Pemeriksaan Keuangan Daerah”, ini belum pernah dilakukan baik dalam judul dan permasalahan yang sama. Sehingga penelitian ini dapat dikategorikan penelitian yang
baru dan keasliannya dapat saya pertanggung jawabkan, karena dilakukan dengan menjunjung tinggi keilmuan, rasionalitas, objektifitas, terbuka dan dapat
dipertangungjawabkan.
F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka teori
Untuk mengkaji mengenai kewenangan dalam konteks penelitian dalam pemeriksaan keuangan daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagai lembaga
tinggi negara yang independen, yang keberadaanya ditegaskan dalam UUD 1945, dapat dikategorikan sebagai sub sistem dari pemerintahan negara hukum, yang
bersusun negara kesatuan, oleh karena itu dalam membicarakan pemerintahan daerah dan penggunaan keuangan daerah, sudah tentu harus berada dalam kerangka negara
kesatuan pula, dengan demikian akan dipergunakan teori negara hukum sebagai teori utamanya Grand Theory sedangkan pengaplikasiannya mempergunakan teori
pengawasan Aplied Theory. Bagir Manan dalam Lilik Mulyadi, menegaskan ciri-ciri minimal dari suatu
negara berdasarkan atas hukum, pada azasnya secara substansial berdasarkan aspek- aspek sebagai berikut:
a. Semua tindakan harus berdasarkan atas hukum;
b. Ada ketentuan yang menjamin hak-hak dasar dan hak-hak lainnya;
c. Ada lembaga yang bebas untuk menilai perbuatan penguasa terhadap
masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
d. Ada Pembagian kekuasaan.
7
Berdasarkan rumusan di atas mengandung beberapa unsur yang merupakan
unsur dari negara hukum. Unsur pertama, dikenal dengan asas legalitas, yaitu pemerintahan menurut
undang-undang wetmatigeheid van het bestuur. Dimana setiap tindakan pemerintah harus berdasarkan kepada undang-undang dan undang-undang dasar. Indonesia
sebagai negara hukum juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan ini, sebagaimana terlihat dari penjelasan UUD 1945 sebagaimana yang diintrodusir oleh Sri Sumantri
bahwa: ”... dalam menjalankan tugas dan kewajibannya pemerintah harus selalu
berpijak pada undang-undang dasar dan peraturan perundang-undangan lain. Dengan perkataan lain aparatur negara mulai dari presiden hingga aparatur di
bawahnya menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan yang ditentukan dalam peraturan”.
8
Unsur kedua mengharuskan adanya jaminan hak-hak asasi manusia atau
warga negara dicantumkan dalam undang-undang dasar. Unsur ketiga keharusan adanya pembagian kekuasaan negara.
9
Berdasarkan unsur negara hukum yang telah disebutkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, semua tindakan termasuk pemerintah harus berdasarkan
7
Lilik Mulyadi, Pembalikan Beban Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung: Alumni, 2007, hlm. 10.
8
Sri Sumantri, M, Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 29-30
9
Unsur ini adalah perkembangan lebih lanjut dari pemikiran John Locke tahun 1960 yang membagi kekuasaan kepada: 1 Kekuasaan membentuk Undang-undang Legislative Power, 2
Kekuasaan melaksanakan undang-undang Executive Power, dan ke 3 kekuasaan federatif Federative Power, Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi terhadap tindakan
pemerintah, Bandung: Alumni, 2004, hlm. 16
Universitas Sumatera Utara
hukum, serta adanya pembagian tugas yang jelas dalam pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah.
Pelaksanaan pengawasan terhadap pemerintah ditentukan oleh beberapa teori konsekwensi pengawasan yang berpeluang dapat menjelaskan penyebab keberhasilan
dan kegagalan atau efektivitas suatu sistem pengawasan. pertama teori kekuatan yuridis, kedua teori tipe pengawasan, ketiga teori otoritas pengawasan, keempat teori
komunikasi, kelima teori publisitas, keenam teori arogansi kekuasaan. Dalam teori tipe pengawasan dikenal dua tipe pengawasan yang paling
menonjol yaitu: pengawasan represif, yang diartikan sebagai teori pengawasan yang menggunakan cara memaksa dan mengancam dengan sanksi untuk mencapai
tujuannya. Selanjutnya Pengawasan normatif, yang dimaksudkan sebagai bentuk pengawasan yang menggunakan cara sinkronisasi pemahaman nilai-nilai dan tujuan.
Untuk teori otoritas pengawasan mencakup: a keabsahan legitimiteit, pengawasan yang dilakukan oleh badan yang diakui berwenang, b Pengawasan
dengan menggunakan suatu keahlian deskunding heid, c Pengawasan yang mendapat kepercayaan geloof, d kesadaran hukum rechtsbewustzijn.
10
2. Kerangka Konsepsional