Kerangka Konsepsi Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan

2. Kerangka Konsepsi

“Pengawasan” adalah salah satu fungsi organik manajemen yang merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku. Pengawasan sepenuhnya sebagai fungsi manajemen sepenuhnya adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat manapun. Hakekat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi. 37 “Remisi” adalah pengurangan masa pidana yang diberikan kepada narapidana yang memenuhi syarat dan merupakan salah satu sarana hukum yang penting dalam mewujudkan Sistem Pemasyarakatan. Sedangkan menurut ketentuan Pasal I Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 174 Tahun 1999, tidak memberikan pengertian remisi, disana hanya dikatakan : “Setiap narapidana dan anak pidana yang menjalani pidana penjara sementara dan pidana kurungan dapat diberikan remisi apabila yang bersangkutan berkelakuan baik selama menjalani pidana”. 38 “Narapidana” adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaannya di Lembaga Pemasyarakatan. Walaupun terpidana kehilangan kemerdekaannya, akan 37 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia Jilid IIEdisi Ketiga, Jakarta: Gunung Agung, 1985, hlm. 17. 38 Ibid. hlm. 134. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 tetapi ada hak-hak narapidana yang tetap dilindungi dalam Sistem Pemasyarakatan. 39 Narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan adalah bagian dari masyarakat. Setiap narapidana adalah seorang manusia yang tetap mempunyai hak-hak dasar yang harus dihormati. Narapidana sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain untuk membantu dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya serta dapat hidup layak seiring dengan hak-hak asasi manusianya bersama-sama anggota masyarakat yang berada di sekitarnya. 40 “Pemasyarakatan” adalah bagian dari tata peradilan pidana dari segi pelayanan tahanan, pembinaan narapidana, anak Negara dan anak bimbingan klien Pemasyarakatan yang dilaksanakan secara terpadu dilaksanakan bersama-sama dengan semua aparat penegak hukum dengan tujuan agar mereka setelah menjalani pidananya dapat kembali menjadi warga masyarakat yang baik. 41 “Lembaga Pemasyarakatan” yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk melaksanakan pemidanaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 42 “Sistem Pemasyarakatan” adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahannya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi lagi tindak pidana sehingga dapat diterima 39 Undang-Undang Nomor : 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 40 Romli Atmasasmita Soemadipradja, Sistem Pemasyarakatan Di Indonesia, Bandung: Bina Cipta, 1979, hlm. 12. 41 Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Op. Cit, hlm. 54. 42 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008 kembali di lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga Negara yang baik dan bertanggung jawab. 43 Sistem Pemasyarakatan mempunyai inti tugas pembinaan terhadap narapidana sebagaimana tercantum dalam Piagam Pemasyarakatan Indonesia yang tersusun dalam Konferensi kerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan pada tanggal 27 April-9 Mei 1964 di Bandung, merupakan arti pembinaan menurut Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 6 sebagai berikut, bahwa Sistem Pemasyarakatan Indonesia mengandung arti pembinaan narapidana yang berintegrasi dengan masyarakat dan menuju kepada integritas kehidupan dan penghidupan. Pemasyarakatan sebagai proses bergerak dengan menstimulir timbulnya dan berkembangnya self propelling adjustment diantara elemen integritas, sehingga narapidana yang bersangkutan menuju kearah perkembangan pribadi melalui asosiasinya sendiri menyesuaikan dengan integritas kehidupan dan penghidupan.

G. Metode Penelitian

Dalam suatu karya ilmiah, metode penelitian merupakan suatu unsur yang penting dan mutlak, demikian pula dengan penulisan usulan penelitian ini digunakan langkah-langkah sebagai berikut : 44 43 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan. 44 Runny Hanitijo Sumitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Yurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994, hlm. 20. Daulat Siregar : Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan, 2009 USU Repository © 2008

1. Jenis Dan Sifat Penelitian