BAB IV PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapatlah ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Sistem pemidanaan dalam Konsep KUHP Baru RKUHP
disusun dengan bertolak pada berbagai pokok pemikiran yang secara garis besar dapat disebut “Ide
Keseimbangan”, yang mencakup : keseimbangan monodualistik antara kepentingan umummasyarakat
dan kepentingan individuperseorangan; keseimbangan antara ide perlindungankepentingan korban dan ide
individualisasi pidana; keseimbangan antara unsurfaktor obyektif perbuatanlahiriah dan
subyektif orang batiniahsikap batin ide daad-dader strafrecht; keseimbangan antara kriteria formal dan
materiel; keseimbangan antara kepastian hukum, kelenturanelastisitasfleksibilitas dan keadilan; dan
keseimbangan nilai-nilai nasional dan nilai-nilai globalinternasionaluniversal.
2. Ide keseimbangan tersebut
teraktualisasikanterwujud diimplementasikan pada 3
tiga materisubtansimasalah pokok dalam hukum pidana, yaitu dalam masalah “Tindak Pidana atau
Perbuatan yang Bersifat Melawan Hukum criminal act”, Masalah “Pertanggungjawaban Pidana atau
Kesalahan criminal responsibility”, dan Masalah “Pidana” dan “Pemidanaan punishment and treatment
system”.Dalam masalah “tindak pidana”, implementasi ide keseimbangan berorientasi pada masalah sumber
hukum asas atau landasan legalitas, yakni disamping sumber hukum atau landasan legalitas didasarkan
pada asas legalitas formal berdasarkan undang- undang yang menjadi landasan utama, tetapi juga
didasarkan pada asas legalitas materiel dengan memberi tempat kepada “hukum yang hidup dalam
masyarakat” the living law, tetapi Konsep memberi pedoman yaitu sepajang sesuai dengan prinsip-prinsip
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam masalah pertanggungjawaban pidana, implementasi ide
keseimbangan dapat terlihat dari pandangan Konsep bahwa asas kesalahan asas culpabilitas merupakan
pasangan dari asas legalitas yang harus dirumuskan secara eksplisit dalam undang-undang. Oleh karena itu
ditegaskan dalam Konsep, bahwa asas “tiada pidana
tanpa kesalahan” merupaka asas yang sangat pundamental dalam mempertanggungjawabkan
pembuat yang telah melakukan tindak pidana. Walaupun pada prinsipnya bertolak dari asas legalitas
dan asas culpabilitas, namun Konsep tidak memandang kedua syaratasas tersebut sebagai syarat
yang kaku dan bersifat absolut. Dalam hal-hal tertentu Konsep juga memberikan pengecualian, seperti
“pertanggungjawaban yang ketat” “strict liability, “pertanggungjawaban pengganti” “vicarious liability”,
dan asas “pemberian maafpengampunan oleh hakim” “rechterlijk pardon atau judicial pardon”. Dalam
masalah pidana dan pemidanaan, implementasi ide keseimbangan dalam konsep antara lain sebagai
berikut : a.
Tujuan Pemidanaan Dalam meidentifikasikan tujuan pemidanaan, Konsep
bertolak dari keseimbangan 2 dua sasaran pokok, yaitu “perlindungan masyarakat” dan
“perlindunganpembinaan individu pelaku tindak pidana”.
b. Syarat Pemidanaan
Bertolak dari keseimbangan 2 dua sasaran pokok itu, maka syarat pemidanaan menurut Konsep juga
bertolak dari pemikiran keseimbangan nono-dualistik antara kepentingan masyarakat dan kepentingan
individu; antara faktor objektif dan faktor subjektif. Oleh karena itu, syarat memidanaan juga bertolak dari
2 dua pilar yang sangat fundamental di dalam hukum pidana, yaitu “asas legalitas” yang merupakan asas
“kemasyarakatan” dan “asas kesalahanasas culpabilitas” yang merupakan asas “kemanusiaan”.
Dalam merumuskan Konsep KUHP Tim Penyusun Konsep TPK telah berusaha menyerap aspirasi yang bersifat
multidimensional baik yang berasal dari elemen-elemen suprastruktural, infrastruktural, akademis maupun aspirasi
internasional dalam bentuk pengkajian terhadap berbagai kecenderungan internasional dan berbagai KUHP dari seluruh
keluarga hukum Anglo Saxon, Kontinental, Timur Tengah, Timur Jauh dan Sosialis atau yang lebih dikenal dengan kajian
perbandingan komparasi, namun walaupun demikian, penulis berpendapat masih ada kekurangankelemahan dalam
penyusunan Konsep KUHP. Kekurangankelemanan tersebut dapat dilihat dari :
a. Tidak adanya pedoman yang lebih rinci terhadap
pertanggungjawaban pidana korporasi; b.
Tidak adanya penyeimbang antara pidana penjara dan pidana pengawasan;
c. Tidak adanya pembedaan antara “Tujuan pemidanaan”
dan “tujuan Hukum Pidana KUHP”;
B. Saran