MENGGAGAS SEBUAH SOFTWARE PEMBELAJARAN MANDIRI YANG KONSTRUKTIVISTIK MELALUI
MACROMEDIA FLASH
Oleh : Iwan Permana Suwarna Dosen Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Beragamnya tingkat kemampuan siswa merupakan permasalahan serius yang harus ditangani dan sekaligus dilayani oleh seorang guru di dalam kelas. Umumnya guru tidak
memperhatikan hal-hal seperti ini, guru cenderung memandang sama. Semua siswa dianggap memiliki kemampuan yang sama, tidak ada perbedaan kemampuan belajar,
kenyataanya tidak demikian. Proses pembelajaran yang seharusnya adalah yang dapat melayani semua kemampuan tersebut. Hal ini akan sungat susah sekali untuk dilakukan
mengingat jumlah siswa di Indonesia dalam satu kelas biasanya banyak. Sehingga proses pembelajaran yang dilakukan tetap disamaratakan, tidak ada pembedaan dan cenderung
bersifat behavioristik. Akibatnya, perkembangan pembelajaran kurang mengalami kemajuan yang cukup berarti, baik dari segi konten, produk maupun proses, yang scenderung stagnan.
Perlu mencari alternatif pembelajaran yang lebih mampu mengatasi semua persoalan pembelajaran yang ada, salah satunya adalah pendekatan konstruktivistik. Pendekatan ini
menghargai perbedaan, keunikan individu, keberagaman dalam menerima dan memaknai pengetahuan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi dilema tersebut
adalah dengan membuat suatu program software pembelajaran individual yang bersifat konstruktif yang bisa melayani perbedaan kemampuan para siswa. Software yang
memungkinkan untuk dapat melakukan semua itu adalah macromedia flash. Kata kunci : macromedia flash, konstruktivisme, konstruktivistik, software
A. Pendahuluan
Pembelajaran fisika di tanah air mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi terasa kurang mengalami kemajuan yang cukup berarti. Hal ini jika kita lihat dari segi konten,
produk maupun proses pembelajarannya cenderung stagnan. Beragamnya tingkat kemampuan siswa merupakan permasalahan serius yang harus ditangani dan sekaligus
dilayani oleh seorang guru di kelas. Umumnya guru tidak memperhatikan hal-hal seperti ini, guru cenderung memandang mereka itu sama. Memiliki kemampuan yang sama dan tidak
ada perbedaan kemampuan belajar, padahal pada kenyataanya tidak demikian. Proses pembelajaran pun cukup dilakukan dengan sekali penyampaian saja dan perlakuannya pun
cenderung sama. Guru tidak memperhatikan karakteristik materi yang akan disampaikan, apakah mudah ataukah susah, konkret maupun abstrak, melibatkan persamaan matematis
maupun tidak.
Teori pembelajaran mengemukakan bahwa beragamnya tingkat kemampuan siswa hendaknya diberikan perlakuan yang berbeda, yang dapat mengakomodasi siswa yang
berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Proses pembelajaran yang banyak terjadi di sekolah-sekolah hanya untuk mengakomodasi mereka saja yang berkemampuan tinggi. Jika
hanya mengakomodasi siswa berkemampuan tinggi saja, bagaimana dengan mereka yang berkemampuan rendah? apakah terlayani juga?
Permasalahan-permasalahan inilah yang harus dihadapi oleh seorang guru yang mungkin akan menjadi beban. Permasalahan seperti ini tentunya harus segera dicarikan
solusi atau aternatif penyelesaiannya. Beban tersebut semakin bertambah oleh banyaknya siswa yang harus diajari seperti itu, belum lagi adanya tuntutan ketercapaian penguasaan
konsep yang baik atau ketuntasan belajar untuk mencapai standar mutu tertentu. Disinilah kesabaran dan ketelatenan guru dituntut. Dengan demikian pembelajaran yang
bagaimanakah yang bisa mengatasi permasalahan seperti ini? Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa dalam
mengatasi dilema tersebut adalah dengan membuat suatu program software pembelajaran individual yang bersifat konstruktif yang bisa melayani perbedaan kemampuan para siswa. Di
pasaran banyak sekali program-program pembelajaran yang bersifat elektronik, namun jika kita kaji lebih lanjut program–program tersebut lebih banyak di sajikan sebagai program
tutorial saja, hanya menyajikan teks yang bersifat statis dan tidak ada unsur interaksinya. Program-program tersebut lebih cenderung bersifat behavioristik.
B. Isi 1. Apa itu Pembelajaran Konstruktivistik ?