Implementasi Visual
B. Implementasi Visual
1. Konsep dan Perwujudan Karya
a. Konsep Bentuk
Sehubungan dengan konsep perwujudan bentuk subject matter yang dihadirkan dalam karya lukis ini yaitu figur atau objek penghuni alam monster, yang terdiri dari tiga jenis monster dengan karakter bentuk yang berbeda.
Pertama, monster id yang diadopsi dari karakter perilaku id dalam struktur mekanisme pertahanan ego. Karakter id tersebut begitu kompleks, yaitu ganas, liar, buta, penuh dengan vitalitas energi untuk bergerak, dan menyimpan misteri yang sulit ditebak. Hal tersebut mengingat bahwa id sendiri merupakan penguasa alam bawah sadar yang merupakan suatu wilayah dimana berbagai tekanan, hasrat, keinginan, yang tertunda, bahkan tidak mungkin direalisasikan, harus ditampung di dalamnya. Sedangkan untuk menjaga wilayahnya, id harus terus bergerak untuk membuang luapan yang tak mampu ditampung dalam wilayah alam bawah sadar tersebut, supaya tidak menimbulkan kerusakan yang terlalu parah. Maka dari itu, id merupakan monster yang mempunyai kesan sangat kuat, lentur, mengerikan, bahkan suka
mengamuk tak terarah, menjijik‟kan dan tak bisa diam. Sehingga, dalam
commit to user
perwujudan bentuk yang ditampilkan tidak sama dengan bentuk representasi lagi yaitu sudah melalui penggubahan bentuk dengan teknik abstraksi. Bentuk yang diolah tersebut adalah bentuk berbagai organ tubuh makhluk hidup yang bergabung menjadi satu kesatuan bentuk.
Kedua, monster ego yang diadopsi dari karakter perilaku ego dalam struktur mekanisme pertahanan ego. Karakter ego tersebut yaitu sebagai operator yang merealisasikan dorongan id maupun tuntutan atas super ego ke dunia luar (realitas) atau dunia nyata. Sehingga monster ego dalam hal ini merupakan monster yang memiliki kesan lebih tenang, tidak agresif bahkan terkesan lambat. Seperti halnya konsep bentuk id, bahwa bentuk ego yang dihadirkan merupakan abstraksi dari bentuk makhluk hidup di alam, yaitu, abstraksi bentuk figur kepala manusia yang digabung dengan bentuk siput darat.
Ketiga, monster super ego yaitu diadopsi dari karakter perilaku super ego dalam struktur mekanisme pertahanan ego. Karakter tersebut yaitu selalu menuntut ego untuk tidak selalu menuruti dorongan id. Hal tersebut dilakukan super ego bila dorongan id sudah di luar batas pelanggaran yang terprogam dalam super ego yang diciptakan oleh ego. Untuk itu, monster super ego dalam hal ini diwujudkan dengan figur robot. Figur robot yang dimaksud dalam hal ini adalah figur robot humanoid yaitu robot yang berbentuk sebagaimana tubuh manusia.
Perwujudan seni sebagai satu kesatuan karya mampu menjadi ekspresi yang bermatra individual, sosial, maupun budaya dengan muatan substansi ekspresi yang merujuk pada berbagai tema, interpretasi, atau pengalaman
commit to user
hidup penciptanya. Pertama, karya seni berisikan pesan dalam idiom komunikasi; kedua, merangsang perasaan misteri: sebuah perasaan yang lebih dalam dan kompleks dibanding apa yang tampak dari luar karya tersebut. Konsep perwujudan dalam Tugas Akhir ini terimplementasi dalam sub-bab totalitas karya atau bentuk.
b. Bentuk atau Perwujudan Karya
Bentuk adalah totalitas penggambaran yang dapat ditangkap oleh persepsi panca indera. Penulis dalam hal ini berusaha untuk menciptakan monster dengan bentuk yang beragam namun masih dalam karakter bentuk yang sama dengan karya penulis sebelumnya. Proses mewujudkan bentuk tersebut mengandalkan energi spontanitas yang mempengaruhi perasaan penulis saat proses berkarya berlangsung guna menghadirkan penekanan emosional yang melandasi bentuk karya. Bentuk yang divisualisasikan dalam karya ini sudah tidak lagi berwujud representative dari objek yang sebenarnya.
Objek dan figur tersebut merupakan bentuk-bentuk yang abstraksi dari bagian tubuh manusia dan binatang. Abstraksi adalah s uatu proses pemisahan aspek tertentu dari objek secara keseluruhan, dan hanya memusatkan perhatian pada satu aspek saja di antara beberapa aspek yang ada. Kemudian, bentuk objek atau figur tersebut ditransformasikan lagi menjadi bentuk yang baru. Transformasi bentuk tersebut mengarah pada penggambaran wujud untuk mencapai karakter ganda dari suatu objek atau figur menjadi bentuk objek atau figur yang lain sesuai dengan konsep bentuk yang diinginkan. Untuk menjelaskan bentuk karya dengan tema figur monster yang dimaksud
commit to user
sehingga penulis merumuskannya melalui unsur-unsur bentuk dalam prinsip desain dalam penciptaan sebagai berikut:
1) Garis
Pengertian garis dalam hal ini adalah kesan jejak tinta dalam goresan yang disebabkan oleh permainan mata bollpoint-pen di atas kertas. Sehingga dengan goresan tersebut penulis mampu mengeksploitir semaksimal mungkin sifat-sifat garis melalui tinta ballpoint-pen, sebagai, pencurahan seluruh perasaan penulis yang dicurahkan melalui bentuk yang penuh dengan goresan-goresan pena. Dalam proses ini, sesuai dengan kemampuan spontanitas yang dimiliki penulis. Sehingga, emosi yang terpendam, akan tercurah (terbebas) melalui jejak-jejak tinta yang tergoreskan dalam pengertian garis tersebut. Sifat garis yang divisualkan dalam karya ini meliputi, garis lengkung, lurus, bergelombang, panjang, pendek, tebal dan juga tipis dengan penekanan pena yang kuat, sehingga, memunculkan karakter tegas, kasar dan kesan yang mencolok. Ada juga goresan dengan penekanan yang lemah, sehingga memunculkan kesan halus dan samar. Penulis memanfaatkan kombinasi antara sifat-sifat garis tersebut sebagai pembentuk objek maupun figur yang dihadirkan.
2) Bidang ( Shape)
Bidang (Shape) adalah suatu bentuk yang sekilingnya dibatasi oleh garis. Sedangkan bidang yang ditampilkan dalam hal ini adalah bidang geometris dan bidang organis. Bidang geometris lebih mengarah pada bentuk-bentuk geometrik seperti segiempat, segitiga, dan segi-segi lainnya
commit to user
dan lingkaran, maupun bulatan. Sedangkan, bidang organis lebih mengarah pada bentuk-bentuk bebas yang tidak terbatas.
Dalam visualisasi karya yang dihadirkan, penulis memanfaatkan kombinasi antara shape geomertis dan shape organis tersebut, menjadi bentuk masing-masing bagian organ tubuh figur dan objek yang dihadirkan. Sedangkan kombinasi antara kedua jenis shape yang didominasi dengan shape geomatris, menjadi bentuk seperti lempengan- lempengan besi, silinder, bulatan. Susunan tersebut kemudian berwujud menjadi satu kesatuan bentuk yaitu robot yang berbentuk seperti tubuh manusia. Kemudian kombinasi yang didominasi dengan shape organis, menjadi berbagai bentuk transformasi dari wujud bentuk figur kepala manusia menjadi wujud bentuk siput darat, dan bentuk lainnya.
3) Tekstur
Tekstur merupakan nilai raba suatu permukaan. Berdasarkan pemahaman tentang penggolongan jenis tekstur, yaitu tekstur aktual dan tekstur semu, maka penulis mencoba memanfaatkan kedua jenis tekstur tersebut. Tektur semu yang dihadirkan yaitu oleh adanya permainan sifat garis yang dirasa kompleks sehingga mempunyai kesan raba meskipun nilai rabannya tidak seperti yang terlihat ketika diraba. Sedangkan, tekstur aktual dalam hal ini penulis memanfatkan sifat bahan material kertas ivory yang telah diolah sedemikian rupa (lihat pada uraian medium) sehingga membantu penulis untuk menciptakan efek berserabut. Dengan adanya sifat tersebut berpadu dengan teknik goresan individual penulis maka akan menghasilkan kesan bentuk tersendiri.
commit to user
4) Ruang
Ruang dalam hal ini adalah daerah yang memiliki kesan tiga dimensi dimana suatu unsur seni dapat ditempatkan atau dihadirkan. Ruang dalam seni rupa dibagi menjadi dua macam, yaitu, ruang nyata dan ruang semu. Ruang nyata adalah bentuk dan ruang yang benar-benar dapat dibuktikan oleh panca indera. Sedangkan ruang semu adalah kesan indera penglihatan terhadap permainan bentuk dan ruang seperti apa adanya. Penulis memanfaatkan kesan ruang semu untuk mendukung konsep perwujudan yang akan dihadirkan dalam karya ini. Kesan ruang semu tersebut yaitu oleh adanya persepsi visual antara putih kertas karton ivory terhadap kesan gelap terang bentuk, penataan susunan figur dan objek monster (adanya balance), serta permainan sifat garis yang membentuk persepektif yang dihasilkan dari goresan ballpoint-pen.
2. Medium
a. Bahan Bahan yang dipilih penulis dalam karya ini adalah kertas karton ivory lembaran, dengan jenis dua muka yang berukuran panjang kali lebar, yaitu 109 cm x 79 cm dengan berat bersih 350 gram. Berdasarkan pengalaman beberapa semester yang telah dilakukan dalam pengerjaan tugas studio lukis, penulis cenderung memilih kertas karton ivory tersebut sebagai material (bahan) karya dalam pengerjaan tugas akhir ini bila dibandingkan dengan bahan yang lainnya. Penulis mempunyai beberapa alasan antara lain, yaitu:
commit to user
1) Bahan kertas karton ivory dirasa mampu menantang ketajaman kreatifitas penulis untuk mengekplorasi bahan tersebut lebih jauh lagi. Lebih lanjut lagi bahwa, kertas karton ivory tidak harus digunakan sebagaimana kebanyaakan orang menggunakannya fungsi kertas tersebut secara umum atau secara mentah (langsung menggunakannya tanpa mengolahnya terlebih dahulu). Maka dari itu, penulis mencoba mengolah karton ivory tersebut melalui beberapa proses sebelum siap untuk digunakan sebagai bahan untuk melukis. Proses tersebut yaitu, memisahkan lapisan permukaan pada salah satu sisi muka. Sehingga, bagian kertas karton ivory yang tertinggal adalah bagian dalam tanpa lapisan pemutih. Perpaduan antara bahan kertas karton ivory dan cara pengolahan proses pemisahan lapisan tersebut dirasa menarik. Hal tersebut ternyata mampu menghadirkan tekstur aktual yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan kertas karton ivory sebelum diproses (yang masih halus), kertas jenis lain pada umumnya ataupun kanvas. Tekstur yang dimaksud adalah seperti serabut-serabut halus, dan dirasa masih langka, bila dibandingkan dengan bahan kanvas atau bahan lainnya.
2) Keunggulan kertas ivory dibandingkan dengan kanvas yaitu teknik goresan yang dihadirkan lebih cocok, dan lebih mudah penerapannya karena disesuaikan dengan pasangan alat yang digunakan, yaitu, ballpoint-pen . Kombinasi daya serap antara kertas karton ivory (setelah mengalami pemrosesan) dengan tinta ballpoint-pen lebih cepat meresap, daripada kombinasi antara ballpoint-pen dengan
commit to user
kanvas. Pengaturan tekanan untuk intensitas tebal maupun tipisnya jejak tinta lebih mudah, serta detail bentuknya pun juga lebih tajam dibandingkan dengan menggunakan kanvas.
b. Alat Alat utama yang digunakan dalam pengerjaan karya lukis ini adalah ballpoint-pen dengan merek dagang PILOT BPT-P. Keuntungan penulis memilih menggunakan alat tersebut yaitu kemampuan ballpoint- pen dirasa lebih cocok dengan teknik melukis penulis saat ini terhadap pasangan bahan yang dipilih, yaitu, kertas karton ivory. Hal tersebut karena mekanisme kerja pada ballpoint-pen menggunakan bola kecil pada mata pen-nya yang dirancang khusus dengan mengandalkan sistem tekanan, supaya jejak tinta yang dihasilkan dapat lebih terarah, dan dapat diatur sesuai dengan daya tekan dalam penerapanya. Penekanan yang mudah diatur tersebut mempermudah penulis untuk menciptakan sifat garis yang diinginkan. Selain itu, kemampuan ballpoint-pen dirasa mampu membuat detail bentuk yang lebih rumit, jika dibandingkan dengan menggunakan alat kuas, spidol atau alat yang lainnya.
Bila menggunakan kuas, dirasa memiliki kelemahan, yaitu, goresannya terlalu banyak, dan menyebar sehingga, sulit untuk menciptakan detail yang diinginkan. Sedangkan, jika menggunakan rapido dan spidol, memiliki kelemahan, yaitu, selain mudah rusak, penekanan jejak tinta yang dihasilkan juga sulit untuk diarahkan (tidak mudah diatur), dan menjadikan kertas menjadi terlalu basah saat menggunakan teknik
commit to user
arsir. Sehingga, hal tersebut mempersulit penulis dalam membuat detail bentuk yang diharapkan.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, bahwa penulis lebih cenderung memilih ballpoint-pen dibandingkan alat-alat yang lainya, yaitu, berdasarkan kemampuannya. Sedangkan, kemampuan yang dimaksud adalah, cocok digunakan, tidak mudah rusak, sehingga, dalam penekanan jejak tinta mudah diatur untuk menciptakan berbagai karakter garis yang mendukung gagasan penulis, dibandingkan dengan alat lain seperti, rapido, spidol ataupun kuas.
3. Teknik
Teknik yang diterapkan penulis dalam proses berkarya pada tugas akhir ini, menggunakan teknik konvensional (yang telah lazim atau biasa) berupa sentuhan secara langsung di atas kertas, yaitu:
a. Teknik gores Teknik arsir dalam hal ini adalah teknik menarik garis-garis dengan cara menggoreskan mata pena secara berulang, untuk menciptakan kesan gelap terang pada suatu bentuk objek atau figure dengan susunan garis-garis sejajar atau menyilang (miring, vertikal atau horizontal). Dengan cara tersebut maka akan memunculkan kesan tekstur semu dengan karakter seperti bekas goresan, yang mendukung kesan gelap terang pada bentuk objek atau figur.
b. Teknik gosok Teknik gosok atau dusel dalam hal ini adalah teknik untuk menciptakan kesan gelap terang pada bentuk objek atau figur, dengan
commit to user
cara menggosokan mata pena dalam posisi rebah pada permukaan suatu bidang. Dengan cara tersebut maka akan memunculkan kesan tekstur (semu) dengan karakter seperti bekas gosokan, yang mendukung kesan gelap terang pada bentuk objek atau figur.
4. Proses Visualisasi
Pada konsep perwujudan bentuk dalam karya tugas akhir ini selain mengandalkan spontanitas dalam praktek penggarapanya, juga membutuhkan kesabaran dalam proses penyelesaiannya. Hal tersebut menjadikan alasan tersendiri bagi penulis, untuk memulai proses visualisasi berdasarkan tahap-tahap yang dilakukan. Sedangkan, proses visualisasi pada karya tugas akhir ini, melalui beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap Pertama: Tahap pertama dalam proses ini yaitu membuat goresan-goresan dasar yang masih samar dengan menggunakan teknik penekanan ballpoint-pen yang lemah secara langsung (tanpa menggunakan sket pensil atau alat lainnya). Goresan tersebut dilakukan secara terus-menerus sampai membentuk suatu sketsa, yang kemudian sedikit demi sedikit mulai diperjelas menjadi bentuk figur atau objek sebagaimana konsep perwujudan bentuk yang dimaksud.
b. Tahap kedua: Tahap kedua sebagai lanjutan tahap pertama, yaitu dengan meningkatkan tekanan mata ballpoint-pen, sehingga, memperjelas figur atau objek bentuk yang sudah mulai terlihat lebih jelas dari sebelumnya.
commit to user
Selanjutnya dimulai dengan teknik pengarsiran untuk mempertajam bentuk tersebut.
c. Tahap ketiga: Tahap ketiga, yaitu dengan memantapkan bobot bentuk pada objek atau figur dengan teknik arsiran atau teknik dusel sampai menuju intensitas gelap terang untuk memperkuat karakter bentuk figur maupun objek yang dimaksud.
d. Tahap keempat: Tahap keempat adalah tahap terakhir atau disebut juga sebagai tahap penyelesaian yaitu mempertajam detail bentuk yang dihadirkan.
5. Deskripsi Karya
Menurut etimologinya deskripsi atau dalam bahasa inggrisnya „deskription‟, diambil dari sebuah kata kerja transitif „describe‟, yang berasal dari
kata Latin „describere‟ yang artinya “menuliskan”. Pada masa kini kata tersebut berarti untuk memberi penjelasan verbal mengenai sesuatu. Dengan kata lain, pengertian deskripsi adalah tindakan representasi verbal mengenai sesuatu. Sehingga, dalam hal ini penulis akan mendeskripsikan karya seni lukis yang disajikan dalam tugas akhir ini dalam bentuk tulisan. Penjelasan karya dalam penulisan ini sebagai deskripsi umum tentang karya yang ditampilkan, yaitu seperti yang terlihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 8. Sementara dari segi ukuran dan medium yang digunakan, masing-masing karya mempuyai ukuran panjang kali lebar, yaitu 109 cm x 79,5 cm. Sedangkan, medium yang dipilih yaitu ballpoint-pen dengan jenis tinta hitam di atas kertas karton ivory
commit to user
(salah satu lembaran bagian dalam dengan melalui proses pemisahan lapisan; lihat medium, hal. 47).
Ringkasan tema kehidupan alam monster dalam hal ini bahwa monster super ego selalu berupaya menghalangi monster id keluar dari lubang tempat dia berasal, dan sebaliknya monster id selalu berupaya untuk keluar dari lubang kekuasaanya menuju monster ego dengan cara apapun agar dapat terhubung ke dunia luar. Sementara monster ego memiliki dua buah kabel penghubung yang digunakan untuk mengendalikan perilaku ke duanya. Sedangkan panjang dan pendeknya kabel yang terhubung antara monster ego dengan masing-masing monster yang dikendalikannya, menunjukan kuat lemahnya monster tersebut dibawah kendali ego. Kabel yang semakin pendek untuk menunjukkan bahwa, monster tersebut semakin lemah dan berada dibawah kendali monster ego. Sedangkan, kabel yang semakin panjang menunjukan monster tersebut semakin kuat dan monster ego-lah yang berada dibawah kendali monster yang kabelnya paling panjang.
Sedangkan visualisasi figur dan objek yang ditampilkan pada setiap karya Tugas Akhir ini, yaitu : Sesosok figur berwujud fisik seperti manusia yang memiliki karakter bentuk seperti robot (yang kemudian disebut sebagai monster super ego). Bentuk tersebut terdiri dari perpaduan antara lempengan-lempengan besi, dan silinder. Sedangkan elemen-elemen seni rupa untuk menyusun bentuk tersebut, penulis memanfaatkan sifat garis lengkung, lurus, dan perpaduan antara bidang geometris dan bidang organis yang tak beraturan, yaitu segitiga, segi empat, dan segi lainnya yang tak beraturan serta bulatan-bulatan yang kecil yang dihasilkan oleh adanya
commit to user
permainan jejak tinta hitam ballpoint-pen di atas putih kertas ivory. Lebih lanjut lagi yaitu penggunaan teknik dusel pada shape tersebut memberikan kesan gelap terang, tekstur semu dan kesan ruang yang memperjelas bentuk figur serta menampilkan kesan yang kaku. Sedangkan keragaman dari bentuk robot yang tercipta pada karya yang dihadirkan merupakan gerak spontanitas penulis semata. Penjelasan karakter bentuk tersebut, untuk karya pertama sampai dengan karya ke delapan (lihat gambar 1. sampai dengan gambar 8.). Sedangkan deskripsi gesture akan dijelaskan sesuai dengan judul masing-masing karya, yaitu, pada penomoran „a‟ sampai „h‟.
Kemudian figur selanjutnya, yaitu abstaksi figur kepala manusia yang berpadu dengan bentuk siput darat (sebagai monster ego). Figur kepala tersebut menggantikan cangkang siput darat (rumah siput), yaitu posisi wajah menghadap ke arah belakang dengan besaran sudut kurang lebih 45º (derajat). Sedangkan pada tubuh siput tersebut digabungkan dengan bentuk tulang leher hingga ujung tulang sumsung belakang. Tulang tersebut dilukiskan keluar dari celah cangkang kepala sampai menjalar ke bagian kepala siput, sehingga terlihat seperti tulang punggung yang menyangga tubuh siput tersebut. Lebih lanjut lagi, pada kepala siput tersebut digubah lagi menjadi bentuk lain dengan dua buah kabel yang terhubung ke monster lainnya. Perpaduan bentuk siput dipilih untuk menunjukan, sebagaimana, peran otak manusia yang terlihat seperti organ yang lemah, namun, mampu mengendalikan fungsi organ tubuh lainnya. Elemen-elemen seni rupa dalam bentuk tersebut yaitu beragam sifat garis lengkung, lurus, panjang dan pendek yang saling bersinggungan membentuk shape organis. Lebih lanjut lagi sifat –sifat garis yang terlihat membatasi shape tersebut didominasi dengan garis
commit to user
lengkung, pendek dan tidak terlalu tebal. Sedangkan kesan gelap terang dalam shape yang membentuk figur kepala, dan tulang punggung pada karya tersebut, didominasi dengan teknik dusel (lihat teknik hal.50). Sementara, shape yang membentuk badan siput tersebut didominasi dengan teknik arsir searah (lihat gambar 1, 2, 4, 5, 7, 8), namun ada pula yang mengunakan campuran teknik dusel (lihat gambar 3 dan 6). Sifat garis yang menyusun pada bentuk shape tersebut lebih tebal dan lebih banyak dari pada garis yang menyusun shape di bagian kepala (rumah siput).
Dan terakhir adalah objek monster campuran yaitu abstraksi dari organ tubuh manusia dan organ tubuh binatang (monster id). Perpaduan antara abstraksi bentuk organ tubuh manusia seperti wajah tanpa mata, paha yang menyambung dengan tangan, tulang sumsung belakang, daging, otot dan abstraksi bentuk kepala anjing. Abstraksi bentuk tersebut dapat dilihat dari hampir semua shape organis yang disangatkan menjadi semakin membesar dan mengecil pada aspek yang diabstraksikan. Seperti pada bentuk matanya yang melotot tanpa pupil, iris, maupun lensa mata di bagian tengahnya menunjukkan bahwa monsters id tersebut buta (lihat gambar 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, kecuali karya nomor 4., yaitu, tanpa mata). Kesatuan bentuk dari susunan bagian-bagian organ tubuh yang diabstraksi pada objek monster yang tak lazim tersebut menambah kesan bahwa monster tersebut memiliki karakter yang kuat, liar, dan terus bergerak untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam keadaan yang buta. Hal tersebut sebagaimana sifat id dalam struktur alam pikiran manusia yaitu tidak mempedulikan apakah perbuatan yang dilakukan individu yang berada di bawah pengaruh prinsip kenikmatan id sesuai dengan nilai-nilai yang dianggap baik ataupun tidak baik
commit to user
dimasyarakat. Sedangkan sifat garis yang membatasi shape tersebut beragam, mulai dari lengkung, lurus, panjang, pendek, tebal dan tipisnya garis berpadu menjadi satu kesatuan. Namun, dalam bentuk objek monster id tersebut lebih didominasi garis lengkung yang panjang. Seperti yang terlihat pada bentuk kulit yang membalut organ dalam monster id tersebut terlihat memanjang dengan arah yang lurus kemudian melengkung dan juga sebaliknya.
Penempatan antara objek dan figur tersebut meghadirkan kesatuan bentuk yang dinamis, bergerak, hidup tetapi tidak formal. Penataan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya memanfaatkan keseimbagan informal (informal balance ) atau keseimbangan asimetris. Hal ini karena keberagaman bentuk dan ukuran antara figur dan objek yang dihadirkan tidak sama bahkan sangat berbeda.
Kesederhanaan dalam karya Tugas Akhir ini lebih ditekankan pada penggunaan warna. Curahan tinta hitam dari ballpoint-pen memperlihatkan kesan kontras dengan baground putih yang sedikit coklat kekuningan yaitu dari warna dasar kertas ivory yang telah mengalami proses pemisahan dengan permukaan lapisan pemutihnya. Penulis memilih hitam dan putih mengingat bahwa peran hitam dan putih diantara warna-warna benda yang terlihat di alam sering diabaikan dari pandangan mata manusia. Padahal peran antara hitam dan putih sangat penting dalam menentukan intensitas gelap terangnya warna yang dipersepsikan. Dengan kata lain, hitam dan putih merupakan faktor yang menentukan kehidupan warna tersebut yaitu menyatu dengan warna-warna benda yang terlihat oleh mata. Namun, kemampuan mata manusia (tanpa alat bantu khusus) terbatas dalam mengamati kadar kecerahan dari hitam dan putih tersebut. Sebagaimana, peran aktifitas kehidupan alam pikiran manusia yang sering luput
commit to user
dari kesadaran manusia terhadap segala bentuk aktifitas yang dilakukan dalam kehidupan di dunia nyata.
Sedangkan gesture tubuh yang ditampilkan pada masing-masing karya merupakan wujud pencitraan mengenai peristiwa proses mekanisme pertahanan diri dari masing-masing kebutuhan monster untuk menjadi makhluk yang paling dominan. Hal tersebut sebagai penggambaran wujud dari persepsi penulis bahwa setiap perilaku berfikir yang dialami manusia dalam kehidupan nyata merupakan atas dasar dibawah kendali monster (antara id, ego dan super ego) yang paling dominan tersebut.
Untuk lebih rinci dalam deskripsi karya berikut ini diulas setiap karya, mulai dari karya pertama sampai karya kedelapan sebagai berikut:
a. Karya pertama : Kehidupan Alam Monster I Pada karya kedelapan ini sedikit berbeda dengan bentuk-bentuk sebelumnya. Figur monster super ego dengan pose tangan kanan memegang mulut kabel pada objek monster id sedangkan tangan kirinya juga memegang lanjutan dari kabel yang menghubungkannya dengan figur monster ego. Sedangkan kaki sebelah kanan, menginjak, dan sekaligus menopang sepuruh berat tubuhnya pada organ tubuh objek monster id dan kaki sebelah kirinya bergelantung lurus. Sementara objek monster id pada karya ini dengan posisi kedua kaki yang menyerupai tangan manusia dengan jari-jari yang menancap ke tanah yaitu tempat objek monster id tersebut berpijak. Sedangkan figur monster ego berada pada posisi di belakang sebelah atas dari figur monster super ego. Sementara sifat garis dan bentuk tersebut merupakan spontanitas penulis semata. Sedangkan dominasi bentuk aliran-aliran yang berada
commit to user
disekeliling objek dan penempatan tersebut memberikan kesan keseimbangan asimetris serta menunjukan bahwa batas antara kehidupan alam monster dengan kehidupan alam lainnya.
b. Karya kedua : Kehidupan Alam Monster II Kesan pertama yang terlihat pada karya kedua ini diarahkan pada penataan komposisi objek dan figur yang ditampilkan. Komposisi tersebut yaitu sesosok robot berbentuk manusia dengan posisi tubuh tergantung, dengan keadaan kedua kakinya terjerat oleh bagian tubuh monster id. Sedangkan, monster id tersebut dengan wujud bentuk organ campuran antara kepala anjing, dan bagian wajah manusia, serta tangan manusia, dengan balutan kulit yang terkesan lentur, lengket, dan lunak yang menjadi satu kesatuan objek. Sehingga menyebabkan posisi kepala monster super ego (robot) menghadap ke bawah yaitu ke arah objek monster id yang keluar dari lubang yang menghubungkan alam mereka berada. Sedangkan, tangan bagian kirinya terjerat oleh jaringan organ yang lengket dari bagian tubuh monster id yang unik, yang muncul dari atasnya.
Komposisi jarak antara monster id dan super ego tersebut sebagai penggambaran luapan emosi antara tekanan prinsip kesenangan id dengan tekanan prinsip ideal super ego yang menuntut kesempurnaan terhadap tindakan yang harus direalisasikan ego. Sedangkan, figur kepala manusia yang menempel seperti rumah siput berada di sebelah kiri, sebagai terminal kabel penghubung antara monster super ego dan Monster id. Penampilan bentuk tersebut sebagai penggambaran keadaan Ego penulis dalam upaya melakukan kontrol diri terhadap perilaku super ego (yang menuntut kesempurnaan)
commit to user
dengan id yang saling bertentangan. id berusaha menjadikan ego selalu merasa senang sebagai naluri dasar untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Sedangkan, sebuah lubang yang terletak di sebelah kanan monster ego tersebut merupakan tempat monster id muncul sebagai penggambaran pintu gerbang menuju alam bawah sadar. Penempatan antara objek dan figur tersebut meghadirkan komposisi yang dinamis , bergerak, hidup tetapi tidak formal sehingga memunculkan kesan informal balance atau keseimbangan yang tidak simetris.
c. Karya ketiga: Kehidupan Alam Monster III Karya ketiga memperlihatkan figur monster super ego dengan pose seluruh bagian tubuhnya menghadap kesamping (kiri) dengan kondisi yang rusak yaitu kabel yang terletak di bagian tempurung kepala bagian belakang yang menghubungkannya dengan figur monster ego telah terputus, sehingga, terlihat lunglai tak berdaya. Posisi figur monster ego tersebut tergantung dengan kepala berada di atas dan kaki berada di bawah. Kepala figur monster super ego tersebut diremat oleh objek monster id dengan wujud bentuk tangan yang menyatu dengan bentuk seperti kepala anjing yang muncul dari atas. Hal tersebut menunjukan perlawanan terakhir dari keganasan figur monster super ego terhadap keganasan monster id. Sedangkan salah satu kaki bagian kanan figur monster super ego tersebut terbelit oleh bagian tubuh objek monster id yang muncul dari bawah. Sedangkan bagian tangan sebelah kanan figur monster super ego tersebut dalam pose masih memegang kabel yang terputus antara objek monster id dengan monster ego.
commit to user
Hal tersebut menunjukkan bahwa objek monster id telah menguasai monster ego yaitu dengan keberhasilannya menyingkirkan monster super ego sebagai penjaganya. Sedangkan figur monster ego yang berada dibawah kendali objek monster id tersebut mengalami transformasi bentuk yaitu tumbuh lagi bagian kepala siput beserta tulang punggungnya yang muncul dari cangkang yang berbentuk seperti kepala manusian. Kemudian kabel tersebut terhubung dengan objek monster id yang berada di atas. Sifat garis yang membatasi shape yang membentuk figur monster ego tersebut lebih tebal serta lebih pendek. Ketebalan garis yang dipadu dengan penataan antara figur dan objek monster tersebut menjadikan figur monster super ego sebagai “center point” dari karya tersebut.
d. Karya ketiga: Kehidupan Alam Monster IV Karya ketiga, pandangan audiens akan terarah pada figur monster super ego dengan pose membelakangi audiens dengan posisi kaki bagian kanan (dari telapak kaki sampai dengan paha bagian atas) dan tangan (dari telapak tangan sampai bagian atas sikut) tengelam (terlilit) dalam organ kepala objek monster id. Sementara kaki kirinya menahan beban tubuhnya yang hampir tenggelam dengan tangan sebelah kiri memegang kabel yang yang menghubungkan antara objek monster id dan figur monster ego. Sementara objek monster id dalam posisi menahan beban tubuhnya dengan kedua kakinya yang berbentuk seperti tangan manusia dan juga modifikasi bentuk organ bagian tubuhnya yang lain, dengan dinding lubang tempat monster id tersebut muncul. Hal tersebut menunjukan, bahwa objek monster id sedikit lebih kuat dari monster super ego. Sedangkan kabel yang
commit to user
menghubungkan antara keduanya semakin panjang, yang menunjukkan bahwa monster ego dalam keadaan dibawah pengaruh konflik antara keduannya. Penataan komposisi antara figur dan objek tersebut terlihat begitu mendominasi sehingga kesatuan bentuk monster super ego dan objek monster id menjadi “center point” pada karya tersebut.
e. Karya keempat: Kehidupan Alam Monster V Figur monster super ego dengan pose duduk di atas organ tubuh objek monster id, dimana seluruh tubuhnya menghadap ke kiri dengan kaki kiri ditekuk. Sedangkan kaki kanannya bergelantung, namun tertutup oleh bagian organ objek monster id. Sementara tangan sebelah kiri memegang kabel monster id, sedangkan tangan kanannya menyangga beban tubuhnya. Pose figur monster super ego tersebut memperlihatkan kesan santai, karena tidak adanya berlawanan dari objek monster id. Sedangkan objek monster id tersebut terlihat tak berdaya. Sementara figur monster ego justru terlihat menyeramkan dan lebih kuat dari karya sebelumnnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa monster ego sedang berada dibawah kendali monster super ego . Sedangkan “center point” pada karya tersebut adalah pose figur monster super ego.
f. Karya kelima: Kehidupan Alam Monster VI Figur monster super ego dengan posisi tubuh berdiri menghadap ke depan, sedangkan bagian kepalanya menghadap ke samping kiri yaitu sedang menatap gerak objek monster id. Sedangkan kedua tangannya sedang memegang dan menarik kabel yang menghubungkan antara objek monster id
commit to user
dengan figur monster ego, sedangkan kaki kanannya menginjak kulit kaki kanan dari objek monster id yang berbentuk seperti telapak tangan manusia. Objek monster id tersebut terlihat seperti berusaha meloloskan diri dari figur monster super ego dengan cara mengalihkan lubang yang dapat di pindah kemanapun sesuai keinginnan objek monster id tersebut. Sementara figur monster super ego berusaha untuk menghentikan id supaya tidak melarikan diri dari penjagaannya. Sehingga, kesan pertama yang menjadi “center point” pada karya tersebut adalah pose figur monter super ego.
g. Karya keenam: Kehidupan Alam Monster VII Gesture tubuh figur monster super ego dengan pose badan menghadap ke kiri yaitu menghadap ke arah objek monster id. Sementara, tangan kanan‟nya seperti meninju objek monster id, sedangkan tangan kirinya ditarik kebelakang. Sedangkan kaki kirinya sedikit menekuk dan kaki kanannya menginjak kulit kaki objek monster id sebelah kanan, yang terkelupas namun tidak sepenuhnya. Sehingga objek monster id tersebut terlihat seperti hampir terjatuh ke dalam lubang di bawahnya. Sedangkan figur monster super ego tersebut berada di belakang figur monster super ego . “Center point” pada karya tersebut ditekankan pada pose tubuh antara figur monster super ego dengan objek monster id.
h. Karya ketujuh: Kehidupan Alam Monster VIII Dalam karya tersebut, figur monster super ego berusaha mendorong objek monster id dengan sekuat tenaga. Hal tersebut terlihat dari pose tubuhnya yaitu kedua tangannya menekan tubuh objek monster id yang
commit to user
ukurannya lebih besar dari figur monster super ego. Lebih lanjut lagi, posisi kaki kanannya dengan lutut yang ditekuk ke belakang untuk menahan beban tubuhnya yang semakin condong ke depan. Sementara itu kaki kirinya lurus ke belakang menopang menahan beban seluruh tubuhnya agar tidak terpental. Sedangkan, monster id tersebut, terlihat seakan tak berdaya melakukan perlawanan terhadap dorongan figur monster super ego. Hal tersebut menunjukkan bahwa super ego mendominasi keadaan dan mampu mengalahkan dorongan id terhadap ego.
6. Penyajian
Penyajian karya menggunakan pigura semi-minimalis (bingkai karya atau bingkai lukisan yang lebih sederhana atau tanpa motif ukiran sama sekali) yang dilengkapi dengan kaca non-reflection. Spesifikasi pigura tersebut terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu, pigura bagian luar dan pigura bagian dalam atau sering disebut sebagai panel (pigura bagian dalam). Pigura bagian luar dengan bahan dasar kayu yang berukuran panjang kali lebar, yaitu, 117 cm x 89,5 cm dengan ketebalan rata-rata 2 cm x 4 cm. Sedangkan panel (pigura bagian dalam) sebagai batas antara bingkai luar dengan karya terbuat dari bahan kayu yang dilapisi dengan kertas wallpapper putih bertektsur kasar dengan ukuran antara batas karya dengan bingkai bagian luar, kurang lebihnya 4 cm. Selanjutnya jenis warna kayu pada pigura bagian luar, penulis memilih cat hitam yang dirasa cocok dengan penampilan karya yang dihadirkan. Sedangkan jenis kaca non-reflection yang dipilih, yaitu, kaca jenis dope dengan ukuran panjang kali lebar, 109 cm x 79,5 cm dan dengan ketebalan 2,5 cm. Selanjutnya display karya dengan cara digantung pada dinding menggunakan rantai besi berlapis krom dengan ukuran
commit to user
diameter (ketebalan) masing-masing silindernya 1 mm. Penulis lebih memilih menggunakan rantai tersebut karena dirasa lebih menarik, dan belum begitu populer dari pada menggunakan senar pancing.
commit to user