Tehnik Pengumpulan Data Analisis Data

2. Bahan Hukum Primer, antara lain : a. Norma atau kaedah dasar ; b. Peraturan dasar ; c. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Sistem Pemasyarakatan dan peraturan pemberian remisi yang meliputi , Undang- undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Kitab Undang- undang Hukum Pidana, Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 Tentang remisi, Keputusan Menteri Nomor : M.02.PK.04.10 Tahun 1990. 3. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer, sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah, serta bahan-bahan di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian. 45

3. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tehnik studi dokumen, yaitu mengumpulkan bahan-bahan hukum berupa peraturan perundang- undangan dan dilakukan wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan obyek penelitian. 45 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998, hlm. 195, sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto Dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali Press, 1990, hlm. 41. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Nara Sumber tersebut adalah ; 1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Binjai. 2. Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas II-A Binjai. 3. Kepala Bidang Registrasi, Perawatan dan Bina Khusus Narkotika Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara. 4. Kepala Sub Direktorat Registrasi dan Statistik Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan HAM RI Jakarta.

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data primer dan sekunder, kemudian data dikelompokkan sesuai dengan rumusan masalah yang ditetapkan. Data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan untuk mendapat gambaran yang utuh, menyeluruh dan tepat masalah- masalah yang akan dijawab. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008

BAB II PELAKSANAAN PEMBERIAN REMISI

DALAM SISTEM PEMASYARAKATAN

A. Pengertian Remisi

Remisi merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam rangka mewujudkan tujuan sistem pemasyarakatan. Maka pengertian Remisi adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana yang memenuhi syarat. Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1 Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999 tidak memberikan pengertian remisi, hanya dikatakan bahwa: “setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana” 46 Pemberian remisi sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden RI Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi tidak ditafsirkan sebagai “kemudahan” dalam kebijakan menjalani pidana sehingga mengurangi arti pemidanaan namun pemberian remisi tersebut adalah dalam upaya mengurangi dampak negatif dari subkultur tempat pelaksanaan pidana, disparitas pidana dan akibat pidana perampasan kemerdekaan. Secara psikologis pemberian remisi mempunyai pengaruh dalam menekan tingkat frustasi sehingga dapat mereduksi atau meminimalisasi gangguan keamanan dan ketertiban di Lembaga Pemasyarakatan, Rumah Tahanan Negara dan cabang Rumah Tahanan Negara, berupa perlarian, perkelahian dan kerusuhan lainnya. 46 Undang undang No : 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Kemudian sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 Keputusan Presiden No. 174 Tahun 1999, pada Pasal 2 disebutkan bahwa remisi ada 4 macam 47 , yaitu: a. Remisi umum; yang diberikan pada hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus. b. Remisi khusus; yang diberikan pada hari besar keagamaan yang dianut narapidana dan anak pidana yang bersangkutan dengan ketentuan jika sesuatu agama mempunyai lebih dari satu kali hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang diberikan adalah hari besar keagamaan yang paling di muliakan. c. Remisi tambahan; berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.04-HN.02.01 Tahun 2000 tentang remisi tambahan bagi Narapidana dan Anak pidana yang berbuat jasa kepada Negara. d. Remisi dasawarsa; berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.01-HN.02.01 Tahun 2005 tentang penetapan penguragan masa hukuman secara khusus 60 enam puluh tahun Kemerdekaan RI.

B. Dasar Hukum Pemberian Remisi dan Syarat–syarat Mendapatkan Remisi

Dalam rangka mewujudkan Sistem Pemasyarakatan salah satu sarana hukum yang sangat penting adalah dengan pemberian remisi kepada narapidana dan anak pidana. 48 47 Kepres No : 174 Tahun 1999 tentang Remisi, hlm.3. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 1. Dasar hukum pemberian remisi terhadap narapidana dan anak pidana antara lain sebagai berikut: a. Undang – undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. b. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. c. Peraturn Pemerintahan RI No. 32 Tahun 2006 tentang Perubahan atas PP No. 32 tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. d. Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi. e. Keputusan Menteri Hukum dan Perundang–undangan RI No.M.09.HN 02.10 tahun 1999 tentang pelaksanaan Keputusan Presiden RI No. 174 Tahun 1999 tentang Remisi. Didalam Undang – Undang No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 14 bahwa narapidana berhak mendapatkan: a melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, b mendapa perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani, c mendapatkan pendidikan dan pengajaran, d mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak, e menyampaikan keluhan, 48 Dep. Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI.Direktorat Jendral Pemasyarakatan, Jakarta; Tahun 2004. hlm 8. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 f mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, g mendapatkan upah atau pemi atas pekerjaan yang dilakukan, h menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya, i mendapatkan pengurangan masa pidana remisi, j mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga, k mendapatkan pembebasan bersyarat, l mendapatkan cuti menjelang bebas, dan m mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Kemudian di dalam Keputusan Presiden RI No. 174 tahun 1994 tentang Remisi pada Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa, “setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan baik selama menjalani pidana” 49 Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan WBP pada Pasal 34 ayat 1 menyebutkan: “setiap narapidana dan anak pidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik berhak mendapatkan remisi” 50 49 Kepres No : 174 tahun 1999 tentang remisi 50 PP No. 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara hak warga binaan pemasyarakatan WBP. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 2. Warga Binaan Pemasyarakatan WBP yang mendapatkan remisi adalah : a. Narapidana; b. Anak pidana. Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaannya di Lembaga Pemasyarakatan. 51 Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan Keputusan Pengadilan menjalani pidana di Lembaga Pemasyarakatan anak paling lama sampai berumur 18 tahun. 52 3. Macam – Macam Remisi a. Remisi umum b. Remisi khusus c. Remisi tambahan d. Remisi dasawarsa 4. Syarat – Syarat Mendapatkan Remisi a. Remisi umum, diberikan pada hari ulang tahun kemerdekaan RI tanggal 17 agustus. 53 Syarat mendapatkan remisi umum adalah: a. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani cuti menjelang bebas CMB. 51 Pasal 1 angka 7 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 52 Pasal 1 angka 8 huruf a UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 53 Majalah figur edisi xxixth 2008. hlm 39. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 b. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani pidana pengganti denda. c. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani hukuman mati atau seumur hidup. d. Sudah menjalani pidana lebih dari 6 enam bulan. e. Tidak dikenakan hukuman disiplin. b. Remisi khusus, diberikan pada hari besar keagamaan. Syarat mendapat remisi khusus adalah sebagai berikut: a. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani cuti menjelang bebas CMB. b. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani pidana pengganti denda. c. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani hukuman mati atau seumur hidup. d. Sudah menjalani pidana lebih dari 6 enam bulan. e. Tidak dikenakan hukuman disiplin. c. Remisi tambahan, diberikan karena berjasa kepada Negara, perbuatan yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Syarat mendapatkan remisi tambahan adalah sebagai berikut: a. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani cuti menjelang bebas CMB. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 b. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani pidana pengganti denda. c. Warga binaan pemasyarakatan tidak sedang menjalani hukuman mati atau seumur hidup. d. Sudah menjalani pidana lebih dari 6 enam bulan. e. Tidak dikenakan hukuman disiplin. d. Remisi dasawarsa, diberikan satu kali setiap 10 tahun pada HUT RI. Syarat mendapatkan remisi dasawarsa adalah sebagai berikut: a. Dipidana lebih dari 6 enam bulan. b. Warga Binaan Pemasyarakatan tidak dijatuhi hukuman mati atau seumur hidup. c. Warga Binaan Pemasyarakatan tidak dalam pelarian. Pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemberian remisi terhadap narapidana, namun demikian masih ada narapidana yang tidak dapat diusulkan karena belum memenuhi persyaratan administratif.

C. Remisi Salah Satu Sarana Tujuan Sistem Pemasyarakatan

Dalam Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Remisi, menyatakan bahwa Remisi merupakan salah satu tujuan sarana hukum yang penting dalam rangka mewujudkan Sistem Pemasyarakatan. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Berkaitan dengan hal tersebut, posisi lembaga remisi adalah merupakan salah satu alat pembinaan dalam Sistem Pemasyarakatan yang berfungsi : 54 1. Sebagai katalisator untuk mempercepat upaya meminimalisasi pengaruh prisonisasi. 2. Sebagai katalisator untuk mempercepat proses pemberian tanggung jawab di dalam masyarakat luas. 3. Sebagai alat modifikasi perilaku dalam proses pembinaan selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan. 4. Secara tidak langsung dapat mengurangi gejala over kapasitas di Lembaga Pemasyarakatan. 5. Dalam rangka efisiensi anggaran Negara. Lembaga Pemasyarakatan sering dikritik karena perlakuan tidak manusiawi. Padahal tidak semua Negara yang mengklaim sebagai Negara demokratis dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, mempunyai mekanisme Remisi. Remisi adalah pengurangan hukuman yang merupakan hak yang dimiliki oleh setiap narapidana. Tentunya hak tersebut diberikan kepada mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan remisi dimaksud. Syarat tersebut adalah berkelakuan baik, tidak dikenakan hukuman disiplin, sudah menjalani pidana lebih dari 6 bulan, tidak 54 Didin Sudirman, Masalah-Masalah Aktual Bidang Pemasyarakatan, Jakarta; Pusat Pengkajian Dan Pengembangan Kebijakan Departemen Hukum Dan HAM RI,2006, hlm 115. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 dijatuhi hukuman mati seumur hidup dan tidak sedang menjalani pidana pengganti denda dan tidak sedang menjalani Cuti Menjelang Bebas CMB . Pemberian Remisi bukanlah merupakan wujud belas kasihan Pemerintah kepada warga Negara Binaan. Remisi adalah refleksi dan tanggung jawab warga binaan terhadap dirinya sendiri, yaitu sebagai tanggung jawab atas pelanggaran yang telah dilakukan. Remisi adalah refleksi itikad baik warga binaan terhadap petugas. 55 Apa yang dinamakan Remisi pada hakekatnya adalah suatu pengurangan secara “dengan sendirinya” dari pidana penjara yang dapat dihilangkan seluruhnya atau sebagian karena ketidaktertiban. 56 Menurut prosedur, pemberian hak ini dimulai dengan adanya penilaian dari tim pengawas atau penilai yang merupakan orang dalam Lembaga atau Rumah Tahanan Negara, yang kemudian diajukan ke kepalanya. Yang dinilai oleh tim di antaranya apakah si narapidana berkelakuan baik untuk mendapatkan hak itu. Selanjutnya terserah kepala Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara apakah mengajukan nama itu ke Direktorat Jendral Pemasyarakatan. Ini juga membuat faktor subyektifitas penguasa tahanan berperan penting. Bila mengacu pada undang–undang, yang bisa mendapatkan Remisi adalah narapidana yang sudah menjalani pidana minimal 6 enam bulan dan berkelakuan baik. Seharusnya, semua 55 Majalah Hukum Dan HAM Vol. IV No. 20 September-Oktober 2006, hlm 11. 56 Muladi, Op. Cit, hlm 117. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 tahanan mempunyai hak yang sama dan diperlakukan sama seperti yang sudah dijamin oleh undang–undang. 57 Pemerintah telah memperbaiki aturan mengenai pemberian Remisi, yakni dengan Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang Pemberian Remisi Umum setiap tanggal 17 Agustus dan Remisi Khusus Keagamaan pada setiap hari raya yang paling dihormati pemeluknya. Antara lain pada Hari Raya Idil Ftri bagi penganut agama Islam dan pada tanggal 25 Desember bagi pemeluk agama Kristen dan Katholik maupun hari besar agama lainnya sesuai dengan agama yang dianut pemeluknya. Pemberian remisi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai sesuai dengan penelitian dan fakta, adalah sebagai berikut: Tabel 1: Jumlah Pemberian Remisi Pada tahun 2006 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai Uraian Jumlah Remisi Umum Remisi Khusus Waisak Remisi Khusus Lebaran Remisi Khusus Natal Remisi Khusus Nyepi Remisi Dasawarsa Remisi Tambahan 651 orang 20 orang 522 orang 67 orang 05 orang -- -- Total 1265 orang Sumber : Data Primer Tabel 1 tersebut di atas mengambarkan bahwa narapidana sebanyak 651 orang menerima pemberian Remisi Umum pada tanggal 17 Agustus 2006. Sedangkan yang paling banyak menerima Remisi Khusus adalah narapidana yang 57 Koran TEMPO, Edisi 01 November 2006. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 beragama Islam yakni sebanyak 522 orang, diikuti oleh narapidana yang beragama Kristen sebanyak 67 orang, yang beragama Budha sebanyak 20 orang dan yang paling sedikit narapidana yang beragama Hindu yakni sebanyak 5 orang. Namun pada tahun itu tidak ada narapidana yang menerima Remisi Dasawarsa dan Remisi Tambahan. Tabel 2: Jumlah Jumlah Narapidana Yang Mendapat Remisi Pada tahun 2007 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai Uraian Jumlah Remisi Umum Remisi Khusus Waisak Remisi Khusus Lebaran Remisi Khusus Natal Remisi Khusus Nyepi Remisi Dasawarsa Remisi Tambahan 707 orang 22 orang 532 orang 53 orang 03 orang -- -- Total 1317 orang Sumber : Data Primer Tabel 2 mengambarkan bahwa pemberian Remisi Umum pada tanggal 17 Agustus 2007 diberikan kepada narapidana sebanyak 707 orang. Sedangkan narapidana yang beragama Islam menerima Remisi Khusus sebanyak 532 orang, diikuti oleh narapidana yang beragama Kristen sebanyak 53 orang, yang beragama Budha sebanyak 22 orang dan yang paling sedikit narapidana yang beragama Hindu yakni sebanyak 3 orang. Namun pada tahun itu tidak ada narapidana yang menerima Remisi Dasawarsa dan Remisi Tambahan. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 3: Jumlah Narapidana Yang Mendapat RemisiTahun 2008 di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai Tahun Uraian Jumlah Remisi Umum Remisi Khusus Waisak Remisi Khusus Lebaran Remisi Khusus Natal Remisi Khusus Nyepi Remisi Dasawarsa Remisi Tambahan 683 orang 24 orang 536 orang 48 orang -- -- -- Total Sumber : Data Primer Tabel 3 menjelaskan bahwa pemberian Remisi Umum pada tanggal 17 Agustus 2008 diberikan kepada narapidana sebanyak 683 orang. Sedangkan narapidana yang beragama Islam menerima Remisi Khusus sebanyak 536 orang, narapidana yang beragama Kristen sebanyak 48 orang, yang beragama Budha sebanyak 24 orang dan narapidana yang beragama Hindu tidak ada serta tidak terdapat narapidana yang menerima Remisi Dasawarsa dan Remisi Tambahan. D. Pelaksanaan Pemberian Remisi Di Lembaga Pemasyarakatan Dikaitkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan Sistem Pemasyarakatan tidak saja sekedar merumuskan tujuan pidana penjara, tetapi juga merupakan sistem pembinaan bagi Narapidana dan Anak Didik yang mencakup bidang – bidang yang luas di bawah spektrum pencegahan kejahatan sekaligus merupakan metodologi di bidang Treatment of offenders yang multilateral orienteds individu Narapidana dan Anak Didik maupun potensi yang ada di dalam Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 masyarakat sebagai keseluruhan terutama lembaga – lembaga pemasyarakatan dan instansi pemerintah 58 Dalam Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan : “sistem pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan wargabinaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi lagi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”. Sedangkan di dalam Pasal 2 Undang - Undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan : “Sistem Pemasyarakatan diselenggarakan dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab”. Untuk melaksanakan sistem pemasyarakatan tersebut, diperlukan juga keikutsertaan masyarakat, baik dengan mengadakan kerjasama dalam pembinaan 58 Wawancara dengan Kepala Sub Direktorat Bina Registrasi dan Statistik Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Jakarta pada hari Selasa tanggal 16 Desember 2008. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 maupun dengan sikap bersedia menerima kembali warga binaan pemasyarakatan yang telah selesai menjalani pidana. Selanjutnya untuk menjamin terselenggaranya hak – hak tersebut, selain diadakan Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan yang secara langsung mengadakan pembinaan, diadakan pula Balai Pertimbangan Pemasyarakatan yang memberi saran dan pertimbangan kepada Menteri mengenai pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, program pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan di setiap Unit Pelaksana Teknis dan berbagai sarana penunjang lainnya. 59 Untuk melaksanakan sistem pemasyarakatan yang memiliki tugas pokok membina dan membimbing warga binaan pemasyarakatan, maka dilakukan suatu usaha oleh petugas pemasyarakatan dengan didasari jiwa pengabdian yang tinggi, tekun serta mempunyai kemampuan yang memadai, baik itu dari segi perilaku atau moral sebagai petugas. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, yang terpenting adalah memberi bekal kepada petugas dalam hal menambah wawasan pengetahuan, pendidikan, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas, guna mencapai pembinaan terhadap narapidana, jelas mempunyai arti yang sangat penting dan strategis sehingga dengan pelaksanaannya dibutuhkan keberadaan para pegawai yang memiliki kualitas kualifikasi tertentu untuk melaksanakan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. 60 59 Wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai, di Binjai pada hari Jum’at, tanggal 5 Desember 2008. 60 Wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai, di Binjai, pada hari Rabu, tanggal 7 Januari 2009. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Dalam sistem Pemasyarakatan Remisi merupakan hak Narapidana yang diatur berdasarkan Pasal 14 Undang Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Berdasarkan filosofis pemasyarakatan merupakan inti dari pelaksanaan pembinaan pelanggaran hukum bertumpu pada Community Base Oriented pelaksana pembinaan di tengah – tengah masyarakat. Oleh karena itu Remisi merupakan manifestasi dari tujuan Pemasyarakatan dimaksud. Dalam konteks ini pemberian remisi bagi narapidana yang memenuhi syarat merupakan salah satu alternatif dalam rangka mempercepat proses reintegrasi. 61 Remisi merupakan salah satu bagian dari fasilitas pembinaan yang tidak bisa dipisahkan dari fasilitas pembinaan yang lainnya, dimana hakekat pembinaan adalah selain memberikan sanksi yang bersifat punitive, juga memberikan reward sebagai salah satu dari upaya pembinaan, agar program pembinaan dapat berjalan dan direspon oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, sedangkan tujuan dari Sistem Pemasyarakatan adalah mengupayakan warga binaan untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya melanggar hukum yang pernah dilakukan dengan harapan kelak akan kembali dan diterima oleh masyarakat sekitarnya sebagai warga masyarakat serta dapat berperan aktif sebagaimana anggota masyarakat lainnya. 62 Sehingga adalah logis jika pelaksanaan tahap – tahap pembinaan termasuk pemberian remisi dalam perkembangan terakhir diberikan lebih besar dari kapasitas institusi pemasyarakatan sebagai lembaga pembinaan bagi narapidana, termasuk 61 A. Widiada Gunakaya, Sejarah dan Konsep Pemasyarakatan, Bandung; Armico, 1988, hlm. 122 62 Dwidja Priyatno. Op.Cit. hlm. 104. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 dalam hal remisi yang diberikan tidak hanya berdasarkan pengampunan dari kepala Negara Raja, maupun juga atas dasar keberhasilan Pembinaan Narapidana. 63 Jadi dengan adanya pemberian remisi diharapkan dapat menjadi pemicu sekaligus sebagai motivator bagi para warga Binaan Pemasyarakatan yang masih menjalani pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan merupakan salah satu fasilitas pembinaan yang diberi kepada warga binaan pemasyarakatan dalam rangka mencapai tujuan pemasyarakatan. 64 Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, kedudukan remisi sangat diharapkan oleh narapidana, karena dengan semakin banyak pemberian remisi yang diperolehnya akan mengurangi masa hukuman yang relatif lama, sehingga mempelancar proses pembinaan selama di dalam Lembaga Pemasyarakatan. 65 Dalam Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : M.02.PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana dan Anak Didik, secara umum pembinaan narapidana bertujuan agar mereka menjadi manusia seutuhnya sebagaimana yang telah menjadi arah pembangunan nasional melalui jalur pendekatan : 63 Wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai, di Binjai pada hari Rabu, tanggal 7 Januari 2009. 64 Wawancara dengan Kepala Bidang Registrasi, Perawatan dan Bina Khusus Narkotika Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara di Medan, pada hari Senin, tanggal 12 Januari 2009. 65 Wawancara dengan Kepala Sub Direktorat Registrasi, dan Statistik, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jakarta, di Jakarta, pada hari Selasa, tanggal 16 Desember 2008. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 a. Menetapkan iman ketahanan moral mereka. b. Membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar di dalam kehidupan kelompok selama dalam Lembaga Pemasyarakatan dan kehidupan yang lebih luas setelah menjalani masa pidananya. Secara khusus pembinaan narapidana ditujukan agar selama masa pembinaan dan sesudah selesai menjalani masa pidananya. a. Berhasil menetapkan kembali harga diri dan kepercayaan dirinya serta bersikap optimis akan masa depannya. b. Berhasil memperoleh pengetahuan, minimal keterampilan untuk bekal mampu hidup mandiri dan berprestasi dalam kegiatan pembangunan nasional. c. Berhasil menjadi manusia yang patuh hukum yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang tertib dan disiplin serta menggalang rasa kesetiakawanan sosial. d. Berhasil memiliki jiwa dan semangat pengabdian terhadap bangsa dan Negara. 66 Pembinaan narapidana secara institusional di dalam sejarahnya di Indonesia dikenal sejak berlakunya Reglemen Penjara Stbl. 1917 Nomor 78. Pola ini mengalami pemberahuan sejak dikenal Sistem Pemasyarakatan, dengan karakteristik 10 prinsip pokok yang semuanya bermuara pada suatu filsafah narapidana bukan orang hukuman. 67 66 Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tanggal 10 April 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidana Tahanan. 67 Warta Pemasyarakatan Nomor 2 Tahun VII Agustus 2006.hlm 8 Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Dasar pemikiran pembinaan ini berpatokan pada “Sepuluh Prinsip Pokok Pemasyarakatan”, yaitu : a. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan perannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna. b. Penjatuhan pidana bukan tindak balas dendam Negara. c. Berikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat. d. Negara tidak berhak membuat mereka menjadi lebih buruk atau jahat daripada sebelum dijatuhi pidana. e. Selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan anak didik harus dikenalkan dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat. f. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh bersifat sekedar mengisi waktu, juga tidak boleh diberikan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan dinas atau kepentingan Negara sewaktu – waktu saja. Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan di masyarakat dan yang menunjang usaha peningkatan produksi. g. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada Narapidana dan Anak Didik harus berdasarkan Pancasila. h. Narapidana dan Anak Didik sebagai orang – orang yang tersesat adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia. i. Narapidana dan Anak Didik hanya dijatuhi pidana hilang kemerdekaan sebagian salah satu derita yang dialaminya. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 j. Disediakan dan dipupuk sarana – sarana yang dapat mendukung fungsi rehabilitatif, korektif dan edukatif dalam sistem pemasyarakatan. Pembinaan terhadap narapidana disesuaikan dengan asas – asas yang terkandung dalam Pancasila, Undang Undang Dasar 1945, Standart Minimum Rules SMR yang tercermin dalam 10 Prinsip Pokok Pemasyarakatan, selain itu mengacu pada : a. Undang – undang Nomor 12 Thaun 1995 tentang Pemasyarakatan. b. Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.02-PK.04.10 Tahun 1999 tentang Asimilasi, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas. c. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimingan Warga Binaan Pemasyarakatan. d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Objek pembinaan yang dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan, akan tetapi juga menjadi subjek pembinaan, karena diharapkan dapat menjadi teladan yang baik di antara sesama narapidana. Narapidana yang dibina di lembaga pemasyarakatan itu terdiri dari beberapa golongan yang dimaksud untuk mempermudah program pembinaan, karena pembinaan adalah rangkaian suatu program yang memerlukan waktu yang cukup lama. Adapun penggolongan narapidana tersebut adalah sebagai berikut : Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 a. Golongan B1 hukuman penjara lebih dari 1 tahun b. Golongan BIIa hukuman penjara lebih dari 3 bulan sampai dengan 1 tahun c. Golongan BIIb hukuman penjara lebih dari 1 hari sampai dengan 43 bulan d. Golongan BIII hukuman kurungan e. Golongan BIIIs hukuman kurungan pengganti denda Tabel. 4: Jumlah Narapidana Berdasarkan Penggolongan Tahun 2008 No. Golongan U r a i a n Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. BI BIIa BIIb BIII BIIIs Hukuman penjara lebih dari 1satu tahun Hukuman penjara dari 3tiga bulan sampai 1satu tahun Hukuman penjara dari 1satu hari sampai 3tiga bulan Hukuman Kurungan Hukuman kurungan pengganti denda 518 orang 36 orang 2 orang - 9 orang Sumber Data : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai Tahun 2008 Tabel 4 diatas menjelaskan pada tahun 2008, terdapat narapidana yang menjalani hukuman penjara lebih dari 1satu tahun adalah paling banyak yakni sebanyak 518 orang, narapidana yang menjalani hukuman penjara dari 3tiga bulan sampai 1satu tahun sebanyak 36 orang, sementara narapidana yang menjalani hukuman kurungan pengganti denda sebanyak 9 orang dan yang paling sedikit adalah narapidana yang menjalani hukuman penjara dari 1satu hari sampai 3tiga bulan yaitu sebanyak 2 orang. Sementara narapidana yang menjalani hukuman kurungan disepanjang tahun 2008 tidak ada. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Pembinaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam pembinaan yaitu: 68 a. Supaya narapidana tidak melanggar hukum lagi. b. Supaya narapidana aktif, produktif dan berguna dalam masyarakat. c. Supaya narapidana bahagia hidup di dunia dan akherat. Pemasyarakatan adalah suatu proses thearapeutic dimana si narapidana pada waktu masuk lembaga pemasyarakatan merasa dalam keadaan tidak harmonis dengan masyarakat sekitarnya. Sistem Pemasyarakatan juga beranggapan bahwa hakekat pembuatan melanggar hukum oleh Warga Binaan Pemasyarakatan adalah cerminan dari adanya keretakan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan antara yang bersangkutan dengan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu tujuan dari sistem pemasyarakatan dengan masyarakat reintegrasi hidup, kehidupan dan penghidupan. Tegasnya Pemasyarakatan menjembatani proses kehidupan negatif antara narapidana dengan unsur-unsur masyarakat melalui pembinaan, perubahan menuju kehidupan yang positif. Karena pemasyarakatan itu merupakan proses yang berlaku secara kesinambungan, maka proses dimaksud diwujdkan melalui tahapan sebagai berikut: 69 Tahap Pertama : Tahap setiap Narapidana yang masuk di Lembaga Pemasyarakat Klas IIA Binjai, dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal ikhwal perihal dirinya, termasuk 68 Wawancara dengan Kepala sub Direktorat Bina Registrasi dan Statistik, Direktorat Jenderal Bina Registrasi dan Statistik; Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, di Jakarta, pada hari Selasa, tanggal 16 Desember 2008. 69 Wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Binjai, di Binjai, pada hari Rabu, tanggal 7 Januari 2009. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 sebab – sebab ia melakukan kejahatan, dimana ia tinggal, bagaimana keadaan ekonominya, latar belakang pendidikan. Pembinaan tahap ini disebut pembinaan awal, dimana kegiatan masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian yang waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana samapai dengan 13 sepertiaga dari masa pidananya. Pembinaan pada tahap ini masih dilakukan dalam lembaga pemasyarakatan dan pengawasannya maksimum maximum security. Tahap Kedua : Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama – lamanya 13 sepertiga dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut pendapat Tim Pengamat Pemasyarakatan sudah cukup dicapai kemajuan, antara lain menunjukkan keinsafan, perbaikan, disiplin, dan patuh pada peraturan tata tertib yang berlaku di dalam lembaga pemasyarakatan, maka kepada narapidana yang bersangkutan diberikan kebebasan lebih bangak dan ditempatkan pada lembaga pemasyarakatan melalui pengawasan medium security. Tahap Ketiga : Jika proses pembinaan terhadap narapidana yang bersangkutan telah berlangsung selama – lamanya ½ seperdua dari masa pidana yang sebenarnya dan menurut pendapat tim pengamat pemasyarakatan sudah cukup kemajuan – kemajuan, baik secara fisik ataupun mental dan juga segi keterampilannya, maka wadah proses pembinaannya diperluas dengan asimilasi yang pelaksanaannya terdiri dari 2 dua Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 bagian yaitu yang pertama waktunya dimulai sejak berakhirnya tahap awal sampai dengan ½ seperdua dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaan masih dilaksanakan di dalam lembaga pemasyarakatan dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security. Tahap kedua dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 23 dua pertiga masa pidananya. Dalam tahap asimilasi dan selanjutnya dapat diberikan Pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan minimum security. Tahap keempat : Jika proses pembinaan telah menjalani 23 dua pertiga dari masa pidana yang sebenarnya atau sekurang – kurangnya 9 sembilan bulan. Pembinaan ini disebut pembinaan tahap akhir yaitu kegiatan berupa perencanaan dan pelaksanaan program intregrasi yang dimulai sejak berakhirnya masa pidana dari narapidana yang bersangkutan. Pembinaan pada tahap ini terhadap Narapidana yang memenuhi syarat diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat dan pembinaannya dilakukan diluar lembaga pemasyarakatan oleh balai pemasyarakatan BAPAS yang kemudian disebut pembimbingan klien Pemasyarakatan. Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku profesional, kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan. Pemberian remisi pada hakekatnya diperuntukkan bagi semua narapidana dengan tanpa melihat jenis kasusnya, demikian juga bagi semua narapidana dengan tanpa melihat jenis kasusnya, demikian juga bagi mereka yang sedang menjalani Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 pidana karena kasus narkotika. Secara rill pemberian remisi dapat mengurangi masa pidana yang akan mempengaruhi jumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan. Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi pemberian remisi dadalah : 1. Sudah menjalani pidana lebih dari 6 enam bulan. 2. Tidak dikenakan hukuman disiplin. 3. Tidak sedang dijatuhi hukuman mati atau hukuman seumur hidup. 4. Tidak sedang menjalani hukuman pengganti ataupun denda. 5. Tidak sedang menjalani cuti menjelang bebas. 70 Perhitungan remisi perhitungan 6 enam bulan sejak yang bersangkutan ditahan oleh polisi atau penyidik. Perhitungan remisi bagi narapidana yang dalam 1 satu tahun tidak memperoleh remisi, maka remisi tahun berikutnya tetap diperhitungkan berdasarkan urutan berikutnya. Apabila narapidana yang menjalani pidana lebih dari 1 satu putusan hanya saja tanggal kebebasannya adalah sudah digabungkan menggabungkan semua putusan pidananya. Jenis – jenis remisi yang dilaksanakan di lembaga pemasyarakatan, adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999 tentang remisi : a. Remisi umum, yaitu remisi yang diberikan pada Hari Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus. b. Remisi khusus, yaitu remisi yang diberikan pada hari keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan anak Pidana yang bersangkutan, dan ketentuan jika sesuatu 70 Keputusan Preiden RI Nomor 174 Tahun 1999 Tentang Remisi. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 agama mempunyai lebih dari satu hari besar keagamaan dalam setahun, maka yang dipilih adalah hari besar yang paling dimuliakan oleh penganut agam yang bersangkutan. Berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Perundang – Undangan RI Nomor : M.09.HN.02.01 Tahun 1999 tentang pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 174 Tahun 1999, Pasal 3 ayat 2, bahwa pemberian Remisi Khusus dilaksanakan pada : a Setiap Hari Raya Idul Fitri bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Islam; b Setiap Hari Raya Natal bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Kristen; c Setiap Hari Raya Nyepi bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Hindu; d Setiap Hari Raya Waisak bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Budha; Selain dengan adanya kedua remisi tersebut,terdapat juga Remisi Tambahan sebaimana diatur dalam Pasal 3 ayat 1 dimana narapidana memperoleh Remisi Tambahan apabila Narapidana yang bersangkutan selama menjalani masa pidana : a. Berbuat jasa kepada Negara ; b. Melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi Negara atau kemanusiaan ; c. Melakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Permasyarakatan. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Besarnya remisi tambahan adalah : a. ½ satu perdua dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah dilakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Permasyarakatan sebagai pemuka. b. 飴 satu pertiga dari remisi umum yang diperoleh pada tahun yang bersangkutan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah dilakukan perbuatan yang membantu kegiatan pembinaan di Lembaga Permasyarakatan sebagai pemuka. Remisi tambahan bagi narapidana yang menjadi donor organ tubuh dan donor darah, berdasarkan Pasal 2 keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 04.HN.02.01 Tahun 1988 tanggal 14 Mei 1988 tentang Pemberian Remisi Bagi Narapidana Yang Menjadi Donor Organ Tubuh dan Donor darah, “bahwa setiap Narapidana yang menjalani pidana sementara baik pidana penjara, pidana kurungan maupun pidana pengganti denda dapat diusulkan untuk mendapatkan tambahan remisi apabila menjadi donor organ tubuh dan darah”. Pengusulan tambahan remisi tersebut harus disertai tanda buktisurat keterangan yang sah yang dikeluarkan oleh rumah sakit yang melaksanakan donor organ tubuh, atau Palang Merah Indonesia yang melaksanakan pengambilan darah. Apabila pengusulan tambahan resmi tidak disertai tanda buktisurat keterangan, maka pengusulan tersebut akan ditolak. Dalam Pasal 5 Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : 04.HN.02.01 tahun 1988 tanggal 14 mei 1988 tentang Pemberian Remisi bagi narapidana Yang menjadi Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 donor Organ Tubuh dan Donor darah, besarnya tambahan remisi yang diberikan kepada donor darah, adalah sebagai berikut: a. Sebesar 1 satu bulan, apabila telah menyumbangkan darahnya : 1. 5 kali. 2. 10 kali. 3. 15 kali. b. Sebesar 2 dua bulan, apabila telah menyumbangkan darahnya: 1. 20 kali. 2. 25 kali. 3. 30 kali. c. Sebesar 3 tiga bulan, apabila telah menyumbangkan darahnya: 1. 36 kali. 2. 43 kali. 3. 50 kali d. Sebesar 4 empat bulan, apabila telah menyumbangkan darahnya: 1. 59 kali. 2. 67 kali. 3. 75 kali e. Sebesar 4 empat bulan, apabila telah menyumbangkan darahnya: 1. 84 kali. 2. 92 kali. 3. 100 kali Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 f. Sebesar 6 enam bulan, apabila telah menyumbangkan darahnya 101 seratus satu keatas. Pengusulan tambahan resmi bagi donor organ tubuh dan donor darah dilaksanakan dengan menggunakan Formulir RT.I dan RT.II. Besarnya Remisi umum yang diberikan adalah: a. 1 satu bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidana selama 6 enam bulan sampai 12 dua belas bulan . b. 2 dua bulan bagi Narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidana selama 12 dua belas bulan atau lebih. Pemberian Remisi Umum diberikan sebagai berikut : a. Pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 yakni 1satu sampai dengan 2 duabulan. b. Pada tahun kedua diberikan remisi 3tiga bulan. c. Pada tahun ketiga diberikan remisi 4empat bulan. d. Pada tahun keempat dan kelima diberikan masing-masing diberikan remisi 5empat bulan. e. Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 6 enam bulan setiap tahun. Besarnya Remisi Khusus adalah : a. 15 lima belas hari bagi narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidana selama 6 enam sampai 12 dua belas bulan. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 b. 1 satu bulan bagi narapidana dan Anak Pidana yang telah menjalani pidana selama 12 dua belas bulan atau lebih. Pemberian Remisi Khusus dilaksanakan sebagai berikut : a. Pada tahun pertama diberikan remisi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, yakni 15 lima belas hari sampai dengan 1 satu bulan. b. Pada tahun kedua dan ketiga masing-masing diberikan remisi 1satu bulan. c. Pada tahun keempat dan kelima masing-masing diberikan remisi 1 satu bulan 15 lima belas hari. d. Pada tahun keenam dan seterusnya diberikan remisi 2 dua bulan setiap tahun. Pemberian Remisi Khusus dilaksanakan pada: a. Setiap Hari Raya Idul Fitri bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Islam. b. Setiap hari Raya Natal bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Kristen. c. Setiap Hari Raya Nyepi bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Hindu; d. Setiap Hari Raya Waisak bagi Narapidana dan Anak Pidana yang beragama Budha. Remisi merupakan hak narapidana, namun demikian pemberian remisi tidak diberikan kepada Narapidana dan Anak Pidana yang : a. Dipidana kurang dari 6 enam bulan. b. Dikenakan hukuman disiplin dan daftar pada buku pelanggaran tat tertib Lembaga Permasyarakatan dalam kurun waktu yang diperhitungkan pada pemberian remisi. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 c. Sedang menjalani cuti menjelang bebas. d. Dijatuhi pidana kurungan sebagai pengganti denda. Remisi yang diberikan sebagai hak narapidana, yang salah satu fungsinya mempercepat narapidana agar segera bebas dan kembali kelingkungan msayarakat, akan tetapi ada narapidana yang tidak berhak mendapatkan remisi berdasarkan kriteria: a. Terdapat Register F yang isinya mencabut hak remisi. b. Masalah dalam tahap upaya hukum. c. Belum mendapat vonis yang mempunyai kekuatan hukum tetap, akan tetapi dapat diusulkan melalui remisi susulan, yaitu remisi yang karena terlambat pengusulannya bisa diusulkan kemudian setelah berkas-berkasnya turun. Prosedur mengajukan remisi selanjutnya diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia oleh Kepala Lembaga Permasyarakatan, Kepala Rumah Tahanan Negara atau Kepala Cabang Rumah Tahanan Negara melalui Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang remisi diberitahukan kepada narapidana dan anak pidana pada hari peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus, bagi mereka yang diberikan remisi pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI atau hari besar keagamaan yang dianut oleh Narapidana dan Anak Pidana yang bersangkutan . Jika terdapat keraguan tentang hari besar keagamaan yang dianut oleh narapidana atau Anak pidana, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengkonsultasikannya dengan Menteri Agama. Adapun syarat administratifnya adalah: Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 a. Harus ada petikan vonis dari Pengadilan Negeri. b. Berita Acara Eksekusi dari Kejaksaan Negeri. c. Surat Penahanan dari Kepolisian. d. Kartu pembinaan. e. Daftar perubahan ekspirasi. Sedangkan teknisnya, usul dari Unit Pelaksanaan Teknis yang ditujukan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan tembusan kepada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Untuk selanjutnya Unit Pelaksanaan Teknis mengambil surat keputusan yang kemudian diumumkan kepada Narapidana yang bersangkutan dan mengadakan perubahan buku ekspresi Narapidana. 71 Bagi narapidana yang menjalani pidana penjara seumur hidup yang telah diubah pidananya menjadi pidana sementara pemberian remisi dapat dilaksanakan setelah ada surat keputusan perubahan, maka yang bersangkutan mendapat remisi sebesar 2 dua bulan untuk tahap pertama. Di Lembaga Permasyarakatan selain Narapidana berkebangsaan Indonesia terdapat juga beberapa Narapidana warga Negara asing. Dalam hal ini tidak ada perbedaan perlakuan hak sebagai warga Binaan permasyarakatan. Berkaitan dengan pemberian remisi terhadap narapidana asing yang mengajukan permohonan grasi dan narapidana warga Negara asing tetap diberikan sepanjang persyaratan telah dipenuhi oleh narapidana yang bersangkutan. Demikian juga yang mengajukan grasi tetap 71 Petrus Irwan Panjaitan Pandapotan Simorangkir,Op.cit. 72 Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 dapat diusulkan perolehannya, karena grasi merupakan upaya hukum luar biasa, tetapi apabila sedang mengajukan banding, kasasi tidak memperoleh pemberian remisi karena belum mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 72 Dalam kaitannya dengan penurunan tingkat kejahatan, khususnya kejahatan narkotika, pelaksanaan pemberian remisi merupakan langkah awal bagi kejahatan secara menyeluruh. Jadi membicarakan remisi berarti membicarakan mengenai salah satu kebijakan strategi pembinaan narapidana dalam penanggulangan tindak kejahatan dalam masyarakat.

E. Sistem Pemasyarakatan Sebagai Sarana Pencegah Kejahatan Dan

Pembinaan Para Pelanggar Hukum Kejahatan adalah suatu gejala atau suatu persoalan yang melekat dalam masyarakat, hal mana telah dikemukan oleh Frank Tannenbaum dalam preface buku “New Horizons in Criminology” karya Barnes Teeters; “Crime is eternal as eternal as society”. Manusia sesuai dengan kodratnya lahir dan hidup dalam kelompok- kelompok tipe dan corak organisasi kemanusiaan. Dan di dalam organisasi tersebut sifat-sifat manusia tidak selalu sejalan dengan apa yang dikehendaki oleh tuntutan masyarakat, termasuk dalam hal ini prilaku manusia yang dinamakan dengan 72 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 40 tahun Pemasyarakatan Mengukir Citra Profesionalisme; Jakarta; 2004. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 kejahatan. Oleh karena itulah kejahatan tidak dapat dihapuskan dari masyarakat, kecuali dalam pikiran utopistis sebenarnya tidak akan ada. 73 Dari hal di atas kelihatannya bahwa kejahatan sama sekali tidak dikehendaki oleh masyarakat, tapi justru kejahatan itu selalu ada dan dilakukan oleh anggota masyarakat itu sendiri. Dengan demikian maka agak sulit diterima bahwa kejahatan pasti dapat dihilangkan dan dilenyapkan secara tuntas dari muka bumi. Sejalan dengan keadaan yang demikian itu maka salah satu jalan yang ditempuh adalah berusaha untuk mencegah dan menekan timbulnya kejahatan, dan juga memperbaiki para penjahat agar bisa kembali sebagai warga masyarakat yang berguna dan dapat dituntut rasa tanggung jawabnya baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. 74 Sehubungan dengan usaha pengurangan kejahatan baik melalui pencegahan atau dengan yang lainnya serta usaha untuk memperbaiki para pelanggar hukum maka diperlukan petugas hukum dan sarana pelaksanaan pidana yang sesuai dengan tujuan politik hukum pidana. Pembahasan masalah pencegahan kejahatan maka akan dihadapkan dengan ruang lingkup pencegahan yang sangat luas. Masalah yang khusus yaitu masalah yang menyangkut pembinaan terhadap para pelanggar hukum berada di bawah spektrum pencegahan kejahatan yang kedudukannya terletak dalam satu bidang yang 73 A. Widiada Gunakaya S.A, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan,Bandung: Armico, 1988, hal.117. 74 Ibid Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 memiliki ciri-ciri dan batas-batas sendiri. Bidang ini dikenal dengan “treatment of Offenders” atau pembinaan terhadap para pelanggar hukum. 75 Masalah-masalah pencegahan kejahatan prevent of crime dan pembinaan terhadap para pelanggar hukum kemudian dikenal dengan “Prevention and Control of Crime and treatment of Offender” 76 yang telah lama menjadi perhatian dan diskusi yang cukup hangat di tingkat atau di forum Internasional, antara lain oleh CIPP Commision International Pinalet Penitentiair. Dalam sejarahnya sejak didirikan pada tahun 1872 di London dalam pertemuan kongres Internasional para ahli kriminologi, hukum, penintetiair, psychology, psychiatri dan para fungsionaris di bidang justisi dari berbagai Negara CIPP sekurang-kurangnya telah dua kali mengadakan kongres guna mendiskusikan masalah “Prevention and Control of Crime and treatment of Offender” yakni pada tahun 1935 di Berlin dan di Nederland pada tahun 1950 sampai pada akhirnya segala usaha yang telah dirintisnya diambil PBB pada tahun 1952. 77 Sejak saat itu masalah-masalah yang menyangkut hukum pidana dan Prevention and Control of Crime and treatment of Offender” menjadi urusan PBB, jadi benar-benar bertaraf Internasional dibanding sewaktu masih diurus oleh CIPP. Urusan masalah-masalah tersebut dimasukkan sebagai salah satu cabang dari seksi “Social Defence” dari “Departement of Economics and Social Affairs” dengan nama Prevention and Control of Crime and treatment of Offender” General Assembly 75 Ibid 76 BPHN,Evaluasi Sistem Pemasyarakatan,Jakarta, Bina Cipta, 1976, hal. 5 77 A. Widiada Gunakaya S.A,, Op. cit. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Resolution 415 V tanggal 1 Desember 1950. Peranan CIPP sejak kegiatan dan usahanya diambil oleh PBB, dijadikan sebagai Consultative Group of Experts di bidang “Prevention and Control of Crime and treatment of Offender” tersebut. Jelas kiranya bahwa terutama sesudah perang dunia ke II masalah Prevention and Control of Crime and treatment of Offender mendapat sorotan atau perhatian dunia yang lebih tajam di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Sebabnya ialah karena timbulnya momentum baru dalam sejarah umat manusia khususnya di bidang perikemanusiaan atau humaniseering setelah sebelumnya dunia mengalami momentum-momentum yang mengarah kepada dehumaniseering yang meliputi masa berabad-abad lamanya dan yang kemudian mendapat tantangan-tantangan yang manifestasinya dapat dilihat secara berturut-turut : 78

a. Magna Charta

Diperoleh Baron-Baron Inggris dari King John John Lackland pada tahun 1215. Magna Charta adalah naskah pertama yang terkenal di Eropa yang mengakui hak kemerdekaan diri. Dalam naskah tersebut antara lain disebutkan tiap orang tidak boleh ditangkap, disita hak miliknya, dipenjarakan dan diasingkan tanpa alasan yang cukup kuat.

b. Petition of Right

Diberikan oleh Raja Inggris, Charles 1625-1649 kepada rakyatnya pada permulaan masa pemerintahannya 16281629 yang antara lain menetapkan: seseorang tidak boleh ditangkap tanpa tuduhan yang sah. 78 A. Widiada Gunakaya S.A, Op. cit hal 119. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008

c. Habeas Corpus Act

Act ini juga disebut “The bulwark of the British Constittion”, ialah undang- undang yang menjamin tidak diperbolehkannya seseorang ditangkap dan ditahan dengan semena-mena kecuali menurut aturan undang-undang. Ditetapkan juga bahwa, Hakim harus dapat memeriksa orang yang ditangkap paling lambat dua hari sejak penangkapannya. Orang yang telah dibebaskan tidak boleh ditangkap lagi dengan tuduhan yang sama. Act ini diberlakukan pada tahun 1679 oleh King Charles II 1660-1680.

d. Bill of Right

Bill ini juga disebut “Declaration of Right” hasil karya Parlemen Inggris semula berasal dari “Petition of Right” yang diajukan kepada Prince of Orange Prins Van Oranye yaitu Williem III 1689-1702 pada tahun 16881689. yang dimuat dalam Bill itu antara lain ; tentang pengakuan terhadap hak petisi, kemerdekaan bermusyawarah dan pemilihan anggota-anggota Parlemen.

e. The declaration of Right atau The American Declaration of

IndependentDeclaration of American Independent Deklarasi ini antara lain memuat “All man are created equal and endowed by their Creator with certain inalienable Rights, Life, Liberty and the persuit of Happiness. To secure these right Governments are institutes among man, deriving these just power from the concent of the governed. Wherever any form of Government become distructive of these ends, it is the rights of the people to alter or to abolish it ….”. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008

f. American Bill of Rights

Bill dari tahun 1771 ini antara lain memuat kemerdekaan beragama, pers, berkumpul dan berapat.

g. Declaration des Droits de L’home et du Citoyen

Declaration ini diciptakan oleh Konstituante Perancis pada tahun 1789. Pasal 1 nya menyebutkan bahwa manusia itu dilahirkan bebas dengan hak yang sama. Pasal 2 nya menyatakan bahwa hak-hak itu ialah kemerdekaan, hak milik, keamanan dan penentangan terhadap segala bentuk penindasan.

h. The Four Freedom of Franklin Deleno Roosevelt

The Four Freedoms yang dikumandangkan oleh Franklin DEleno Roosevelt pada tahun 1941 ini ialah : Freedom of Speech and Expression, Freedom of Religion, Freedom of Want dan Freedom from Fear.

i. The Universal Declaration of Human Rights

Yaitu deklarasi tentang hak-hak asasi manusia yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1945. 79 Penegakan hukum sebagai bagian dari legal system, tidak dapat dipisahkan dengan substansi hukum legal substance dan budaya hukum legal culture. Hukum sebagai gejala sosio–empiris yang dikaji ke dalam variabel independen memberikan impact pada berbagai kehidupan. Aspek–aspek kehidupan sosial ini yang menjadi dependent variable. Dalam kedudukan hukum sebagai independent variable maka dapat dikaji secara law in action serta legal impact. Mengkaji hukum sebagai 79 A. Widiada Gunakarya S.A, Op. Cit.hlm 118-121. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 independent variable termasuk kajian hukum dan masyarakat law and society. Sebaliknya, jika hukum dijadikan dependent variable, maka termasuk kajian sosiologi hukum sociology of law . Perbedaannya adalah kajian hukum dan masyarakat merupakan spesialisasi ilmu hukum, sedangkan sosiologi hukum merupakan spesialisasi sosiologi. Persamaannya ialah diantara keduanya tidak lagi memandang hukum sebagai suatu kaidah semata–mata dan telah merelatifkan sifat normative-dogmatif hukum. 80 Sistem peradilan pidana dapat digambarkan secara singkat sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk “menanggulangi kejahatan”, salah satu usaha masyarakat untuk mengendalikan terjadinya kejahatan agar berada dalam batas–batas toleransi yang dapat diterimanya. Sistem ini dianggap berhasil, apabila sebagian besar laporan dan keluhan masyarakat bahwa mereka telah menjadi korban suatu kejahatan, dapat diselesaikan dengan diajukannya pelaku ke muka sidang pengadilan dan menerima pidana. Komponen–komponen yang bekerja sama dalam sistem ini adalah terutama instansi–instansi badan–badan yang dikenal dengan nama kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan pemasyarakatan. 81 Penegakan hukum pidana dalam konteks sistem peradilan pidana pada dasarnya merupakan suatu upaya penanggulangan kejahatan criminal policy atau politik criminal yang terjadi di masyarakat. 80 Azhar Kasim, Pengukuran Efeksifitas Dalam Organisasi, Jakarta; Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993, hlm 140. 81 Mardjono Reksodiputro, Kriminologi Dan Sistem Peradilan Pidana, Jakarta; Pusat Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian Hukum Universitas Indonesia, 1997, hlm 140. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Pembahasan penegakan hukum pidana di sini tidak menguraikan bagaimana hukumnya, melainkan “apa yang diatur oleh aparatur penegak hukum dalam menghadapi masalah – masalah dalam penegakan hukum”. Penegakan hukum law enforcement merupakan usaha untuk menegakkan norma–norma hukum dan sekaligus nilai-nilai yang ada di belakang norma tersebut. Dengan demikian para penegak hukum harus memahami benar–benar spirit hukum legal spirit yang mendasari peraturan hukum yang harus ditegakkan dalam hal ini akan berkaitan dengan pelbagai dinamika yang terjadi dalam proses pembuatan peraturan perundang–undangan law making process. Sisi lain yang terkait dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut adalah keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kesadaran hukum yang ditanamkan dari atas oleh penguasa legal awarens dengan perasaan hukum yang bersifat spontan dari rakyat legal feeling. Penegakan hukum yang ideal harus disertai dengan kesadaran bahwa penegakan merupakan subsistem sosial, sehingga pengaruh lingkungan cukup berarti. Hanya komitmen terhadap prinsip–prinsip negara hukum sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Undang–Undang Dasar 1945 dan asas–asas hukum yang berlaku di lingkungan bangsa–bangsa beradap yang dapat menghindarkan diri pada penegak hukum dari praktek–praktek negatif akibat pengaruh lingkungan yang sangat kompleks. 82 82 Muladi, Hak Asasi Manusia, Politik Dan Sistem Peradilan Pidana, BP Universitas Diponegoro, Semarang; 2002, hlm 69. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Keharusan Hakim untuk selalu menggali nilai–nilai yang berkembang dalam suatu masyarakat, harus diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan. Dengan pemahaman yang komprehensip integral tersebut akan dihayati bahwa para penegak hukum harus bijak dalam menetralisasikan kesenjangan antara spirit hukum yang asli original legal spirit dengan spirit hukum yang berkembang pada saat dilakukan penegakan hukum actual legal spirit. Lebih ideal lagi apabila para penegak hukum menyadari sepenuhnya bahwa supermasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu refleksi dan bahkan prakondisi sistem pemerintahan yang demokratis dan berwibawa. 83 Sifat baik dari aparatur mencakup integritas moral serta profesionalisme intelektual. Kualitas intelektual tanpa diimbangi integritas akan dapat mengarah kepada rekayasa yang tidak dilandasi moral. Sementara integritas saja tanpa profesionalisme bisa menyimpang keluar dari jalur–jalur hukum. Aspek lain yang perlu diperhatikan, adalah bahwa penegakan hukum merupakan rangkaian dari suatu proses yang dilaksanakan oleh beberapa komponen sebagai sub sistem. Rangkaian proses tersebut satu sama lain saling terkait secara erat dan tidak terpisahkan karena itu disebut Integrated Criminal Justice System. 84 83 Ibid. 84 Suwandi, Instrumen Penegakan HAM Di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2004, hlm 47. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008

BAB III SISTEM PENGAWASAN

PEMBERIAN REMISI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

A. Keadaan Umum dan Visi, Misi serta Sasaran Lembaga Pemayarakatan Klas

II A Binjai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto No 72 Kota Binjai dengan jarak lebih kurang 22 Km dari Kota Medan. Telah berdiri sejak tahun 1918 yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang diberi nama STRAF GEVENGIESTE Binjai, dimana pada saat itu tujuan pendiriannya adalah sebagai tempat penahananpemidanaan orang-orang yang kena hukuman, misalnya karena tidak melaksanakan kerja rodi kerja paksa di perkebunan- perkebunan Belanda atau yang lain dari kewajiban kerja di perkebunan itu. Keadaan bangunan penjara Binjai disesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu, sehingga kamar-kamar NarapidanaTahanan hanya khusus 01 satu orang saja. Walaupun ada 4 empat kamar yang berkapasitas sekitar 50 lima puluh orang. Kapasitas penjara Binjai pada waktu itu lebih kurang 350 tiga ratus lima puluh orang. Kemudian setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 STRAF GEVENGIESTE Binjai, berubah namanya menjadi penjara Binjai. Adapun penjara Binjai pada waktu itu berada di bawah Inspektorat Wilayah Kepenjaraan Medan yang membawahi Propinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Pada tanggal 05 Juli 1963 diucapkan pidato Bapak SAHARJOMenteri Kehakiman pada waktu itu yaitu pada saat menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Indonesia dalam buku brosur yang memuat tersebut dengan lambang Pohon Beringin Pengayoman, adalah sebagai lambang Departemen Kehakiman, artinya Pengayoman bukan untuk penjahat tetapi untuk masyarakat. Juga kemudian sejak tanggal 27 April 1964 muncul sistem kepenjaraan baru dikenal dengan Sistem Pemasyarakatan dan perubahan-perubahan bangunan semakin bertambah yaitu dari gedung kantor kemudian untuk tempat beribadah seperti : Mesjid, Gereja, perpustakaan dan poliklinik. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai adalah UPT Unit Pelaksana Teknis di bidang Pemasyarakatan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan HAM Sumatera Utara. Sebagai salah satu UPT Pemasyarakatan maka Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai mempunyai fungsi berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.05.PR.07.03 Tahun 2003 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan dan UU Nomor 12 Tahun 1995 Lembaga Pemasyarakatan : mempersiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota masayrakat yang bebas dan bertanggung jawab, 85 untuk menyelenggarakan fungsi tersebut Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai melaksanakan tugas sebagai berikut : 85 UU Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 1. Melaksanakan Pembinaan NarapidanaAnak Didik Di Lembaga Pemasyarakatan. 2. Memberikan bimbingan, perawatan, terapi terhadap NarapidanaAnak Didik di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai. 3. Melakukan bimbingan kerohaniansosial . 4. Melakukan keamanan dan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan. 5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga. Dalam melaksanakan tugas, tentunya Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai memiliki struktural organisasi berdasarkan Surat Edaran Menteri Kehakiman R.5. Nomor : M.01.PR.07.03 tahun 1985 Tanggal 26 Februari 1985 tentang organisasi dan tata kerja Lembaga Pemasyarakatan sebagai berikut : a. Kepala Lembaga Pemasyarakatan. b. Sub Bagian Tata Usaha. c. Seksi Bimbingan NarapidanaAnak Didik . d. Seksi Kegiatan Kerja. e. Seksi Administrasi Keamanan Dan Ketertiban. f. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan, terdiri dari petugas-petugas pengamanan antara lain Rupam dan Ruport. Dalam mendukung fungsi organisasi dan kelancaran operasional kegiatan, Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai memiliki sejumlah pegawai yang menjalankan tugasnya sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab masing-masing. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 5 : Karyawanti Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai Berdasarkan Golongan Tahun 2008 No Golongan Jumlah 1. 2. 3. 4. Golongan I Golongan II Golongan III Golongan IV -- 46 orang 35 orang 01 orang T o t a l 82 orang Sumber data : Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Tahun 2008 Tabel 5 tersebut menggambarkan bahwa di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai memiliki pegawai sebanyak 82 orang yang terdiri dari 1 orang golongan IV, 35 orang glongan III dan 46 orang golongan II sementara golongan I tidak ada lagi. Tabel 6 : Jumlah Karyawanti Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008 No Jenis Kelamin Jumlah 1. 2. Laki-laki Perempuan 71 orang 11 orang T o t a l 82 orang Sumber data : Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Tahun 2008 Tabel 6 menunjukkan bahwa di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai memiliki pegawai laki-laki sebanyak 71 orang dan pegawai perempuan sebanyak 11 orang, sehingga jumlah keseluruhan pegawai adalah 82 orang. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 Tabel 7 : Jumlah Karyawanti Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. SLTP SLTA Sarjana Muda S1 S2 03 orang 60 orang 01 orang 18 orang -- T o t a l 82 orang Sumber data : Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Binjai Tahun 2008 Ditinjau dari tingkat pendidikan pegawai, tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai adalah berpendidikan SLTA yakni sebanyak 60 orang dari total jumlah pegawai sebanyak 82 orang. Yang berpendidikan Sarjana muda 1 orang dan S1 sebanyak 18 orang, serta yang berpendidikan SLTP sebanyak 3 orang. Tabel 8 : Jumlah Karyawanti Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai berdasarkan Uraian Jabatan Dan Uraian Pekerjaan Tahun 2008 No Nama Jabatan Jumlah 1. Pejabat Struktural 14 orang 2. Staf Umum 03 orang 3. Staf Kepegawaian Keuangan 06 orang 4. Staf Bimkemas 04 orang 5. Staf Kegiatan Kerja 02 orang 6. Staf Kamtib 03 orang 7. Staf KPLP 12 orang 8. Staf Registrasi 04 orang 9. Petugas Penjagaan 34 orang T o t a l 82 orang Sumber data : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai Tahun 2008. Pada tahun 2008, jumlah karyawanti Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai berdasarkanUraian Jabatan Dan Uraian Pekerjaan terdiri dari 14 orang pejabat Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 struktural, 3 orang staf umum, 6 orang staf kepegawaian, 4 orang staf bimkemas, 2 orang staf kegiatan kerja, 3 orang kamtib, 12 orang staf KPLP, 4 orang staf registrasi dan 34 orang petugas penjagaan. Struktur organisasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Binjai dan Uraian tugas masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan