Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Dari Tindak Pidana Metrologi legal

oleh masyarakat. Sering didengar atau dijumpai keluhan masyarakat tentang kecurangan penggunaan alat ukur, khususnya pada saat pembelian BBM .

1. Pelaksanaan Perlindungan Konsumen Dari Tindak Pidana Metrologi legal

Sering didengar pemberitaan dari media massa, bahwa saat ini kerap terjadi tindakan curang yang dilakukan oleh petugas-petugas penjualan di SPBU. Sudah bukan rahasia lagi bahwa penyerahan barang dalam jual beli yang menggunakan alat ukur kecenderungannya tidak sesuai dengan berat yang sebenarnya, artinya kecurangan dengan menggunakan alat ukur kerap terjadi di tempat-tempat transaksi yang menggunakan alat ukur, seperti misalnya SPBU, pasar-pasar tradisional, atau tempat transaksi lainnya Upaya perlindungan terhadap konsumen BBM dari tindak pidana metrologi legal yang dilakukan oleh Balai Metrologi adalah dengan melaksanakan tera ulang. Dengan tera ulang oleh Balai Metrologi tersebut diharapkan dapat menekan kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh penjual atau produsen dalam penggunaan alat-alat ukur. Tera ulang adalah menandai secara berkala dengan tanda tera sah atau batal yang berlaku yang dilakukan oleh pegawai-pegawai yang berhak berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap alat-alat ukur, takar, timbang dan perlengkapannya UTTP yang sudah pernah ditera. Tera ulang ini merupakan rangkaian tindakan perlindungan terhadap konsumen dalam segi kebenaran UTTP yang dipakai oleh para pedagang atau penjual guna melayani pembeli. Universitas Sumatera Utara Pelaksanaan tera dan tera ulang berdasarkan Surat Keputusan Menperindag Nomor 61MPPKep.21998 tentang Penyelenggaraan Kemetrologian, yaitu Pasal 3 ayat 1 dilakukan secara periodik, yakni 1 tahun sekali, namun terhadap UTTP tertentu dan keadaan tertentu dapat dilakukan lebih dari 1 kali. Adapun menurut Pasal 3 ayat 3 Surat Keputusan Menperindag Nomor 61MPPKep.21998 tersebut, kebijakan mengenai jadwal kegiatan diserahkan kepada masing-masing wilayah, dengan ketentuan minimal 1 kali dalam setahun. Adapun latar belakang diadakannya tera ulang tersebut adalah semata-mata demi untuk lebih memberikan perlindungan kepada konsumen dari tindak pidana metrologi legal.Dalam pelaksanaan tera dan tera ulang, Balai Metrologi didampingi oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi disertai dengan aparat keamanan dari Kepolisian Setempat. Tera dan tera ulang dimungkinkan juga atas permintaan pemilik alat-alat UTTP, tentunya apabila tera atau tera ulang tersebut dimohonkan oleh pemilik alat- alat UTTP, maka pemohon akan dikenakan biaya pengganti yang timbul dari kegiatan tera dan tera ulang tersebut, dan juga pelaksanaannya disesuaikan dengan waktu dan kesempatan yang ada pada Balai Metrologi. Hasil dari pengujian yang dilakukan oleh Balai Metrologi Medan pada SPBU Setia budi, Patut diakui, dengan adanya pelaksanaan tera dan tera ulang memberikan rasa takut kepada pihak penjual yang melakukan kegiatannya dengan menggunakan alat-alat UTTP. Sebagaimana diketahui bahwa ancaman pidana bagi pelaku tindak pidana metrologi legal yang diatur dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 2 Tahun Universitas Sumatera Utara 1981 menjadikan pihak penjual yang menggunakan alat-alat UTTP berpikir dua kali untuk melakukan tindak pidana metrologi legal. A. Proses Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Metrologi Legal Pada dasarnya hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum disebabkan karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hak merupakan suatu kenikmatan, sedangkan kewajiban merupakan beban. Adapun unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjiankontrak dapat dikemukakan sebagai berikut 63 : 1. Adanya kaidah hukum Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah- kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat. 2. Subyek hukum Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek hukum dalam hukum kontrak adalah kreditur dan debitur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang berutang. 63 Salim HS, op.cit, hal. 4 Universitas Sumatera Utara 3. Adanya Prestasi Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan kewajiban debitur. Suatu prestasi umumnya terdiri dari beberapa hal sebagai berikut: a. memberikan sesuatu; b. berbuat sesuatu; c. tidak berbuat sesuatu. 4. Kata sepakat Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata ditentukan empat syarat sahnya perjanjian seperti dimaksud diatas, dimana salah satunya adalah kata sepakat konsensus. Kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak. 5. Akibat hukum Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Tindak pidana metrologi legal adalah sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 31 Undang-Undang Metrologi Legal, yaitu sebagai berikut: Pasal 25: “Dilarang mempunyai, menaruh, memamerkan, memakai atau menyuruh memakai : a. Alat-alat UTTP Ukuran Takar Timbang Panjang yang bertanda batal; b. Alat-alat UTTP yang bertanda tera sah berlaku dan tidak disertai keterangan pengesahan yang berlaku kecuali seperti yang tersebut dalam Pasal 12 huruf b Universitas Sumatera Utara Undang-Undang ini yang dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau kedua- duanya; c. Alat-alat UTTP yang tanda teranya rusak; d. Alat-alat UTTP yang setelah padanya dilakukan perbaikan atau perubahan yang dapat mempengaruhi panjang, isi, berat atau penunjukannya, yang sebelum dipakai kembali tidak disahkan oleh pegawai yang berhak; e. Alat-alat UTTP yang panjang, isi, berat atau penunjukkannya menyimpang dari nilai yang seharusnya dari pada yang diizinkan berdasarkan Pasal 12 huruf c Undang-Undang ini untuk tera ulang; f. Alat-alat UTTP yang mempunyai tanda khusus yang memungkinkan orang menentukan ukuran, takaran atau timbangan menurut dasar dan sebutan lain dari pada yang dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang ini; g. Alat-alat UTTP untuk keperluan lain dari yang dimaksud dalam atau berdasarkan undang-undang ini di tempat usaha, di tempat untuk menentukan ukuran atau timbangan untuk kepentingan umum, di tempat melakukan penyerahan- penyerahan, di tempat menentukan pungutan atau upah yang didasarkan pada ukuran atau timbangan di tempat usaha-usaha yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan perdagangan, industri, produksi, usaha jasa, penyimpanan- penyimpanan dokumen yang berkenaan dengan perusahaan, juga kegiatan penyimpanan atau pameran barang-barang, termasuk rumah tempat tinggal yang sebagian digunakan kegiatan-kegiatan dan lain sebagainya”. Universitas Sumatera Utara Pasal 26: “Dilarang menawarkan untuk dibeli, dijual, menawarkan untuk disewa, menyewakan, mengadakan persediaan untuk dijual-disewakan atau diserahkan atau diperdagangkan secara bagaimanapun juga: a. Alat-alat UTTP yang bertanda tera batal; b. Alat-alat UTTP yang tidak bertanda tera sah; c. Alat-alat UTTP yang tanda jaminannya rusak”. Pasal 27: 1 Dilarang memasang alat ukur, alat penunjuk lainnya sebagai tambahan pada alat-alat UTTP yang sudah ditera atau yang sudah ditera ulang; 2 2 Alat-alat ukur, takar atau timbang yang diubah atau ditambah dengan cara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ini diperlakukan sebagai tidak ditera atau tidak ditera ulang. Pasal 28 : “Dilarang pada tempat-tempat seperti tersebut dalam Pasal 25 Undang-undang ini memakai atau menyuruh memakai: a. Alat-alat UTTP dengan cara lain yaitu dalam kedudukan lain daripada yang seharusnya; b. Alat-alat UTTP untuk mengukur, menakar atau menimbang melebihi kapasitas maksimum; Universitas Sumatera Utara c. Alat-alat UTTP untuk mengukur, menakar, menimbang atau menentukan ukuran kurang dari pada batas terendah yang ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri”. Pasal 29: 1 Dilarang menggunakan sebutan dan lambang satuan selain yang berlaku menurut Pasal 7 Undang-Undang ini pada pengumuman tentang barang yang dijual dengan cara diukur, ditakar, ditimbang, baik dalam surat kabar, majalah, atau surat tempelan, pada etiket yang dilekatkan atau disertakan pada barang atau bungkus barang atau pada bungkusannya sendiri, maupun pemberitahuan lainnya yang menyatakan ukuran, takaran atau berat; 2 Larangan tersebut dalam ayat 1 pasal ini tidak berlaku terhadap pemberitahuan: a. tentang benda tidak bergerak yang terletak di luar wilayah Republik Indonesia; b. tentang benda bergerak yang dikirim ke luar wilayah Republik Indonesia. 3 Pada benda bergerak yang dijual menurut ukuran, takaran atau timbangan di dalam bungkusannya yang asli harus dicantumkan sebutan atau lambang satuan yang berlaku menurut Pasal 7 Undang-Undang ini tatkala benda itu dimasukkan ke wilayah Republik Indonesia. Universitas Sumatera Utara Pasal 30 : “Dilarang menjual, menawarkan untuk dibeli, atau memperdagangkan dengan cara apapun juga, semua barang menurut ukuran, takaran, timbangan atau jumlah selain menurut ukuran yang sebenarnya, isi bersih, berat bersih atau jumlah yang sebenarnya”. Pasal 31 : “Dilarang membuat, mengedarkan, membungkus atau menyimpan untuk dijual, atau menawarkan untuk dibeli, semua barang dalam keadaan terbungkus yang ukuran, isi bersih, berat bersih atau jumlah hitungannya tidak sesuai dengan yang sebenarnya”. Adapun mengenai sanksi pidananya adalah sebagaimana yang diatur dalam Pasal 32 dan Pasal 33 Undang-Undang Metrologi Legal, yaitu sebagai berikut: Pasal 32 : 1 Barang siapa melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 dan Pasal 28 Undang-Undang ini dipidana penjara selama-lamanya 1 satu tahun dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,- satu juta rupiah; 2 Barang siapa melakukan perbuatan yang tercantum dalam Pasal 30 dan Pasal 31 Undang-Undang ini dipidana penjara selama-lamanya 6 enam bulan dan atau denda setingginya-tingginya Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah; 3 Pelanggaran terhadap perbuatan yang tercantum dalam Pasal 22, 23 dan Pasal 19 ayat 1 dan ayat 3 Undang-Undang ini dipidana penjara selama-lamanya 6 Universitas Sumatera Utara enam bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah. Pasal 33: 1 Perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat 1 dan ayat 2 Undang- Undang ini adalah kejahatan; 2 Perbuatan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 ayat 3 Undang- Undang ini adalah pelanggaran; 3 Barang yang menjadi bukti kejahatan dan atau pelanggaran dapat dirampas untuk kepentingan negara. Proses penegakan Undang-Undang Metrologi Legal UUML dimulai dengan tahap pengawasan dan penyidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 36 UUML, yakni sebagai berikut : 1 Pegawai instansi Pemerintah yang ditugasi dalam pembinaan Metrologi Legal yang melakukan pengawasan dan pengamatan diwajibkan menyidik tindak pidana yang ditentukan dalam undang-undang ini; 2 Instansi Pemerintah yang ditugasi dalam pembinaan Metrologi Legal dalam melaksanakan tugas tersebut dalam ayat 1 pasal ini dapat meminta bantuan kepada instansi pemerintah yang melakukan pengawasan dan pengamatan dalam bidangnya masing-masing yang ada hubugannya dengan pengukuran, penakaran dan atau penimbangan; 3 Pegawai tersebut pada ayat 1 pasal ini berhak melakukan penyegelan dan atau penyitaan barang yang dianggap sebagai barang bukti; Universitas Sumatera Utara 4 Pegawai tersebut pada ayat 1 pasal ini dapat melaksanakan tugasnya di tempat- tempat tersebut pada Pasal 25 undang-undang ini dalam waktu terbuka untuk umum; 5 Pegawai tersebut pada ayat 1 pasal ini dapat melaksanakan tugasnya antara pukul 06.00 sampai pukul 18.00 waktu setempat di tempat-tempat yang tidak boleh dimasuki oleh umum, yang seluruhnya atau sebagian dipakai sebaga tempat yang dimaksud dalam Pasal 25 undang-undang ini; 6 Jika dalam waktu tersebut pada ayat 4 dan ayat 5 ini pegawai yang melakukan penyidikan tidak diperkenankan masuk, maka mereka masuk dengan bantuan penyidik Kepolisan Republik Indonesia; 7 Penyidikan dilakukan menurut tata cara yang ditentukan oleh Hukum Acara Pidana yang berlaku. Dari pasal tersebut di atas, dapat ditarik pengertian bahwa kegiatan pengawasan dimaksudkan untuk mencari atau menemukan adanya tindak pidana metrologi legal dan dilakukan oleh pegawai selaku Polisi Khusus Metrologi Polsusmet. Selanjutnya untuk menindaklanjuti bilamana ditemukan adanya tindak pidana metrologi legal, maka dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS Metrologi berkoordinasi dengan penyidik Polri yang kemudian diteruskan keproses peradilan sesuai ketentuan yang berlaku. Dalam hal keterlibatan penyidik Polri adalah bilamana kasusnya mengarah pada tindak pidana murni bukan kesalahankecurangan yang disebabkan oleh alat Universitas Sumatera Utara ukur, namun apabila kasusnya murni penyimpangan UUML, maka mutlak menjadi kewenangan PPNS Metrologi, dalam hal ini penyidik Polri hanya sebagai pembantu. Maksud dari tindak pidana murni bukan karena kesalahankecurangan oleh alat-alat ukur adalah bilamana tindakan tersebut adalah pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan oleh orangnya bukan pada alatnya. Misalnya, seorang penjual bensin di SPBU melayani pembelian bensin sebanyak 5 lima liter, tetapi ternyata setelah diukur bensin tersebut kurang dari 5 lima liter. Adapun modus yang sering digunakan adalah dengan mengelabuhi pembeli, misalnya pembeli diajak berbicara pada waktu dilayani sehingga pembeli tidak mengamati ukuran secara seksama. Sedangkan maksud dari kasus murni penyimpangan UUML yaitu pelanggaran yang dilakukan dengan cara sedemikian rupa sehingga alat UTTP tidak bisa menunjukkan ukuran yang benar. Misalnya dengan memberi beban tambahan pada alat timbangan, merubah sedemikian rupa alat penunjuk meteran di SPBU dan lain sebagainya. Untuk mengetahui kasus penyimpangan alat-alat UTTP, Balai Metrologi Wilayah Pati menggunakan semacam alat khusus yang dinamakan bejana ukur yang dapat menunjukkan ukuran dengan benar. Pelaksanaan perlindungan konsumen BBM dari tindak pidana metrologi legal yang dilakukan oleh Balai Metrologi adalah dengan melaksanakan tera ulang. Dengan tera ulang oleh Balai Metrologi tersebut diharapkan dapat menekan kecurangan- kecurangan yang dilakukan oleh penjual atau produsen dalam penggunaan alat-alat ukur. Pelaksanaan tera dan tera ulang dilakukan secara periodik, yakni 1 tahun Universitas Sumatera Utara sekali 64 , namun terhadap UTTP tertentu dan keadaan tertentu dapat dilakukan lebih dari 1 kali. Adapun menurut Pasal 3 ayat 3 Surat Keputusan Menperindag Nomor 61MPPKep.21998 tersebut, kebijakan mengenai jadwal kegiatan diserahkan kepada masing-masing wilayah, dengan ketentuan minimal 1 kali dalam setahun. Proses penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana metrologi legal adalah dengan mendasarkan pada ketentuan Pasal 35 Undang-Undang Meterologi Legalrat

2. Solusi perlindungan hak-hak konsumen