Unsur-unsur Seni Rupa

E. Unsur-unsur Seni Rupa

1. Garis

Pengertian garis secara umum adalah goresan. Menurut Arfial Arsad Hakim dalam buku panduan “Nirmana Dwi Matra” (1997), menjelaskan bahwa garis adalah sederetan titik-titik yang berhimpit yang juga merupakan suatu goresan atau sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk seperti benang atau pita. Dengan kata lain, garis merupakan deretan (kumpulan) titik-titik yang dimulai dari sebuah titik ke titik berikutnya yang kemudian digerakkan kearah tertentu sehingga terjadilah apa yang disebut dengan garis (Arfial Arsad Hakim,1997: 42).

Sementara itu, Nooryan Bahari dalam bukunya “Kritik Seni: Wacana, Apresiasi dan Kreasi” (2008), menjelaskan bahwa garis mempunyai dimensi

ukuran dan arah tertentu beserta sifat-sifatnya yang khas yaitu bisa pendek, panjang, halus, tebal berombak, lurus, melengkung, dan mungkin masih ada sifat yang lainnya. Garis yang digoreskan dengan jujur mengikuti kata batin sang pencipta, maka disanalah akan ditemukan identitas sang pencipta tersebut.

commit to user

Karakter garis bersifat personal dan mampu melahirkan bentuk sekaligus tekstur, nuansa, ruang dan volume tertentu, sehingga melahirkan karakter khusus dari seseorang (Nooryan Bahari, 2008: 98-99).

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Darsono Sony Kartika dalam bukunya yang berjudul “Seni Rupa Modern” (2004), bahwa ―garis yang dibuat oleh seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Sehingga, –garis mempunyai karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman (Darsono Sony Kartika, 2004: 40)‖. Dari

beberapa pemahaman tentang pengertian garis seperti diatas, maka dapat ditarik kesimpulan dalam hubungannya dengan karya penulis, yaitu garis merupakan terhubungnya antara titik yang berhimpit yang membentuk suatu goresan dengan dimensi dan arah tertentu sehingga memunculkan karakter khusus yang menghadirkan kesan seperti pada sehelai benang.

2. Bidang (Shape)

Bidang (shape) adalah suatu bentuk yang sekilingnya dibatasi oleh garis. Secara umum bidang dikenal dengan dua jenis, yaitu bidang geometris dan organis. Bidang geometris meliputi lingkaran, segi empat, segi tiga, dan jenis- jenis segi yang lainnya. Sedangkan bidang organis dengan bentuk bebas yang terdiri dari aneka macam bentuk yang tidak terbatas (Nooryan Bahari, 2008: 100).

3. Tekstur

Tekstur merupakan kesan raba suatu permukaan. Tekstur dibagi menjadi dua macam jenis yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Pertama, tekstur nyata, yaitu nilai permukaan nyata atau sesuai antara kesan yang tampak dengan nilai

commit to user

raba yang sebenarnya. Kedua, adalah tekstur semu yaitu, kesan raba permukaan benda yang disebabkan persepsi indera penglihatan terhadap teknik gelap terang(kesan aktual) yang ditampilkan pada objek tersebut, namun nilai raba yang sebenarnya justru terasa sangat halus atau licin ketika diraba (Nooryan Bahari, 2008: 102).

4. Ruang

Ruang adalah wilayah dimana suatu objek maupun peristiwa berada. Dalam hubungannya dengan seni rupa, pengertian ruang lebih dikhususkan lagi, bahwa, ruang adalah daerah yang memiliki kesan tiga dimensi dimana suatu unsur seni dapat ditempatkan atau dihadirkan. Ruang dalam seni rupa dibagi menjadi dua macam, yaitu ruang nyata dan ruang semu. Ruang nyata adalah bentuk dan ruang yang benar-benar dapat dibuktikan serta dapat dicerap oleh panca indera. Sedangkan, ruang semu adalah kesan indera penglihatan terhadap permainan bentuk dan ruang seperti apa adanya.

5. Warna

Pengertian warna secara objektif atau fisik, yaitu warna adalah sifat cahaya yang dipancarkan. Sementara pengertian cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang panjangnya antara 380 – 760 nanometer. Warna dapat dibentuk oleh panjang gelombang cahaya yang tampak oleh mata, yaitu, salah satu bentuk pancaran energi yang merupakan bagian sempit dari gelombang elektromagnetik. Sementara secara subjektif atau psikologis, warna adalah sebagian dari pengalaman indra penglihatan manusia (Pinel, John P.J., 2009: 162; Wirania Swasty, 2010).

commit to user

Penjelasan diatas, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nooryan Bahari (2008) yang mengungkapkan, bahwa, warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi indera penglihatan manusia (Nooryan Bahari, 2008: 100). Dalam memahami warna selanjutnya maka penulis mencoba untuk menyederhanakannya menjadi beberapa sub pemahaman tentang warna, yaitu:

a. Pemahaman warna menurut kejadiannya Menurut kejadiannya, warna dibagi menjadi dua macam kelompok, yaitu warna primer additive dan warna primer subtractive. Pertama, warna additive adalah warna yang berasal dari cahaya yang biasa disebut spectrum warna. Warna primer addictive tersebut terdiri dari tiga warna pokok, yaitu, merah (red), hijau (green), dan biru (blue). Kedua, warna subtractive adalah warna yang berasal dari bahan yang disebut pigmen. Warna primer subtractive tersebut terdiri dari tiga warna pokok yaitu biru (blue), merah (red), dan kuning (yellow) (Wirania Swasty, 2010 & Wolke, 2000 diterjemahkan oleh Alex Tri Kanjono W, 2005).

b. Klasifikasi warna Klasifikasi warna primer menurut teori Brewster (1831), mengklasifikasikan warna yang berasal dari pigmen menjadi empat kategori, yaitu warna primer, warna sekunder, warna tersier, dan warna netral. Pertama, warna primer adalah warna dasar yang belum tercampur dengan warna-warna lain. Warna dasar pigmen tersebut meliputi merah, biru, dan kuning. Kedua, warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari proses pencampuran antara satu warna primer dengan satu warna

commit to user

primer yang lain, dengan perbandingan 1:1. Ketiga, warna tersier adalah warna yang dihasilkan dari proses pencampuran antara satu warna primer dengan satu warna sekunder. Keempat, warna netral adalah warna dari hasil pencampuran ketiga warna dasar dengan proporsi 1:1:1. Pencampuran yang tepat biasanya akan menjadi warna hitam (Wirania Swasty, 2010).

c. Putih dan Hitam Penggunaan jenis warna dalam konsep penciptaan karya ini, yaitu warna putih dan hitam, maka diperlukan pemahaman antara kedua jenis warna tersebut. Hal tersebut mengingat adanya pertentangan antara kedua kelompok orang (peneliti). Pertama, salah satu kelompok menyatakan, bahwa putih sama sekali bukan warna, dalam arti lebih khusus lagi yaitu tanda ketidakhadiran warna. Kedua, kelompok yang lain menyatakan bahwa, putih adalah warna.

1) Putih Pertama, cahaya putih merupakan campuran semua warna yang terdiri dari semua panjang gelombang yang dapat dilihat oleh kemampuan (indera penglihatan) mata manusia. Pengertian ‗putih‘ atau dalam bahasa Inggris ‘nya “white”, yang berasal dari bahasa Indo-Eropa yang berarti ―terang‖ atau ―benderang‖ tanpa warna sama sekali. Sehingga cahaya putih bagi penglihatan mata manusia dikenal sebagai cahaya tanpa warna. Sir Isaac Newton (1666) membuktikan bahwa, cahaya netral tersebut dapat diuraikan menjadi tujuh kategori dalam spektrum warna, yaitu; merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Hal

commit to user

tersebut sebagai upaya untuk membuktikan bahwa warna-warna tersebut bergabung membentuk cahaya yang disebut putih. Kedua, sebuah benda putih disebut putih ketika cahaya putih mengenainya, yang kemudian benda tersebut memantulkan semua warna yang datang ke arah tersebut secara merata ke mata kita tanpa mengubah komposisi campurannya sama sekali. Lebih lanjut lagi, molekul-molekulnya yang kebetulan tidak menyerap cahaya tampak, menjadikan benda tersebut terlihat mempunyai warna yang sama dengan cahaya putih yang meneranginya. Sehingga orang menyebut warna benda tersebut ―putih‖. Artinya benda tersebut tidaklah mempunyai warnanya sendiri

(Wolke, 2000 diterjemahkan oleh Alex Tri Kanjono W, 2005).

2) Hitam Pengertian hitam ditinjau dari sudut pandang warna addictif merupakan ketidak hadiran cahaya yang menjadikan mata tidak mampu melihat sesuatu benda sama sekali (Pineal, John P.J., 2009). Sedangkan ditinjau dari sudut pandang warna subtractif, bahwa hitam adalah warna netral, yang tercipta dari adanya percampuran antara ketiga warna primer pigmen dengan perbandingan proporsi yang tepat (Wirania Swasty, 2010). Warna benda hitam tersebut mempunyai sifat yang berlawanan dengan warna benda putih, yaitu warna benda hitam lebih didominasi dengan banyak menyerap cahaya, dan sedikit memantulkan cahaya yang mengenainya (Wolke, 2000 diterjemahkan oleh Alex Tri Kanjono W, 2005).

commit to user

Dari pemahaman warna diatas maka dapat disimpulkan, bahwa, warna adalah kesan yang ditimbulkan oleh adanya sifat cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi persepsi penglihatan mata manusia. Sedangkan putih dan hitam dalam hal ini adalah sama-sama sebagai warna benda netral. Kedua warna benda netral tersebut (hitam dan putih) memiliki sifat yang berseberangan terhadap persepsi penglihatan mata manusia. Dengan kata lain, sebenarnya kedua kelompok tesebut mengungkapkan dua hal berbeda, dimana kelompok yang satu mengungkapkan cahaya putih, dan yang satunya lagi mengungkapkan benda berwarna putih.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN DALAM PEMILIHAN KULINER DI KAWASAN WISATA ALAM KEMUNING

0 1 6

PENGGUNAAN SALAM SEBAGAI UNGKAPAN SAPAAN DALAM DRAMA SEIGI NO MIKATA DAN OHITORISAMA Utami Sulistyaningrum Program Studi Magister Ilmu Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Posel: utamimichan91gmail.com ABSTRAK - PENGGUNAAN SALAM SEBAGAI UNGK

0 0 15

SISTEM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM PERSPEKTIF KONVENSI INTERNASIONAL HAK-HAK ANAK Chusniatun Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: chusniatun_umsYahoo.co.id ABS

0 0 30

MULTI AKAD MUAMALAH DALAM REKSADANA SYARI’AH

0 0 15

PELAKSANAAN PROGRAM KULLIYATU TAHFIDZ AL-QUR’AN DALAM MENINGKATKAN HAFALAN SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 20162017 Nurul Latifatul Inayati, Isnaya Arina H, dan Izzah Azizah Al Hadi Program Studi Pendidikan Agama Is

0 2 16

PENGALAMAN BERORGANISASI DALAM MEMBENTUK SOFT SKILL MAHASISWA

0 0 8

Moh. Chairil Asmawan Dosen Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail: mca122ums.ac.id ABSTRACT - KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENDUKUNG GERAKAN LITERASI SEKOLAH

0 1 12

AFINITAS TEMBANG MACAPAT ASMARADANA KARYA MANGKUNEGARA IV PADA PUISI ASMARADANA KARYA GOENAWAN MOHAMMAD

0 14 10

Dewi Untari Universitas Sebelas Maret Surakarta dewi.untari70gmail.com Abstract - EKSISTENSI BAHASA JAWA DALAM WACANA MEME

0 0 9

KONSEP KARYA TUGAS AKHIR - Perancangan Novel Grafis “Sang Penyair Tinggal Nama?” Adaptasi dari Biografi Wiji Thukul

0 2 108