wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa nasabah debitur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Puduarta Insani.
76
TABEL 3 PERBANDINGAN HASIL WAWANCARA
ANTARA BANK DENGAN NASABAH DEBITUR Bank
Nasabah debitur
Bentuk jaminan Barang-barang berharga, antara
lain surat tanah, BPKB kendaraan, deposito, dan lain-
lain Barang-barang berharga, antara lain
surat tanah, BPKB kendaraan, deposito, dan lain-lain, namun pada
umumnya sertifikat tanah belum bersertifikat
Fungsi jaminan Kepastian pembayaran kembali
atas pembiayaan yang diberikannya
Sebagai ikatan secara materil agar pembiayaan dilunasi dan sebagai
ikatan moril karena bank telah membantunya
Keharusan adanya jaminan Bagi sebagian besar pembiayaan
harus adanya jaminan, tergantung kepercayaan bank
Tidak harus, tergantung apa saja persayaratan yang diminta oleh bank
Kekuatan tanah tidak bersertifikat untuk
dieksekusi Kuat berdasarkan akta notariil
yang telah dibuat Kuat berdasarkan akta notaril yang
telah di buat Alasan tanah bersertifikat
memiliki kekuatan hukum Tanah belum bersertifikat
memiliki kekuatan hukum berdasarkan PBI nomor:
824PBI2006, yang menerima tanah belum bersertifikat sebagai
jaminan Tanah belum bersertifikat adalah
milik nasabah debitur, telah lunas dibayar, dan juga karena semua
kewajibannya sebagai pemilik telah dipenuhi.
Asuransi Wajib
Tidak wajib, tergantung jumlah pinjaman
C. Kekuatan Hukum Tanah Yang Belum Bersertifikat Sebagai Objek Jaminan
Dalam Pembiayaan Murabahah.
Dalam sistem hukum Indonesia dikenal ada beberapa lembaga jaminan. Namun, tidak satu lembaga jaminanpun yang mengatur tentang tanah yang belum
bersertifikat di dalamnya. Pada prakteknya di lapangan, tanah yang belum bersertifikat sangat banyak dijadikan sebagai jaminan hutang oleh masyarakat,
76
Data primer yang telah diolah dari wawancara terhadap bank dan nasabah debitur
Universitas Sumatera Utara
terutama pada kredit ataupun pembiayaan pada bank perkreditan rakyat, baik itu bank konvensional maupun syariah. Oleh karena itu, biasanya digunakan surat kuasa
menjual untuk mengisi kekosongan hukum tersebut. Surat kuasa menjual itu dapat dibuat tergabung dengan akta pengakuan hutang debitur, biasanya dibuat dengan
judul Akta Pengakuan Hutang Dengan Memberikan Jaminan Dan Surat Kuasa Menjual, dimana surat kuasa ini adalah merupakan bagian dari akta tersebut. Bentuk
lainnya, Akta Kuasa Menjual dibuat terpisah dengan Akta Pengakuan Hutang Dengan Pemberian Jaminan, dimana Akta Kuasa Menjual tersebut bukanlah bagian dari Akta
Pengakuan Hutang, namun tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian hutang piutang itu sendiri.
Masyarakat ekonomi bawah sangat banyak –kalau tidak, dikatakan bergantung– kepada tanah yang belum bersertifikat miliknya untuk dijadikan jaminan
hutang. Hal ini dapat dilihat pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Puduarta Insani yang menerima hampir 90 jaminan dengan tanah yang belum bersertifikat atas total
pembiayaan yang diberikan.
77
Hal yang sama juga terjadi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al-Washliyah yang menerima hampir 60 jaminan dengan tanah
yang belum bersertifikat atas total pembiayaan yang diberikan.
78
Bank Indonesia juga melihat kebutuhan ini, dan oleh karena itu, dalam Pasal 20 Peraturan Bank Indonesia Nomor 824PBI2006 tentang Penilaian Kualitas
77
Hasil wawancara dengan Ibu Mailiswarti, Direktur Operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Puduarta Insani, pada tanggal 2 Desember 2009
78
Hasil wawancara dengan Ali Aman, Account Officer Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Al- Washliyah, pada tanggal 2 Desember 2009
Universitas Sumatera Utara
Aktiva Bagi Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, diatur tentang nilai agunan yang dapat diperhitungkan adalah 50 dari Nilai Jual Objek Pajak
NJOP terhadap agunan tanah berdasarkan kepemilikan surat girik letter C dilampiri Surat Pemberitahuan pajak Terhutang SPPT selama 6 bulan.
Walaupun nilainya kecil apabila dibandingkan dengan tanah bersertifikat, hal ini cukup membantu kesulitan masyarakat ekonomi mikro. Terlebih karena
jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank pembiayaan rakyat, terutama Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Puduarta Insani bernilai kecil, berkisar dari 5 juta rupiah
sampai dengan 50 juta rupiah. Pengikatan yang dilakukan pun hanya dengan akta notaris, yaitu dengan Akta Pengakuan Hutang Dengan Pemberian Jaminan Dan Surat
Kuasa Menjual, disamping aqad perjanjian murabahah itu sendiri tentunya. Itupun apabila pembiayaan yang diberikan lebih dari 25 juta rupiah, apabila nilai
pembiayaan yang diberikan lebih kecil dari 25 juta rupiah, maka hanya dibuat surat di bawah tangan antara nasabah debitur dengan bank. Dari keseluruhan nasabah yang
mengajukan pembiayaan, hanya 5 - 10 yang menaikkan status hak tanahnya ke dalam sertifikat, selebihnya tidak, karena bank hanya memberikan pilihan pada
nasabah, mengingat pembuatan sertifikat memakan biaya yang besar, sehingga ditakutkan akan memberatkan nasabah debitur nantinya.
79
Akan tetapi, walaupun diterimanya tanah belum bersertifikat sebagai jaminan hutang, bagi sebagian nasabah menimbulkan suatu permasalahan juga. Tanah
79
Hasil wawancara dengan Ibu Mailiswarti, Direktur Operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Puduarta Insani, pada tanggal 2 desember 2009
Universitas Sumatera Utara
dinilai berdasarkan Nilai Jual Objek Pajaknya, bukan berdasarkan harga pasar yang berlaku. Hal ini menyebabkan nilai tanahnya menjadi lebih kecil, dari pada yang
menurut nasabah seharusnya dapat dinilai lebih tinggi. Penurunan nilai tanah berdasarkan NJOP ini biasanya terjadi karena nasabah hanya membayar pajak untuk
tanah miliknya, sedangkan bangunan yang telah didirikan di atasnya tidak dilaporkannya, sehingga bangunan tersebut tidak dikenakan pajak. Terlebih lagi nilai
tanah yang dihitung hanya 50 dari NJOPnya, yang menyebabkan nilai tanah semakin kecil. Hal ini yang kemudian menimbulkan tanda tanya di benak nasabah
dan menjadi kekecewaan tersendiri bagi dirinya, karena nasabah debitur telah membayangkan dengan jaminan tanah yang dimilikinya, maka dia akan memperoleh
pembiayaan sesuai yang dibutuhkannya. Dalam praktek perbankan, penggunaan surat kuasa menjual merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam eksekusi barang jaminan karena hutang tidak dibayar. Apabila menggunakan lembaga jaminan semisal hak tanggungan atau
fidusia, disamping prosesnya panjang, juga nasabah atau debitur mengeluarkan dana yang cukup besar. Hal ini justru akan memberatkan nasabah. Kondisi inilah yang
menjadi alasan bagi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Puduarta Insani, mengapa tidak menggunakan lembaga jaminan semisal Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia untuk
menjamin hutang-hutang nasabahnya. Menurut keterangan Mailiswarti di Bank Perkreditan Rakyat Syariah Puduarta Insani, beliau menyatakan, bahwa jumlah dana
pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank umumnya pada kisaran antara 5 juta rupiah sampai dengan 50 juta. Memang ada nasabah yang dibiayai antara 100 juta rupiah
Universitas Sumatera Utara
sampai 200 juta rupiah, tetapi kasusnya kecil sekali. Sehingga langkah yang paling effisien dan effektif adalah dengan menggunakan Akta Surat Kuasa Menjual. Hal ini
dilakukan oleh bank, adalah untuk menghindari biaya administrasi ataupun biaya- biaya lainnya yang terlalu tinggi. Karena biaya yang dikeluarkan tersebut adalah
merupakan tanggungan nasabah. Padahal nasabah hanya menerima dana pembiayaan dari bank besarannya hanya sekitar antara 5 Juta rupiah sampai dengan 50 juta rupiah.
Jadi dengan pinjaman atau hutang yang jumlahnya relatif kecil, nasabah harus mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Sehingga antara pengeluran yang harus
dibayar nasabah sebagai kewajibannya untuk mendapatkan dana pembiayaan dari bank, dengan dana pembiayaan yang diterimanya sebagai hutang dan harus
dibayarnya pada bank, menjadi tidak sebanding.
Universitas Sumatera Utara
BAB III RESIKO BANK ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH DENGAN JAMINAN