdapat pula di beberapa tempat karang batu mati atau karang hidup. Secara fisik alga tersebut dapat beradaptasi terhadap kondisi kekeringan seperti sunstansi talus yang kompak dan juga yang berupa lembaran tipis. (Atmajaya, 1999).

3.1.4 MANFAAT

Di laboratorium bioassays, halimedatrial memiliki sifat toksik dan beracun ke arah batu karang , ikan, dan mempunyai cytotoxix dan Di laboratorium bioassays, halimedatrial memiliki sifat toksik dan beracun ke arah batu karang , ikan, dan mempunyai cytotoxix dan

3.1.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Peran oseanografi seperti gelombang dan arus amat penting dalam proses aerasi, transpor nutrisi dan pencampuran air untuk menjaga kestabilan suhu air laut. Gelombang juga penting dalam mengontrol biomassa. Arus dapat juga mempengaruhi distribusi lokal makroalga dan memodifikasi faktor lingkungan dengan cara mengurangi kondisi salinitas, temperatur air, pH, DO, dan lain- lain. Perubahan suhu, misal penurunan dan penaikan suhu yang tinggi akan dapat menurunkan keanekaragaman jenis makro alga (Luning, 1990).

3.2 HALIMEDA MACROLOBA

Sumber : algaebase.org Gambar 29. Halimeda macroloba

3.2.1 KLASIFIKASI

Menurut Shadori S N (1990), klasifikasi tumbuhan Halimeda micronesica adalah sebagai berikut: Kingdom

: Halimeda macroloba

3.2.2 BIOLOGI

Pertumbuhan thalli mengandung zat kapur, pertumbuhan mencapai tinggi 23 cm. Segment tebal bentuk kipas dengan lebar mencapai 21 mm dan panjang mencapai 15 mm serta bagian pinggir bergelombang. Basal segment mencapai lebar 20 mm dan panjang mencapai 15 mm. Diantara basal segment dan segment terdapat bantalan segment yang merupakan tempat pertumbuhan segment. Percabangan utama dichotomous atau trichotomous kelompok dalam satu rumpun. Holdfast berbentuk ubi diameter mencapai 10 mm dan panjang mencapai

20 mm serta tulat atau bongkol sebagai alat pengikat partikel-partikel pasir atau lumpur. Makroalga jenis ini tumbuh subur pada substrat pasir dan pasir lumpuran. Holdfast berbentuk ubi merupakan alat pengikat terhadap partikel-partikel pasir. Pertumbuhan di alam dapat berasosiasi bersama pertumbuhan lamun. Keberadaannya banyak dijumpai di 20 mm serta tulat atau bongkol sebagai alat pengikat partikel-partikel pasir atau lumpur. Makroalga jenis ini tumbuh subur pada substrat pasir dan pasir lumpuran. Holdfast berbentuk ubi merupakan alat pengikat terhadap partikel-partikel pasir. Pertumbuhan di alam dapat berasosiasi bersama pertumbuhan lamun. Keberadaannya banyak dijumpai di

3.2.3 DISTRIBUSI

Sebaran makroalga baik vertikal maupun horizontal umumnya mengikuti pola sebaran lokasi tersebut dan berdasarkan kesesuaian substrat dasar sebagai tempat melekat. Daerah ini umumnya bersubstrat pasir dan terdapat pula di beberapa tempat karang batu mati atau karang hidup. Makroalga yang tumbuh di daerah ini umumnya memiliki ketahanan terhadap suasana kekeringan sampai beberapa jam, misalnya Acanthophora, Gracilaria, Gelidiopsis, Halimeda, Padina, dan Ulva. Secara fisik alga tersebut dapat beradaptasi terhadap kondisi kekeringan seperti sunstansi talus yang kompak dan juga yang berupa lembaran tipis (Atmajaya, 1999).

Habitat Halimeda macroloba menurut (Pelczar, 1993) dapat ditemukan dapat tumbuh di paparan terumbu karang, pada substrat pasir dengan kedalaman 2-30 m. Keberadaanya berada di perairan laut, di kawasan Indonesia timur dan tengah. Sedangkan dalam sebuah literature (Kuncoro, 2004) disebutkan bahwa persebarannya banyak dijumpai pada substrat pasir, pasir lumpuran dan pecahan karang. Dipaparan pasir tumbuh berasosiasi dengan tumbuhan lamun. Keberadaan jenis ini banyak dijumpai di perairan laut. Sesuai dengan literature, alga yang telah diamati terdapat di pantai yang berzona pasang surut. Alga ini juga melekat pada batu-batu karang. Alga ini terdapat pada tepi-tepi pantai Habitat Halimeda macroloba menurut (Pelczar, 1993) dapat ditemukan dapat tumbuh di paparan terumbu karang, pada substrat pasir dengan kedalaman 2-30 m. Keberadaanya berada di perairan laut, di kawasan Indonesia timur dan tengah. Sedangkan dalam sebuah literature (Kuncoro, 2004) disebutkan bahwa persebarannya banyak dijumpai pada substrat pasir, pasir lumpuran dan pecahan karang. Dipaparan pasir tumbuh berasosiasi dengan tumbuhan lamun. Keberadaan jenis ini banyak dijumpai di perairan laut. Sesuai dengan literature, alga yang telah diamati terdapat di pantai yang berzona pasang surut. Alga ini juga melekat pada batu-batu karang. Alga ini terdapat pada tepi-tepi pantai

3.2.4 MANFAAT

Manfaat dari Halimeda macroloba adalah memiliki kemampuan untuk menghasilkan zat bioaktif untuk antifouling. Zat aktif yang dihasilkan untuk biofouling tersebut dikenal dengan halimedatrial atau halimeda tetra asetat. Halimeda trial adalah diterpenoid yang belum pernah terjadi tryale dehide, dikenal sebagai metabolit sekunder yang utama dalam enam jenis ganggang yang mengandung zat kapur halimeda. Di laboratorium bioassays, halimedatrial memiliki sifat toksik dan beracun ke arah batu karang , ikan, dan mempunyai cytotoxix dan antimicrobial. Halimedatrial yang disekresikan keluar dapat menghadirkan suatu proses metabolisme tertentu yang menjadi sistem pertahanan pada berbagai jenis ganggang blaut terhadap musuh alaminya (Roimil, 2001).

3.2.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Pada distribusi Halimeda macrolaba, peran oseanografi seperti gelombang dan arus amat penting dalam proses aerasi, transpor nutrisi dan pencampuran air untuk menjaga kestabilan suhu air laut. Gelombang juga penting dalam mengontrol biomassa. Hal ini dapat terlihat pada saat terjadi ombak besar banyak ditemukan makro alga yang terdampar di sepanjang tepi pantai. Arus dapat juga mempengaruhi distribusi lokal makroalga dan memodifikasi faktor lingkungan dengan cara mengurangi kondisi salinitas, temperatur air, pH, DO, dan lain- lain .

Keanekaragaman dan kelimpahan alga sangat dipengaruhi oleh adanya perubahan suhu, misal penurunan dan penaikan suhu yang tinggi akan dapat menurunkan keanekaragaman jenis makro alga, misalnya Euchema spp hanya tahan terhadap suhu yang kecil, sedangkan Gracillaria spp tahan terhadap perubahan suhu yang tinggi. Salinitas juga mempengaruhi penyebaran makro alga di laut. Makroalga yang mempunyai toleransi yang besar terhadap salinitas (eurihalin) akan tersebar lebih luas dibanding dengan makro alga yang mempunyai toleransi yang kecil terhadap salinitas (stenohalin) (Luning, 1990).

3.3 HALIMEDA MICRONESICA

Sumber : Google Gambar 30. Halimeda Micronesia

3.3.1 KLASIFIKASI

Klasifikasi Kingdom

Plantae

Divisi

Chlorophyta

Class

Bryyopsidophyceae

Order

Bryopsidales

Halimeda Micronesia

3.3.2 BIOLOGI

Halimeda adalah tumbuhan laut yang memiliki hijau daun dan merupakan salah satu jenis dari golongan alga hijau. Halimeda memiliki kemampuan untuk menghasilkan zat bioktif untuk antifouling. Zat aktif yang dihasilkan untuk biofouling tersebut dikenal sebagai halimedatrial dan halimeda tetra asetat. Halimedatrial adalah diterpenoid yang belum pernah terjadi trialdehyde, dikenal sebagai metabolite sekunder yang utama dalam enam jenis ganggang yang mengandung zat kapur Halimeda. Di laboratorium bioassays, halimedatrial mememiliki sifat toksik dan beracun ke arah batu karang, ikan, dan mempunyai cytotoxic dan antimicrobial. Halimedatrial yang disekresikan keluar dapat menghadirkan suatu proses metabolisme tertentu yang menjadi sistem pertahanan pada berbagai jenis ganggang laut terhadap musuh alaminya (Valeri J Paul dan William Fenical, 1983).

3.3.3 DISTRIBUSI

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, tempratur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di daerah perairan yang dangkal dengan kondisi dasar perairan berpasir, sedikit lumpur, atau Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, tempratur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di daerah perairan yang dangkal dengan kondisi dasar perairan berpasir, sedikit lumpur, atau

3.3.4 MANFAAT

Kemampuan alga untuk memproduksi metabolit sekunder terhalogenasi yang bersifat sebagai senyawa bioaktif dimungkinkan terjadi, karena kondisi lingkungan hidup alga yang ekstrem seperti salinitas yang tinggi atau akan digunakan untuk mempertahankan diri dari ancaman predator. Dalam dekade terakhir ini, berbagai variasi struktur senyawa bioaktif yang sangat unik dari isolat alga merah telah berhasil diisolasi. Namun pemanfaatan sumber bahan bioaktif dari alga belum banyak dilakukan. Berdasarkan proses biosintesisnya, alga laut kaya akan senyawa turunan dari oksidasi asam lemak yang disebut oxylipin. Melalui senyawa ini berbagai jenis senyawa metabolit sekunder diproduksi (Valerie J. Paul and Kathryn L. Van Alstyne., 1999).

3.3.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, tempratur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di daerah perairan yang Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, tempratur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di daerah perairan yang

3.4 SARGASSUM CRASSIFOLIUM

Sumber : Google Gambar 31. Sargassum crassifolium

3.4.1 KLASIFIKASI

Menurut Estiati (1995), klasifikasi tumbuhan Sargassum crassifolium adalah sebagai berikut :

: Sargassum crassifolium

3.4.2 BIOLOGI

Sargassum crassifolium merupakan salah satu spesies dari makroalga divisi Phaeophyta. Warna thallusnya cokelat. Sargassum crassifolium memiliki pigmen fotosintetik klorofil a dan c, xantofil, fukoxantin, dan diatosantin. Cadangan makanan Sargassum crassifolium berupa laminaran dan mannitol. Dinding sel umumnya mengandung asam alginat dan asam fucinat. Rumput laut coklat ini memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis atau spesies masa perkembangan dan tempat tumbuhnya ( Rohmimotarto, 1999 ).

3.4.3 DISTRIBUSI

Rumput laut ini dapat hidup sebagai organisme fitobentik, epifitik maupun berasosiasi dengan lamun. Rumput laut ini memiliki daya adaptasi yang unik karena hidup pada kondisi lingkungan yang selalu dinamis sehingga memberikan tantangan bagi kehidupan dengan adaptasi berupa dinding sel yang terdiri dari selulosa dan polisakarida yang membentuk gel untuk memberikan bantalan pada thallus untuk melawan gerakan arus dan gelombang. Kandungan selulosa dan polisakarida berbentuk gel yang tinggi ini membuat rumput laut memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar bioetanol. Di daerah tropis, Sargassum crassifolium merupakan spesies utama penghasil alginat dan di Indonesia jenis ini yang lebih umum dijumpai dan melimpah ruah (Atmadja, 1996).

3.4.4 MANFAAT

Rumput laut coklat ini memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginate. Produk alginat yang didapatkan secara umum termasuk kategori yang memenuhi persyaratan bagi kebutuhan farmasi maupun industri makanan, karena sifat fisik alginat temasuk viskositas ringan. Di bidang industri makanan alginat sebagai bahan tambahan pembuatan mentega, es krim dan susu. Di bidang industri alginat berfungsi sebagai pengikat air sehingga mudah menembus jaringan kulit dan terikat sempurna. Di bidang industri tekstil berfungsi sebagai pengikat air (pengental), khususnya pada pencapan batik. Sampai saat ini pencapan batik pada industriindustri tekstil masih menggunakan alginat impor dari China sebagai pengental. Peranan alginat pada pencapan batik sebagai pengental yang dicampur dengan zat warna reaktif atau zat warna disperse ( Basmal, et al., 2001 ).

3.4.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Kekuatan gerakan air berpengaruh pada pelekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dari alga yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sementara itu, alga yang tumbuh di daerah tenang memiliki karakterisik spora yang mengandung lapisan lendir, dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna unuk perumbuhan. Zat hara dan kandungan nutrien utama yang diperlukan alga, seperti nitrogen dan Kekuatan gerakan air berpengaruh pada pelekatan spora pada substratnya. Karakteristik spora dari alga yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sementara itu, alga yang tumbuh di daerah tenang memiliki karakterisik spora yang mengandung lapisan lendir, dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air tersebut juga sangat berperan dalam mempertahankan sirkulasi zat hara yang berguna unuk perumbuhan. Zat hara dan kandungan nutrien utama yang diperlukan alga, seperti nitrogen dan

3.5 SARGASSUM CRISTAEFOLIUM

Sumber : algaebase.org Gambar 32. Sargassum cristaefolium

3.5.1 KLASIFIKASI

Menurut Estiati (1995), klasifikasi tumbuhan Sargassum cristaefolium adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Phaeophyta Class : Phaeophyceae Ordo : Fucales Family : Sargassaceae Genus : Sargassum Species : Sargassum cristaefolium

3.5.2 BIOLOGI

Menurut Rohmimotarto (1999) , ciri ciri umum Sargasum cristaefolium thallus umumnya silindris atau gepeng. Cabangnya rimbun Menurut Rohmimotarto (1999) , ciri ciri umum Sargasum cristaefolium thallus umumnya silindris atau gepeng. Cabangnya rimbun

Sargasum cristaefolium terdapat teramat melimpah mulai dari air surut pada pasang surut setengah ke bawah. Alga ini hidup pada batu atau bongkahan karang dan dapat terbedol dari substratnya selama ombak besar menghanyutkannya ke permukaan laut atau terdampar di bagian atas pantai. Warnanya bermacam-macam dari coklat muda sampai coklat tua. Alat pelekatnya terdiri dari cakram pipih. Dari cakram ini muncul tungkai yang pendek silindrik yang tegak. Dari tangkai yang pendek ini muncul poros-poros silidrik panjang. Masing-masing poros ini dapat mencapai 1 m panjangnya di daerah bawah litoral dimana Sargasum cristaefolium hidup. Pada poros yang silindris dengan diameter 3 mm terdapat bentuk-bentuk seperti daun, kantong udara, dan cabang-cabang perkembangbiakan ( Karmana, 1987 ).

3.5.3 DISTRIBUSI

Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya. Habitat alga Sargasum cristaefolium tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5 –10 m, ada arus dan ombak. Pertumbuhan alga ini sebagai makro alga bentik melekat pada substrat dasar perairan. Di daerah tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang thalli utama mencapai 0,5-3 Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni, hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau berpasir dan berlumpur, daerah pasut, jernih dan biasanya menempel pada karang mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya. Habitat alga Sargasum cristaefolium tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5 –10 m, ada arus dan ombak. Pertumbuhan alga ini sebagai makro alga bentik melekat pada substrat dasar perairan. Di daerah tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang thalli utama mencapai 0,5-3

3.5.4 MANFAAT

Hidrokoloid dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain- lain. Bahan alginat, sayuran sop, pemanis agar, bahan obat penyakit kantung kemih, gondok, kosmetik.Pemanfaatan rumput laut secara tradisional terutama sebagai bahan pangan sebagai campuran kue dan juga sebagai obat. Pemanfaatan rumput laut untuk industrii terutama didasarkan atas kandungan kimia yang terdapat dalam rumput laut terutama alginat, agar-agar, dan karaginan. Algin adalah bahan yang terkandung dalam alga cokelat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika untuk membuat sabun, cream, lotion, shampo. Industri farmasi memerlukannya untuk pembuatan emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul dan filter. Beberapa Hidrokoloid dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain- lain. Bahan alginat, sayuran sop, pemanis agar, bahan obat penyakit kantung kemih, gondok, kosmetik.Pemanfaatan rumput laut secara tradisional terutama sebagai bahan pangan sebagai campuran kue dan juga sebagai obat. Pemanfaatan rumput laut untuk industrii terutama didasarkan atas kandungan kimia yang terdapat dalam rumput laut terutama alginat, agar-agar, dan karaginan. Algin adalah bahan yang terkandung dalam alga cokelat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika untuk membuat sabun, cream, lotion, shampo. Industri farmasi memerlukannya untuk pembuatan emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul dan filter. Beberapa

3.5.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Kondisi arus laut, gelombang laut, dan segala jenis pergerakan yang terjadi di lautan sangat mempengaruhi komposisi dan kandungan dari rumput laut jenis ini. Komposisi kimia pada rumput laut ini bervariasi berdasarkan jenis spesies dan kondisi lingkungan. Komposisi kimia pada rumput laut jenis ini umumnya dalam bentuk air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar. Rumput laut ini juga mengandung vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam rumput laut ini adalah vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan vitamin C sedangkan mineral dalam rumput laut ini berupa kalium, kalsium, fosfat, natrium, besi, dan iodium. Jenis spesies dan kondisi lingkungan mempengaruhi aktivitas fotosintesis, sehingga mempengaruhi kadar senyawa kimia yang dibentuk dalam tubuh rumput laut (Anggadiredja, 1993).

3.6 SARGASSUM DUPLICATUM

Sumber : algaebase.org Gambar 33. Sargassum duplicatum

: Sargassum duplicatum

3.6.2 BIOLOGI

Alga Sargassum merupakan salah satu marga Sargassum termasuk dalam kelas Phaeophyceae. Ada 150 jenis Marga Sargassum yang dijumpai di daerah perairan tropis, subtropis dan daerah bermusim dingin. Habitat alga Sargassum tumbuh diperairan pada kedalaman 0,5 –

10 m, ada arus dan ombak. Pertumbuhan alga ini sebagai makro alga bentik melekat pada substrat dasar perairan. Di daerah tubir tumbuh membentuk rumpun besar, panjang thalli utama mencapai 0,5-3 m dengan untaian cabang thalli terdapat kantong udara (bladder), selalu muncul di permukaan air ( Rohmimotarto, 1999 ).

3.6.3 DISTRIBUSI

Di Indonesia diperkirakan terdapat lebih dari 15 jenis alga Sargassum dan yang telah dikenal mencapai 12 jenis. Sedangkan di perairan Indo-Pasifik tercatat 58 jenis. Alga Sargassum tumbuh sepanjang tahun, alga ini bersifat “perenial” atau setiap musim barat

maupun timur dapat dijumpai di berbagai perairan. Habitat rumput laut maupun timur dapat dijumpai di berbagai perairan. Habitat rumput laut

3.6.4 MANFAAT

Sargassum secara ekologis ikut andil dalam pembentukan ekosistem terumbu karang dan merupakan tempat asuhan bagi biota kecil, termasuk untuk perlindungan benih ikan dan benur udang serta sarang melekatnya telur cumi-cumi. Jenis Sargassum yang telah dipasarkan di daerah Jawa Barat dari jenis Sargassum polycystum, Sargassum binderi dan Sargassum duplicatum. Marga Sargassum mengandung bahan alginat dan iodin, bermanfaat sebagai bahan industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil. Di bidang industri alginat berfungsi sebagai pengikat air sehingga mudah menembus jaringan kulit dan terikat sempurna. Di bidang industri tekstil berfungsi sebagai pengikat air (pengental), khususnya pada pencapan batik. Sampai saat ini pencapan batik pada industriindustri tekstil masih menggunakan alginat impor dari China sebagai pengental. Peranan alginat pada pencapan batik sebagai pengental yang dicampur dengan zat warna reaktif atau zat warna disperse (Basmal, et al., 2001).

3.6.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Karakteristik spora dari alga yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sementara itu, alga yang tumbuh di daerah tenang memiliki karakterisik spora yang mengandung lapisan lendir, dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air Karakteristik spora dari alga yang tumbuh pada daerah berombak dan berarus kuat umumnya cepat tenggelam dan memiliki kemampuan menempel dengan cepat dan kuat. Sementara itu, alga yang tumbuh di daerah tenang memiliki karakterisik spora yang mengandung lapisan lendir, dan memiliki ukuran serta bentuk yang lebih besar. Gerakan air

3.7 SARGASSUM POLYCYSTUM

Sumber : algaebase.org Gambar 34. Sargassum polycystum

3.7.1 KLASIFIKASI

Klasifikasi rumput laut Sargassum polycystum menurut Estiati (1995) adalah sebagai berikut: Kingdom

: Plantae

Divisi

: Phaeophyta

Kelas

: Phaeophyceae

Ordo

: Fucales

Famili

: Sargassaceae

Genus

: Sargassum

Spesies

: Sargassum polycystum

3.7.2 BIOLOGI

Sargassum polycystum memiliki penampakan bentuk agak gepeng, licin dan batang utama agak kasar. Rumput laut ini merupakan salah satu contoh alga coklat yang mempunyai holdfast, stipe sertablade. Tubuh Sargassum polycystum didominsi oleh warna coklat dengan bentuk talus silindris. Tubuh utama bersifat diploid atau merupakan sporofit, yang mana talusnya mempunyai cabang yang menyerupai tumbuhan angiospermae.

polycystum memiliki air badder yang berfungsi untuk mengapung jika terendam air pada saat air di daerah intertidal pasang dan juga sebagai cadangan air saat terhempas ke tepi pantai (Anggadiredja et al., 2006).

Sargassum

Holdfast yang terdapat pada Sargassum polycystum keras dan kaku ketika dipegang. Begitu juga tekstur pada stipenya. Akan tetapi, berbeda dengan bladenya. Apabila dipegang akan terasa lebih lunak dan mudah untuk dipatahkan. Pigmen fotosintesis yang dimiliki oleh divisi Phaeophyta jenis ini adalah klorofil a dan c. Dengan pigmen lain yang dimilikinya adalah karoten serta xantofil. Sedangkan dinding sel pada spesies ini adalah selulosa, pektin serta asam alginat. Sargassum polycystum bereproduksi secara vegetatif, sporik dan gametik (Anggadiredja et al., 2006).

3.7.3 DISTRIBUSI

Distribusi Sargassum polycystum berada di zona pasang surut karena membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Pigmen Distribusi Sargassum polycystum berada di zona pasang surut karena membutuhkan cahaya matahari untuk berfotosintesis. Pigmen

a dan c. Dengan pigmen lain yang dimilikinya adalah karoten serta xantofil. Penyebaran Sargassum polycystum terdapat di daerah tropis. Sargassum polycystum secara ekologis ikut andil dalam pembentukan ekosistem terumbu karang dan merupakan tempat asuhan bagi biota kecil, termasuk untuk perlindungan benih ikan dan benur udang serta sarang melekatnya telur cumi-cumi. Jenis Sargassum polycystum yang telah dipasarkan di daerah Jawa Barat mengandung bahan alginat dan iodin yang bermanfaat sebagai bahan industri makanan, farmasi, kosmetik dan tekstil ( Bachtiar, 2007).

3.7.4 MANFAAT

Sargassum polycystum merupakan sumber penghasil alginat. Alginat merupakan polimer organik yang tersusun dari dua unit monomer yaitu L-asam guluronat dan D-asam manuronat. Polimer alginat yang bersifat koloid, membentuk gel, dan bersifat hidrofilik menyebabkan senyawa ini dimanfaatkan sebagai emulsifying agent, thickening agent, dan stabilizing agent ( Sulistijo, 2006 ).

Pemanfaatan Sargassum polycystum selama ini adalah sebagai sumber alginat. Pada jaringan talus, asam alginat mengisi ruangan antar sel sehingga memperkokoh saluran jaringan tersebut. Alginat dapat diekstrak dari alga cokelat dengan larutan alkali. Sargassum polycystum mengandung alginat, vitamin C, vitamin E (α-tokoferol), mineral, karotenoid, klorofil, florotanin, polisakarida sulfat, asam lemak, dan asam amino. Tumbuhan ini memiliki potensi dalam penyembuhan Pemanfaatan Sargassum polycystum selama ini adalah sebagai sumber alginat. Pada jaringan talus, asam alginat mengisi ruangan antar sel sehingga memperkokoh saluran jaringan tersebut. Alginat dapat diekstrak dari alga cokelat dengan larutan alkali. Sargassum polycystum mengandung alginat, vitamin C, vitamin E (α-tokoferol), mineral, karotenoid, klorofil, florotanin, polisakarida sulfat, asam lemak, dan asam amino. Tumbuhan ini memiliki potensi dalam penyembuhan

3.7.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Kondisi arus laut, gelombang laut, dan segala jenis pergerakan yang terjadi di lautan sangat mempengaruhi komposisi dan kandungan dari rumput laut jenis ini. Komposisi kimia pada rumput laut jenis ini umumnya dalam bentuk air, abu, protein, lemak, karbohidrat, dan serat kasar. Rumput laut ini juga mengandung vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung dalam rumput laut ini adalah vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan vitamin C sedangkan mineral dalam rumput laut ini berupa kalium, kalsium, fosfat, natrium, besi, dan iodium. Komposisi kimia pada rumput laut ini bervariasi. Jenis spesies dan kondisi lingkungan mempengaruhi aktivitas fotosintesis, sehingga mempengaruhi kadar senyawa kimia ( Atmadja, 1996 ).

3.8 PADINA AUSTRALIS

Sumber : Google Gambar 35. Padina australis

3.8.1 KLASIFIKASI

Kingdom

: Plantae

: Padina australis

3.8.2 BIOLOGI

Padina australis biasa ditemukan di pinggir pantai dan bebatuan. Penyebaran algae ini tersebar luas di perairan Pasifik selatan terutama di wilayah Australia dan perairan Samudera Hindia. Di Indonesia sendiri alga ini mudah sekali ditemukan di hampir seluruh pesisir kepulauan. Dinding selnya mengandung selulosa dan pektin. Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu agar. Unsur utama dari bagian luar adalah selulosa, dianggap kimiawi karena identik dengan tanaman vaskular. Protoplas sel vegetatif umumnya memiliki vakuola pusat dan inti tunggal. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil (Atmadja, 1996).

3.8.3 DISTRIBUSI

Padina australis umumnya hidup di air laut, khusunya diperairan laut yang dingin, dapat juga ditemukan hidup melekat di bebatuan pada rataan terumbu karang di pinggiran pantai. Dinding selnya mengandung selulosa dan pektin. Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu agar.

Cadangan makanan berupa laminarin, yaitu sejenis karbohidrat yang tergolong dalam polisakarida selain laminarin juga ditemukan manitol. Mempunyai satu flagel pada gamet jantan yang terletak pada bagian sisinya dan termasuk dalam ordo Dictyotales. Perkembangbiakan Padina australis dapat berlangsung secara vegetatif maupun generatif. Padina australis memiliki pergantian keturunan isomorfik-diplohaplontic. Siklus hidupnya, terdapat fase sporofit (tumbuhan diploid) dan gametofit (tumbuhan haploid) yang bentuk thalusnya mirip (Atmadja, 1996).

3.8.4 MANFAAT

Alga coklat adalah jenis alga yang telah lama diketahui kegunaannya dalam menghasilkan senyawa alginat (alginofit). Senyawa ini banyak dimanfaatkan dalam dunia industri, terutama industri pangan untuk dijadikan bahan pengental, bahan pengemulsi, stabilitator, pembentuk film, dan pembentuk gel. Produksi dari senyawa alginat saat ini berasal dari alga coklat di wilayah sub tropis, seperti Macrocystis pyrifera, Ascophyllum nodosum, Laminaria hyperborea, L. Digitata, Ecklonia maxima, dan Lessonia nigrescans. Klasifikasi dari jenis alga ini yaitu Kingdom Plantae, Divisi Phaeophyta, Kelas Phaeophyceae, Ordo Dictyotales, Famili Dictyotaceae, Genus Padina, Spesies Padina australis. Spesies ini menunjukkan ciri utama yaitu thali berukuran besar (sekitar

15 cm), membentuk kipas dengan lebar 2 – 8 cm, dan terdapat segmen- segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial. Thalus Padina australis tersusun dari epidermis dan sel parenkim. Ukuran lembaran thalus yaitu 5 – 10 cm dan bersifat mudah robek. Warna utama 15 cm), membentuk kipas dengan lebar 2 – 8 cm, dan terdapat segmen- segmen lembaran tipis (lobus) dengan garis-garis berambut radial. Thalus Padina australis tersusun dari epidermis dan sel parenkim. Ukuran lembaran thalus yaitu 5 – 10 cm dan bersifat mudah robek. Warna utama

3.8.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, tempratur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Disamping itu, rumput laut juga hidup sebagai fitobentos dengan cara melekatkan talus pada substrat pasir, lumpur berpasir, karang, fragmen karang mati, kulit kerang, batu atau kayu. Sedangkan H. micronesica sendiri hidup melekat pada substrat pasir (Dahuri, 2003).

3.9 UDOTEA FLABELLUM

Sumber : Google Gambar 36. Udotea flabellum

3.9.1 KLASIFIKASI

Kingdom

: Plantae

Phylum

: Chlorophyta

Class

: Bryopsidophyceae

: Udotea flabellum

3.9.2 BIOLOGI

Udotea flabellum adalah sala satu alga hijau yang termasuk dalam ordo Bryopsidales dengan genus Udotea. Ganggang ini ditemukan di dasar perairan laut dan menempel di dasar, Penampakan alga ini hampir mirip dengan Halimeda hanya mempunyai thalli yang lebih tipis berbentuk lembaran dan tidak membentuk segmen-segmen yang jelas. Bentuknya menyerupai kipas yang berlipat-lipat berwarna hijau pada bagian permukaan. Udotea flabellum merupakan golongan divisi Chlorophyta atau Alga hijau yang merupakan kelompok terbesar dari vegetasi algae. Algae hijau berbeda dengan devisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti tumbuhan tingkat tnggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karoten dan xantofit (Sulisetjono,2009).

Udotea flabellum memiliki beberapa karakteristik yaitu talusnya berbentuk kipas, sedang kalsifikasi, soliter dengan porsi melampirkan pendek tebal memperluas segera menjadi pisau datar berbentuk tali, sering lobed, sangat zonate, dibedakan ke dalam zona terang dan gelap, fleksibel, baik kalsifikasi, melekat pada dasar melalui suatu memanjang , bulat, massa akar. Stipe silinder, sekitar 3 cm, 4 mm diameter, melebar di atas dan sangat diperluas ke flabellum luas. Para flabellum sekitar 10 cm,

15 cm luas, tidak teratur terbagi menjadi beberapa segmen. Daun yang terdiri internal filamen pluriseriate, sangat tegas koheren ke dalam korteks perusahaan. Pada filamen 25-45 pM diameter, padat bercabang, dengan berbagai teratur ditempatkan pedicellate pelengkap lateral, padat dan fasciculanya bercabang dan terminating di truncate atau apieces dactyline. Blade sifon konstriksi atas dikotomi tidak ada atau sedikit jarang simetris; pelengkap lateral yang tidak teratur spasi, panjang bertangkai, bercabang dikotom, Apeks ramai, pendek, bulat (Sulisetjono,2009).

3.9.3 DISTRIBUSI

Habitat dari makroalga hijau ini adalah di air laut, biasanya di zona pasang surut yang berdasar pasir bercampur Lumpur. Sering tumbuh dibawah kanopi padang lamun. Sebaran. Asli sebagai alge tropis. Banyak ditemukan di perairan Kepulauan Nusantara. Tumbuh di daerah terumbu karang umumnya. Cadangan makanan pada ganggang hijau berupa amilum, tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang yaitu amilopektin seringkali amilum terbentuk dalam granula bersama dengan bahan protein dalam plastida disebut pirenoid (Tjitrosoepomo, 2009).

3.9.4 MANFAAT

Dalam pemanfaatan secara ekonomis Udotea flabellum masih sangat minim,atau bahkan belum dimanfaatkan. Bila ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga Dalam pemanfaatan secara ekonomis Udotea flabellum masih sangat minim,atau bahkan belum dimanfaatkan. Bila ditinjau secara biologi, alga merupakan kelompok tumbuhan yang berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel dan berbentuk koloni. Di dalam alga

3.9.5 HUBUNGAN DENGAN OSEANOGRAFI

Penyebaran rumput laut seperti halnya biota perairan lainnya sangat dipengaruhi oleh toleransi fisiologi dari biota tersebut untuk beradaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti substrat, salinitas, tempratur, intensitas cahaya, tekanan dan nutrisi. Secara umum, rumput laut dijumpai tumbuh di daerah perairan yang dangkal dengan kondisi dasar perairan berpasir, sedikit lumpur, atau campuran keduanya. Rumput laut memiliki sifat benthic (melekat) dan disebut juga benthic algae . Disamping itu, rumput laut juga hidup sebagai fitobentos dengan cara melekatkan talus pada substrat pasir, lumpur berpasir, karang, fragmen karang mati, kulit kerang, batu atau kayu (Dahuri, 2003).