2. Bagaimanakah sistem pengawasan pemberian Remisi di Lembaga
Pemasyarakatan? 3.
Faktor-faktor apa saja yang menjadi menghambat serta upaya apa yang dilakukan dalam pemberian Remisi ?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu saran pokok dalam, pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan oleh karena penelitian bertujuan
untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematik, metodologis dan konsisten.
22
Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam rangka penulisan tesis ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pemberian Remisi dalam sistem pemasyarakatan.
2. Untuk mengetahui sistem pengawasan pemberian Remisi di Lembaga
Pemasyarakatan. 3.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat upaya apa yang dilakukan dalam pemberian Remisi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk bahan referensi ilmiahsumbangan pemikiran terhadap implementasi kebijakan Pemerintah
dalam pelaksanaan pemberian Remisi yang dapat dimanfaatkan bagi
22
Soerjono Soekanto Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 1.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
kepentingan dan perkembangan ilmu hukum, khususnya hukum pidana dan hukum penitensier.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai memberikan kajian evaluatif dari segi kelembagaan terhadap peningkatan efektivitas pemberian Remisi bagi
narapidana, sehingga menghasilkan suatu modal kelembagaan yang mampu mewadahi berbagai penyelenggaraan tugas-tugas Pemasyarakatan dengan
mengutamakan fungsi teknis sebagai ciri utamanya.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di Kepustakaan Universitas Sumatera Utara dan Kepustakaan Pasca Sarjana, maka
penelitian dengan judul “Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana DI Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Pemasyarakatan”, belum
pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya. Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya dan dipertanggung jawabkan dari segi isinya.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Dalam pengertian yang sederhana pengawasan dapat diartikan sebagai “kegiatan untuk meyakinkan dan menjamin bahwa pekerjaan telah sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan”. Untuk itu pengawasan harus mengukur apa yang
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
telah dicapai, menilai kegiatan, mengadakan tindakan-tindakan perbaikan dan penyesuaian yang dianggap perlu.
23
Prajudi Atmosudirdjo mengatakan secara harfiah arti kata pengawasan, pada pokoknya controlling merupakan keseluruhan dari kegiatan yang membandingkan
atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma, standar atau rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
24
Sondang P. Siagian, menyebutkan pengawasan ialah proses pengamatan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
25
Andi Hamzah, lebih lanjut dalam pendapatnya tentang Teori Pembalasan menyatakan bahwa pidana tidaklah bertujuan untuk praktis, seperti memperbaiki
penjahat. Kejahatan itu sendirilah yang mengandung unsur-unsur untuk dijatuhkannya pidana. Pidana secara mutlak ada, karena dilakukan suatu kejahatan.
Tidaklah perlu memikirkan manfaat penjatuhan pidana itu. Setiap kejahatan harus berkaitan dijatuhkannya pidana kepada pelaku.
26
Dalam hal ini persoalan dan perwujudan tujuan hukum pidana, terdapat berbagai teori yang membenarkan justification penjatuhan hukuman sanksi,
diantaranya adalah :
23
Mufham Al-Amin, Manajemen Pengawasan Refleksis Kesaksian Seorang Auditor, Ciputat: Kalam Indonesia, 2006 hlm. 47.
24
Prasuji Atmosudirdjo, Administrasi Dan Manajemen Umum, Jakarta: Gunung Agung, 1979, hlm. 223.
25
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hlm. 111.
26
Andi Hamzah, Sistem Pidana Dan Pemidanaan, Jakarta: Pradnya Paramita, 1985, hlm 17.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
1. Teori absolute Vergeldingstheeorie yang menurut teori ini hukuman itu
dijatuhkan sebagai pembalasan terhadap para pelaku karena telah melakukan kejahatan yang mengakibatkan kesengsaraan terhadap orang lain atau anggota
masyarakat. 2.
Teori Relatif Doeltheorie yaitu teori yang dilandasi oleh tujuan doel sebagai : a.
Menjerakan dengan penjatuhan hukuman, diharapkan sipelaku atau terpidana menjadi jera dan tidak mengulangi lagi perbuatan speciale preventie serta
masyarakat umum mengetahui bahwa jika melakukan perbuatan sebagaimana dilakukan terpidana, mereka akan mengalami hukuman yang serupa generale
preventie. b.
Memperbaiki pribadi terpidana berdasarkan perlakuan dan penyidikan yang diberikan selama menjalani hukuman, terpidana merasa menyesal sehingga ia
tidak akan mengulangi perbuatannya dan kembali pada masyarakat sebagai orang yang baik dan berguna.
c. Membinasakan atau membuat terpidana tidak berdaya yang berarti
menjatuhkan hukuman mati, sedangkan membuat terpidana tidak berdaya dilakukan dengan menjatuhkan hukuman pidana seumur hidup.
27
3. Teori Gabungan adalah teori yang tujuan pemidaannya bersifat plural, karena
menggabungkan kedua teori teori retributive dan Utilitarian dalam kesatuan. Oleh karena itu teori gabungan sering disebut sebagai teori integratif.
28
27
Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, hlm. 4
28
Muladi, Op. Cit., hlm. 51-53
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
Teori integratif lebih melihat pada adanya pembenaran pidana terletak pada pembalasan, di sini hanya yang bersalah dipidana, itu pun disesuaikan dengan delik
yang dilakukan dengan pidana yang dijatuhkan harus proporsional. Tujuan lainnya adalah prevensi umum, akibat pentingnya dari pidana itu ialah pelajaran yang
diberikan kepada masyarakat dan menimbulkan rasa sakit, begitu pula memperbaiki penjahat.
29
Dengan dilaksanakannya pidana penjara berdasarkan Sistem Pemasyarakatan, maka posisi Sistem Peradilan Pidana terpadu di Indonesia, di samping
mengembalikan narapidana ke dalam masyarakat reintegrasi sehat mengandung pula pengertian yang lebih luas yaitu juga berfungsi pencegahan terhadap kejahatan.
30
Selanjutnya dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, khususnya dalam Buku II dan Buku III, dalam hal tujuan pemidanaan memasukkan ke dalam 2 dua
jenis norma, yaitu 1 norma yang harus dipenuhi agar sesuatu tindakan itu dapat disebut tindakan pidana dan 2 norma-norma yang berkenaan dengan ancaman pidana
yang harus dikenakan bagi pelaku tindak pidana. Kemudian undang-undang secara terperinci telah mengatur pula tentang;
31
a. Bilamana suatu tindakan pidana itu dapat dijatuhkan bagi pelaku;
b. Jenis pidana yang bagaimanakah yang dapat dijatuhkan pelaku tersebut;
29
Van Bemmelen, Hukum Pidana, Bandung: Bina Cipta, 1984, hlm. 29.
30
Tujuan Dan Fungsi Pemidanaan Di Indonesia Yang Berincikan Rehabilitatif, Korelatif, Edukatif Dan Integratif Telah Diinkorporasikan Dalam Sistem Pemasyarakatan Sebagaimana Tertuang
Dalam Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
31
PAF. Lamintang, Hukum Penitensier Di Indonesia, Bandung: Armico, 1984, hlm. 13.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
c. Untuk berapa lama pidana itu dapat dijatuhkanberapa besarnya pidana denda
yang dapat dijatuhkan; d.
Dengan cara yang bagaimanakah pidana itu harus dilaksanakan. Ditindaklanjuti dari filosofi, maka terdapat hal-hal yang saling bertentangan
tentang pidana penjara yang antara lain adalah sebagai berikut :
32
1. Bahwa tujuan dari penjara, pertama adalah menjamin pengamanan narapidana
dan kedua adalah memberikan kesempatan-kesempatan kepada narapidana untuk direhabilitasi.
2. Bahwa hakekat dari fungsi penjara tersebut di atas seringkali mengakibatkan
dehumanisasi pelaku tindak pidana dan pada akhirnya menimbulkan kerugian bagi narapidana yang terlalu lama di dalam Lembaga, berupa ketidak mampuan
narapidana tersebut untuk melanjutkan kehidupannya secara produktif di dalam masyarakat.
Kemudian dalam rangka mewujudkan Sistem Pemasyarakatan salah satu sarana hukum yang sangat penting adalah dengan pemberian remisi kepada
narapidana. Dasar hukum pemberian remisi terhadap narapidana antara lain sebagai berikut :
1. Undang-undang No : 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan;
2. Peraturan Pemerintah No : 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara
Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
32
Muladi Barda Nawawi Arief, Teori-Teori Dan Kebijakan Pidana, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 77.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
3. Peraturan Pemerintah RI No : 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas PP Nomor
: 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tara Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
4. Keputusan Presiden RI No : 174 Tahun 1999 Tentang Remisi;
5. Keputusan Menteri Hukum Dan Perundang-Undangan RI No : M.09.HN02.10
Tahun 1999 Tentang Pelaksanaan Keputusan Presiden RI No : 174 Tahun 1999 Tentang Remisi.
Dalam Keputusan Presiden No : 174 Tahun 1999 Tentang Remisi, bahwa setiap narapidana dan anak didik yang menjalani pidana penjara sementara dan
pidana kurungan dapat diberikan Remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana, yang diberikan oleh Menteri Hukum Dan Perundang-
Undangan RI.
33
Remisi dalam sistem pelaksanaan pidana penjara khususnya yang menyangkut Sistem Pemasyarakatan sangat penting. Hal ini menyangkut masalah pembinaan yang
dilakukan oleh para petugas Lembaga Pemasyarakatan terhadap para narapidana. Untuk itu dalam pelaksanaan sistem pidana penjara di Indonesia, Remisi mempunyai
kedudukan sangat strategis, sebab apabila narapidana tidak berkelakuan baik yang merupakan inti keberhasilan pembinaannya maka tidak dapat diberikan remisi.
34
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan,
33
Departemen Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia, Op. Cit. hlm. 8.
34
Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara Di Indonesia, Bandung; Refika Aditama, 2006, hlm. 133.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
Remisi adalah pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Sedangkan menurut ketentuan Pasal I Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 174 Tahun 1999, tidak memberikan pengertian Remisi, disana
hanya dikatakan ; “Setiap Narapidana dan Anak Pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan
pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana”
35
Berdasarkan ketentuan Pasal 2 dan Pasal 3 Keputusan Presiden Nomor : 174 Tahun 1999 tentang Remisi, dikenal jenis-jenisbentuk Remisi yaitu :
a. Remisi Umum, adalah remisi yang diberikan pada Hari Peringatan Proklamasi
Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus. b.
Remisi Khusus, adalah remisi yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut oleh narapidana dan anak didik yang bersangkutan, dengan ketentuan
jika suatu agama mempunyai lebih dari 1 hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut
agama yang bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum Dan Perundang-Undangan RI Nomor : M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999, Pasal 3 ayat 2 dinyatakan, bahwa pemberian remisi khusus dilaksanakan pada :
35
Ibid. hlm. 134.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
1. Setiap Hari Raya Idul Fitri bagi narapidana dan anak pidana yang beragama
Islam ; 2.
Setiap Hari Raya Natal bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Kristen ;
3. Setiap Hari Raya Nyepi bagi narapidana dan anak pidana yang beragama
Hindu ; 4.
Setiap Hari Raya Waisak bagi narapidana dan anak pidana yang beragama Budha ;
c. Remisi Tambahan, adalah remisi yang diberikan apabila narapidana atau anak
pidana yang bersangkutan selama menjalani pidana : 1.
Berbuat jasa kepada Negara ; 2.
Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Negara atau kemanusiaan atau ;
3. Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga
Pemasyarakatan.
36
d. Remisi Dasa Warsa yaitu remisi yang diberikan satu kali setiap 10 sepuluh
tahun Hari Ulang Tahun Republik Indonesia.
36
Ibid. hlm. 136.
Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009
USU Repository © 2008
2. Kerangka Konsepsi