dalam minyak atsiri yang dihasilkan. Sama halnya dengan berat jenis dimana komponen penyusun minyak atsiri dapat mempengaruhi nilai indeks biasnya
Ditjen POM, 1984. Hal ini menyebabkan indeks bias minyak lebih besar. Minyak atsiri
dengan nilai indeks bias yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil Sastrohamidjojo, 2004.
C. Kelarutan Dalam Etanol
Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol. Setiap minyak atsiri
mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu kemurnian minyak atsiri. Minyak atsiri
banyak yang mudah larut dalam etanol dan jarang yang larut dalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat
konsentrasi. Untuk menentukan kelarutan minyak atsiri juga tergantung pada kecepatan daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga
dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga untuk melarutkannya
diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi Sastrohamidjojo, 2004.
Kondisi penyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi diantaranya cahaya, udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh yang tidak
baik. Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Guenther bahwa kelarutan
minyak dalam alkohol ditentukan oleh jenis komponen kimia yang terkandung dalam minyak Guenther, 1987.
Pada umumnya minyak atsiri yang mengandung persenyawaan terpen teroksigenasi lebih mudah larut daripada yang mengandung terpen. Makin tinggi
kandungan terpen makin rendah daya larutnya atau makin sukar larut, karena senyawa terpen tak teroksigenasi merupakan senyawa nonpolar yang tidak
mempunyai gugus fungsional. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kelarutan minyak atsiri pada alkohol biasanya alkohol 90 maka kualitas
minyak atsirinya semakin baik Sastrohamidjojo, 2004.
D. Putaran Optik
Sifat optik dari minyak atsiri ditentukan menggunakan alat polarimeter yang nilainya dinyatakan dengan derajat rotasi. Sebagian besar minyak atsiri jika
ditempatkan dalam cahaya yang dipolarisasikan maka memiliki sifat memutar bidang polarisasi ke arah kanan dextrorotary atau ke arah kiri laevorotary.
Pengukuran parameter ini sangat menentukan kriteria kemurnian suatu minyak atsiri Ditjen POM, 1984.
BAB III METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat Pengujian
Penentuan bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam etanol, dan putaran optik minyak kayu putih dilakukan di Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang BPSMB Medan yang bertempat di jalan STM No.17 Medan pada tanggal 2-28 februari 2015.
3.2 Sampel
Sampel yang digunakan adalah minyak kayu putih yang berasal dari Sumber Sarijaya jalan Bandung ujung.
3.3 Alat
Alat yang digunakan pada pengujian minyak kayu putih adalah gelas ukur 10 ml pyrex, lampu uap natrium, neraca analitik mattle toledo, penangas air
yang dilengkapi dengan thermostat, piknometer 5 ml, pipet volume 10 ml, polarimeter, refraktometer, tabung reaksi 20 ml pyrex, tabung polarimeter.
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan pada pengujian minyak kayu putih adalah akuades, etanol absolut, etanol 70.
3.5 Prosedur pengujian
3.5.1 Penentuan Bobot Jenis sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih Prosedur penentuan bobot jenis pada minyak kayu putih adalah
a. Cuci dan bersihkan piknometer, kemudian basuh berturut-turut dengan
etanol dan dietil eter b.
Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara kering dan sisipkan tutupnya
c. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbang m d.
Isi piknometer dengan air suling sambil menghindari adanya gelembung- gelembung udara
e. Celupkan piknometer ke dalam pengas air pada suhu 20
o
C ± 0,2
o
C selama 30 menit
f. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya
g. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit,
kemudian timbang dengan isinya m
1
h. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter,
kemudian keringkan dengan arus udara kering i.
Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung- gelembung udara
j. Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20
o
C ± 0,2
o
C selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut
k. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbangan m
2
. Contoh perhitungan :
Bobot jenis = �
20 20
=
�2−� �1−�
Keterangan : m
= massa piknometer kosong g m
1
= massa piknometer berisi air pada 20
o
C g m
2
= massa piknometer berisi contoh pada 20
o
C g
3.5.2 Penentuan Indeks Bias sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih
Prosedur penentuan indeks bias pada minyak kayu putih adalah a.
Alirkan air melalui refraktometer agar alat ini berada pada suhu dimana pembacaan akan dilakukan.
b. Suhu kerja harus dipertahankan dengan toleransi ± 0,2
C. c.
Sebelum minyak ditaruh di dalam alat, minyak tersebut harus berada pada suhu yang sama dengan suhu dimana pengukuran akan dilakukan.
d. Pembacaan dilakukan bila suhu sudah stabil.
3.5.3 Penentuan Kelarutan Dalam Etanol sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih
Prosedur penentuan kelarutan dalam etanol pada minyak kayu putih adalah a.
Tempatkan 1 ml contoh minyak dan ukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 50 ml
b. Tambahkan etanol 70 setetes demi setetes. Kocoklah setelah
penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin c.
Bila larutan tersebut tidak sebening, bandingkan kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembanding, melalui cairan yang sama tebalnya
d. Setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karna beberapa
minyak tertentu mengendap pada pemambahan etanol lebih lanjut
3.5.4 Penentuan Putaran Optik sesuai SNI 06-3954-2006 Minyak Kayu Putih
Prosedur penentuan putaran optik minyak kayu putih adalah a.
Nyalakan sumber cahaya dan tunggu sampai diperoleh nyala yang penuh b.
Isi tabung polarimeter dengan contoh, usahakan agar gelembung- gelembung udara tidak terdapat didalam tabung
c. Letakkan tabung di dalam polarimeter dan bacalah putaran optik dekstro
+ dan levo - dari minyak, pada skala yang terdapat pada alat. d.
Catat hasil rata-rata dari sedikitnya tiga kali pembacaan. Masing-masing pembacaan tidak berbeda dari 0,08
.