Jenis Penelitian Analisa Yuridis Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Dalam Pemeriksaan Keuangan Daerah

Dengan diserahkannya sumber-sumber pembiayaan bagi kelancaran tugas otonomi daerah seharusnya dapat membiayai sendiri semua kebutuhan dalam melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya. Oleh karena itu daerah harus mempunyai suatu anggaran belanja yang ditetapkan sendiri berdasarkan kewenangan yang ada padanya. Sebab tanpa sumber pembiayaan yang cukup pemerintah daerah hampir dapat dipastikan tidak akan dapat melaksanakan kewajiban pelayanan terhadap kepentingan masyarakat di daerahnya. Dengan perkataan lain, ketiadaan biaya yang cukup memadai dapat menyebabkan hilangnya ciri pokok dan mendasar dari suatu daerah otonom. 20

G. Metodologi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang di angkat dan untuk menjawab tujuan penelitian maka dalam metode penelitian ini langkah-langkah yang dipergunakan diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, penelitian hukum normatif menurut Ronald Dworkin sebagaimana yang dikutip Bismar Nasution disebut juga penelitian doktrinal doctrinal research, yaitu suatu penelitian 20 Josef Rihu Kaho, Prospek Otonomi Daerah Negara Republik Indonesia , Identifikasi beberapa Faktor yang mempengaruhi Penyelenggaraannya, Rajawali, Jakarta, 1997, hlm. 125. Universitas Sumatera Utara yang menganalisis baik hukum sebagai law as it written in the book, maupun hukum sebagai law as it by the judge through judicial proces. 21 Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, 22 artinya bahwa penelitian ini hanya menggambarkan bagaimana suatu ketentuan hukum dalam konteks teori-teori hukum yang dalam pemaparannya menggambarkan tentang berbagai persoalan yang berkaitan pemeriksaan keuangan daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan penelahaan terhadap bahan-bahan hukum yang bersumber dari data sekunder yang meliputi: 23 21 Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, disampaikan pada dialog interaktif tentang ”Penelitian Hukum dan hasil Penulisan Penelitian Hukum pada Majalah akreditasi ”, FH USU, tanggal 18 Februari 2003, hlm.1. Lihat juga Sunaryati Hartono dalam Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Alumni, 1994, hlm. 118 yang menyatakan bahwa dalam penelitian perkembangan development research, penelitian dasar basic research, dan penelitian terapan lainnya yang menyangkut hukum tidak dapat dilakukan menurut metode-metode penelitian sosial, tetapi membutuhkan metode penelitian yang berbeda dan khas, yang sesuai dengan objek atau materi ilmu hukum itu sendiri, yaitu norma-norma hukum.Ibid., hlm. v, Sunaryati Hartono menghimbau dan meyakinkan para Sarjana Hukum, dan pemimpin serta para pengelola fakultas-fakultas hukum untuk kembali memperhatikan metode penelitian dan penafsiran hukum, yang sayang sekali sudah 30 tahun diabaikan di tanah air kita, hal ini seolah-olah metode penelitian hukum sejak tahun 1960-an sudah diganti dengan penelitian sosiologi hukum dan metode penelitian sosiologis, yang sejak waktu itu dianggap sebagai metode penelitian yang lebih mengungkapkan kenyataan hidup yang sebenarnya. 22 Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Cet. IV, Peneliian Hukum Normatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 12 23 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998, hlm. 116; bandingkan dengan Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Pramedia Group, 2005, hlm. 141, yang menyatakan bahwa dalam penelitian hukum tidak mengenal adanya data, Ibid., hlm. 36 Universitas Sumatera Utara a. Bahan hukum primer, 24 yaitu peraturan perundang-undangan yang relevan dengan penelitian ini seperti: UU No.15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangung Jawab Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undnag Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, b. Bahan hukum sekunder yaitu berupa buku-buku bacaan seperti: Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, karangan Ahmad Yani, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, Pemerintahan Daerah di Indonesia, 24 Bambang Sunggono, loc.cit., yang menyatakan: Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat, yang terdiri dari: 1. Norma atau kaidah dasar yaitu Pembukaan UUD 1945, 2. Peraturan Dasar, yaitu UUD 1945, Ketetapan-ketetapan MPR, 3. Peraturan Perundang-undangan, 4. Bahan Hukum yang tidak dikodifikasi, misalnya hukum adat, 5. Yurisprudensi, 6. Traktat, 7. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku. Dalam Pasal 1 ayat 2 UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dinyatakan bahwa: Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum, selanjutnya dalam Pasal 54 dinyatakan Teknik penyusunan danatau bentuk Keputusan Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah, Keputusan Ketua Mahkamah Agung, Keputusan Ketua Mahkamah Konstitusi, Keputusan Kepala Badan Pemeriksa Keuangan, Keputusan Gubernur Bank Indonesia, Keputusan Menteri, keputusan kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat, Keputusan Menteri, keputusan kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat, Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Keputusan Gubernur, Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota, Keputusan BupatiWalikota, Keputusan Kepala Desa atau yang setingkat harus berpedoman pada teknik penyusunan danatau bentuk yang diatur dalam Undang-Undang ini, lebih lanjut dalam Pasal 56 dinyatakan: Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan BupatiWalikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus dibaca peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini Universitas Sumatera Utara Hukum Administrasi Daerah, karangan C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, Determinasi Kebijakan Anggaran Negara Indonesia Indonesia, Studi Yuridis, karangan Dian Puji N. Simatupang, Papas Sinar Sinanti, Jakarta. 2005, Problematika Yuridis, Penegakan Hukum dan Reformasi Administrasi Keuangan Daerah, dalam Kapita Selekta Penegakan Hukum di Indonesia, karangan H. Soekarwo, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2006, Otonomi Daerah, Perkembangan Pemikiran, Pengaturan dan Pelaksanaan, karangan Krishna D. Darumurti dan Umbu Rauta, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, Hukum Pemerintahan Daerah, karangan Pipin Syarifin dan Dedah Jubaedah, Pustaka Bani Quraisy, 2005, Hukum Keuangan Negara, karangan W. Riawan Tjandra, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2006. c. Bahan hukum tertier yaitu Kamus Terminologi Hukum, Inggris-Indonesia, Kamus Standar Bahasa Indonesia, karangan Ali M.B dan T. Deli, penerbit Penebar Ilmu, Bandung, 2000.

2. Teknik Pengumpul Data