B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP KEBIJAKAN
PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA
Istilah “kebijakan” merupakan terjemahan dari kata
“politik. Menurut Miriam Budiardjo, pengertian politik politics
adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagaian besar warga, untuk
membawa masyarakt ke arah kehidupan bersama yang harmonis. Untuk mencapai the good life ini menyangkut
bermacam-macam kegiatan yang antara lain menyangkut proses penentuan tujuan dari sistem, serta cara-cara
melaksanakan tujaun itu.
75
Charles O. Jones mendefenisikan
kebijakan sebagai keputusan tetap yang dicirikan konsistensi dan pengulangan tingkah laku dari mereka yang membuat dan
dari mereka yang memenuhi keputusan tersebut.
76
Dalam bidang hukum dikenal istilah “kebijakan hukum pidana”
seperti yang dikatakan oleh G.P. Hoefnagels sebagai bagian
integral yang tidak terpisahkan dari kebijakan sosial social policy yang dalam perkembangannya melahirkan istilah
“kebijakan penegakan hukum” law enforcement policy.
77
75
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama : Jakarta, 2008, hlm. 15.
76
Charles O. Jhones, Pengantar Kebijakan Publik, Grafindo :
Jakarta, 1994, hlm. 74.
77
G.P. Hoefnagels, The Other Side of Criminology, Kluwer Deventer :
Holland, 1973, hlm. 57.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian kebijakan dirumuskan sebagai berikut :
78
Rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu
pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak tentang pemerintahan, organisasi, dsb,
pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, atau maksud sebagai garis pedoman untuk memanajemen dalam
usaha mencapai sasaran.
Sedangkan pengertian Kebijakan Hukum Pidana adalah sebagai berikut : Serangkaian konsep dan asas yang menjadi
garis besar rencana suatu negara untuk melaksanakan hukum pidana sebagai pedoman dalam usaha mencapai sasaran
tertentu.
Sementara itu Barda Nawawi Arief sebagaimana mengutip pendapat Marc Ancel menyatakan bahwa, modern criminal
science terdiri dari tiga komponen, yaitu : “Criminologi”, “Criminal Law”, dan “Penal Policy”.
79
Dikemukakan oleh Marc Ancel, bahwa penal policy adalah suatu ilmu sekaligus seni
yang pada hakikatnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara
lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada pengadilan yang
menerapkan undang-undang dan juga kepada para
78
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga : Jakarta, 2002.
79
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana,
PT. Citra Aditya Bakti : Bandung, 2005, hlm. 21.
penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.
Selanjutnya, dikatakan oleh Marc Ancel :
80
Diantara studi mengenai faktor-faktor kriminologis di satu pihak dan studi mengenai teknik
perundang-undangan di lain pihak, ada tempat bagi suatu ilmu pengetahuan yang mengamati dan
menyelidiki fenomena legislatif dan bagi suatu seni yang rasional, dimana para sarjana dan praktisi,
para ahli kriminologi dan sarjana hukum dapat bekerjasama tidak sebagai pihak yang saling
berlawanan atau saling berselisih, tetapi sebagai kawan sekerja yang terkait didalam tugas bersama,
yaitu terutama untuk menghasilkan suatu kebijakan pidana yang realistis, humanis dan
berpikiran maju progresif lagi sehat. Between the study of criminological factor on the
one hands, and the legal technique on the other, there is room for a science wich observes legislative
phenomenon and for a rational art within wich scholar and practitioner, criminologist and lawyers
can come together, not as antagonists or in pratricidal strife, but as fellowworkers engaged in a
human, and healthily progressive penal policy
Akhirnya dikemukakan pula oleh Marc Ancel, bahwa
sistem hukum pidana pada abad XX masih tetap harus diciptakan. Sistem demikian hanya dapat disusun dan
disempurnakan oleh usaha bersama semua orang yang beritikad baik dan juga oleh semua ahli dibidang ilmu-ilmu
sosial.
81
Masalah kebijakan hukum pidana termasuk dalam suatu bidang yang seyogianya menjadi pusat perhatian
80
Marc Ancel, Social Defence, A Modern Approach to Criminal Problems, London, Routledge Kegan Paul, 1965, hlm. 4-5, dalam Barda
Nawawi Arief, ibid, hlm. 21-22.
81
ibid, hlm. 22.
kriminologi. Terlebih memang “pidana” sebagai salah satu reaksi atau respons terhadap kejahatan, merupakan salah satu
objek studi kriminologi.
82
Malahan menurut G.P. Hoefnagels
didalam bukunya berjudul “The Other Side of Criminology”, mengemukakan pengertian kriminologi sebagai berikut :
83
Criminology is primarily a science of others than offenders. In this sence I invert criminology. The
history of criminology is not so much a history of offenders, as a history of the reactions of those in
power.
G. Peter Hoefnagels mengemukakan pula definisi