oleh Ikatan Akuntan Indonesia yaitu aktiva yang berwujud, yang dimiliki oleh Dinas Perhubungan Kota Medan serta tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
C. Macam-macam Aktiva Tetap
Aktiva tetap dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva tetap juga dapat digolongkan menjadi
dua bagian yaitu aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tidak berwujud. a.
Aktiva tetap berwujud juga dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu : 1.
Memiliki umur tidak terbatas seperti tanah. 2.
Memiliki umur terbatas seperti gedung mesin, kendaraan, dan inventaris kantor.
b. Aktiva tetap tidak berwujud seperti renovaasi gedung.
D. Cara Perolehan Aktiva Tetap
Setiap aktiva tetap mempunyai harga perolehan yang meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan atau hutang yang timbul untuk memperoleh aktiva tersebut.
Biaya perolehan dicatat sebesar harga perolehannya yaitu harga beli aktiva tersebut ditambah biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut dapat
digunakan oleh perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia , 2009 : 285 berpendapat bahwa : “ Biaya
perolehan suatu aktiva terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPh msukan tidak boleh retribusi non refundable, dan setiap biaya yang dapat
diretribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut dapat bekerja
untuk penggunaan yang dapat dimasukkan setiap potongan dikurangkan dari harga pembelian’’. Dalam menjalankan aktivitasnya suatu perusahaan dapat
memperoleh aktiva tetap dengan beberapa cara dengan pembelian, disumbangkan hadiah, dan dibangun sendiri.
Dinas Perhubungan Kota Medan dalam perolehan aktiva tetapnya dilakukan dengan dua cara yaitu :
a. Dengan pembelian secara tunai
Perolehan aktiva tetap yang dibeli secara tunai sebelumnya akan dicatat ke dalam bukubesar harian sebagai harga perolehannya. Harga perolehannya dibuat
dengan menjumlahkan harga yang diberikan penjual harga faktur dengan seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk
digunakan. Seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan dikapitulasi sebagai harga perolehan aktiva tetap. Potongan tunai yang diperoleh dari pembelian aktiva tetap
merupakan pengurangan terhadap harga faktur tersebut. Jika dalam suatu pembelian diperoleh suatu aktiva tetap seperti gedung atau
tanah, maka perngalokasian harga perolehan dari aktiva tersebut didasarkan pada perbandingan nilai wajar dari masing-masing aktiva yang diperoleh. Dengan
begitu aktiva tetap dapat diakui oleh perusahaan pada saat aktiva tetap tersebut
diterima sebesar harga perolehannya. Menurut Warren, Reef dan Fees2007 : 145
berpendapat bahwa “harga perolehan aktiva tetap mencakup segala pengeluaran yang perlu sampai aktiva tersebut dapat dipakai’’.
Jika perusahaan melakukan pembelian secara kredit, maka dalam akiva tetap yang bersangkutan dicatat sebesar nilai tunainya. Sedangkan selisih antara
tunai dengan harga pembelian kredit tersebut dianggap sebagai beban bunga.
b. Dengan cara dibangun sendiri
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara dibangun sendiri oleh perusahaan didasarkan harga perolehannya berasal dari pemindah bukuan aktiva dalam
pelaksanaanya yang kemudian dicatat pada saat laporan proyek selesai diperoleh dan berita acara serah terima dari pembuat aktiva tetap yang bersangkutan. Hal ini
dikarenakan biaya perolehannya akan lebih rendah, selain itu kualitas aktiva tetap akan lebih baik.
E. Penyusutan Aset Tetap
Penyusutan adalah penurunan kemampuan aktiva dalam menyediakan manfaat dalam rangka aktivitas operasioanal perusahaan. Hal ini dikarenakan pemakaian
yang terus-menerus, sehingga mengakibatkan fungsi aktiva tetap tersebut
menurun dari hari ke hari. Menurut IkatanAkuntan Indonesia, 2009 : 212 “
penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aktiva sepanjang masa manfaat’’.
Hal-hal yang menyebabkan penyusutan biasa diidentifikasikan sebagaai penyusutan fisik atau penyusutan fungsional. Penyusutan fisik terjadi disebabkan
kerusakan ketika digunakan, dan karena cuaca. Sedangkan penyusutan fungsional terjadi karena aktiva tetap yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat
dengan tingkat seperti yang diharapkan. Disamping pengeluaran dalam masa penggunaan, masalah penyusutan
merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Menurut
Sofyan Harahap2007 : 52 yang dimaksud dengan penyusutan adalah : “
pengalokasian harga pokok aktiva tetap selama masa penggunaanya’’. Beberapa istilah-istilah khusus didalam akuntansi sesuai dengan pengkategorian aktiva
terkait dengan proses hargaalokasi harga perolehan aktiva tetap, antara lain : a.
Depresi Yaitu yang digunakan pada alokasi harga perolehan untuk aktiva tetap
berwujud yang dibebankan ke penghasilan secara periodik. b.
Deplesi Yaitu istilah yang digunakan pada proses alokasi harga perolehan
penyusutan untuk aktiva tetap berupa sumber-sumber alam wasting asset yang dibebankan ke penghasilan secara periodik.
c. Amortisasi
Yaitu istilah yang dipakai pada proses alokasi harga perolehan penyusutan untuk aktiva tetap berwujud yang dibebankan ke penghasilan
secara periodik.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan guna menetapkan besar beban penyusutan setiap periodik adalah :
1. Harga perolehan
Yaitu seluruh pengeluaran atau pengorbanan yang dilakukan memperoleh aset sampai keadaan siap pakai.
2. Estimasi nilai pada akhir umur manfaat nilai residu
Yaitu taksiran realisasi penjualan melalui kas aset tetap tersebut setelah akhir penggunaan atau pada saataset tetap tersebut harus ditarik dari
kegiatan operasi. Biaya yang disusutkan depreciable cost adalah jumlah yang harus disebarkan sepanjang umur manfaat aset sebagai beban
penyusutan. 3.
Masa manfaat Umur manfaat yang diperkirakan expeted useful life atas aset tetap juga
harus diestimasi pada saat aset tersebut mulai digunakan.
Menurut Warren, et al 2005 : 395 beberapa faktor yang menyebabkan
suatu aset tetap berwujud dapat memberi manfaat dalam waktu yang terbatas, yaitu :
a. Faktor fisik
Aus karena dipakai wear and tear, aus karena umur deteroralitation and deacay, dan kerusakan merupaka faktor fisik yang dapat mengurangi
fungsi aset tetap. b.
Faktor fungsional Faktor fungsional yang membatasi umur aset berupa ketidakmampuan aset
memenuhi kebutuhan produsi sehingga perlu diganti, perubahan permintaan terhadap barang maupun jasa yang dihasilkan, kemajuan
teknologi yang menyebabkan suatu aset tidak ekonomis lagi apabila dipakai.
Beberapa cara untuk menghitung peyusutan suatu aktiva tetap yaitu :
1. Metode Garis Lurus
Metode garis lurus straight line method menghasilkan jumlah beban
penyusutan yang sama untuk setipa tahun selama masa kegunaan aset. Sebagai contoh, diasumsikan bahwa biaya aset yang dapat disusutkan adalah Rp.
24.000.000, estimasi nilai residunya sebesar Rp. 2.000.000, dan estimasi masa kegunannya adalah lima tahun. Penyusutan tahuna dihitung sebagai berikut :
����� ��.24.000.000−�������� ���� ������ ��.2.000. �������� ���� �������� ���� ��ℎ��
= penyusutan tahunan Rp. 4.400.000
Saat aset hanya digunakan selama beberapa waktu dalam satu tahun, maka penyusutan dihitung secara proporsional. Sebagai contoh, diasumsikan tahun
fiskal berakhir pada tanggal 31 desember dan aset dalam contoh diatas siap untuk menyediakan jasa pada tanggal 1 oktober. Penyusutan untuk tahun fiskal pertama
adalah Rp1.100.000 Rp. 4.400.000 x 312 .
2. Metode Unit Produksi
Metode unit produksi units of production method menghasilkan jumlah
penyusutan yang sama untuk setiap unit yang diproduksi atau setiap unitkapasitas yang digunakan oleh aset. Contohnya, diasumsikan sebuah mesin dengan biaya
sebesar Rp. 24.000.000 dan estimasi nilai residu sebesar Rp. 2.000.000 diharapkan memiliki nilai estimasi masa kegunaan 10.000 jam operasi.
Penyusutan untuk unit satu jam dihitung sebagai berikut :
�������. 24.000.000 − ���������������������. 2.000.000 �������� 10.000 ���
= penyusutan per jam Rp. 2.200
Diasumsikan mesin beroperasi selama 2.100 jam dalam setahun, aka penyusutan untuk tahun tersebut adalah rp. 4.620.000 Rp. 2.200 x 2.100 .
3. Metode Saldo Menurun Ganda
Metode saldo menurun ganda double declining balanca method
menghasilkan beban periodik yang semakin menurun selama estimasi masa kegunaan aset. Dalam penerapannya, tingkat saldo menurun ganda ditentukan
dengan menggandakan tingkat garis lurus. Sebagai ilustrasi, diasumsikan sebuah aset memiliki masa kegunaan lima tahun. Tingkat saldo menurun ganda sebesar
40 ditentukan sebagai berikut :
Tingkat Saldo Menurun Ganda = Tingkat Garis Lurus x 2 = 15 x 2 = 20 x 2
= 40 Untuk tahun pertama kegunaannya, biaya aset dikalikan dengan tingkat
penyusutan saldo menurun ganda. Setelah tahun pertama, nilai buku book value
yaitu biaya yang dikurangi akumulasi penyusutan yang menurun dikalikan dengan tingkat ini. Sebagai ilustrasi, penyusutan saldo menurun ganda tahunan
untuk sebuah aset dengan estimasi masa kegunaan lima tahun dan biaya sebesar Rp. 24.000.000 adalah seperti berikut :
Tabel 3.1 Metode Saldo Menurun Ganda
Dalam Jutaan Rupiah
T a
h u
n Biaya
Akumulasi penyusuta
n pada awal tahun
Nilai buku pada awal
tahun Tingkat
saldo menurun
ganda Penyusut
an Nilai
buku pada
akhir tahun
1 24.000 -
24.000 x 40
9.600 14.400
2 24.000 9.600
14.400 x 40
5.760 8.640
3 24.000 15.360
8.640 x 40
3.456 5.184
4 24.000 18.816
5.184 x 40
2.073 3.110
5 24.000 20.889
3.110 x 40
1.110 2.000
Perlu diketahui bahwa saat metode saldo menurun ganda digunakan, estimasi nilai residu tidak dipertimbangkan dalam menentukan tingkat penyusutan
dan menghitung penyusutan periodik. Akan tetapi, aset tidak perlu disusutkan dibawah estimasi nilai residunya. Dalam contoh diatas, estimasi nilai residu
adalah Rp. 1.110 Rp. 3.110 – Rp. 2.000, bukan Rp. 1.244 40 x Rp. 3.110 . Dalam contoh diatas, kita asumsikan bahwa penggunaan pertama aset terjadi
pada awal tahun fiskal. Akan tetapi, ini bukanlah hal yang biasa terjadi dalam
praktiknya, dan penyusutan untuk setengah tahun pertama harus dihitung.
F. Unsur Pengendalian Internal Aset Tetap