BAB III RESIKO BANK ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN JAMINAN
TANAH YANG BELUM BERSERTIFIKAT
A. Perbankan Syariah Secara Umum.
Secara etimologis, kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu dari kata banca yang berarti bangku tempat duduk. Bank disebut demikian karena pada abad
pertengahan orang-orang yang memberikan pinjaman melakukan usahanya diatas bangku-bangku.
80
Menurut bahasa Eropa Italia, bank berasal dari kata “Banco” yang artinya bangku atau counter. Kata tersebut dipopulerkan karena segala aktifitas
pertukaran uang orang-orang Italia menggunakan bangku atau counter. Meskipun demikian, perkembangan perbankan agak tersendat bahkan sampai
zaman European Renaissence. Bank pertama yang sudah berdiri di Italia pada waktu itu adalah di kota Venice tahun 1157, kemudian bank yang secara resmi
menggunakan deposito adalah Barcelona pada 1401.
81
A.Abdurrahman dalam Ensiklopedi Ekonomi Keuangan dan Perdagangan
mengartikan bank sebagai suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan
terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain.
82
80
Edy Wibowo dan Untung Hendi Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah?, Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hal. 16
81
A. Riawan Amin, Bank Syariah Sebagai Solusi yang Berkeadilan dan Berkerakyatan, 2003. http:www.rumahilmuindonesia.netperpustakaanekonomi_syariahBank_Syariah_Berkeadilan.pdf
diakses pada 22 Desember 2009.
82
Edy Wibowo dan Untung Hendi Widodo, Op.cit.
Universitas Sumatera Utara
Bank menurut bahasa Arab berasal dari kata mashrif, yang artinya pertukaran exchange, yaitu penjualan mata uang dengan mata uang yang lain. Kata
mashrif sendiri merupakan istilah nama untuk suatu tempat. Namun demikian sama artinya dengan kata bank.
83
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 pengertian Bank, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat disempurnakan menjadi sebagai berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau dalam ke bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
“Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” “Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”
Mishkin secara sederhana menjelaskan bank sebagai lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Dia juga menjelaskan bahwa
bank merupakan perantara keuangan financial intermediaries, sehingga menimbulkan interaksi antara orang yang membutuhkan pinjaman untuk
membiayai kebutuhan hidupnya, dengan orang yang memiliki kelebihan dana
83
A. Riawan Amin, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
dan berusaha menjaga keuangannya dalam bentuk tabungan dan deposito lainnya di bank.
84
Bank Indonesia mengkategorikan fungsi bank sebagai sebagai financial
intermediaries ini ke dalam tiga hal, yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke
masyarakat dalam bentuk kredit, dan sebagai lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.
Financial intermediaries ini merupakan suatu aktivitas penting dalam perekonomian, karena menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak produktif
kepada pihak yang tidak produktif dalam mengelola dana. Oleh karena itu bank sebagai lembaga intermediary memang harus diatur secara ketat, karena dana yang
dihimpun oleh bank adalah dana yang berasal dari masyarakat, dan nantinya disalurkan bagi masyarakat yang memenuhi kriteria untuk meningkatkan
produktifitas usaha. Bank sebagai lembaga intermediary ini juga diterapkan oleh bank-bank
syariah. Oleh karenanya, walaupun prinsip utama dalam pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah adalah kepercayaan, bank tetap harus meminta jaminan untuk
kepastian pengembalian hutangnya. Sedikit perbedaannya A. Nurul hadi menyebutkan, bahwa bank syariah
adalah merupakan lembaga keuangan yang unik, di mana bukan hanya sebagai
84
Karakteristik perbankan pengertian, fungsi, dan ruang lingkup usaha bank, http:blognyamyun.blogspot.com200808karakteristik-perbankan-pengertian.html
, di akses pada tanggal 22 Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
lembaga intermediary seperti layaknya bank konvensional tetapi juga sebagai investment banking.
85
Charles J. Woefel menjelaskan investement banking sebagai berikut: The investement banker is the middleman between issuers of securities
requiring capital publik bodies as well as private business firms and the ultimate investors, institutional and individual, who have money to invest.
86
Kedudukan bank syariah dalam hubungannya dengan nasabah adalah mitra investor dan pedagang. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan permodalan
equity financing baik melalui skim musyarakah joint venture profit sharing maupun melalui skim mudharabah trustee profit sharing dan kebutuhan
pembiayaan debt financing dilakukan melalui metoda investasi dan metoda jual-beli Bai’. Sehingga bank syariah secara prinsip juga dapat memiliki
persediaan, dapat memiliki aktiva tetap yang dapat disewakan. Hal ini tidak mungkin dilakukan oleh bank konvensional. Oleh karena itu para bankir syariah
harus merubah paradigma baik secara konseptual maupun tindakan.
87
Dalam perbankan Islam, konsep bank bukanlah suatu konsep yang baru, artinya umat Islam sudah mengenal bahkan mempraktekkan fungsi-fungsi perbankan
dalam kehidupan perekonomiannya. Praktek-praktek perbankan seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang uang untuk keperluan konsumsi ataupun bisnis,
serta melakukan pengiriman uang telah lazim dilaksanakan sejak zaman Rasulullah Saw, namun fungsi tersebut biasanya dilakukan oleh perorangan yang hanya
melakukan satu fungsi. Baru kemudian di zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan, yaitu menerima deposit, menyalurkan dana dan mentransfer dana,
85
A. Nurul Hadi, Pengembangan Perbankan Syariah Masa Depan, http:www.radarbanjarmasin.comberitaindex.asp?Berita=Opiniid=39924
, di akses pada tanggal 22 Desember 2009
86
Ibid
87
ibid
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh satu individu. Perbankan mulai berkembang pesat ketika beredar banyak jenis mata uang pada masa itu sehingga diperlukan satu keahlian khusus
untuk membedakan satu mata uang dengan mata uang lainnya. Hal ini diperlukan karena setiap mata uang mengandung logam mulia yang berlainan sehingga
mempunyai nilai yang berbeda pula. Orang yang mempunyai keahlian khusus ini disebut naqid, sarraf, dan jihbiz. Aktivitas ini merupakan cikal bakal money
changer.
88
Dalam perkembangan berikutnya, kegiatan yang dilakukan oleh perorangan jihbiz kemudian dilakukan oleh institusi yang saat ini dikenal sebagai bank.
Ketika bangsa Eropa mulai menjalankan praktek perbankan, persoalan mulai timbul karena transaksi yang dilakukan menggunakan instrumen bunga yang
dalam pandangan fiqih adalah haram. Transaksi ini merebak ketika Raja Henry VIII pada tahun 1545 membolehkan bunga interest meskipun tetap
mengharamkan riba usury dengan syarat bunganya tidak boleh berlipat ganda excessive. Setelah wafat, Raja Henry VIII digantikan oleh Raja Edward VI
yang membatalkan kebolehan bunga uang. Ketika wafat, ia digantikan oleh Ratu Elizabeth I yang kembali memperbolehkan praktek pembungaan uang.
89
Ketika bangsa Eropa mulai melakukan penjelajahan dan penjajahan ke
seluruh dunia, aktifitas perekonomian didominasi oleh mereka, termasuk di dalamnya perbankan dengan sistem bunga, dan berlangsung terus sampai zaman modern ini.
Oleh karena bunga uang secara fiqih dikategorikan sebagai riba yang berarti haram, di sejumlah negara Islam dan berpenduduk mayoritas muslim mulai timbul usaha-
usaha untuk mendirikan lembaga bank alternatif non-ribawi.
90
88
Adiwarman A. Karim, Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 17-21.
89
Ibid, hal 22
90
ibid.
Universitas Sumatera Utara
Hal ini disebabkan, Islam merumuskan sistem ekonomi berbeda dari sistem ekonomi lain, karena memiliki akar syariah yang menjadi sumber dan panduan setiap
muslim dalam menjalankan setiap kehidupannya. Dalam hal ini Islam memiliki tujuan-tujuan syariah muqosidays-syariah serta petunjuk untuk mencapai maksud
tersebut.
91
Segala tindakan yang berupaya meningkatkan tujuan-tujuan syariah tersebut merupakan upaya yang memang seharusnya dilakukan serta sesuai kemaslahatan
umum. Islam mudah dan logis untuk dipahami, serta dapat diterapkan, termasuk di dalam kaidah-kaidah muamalahnya tata hubungan sosial ekonomi. Dalam hal ini
ekonomi Islam sebagai bagian kegiatan muamalah sesuai kaidah syariah, dapat diartikan sebagai ilmu ekonomi yang dilandasi ajaran Islam yang bersumber
kesepakatan ulama dan analogi.
92
Ekonomi Islam memiliki pandangan yang khusus terhadap uang dan jaminan dalam konteks terbatas. Uang tidak akan bernilai tanpa digunakan sebagai alat
pembayaran. Oleh karena itu uang yang bertumpuk tidak sama dengan uang yang beredar. Jika kita menganggap uang yang disimpan memiliki nilai, berarti kita telah
menyalahi fungsi uang yang sebenarnya. Menumpuk uang berarti menganggap bahwa harta itu kekal dan orang itu cenderung berbuat sewenang-wenang dengannya. Hal
91
Abdul Malik Idris, dan H. Abu Ahmadi, Kifayatul Akhyar, Terjemah Ringkas Fiqih Islam Lengkap, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal. 42.
92
Ibid, hal. 42-43.
Universitas Sumatera Utara
inilah yang membuat orang terangsang untuk membungakan uang, karena merasa memiliki power kekuasaan terhadap pihak lainnya.
93
Tujuan dari bank syariah secara umum adalah untuk mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan kegiatan
perbankan, financial, komersial, dan investasi sesuai kaidah syariah. Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang tujuan utamanya adalah percapaian keuntungan yang
setinggi-tingginya profit maximization, sedangkan prinsip utama bank Islam terdiri dari larangan riba pada semua jenis transaksi. Menurut Badrad-Dien al-Ayni dalam
kitab Umdatul Qori, prinsip utama adalah penambahan dan menurut syariah riba berarti penambahan atas harga pokok tanpa adanya transaki yang riil.
94
Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 1940-an, tetapi usaha ini tidak sukses.
Eksperimen lain dilakukan di Pakistan pada akhir tahun 1950-an, dimana suatu lembaga perkreditan tanpa bunga didirikan di pedesaan negara itu.
95
Eksperimen pendirian bank syariah yang paling sukses dan inovatif di masa modern ini dilakukan
di Mesir pada tahun 1963 dengan berdirinya Mit Ghamr Local Saving Bank.
96
Kesuksesan Mit Ghamr ini memberikan inspirasi bagi umat muslim di seluruh dunia,
93
Ibid. hal.44.
94
Muhammad Muslehuddin, Sistem Perbankan Dalam Islam, Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal.22
95
Sudin Haron, dikutip dari Adiwarman A. Karim, op.cit, hal 23.
96
Adiwarman A Karim, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
sehingga timbullah kesadaran bahwa prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasikan dalam bisnis modern.
97
Prakarsa untuk mendirikan bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990, yang berawal dari lokakarya yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama
Indonesia MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1990 tentang Bunga Bank Dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, dan dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia MUI yang menghasilkan kesepakatan untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Hal ini kemudian
ditindaklanjuti dengan membentuk kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI, dan pada tahun 1991 berdirilah Bank Muamalat Indonesia sebagai pelopor
98
bank syariah di Indonesia.
99
Dalam perkembangannya, bank umum maupun bank perkreditan rakyat yang pada awalnya hanya dapat menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan, setelah keluarnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 Tentang Perbankan, keduanya
97
Ibid.
98
Walaupun banyak pihak berpendapat bahwa Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama yang pernah ada di Indonesia, sebenarnya Bank Muamalat bukanlah lembaga keuangan syariah yang
pertama kali berdiri di Indonesia, karena sebelumnya telah pernah berdiri Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS Berkah Amal Sejahtera, dan BPRS Dana Mardhatillah, serta BPRS Amanah
Rabaniah. lihat: Gemala Dewi, op.cit, hal 62. Bahkan jauh sebelum itu sudah pernah berdiri lembaga keuangan syariah Baitul Tamwil Teknosa di Bandung dan Baitul Tamwil Ridho Gusti di Jakarta lihat
Adiwarman A. Karim. Op.cit hal 108
99
Muhammad Syafi’i Antonio, op.cit, hal 25.
Universitas Sumatera Utara
dapat menjalankan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah, khusus dimungkinkan bagi bank umum yang pada awalnya bergerak sebagai bank
konvensional, untuk melakukan dual banking system sehingga bank umum tersebut dapat juga melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah Pasal 1 angka 3
dan 4 .
100
Ada beberapa hal yang perlu disempurnakan dalam upaya menjadikan bank syariah sebagai perbankan yang mendapat kepercayaan dan keyakinan masyarakat
serta terpisah dari bank konvensional antara lain mengenai: 1.
Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian. 2.
Standar akuntansi, audit dan pelaporan. 3.
Instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah untuk keperluan pelaksanaan tugas bank sentral, dan lain sebagainya.
4. Memberikan kepercayaan kepada Perguruan Tinggi yang berkompeten syariah,
Universitas Islam Negeri atau Institut Agama Islam Negeri misalnya.
101
Secara yuridis formal, di Indonesia yang mengatur tentang perbankan secara
keseluruhan, baik bank konvensional maupun bank dengan prinsip syariah adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 mengubah dan mengganti, atau menambah beberapa pasal dari Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1992, sehingga yang berlaku sekarang adalah Undang-undang yang
100
Dual banking system adalah suatu sistem yang memberi kemungkinan bagi bank-bank konvensional untuk dapat membuka unit syariah dengan tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai
bank umum lihat: Penjelasan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 1 angka 3 dan 4.
101
Rachmat Syafi’i. Tinjauan Yuridis Terhadap Perbankan Syariah. http:www.pikiran-
rakyat.comcetak20050305210802.htm . diakses pada 22 Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
lama, yaitu terhadap pasal-pasalnya yang belum diubah, maupun undang-undang yang baru.
Terhadap bank syariah sendiri, tidak hanya ketentuan perundang-undangan secara formal saja yang mengatur kegiatan usahanya, namun juga bersandar pada
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bermuamalah sesuai dengan syariah Islam. Secara baku perbankan syariah juga tunduk pada Undang-undang Nomor 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah yang dikeluarkan pada tanggal 16 Juli 2008. Dalam pertimbangannya diakui, bahwa Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu undang-undang
tersendiri. Ketentuan lain yang hierarkinya lebih rendah dapat dilihat dalam berbagai
peraturan, baik itu dalam berbagai Peraturan Pemerintah, misalnya Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang bank berdasarkan prinsip bagi hasil,
dalam Surat Edaran Bank Indonesia, dalam Peraturan Bank Indonesia, diantaranya Peraturan Bank Indonesia nomor 624PIB2004, dimana dalam pasal 36
menerangkan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi antara lain penyaluran dana
melalui prinsip jual beli berdasarkan akad antara lain murabahah, maupun dalam fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia tentang produk-
produk perbankan dan ekonomi syariah.
Universitas Sumatera Utara
Dalam prinsip ekonomi Islam, bank harus beroperasi mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Hadist, khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah yang berisi kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Sama halnya dengan bank konvensional, bank syariah juga menawarkan nasabah dengan beragam produk perbankan. Hanya saja bedanya dari bank
konvensional adalah dalam hal penentuan harga, baik terhadap harga jual maupun harga belinya. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu saja islami,
termasuk dalam memberika pelayanan kepada nasabahnya.
102
Dalam operasionalnya, bank syariah melakukan kegiatan usahanya memiliki produk-produk tersendiri yang berbeda dengan bank konvensional pada umumnya.
Namun, produk-produk bank syariah ini pada dasarnya hampir sama dengan produk- produk bank konvensional, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan, menyalurkannya dalam bentuk kredit pembiayaan, dan bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Hal yang paling mencolok
yang tidak boleh dilakukan oleh bank syariah dalam produknya adalah apabila hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam.
Apabila dilihat berdasarkan Pasal 6 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana di ubah Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan
Pasal 19 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, kegiatan usaha bank umum baik itu bank konvensional maupun syariah adalah sama, yang
berbeda hanyalah pada bank konvensional digunakan sistem bunga terhadap produk-
102
Kashmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal.189.
Universitas Sumatera Utara
produk yang dikeluarkannya, sedangkan pada bank syariah bunga adalah riba yang berarti haram, bank syariah mengambil keuntungan berdasarkan bagi hasil dari
margin yang telah disepakatoi sebelumnya. Produk yang sama sekali tidak ada di bank syariah adalah kartu kredit yang tentu saja bertentangan dengan syariah Islam
karena sistem bunga yang terkait padanya. Produk-produk bank syariah muncul karena didasari oleh operasionalisasi
fungsi bank syariah. Dalam menjalankan operasinya bank syariah memiliki empat fungsi sebagai berikut:
a. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi dana-dana yang
dipercayakan oleh pemegang rekening investasideposan atas prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijkan investasi bank.
b. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki pemilik danashahibul maal
sesuai dengan arahan investasi yang dikehenddaki oleh pemilik dana. c.
Sebagai penyedia lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Sebagai pengelola fungsi sosial.
103
Dari keempat fungsi operasional tersebut kemudian diturunkan menjadi produk-produk bank syariah, yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam
produk pendanaan, produk pembiayaan, produk jasa perbankan, dan produk kegiatan sosial.
104
Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perbankan Syariah, pasal 19 angka 1,
103
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 112
104
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
jo. Peraturan Bank Indonesia Nomor 624PBI2004 BAB V pasal 36, menentukan kegiatan usaha bank umum syariah.
Sedikit berbeda dengan bank umum syariah, bank pembiayaan rakyat syariah tidak memiliki kewenangan dalam lalu lintas pembayaran dan beberapa kegiatan
perbankan lainnya seperti halnya bank umum syariah, sehingga kegiatan usaha bank pembiayaan rakyat syariah menurut pasal 21 Undang-undang Perbankan Syariah
meliputi: 1
Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk: a
Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
b Investasi berupa Deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
2 Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk:
a Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau muyarakah.
b Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna.
c Pembiayaan beradasarkan akad qardh.
d Pembiyaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah
berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
e Pengambilalihan hutang berdasarkan akad hawalah.
Universitas Sumatera Utara
3 Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan
akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad mudharabah danatau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4 Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah melalui rekening bank pembiayaan rakyat syariah yang ada di bank umum syariah, bank konvensional, dan unit usaha syariah.
5 Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank syariah lainnya yang
sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia.
B. Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah.