Depresi dan Penyakit Kronik Depresi, PGK, dan Dialisis

kedepan. Walaupun episode MDD dapat terjadi pada semua usia, usia tersering adalah usia 20-an tahun dengan rincian usia 15-19 tahun pada wanita, 28-29 tahun pada pria Wijaya, 2005.

2.2.1 Depresi dan Penyakit Kronik

Individu dengan penyakit kronik memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita gangguan depresi Kilzieh et al, 2008. Lebih dari sepertiga populasi pasien dengan penyakit kronis pernah mengalami gejala depresi tabel 2.2 dengan asumsi bahwa mereka mengalami penurunan terhadap rasa sejahtera well being atau makin putus asanya mereka terhadap pengobatan yang telah dijalani Wijaya, 2005. Tabel 2.2 Prevalensi Depresi pada Populasi Penyakit Kronik Kondisi Prevalensi Kanker 20-38 Sindrom Kelelahan Kronik 17-46 Nyeri Kronik 21-32 Penyakit Jantung Koroner 16-19 Sindrom Cushing 67 Demensia 11-40 Diabetes Mellitus 24 Epilepsi 55 Hemodialisis 6,5 Infeksi HIV 30 Penyakit Huntington 41 Hipertiroid 31 Multiple Sclerosis 6-57 Penyakit Parkinson 28-51 Stroke 27 Dikutip dari Rundell 1996 dalam Wijaya A. 2005 Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Depresi, PGK, dan Dialisis

Depresi merupakan masalah psikologis yang paling sering dihadapi oleh pasien PGK terutama pasien PGK tahap akhir gagal ginjal kronis. walaupun simptomatologi depresif sering ditemukan pada pasien-pasien dialisis, sindrom depresi klinis harus terdiri atas gejala-gejala yang khas termasuk anhedonia dan perasaan sedih, tidak berguna, bersalah, putus asa, dll. dan diikuti oleh gangguan tidur, nafsu makan, dan libido. Beck Depression Inventory BDI merupakan kuesioner yang mudah untuk digunakan dan sangat membantu dalam skrining depresi klinis pada populasi pasien PGK Finkelstein, 2000. Dalam sebuah studi kohort yang mengggunakan PHQ-9 dikemukakan bahwa tidak terdapat perbedaan mean depresi dan kualitas hidup yang bermakna antara PGK dan GGK PGK derajat 4 dan 5. Tidak ditemukan perbedaan proporsi bermakna pada pasien dengan depresi ringan, sedang, dan berat; tingkat kerusakan ginjal yang dialami pasien tidak memiliki hubungan dengat tingkat depresi Abdel-Kader et al, 2009.

2.2.2.1 Prevalensi

Berbagai studi prevalensi menunjukkan kisaran angka depresi yang tinggi pada pasien dialisis. Studi-studi yang menggunakan BDI ditunjukkan pada tabel 2.3 berikut. Tabel 2.3 Prevalensi depresi pada pasien PGK yang menjalani dialisis Studi Alat Ukur Populasi Prevalensi 95 CI n Smith et al BDI HD, PD 47 24,7-59,7 60 Wuerth et al BDI 11 PD 49 44-54 380 Wilson et al BDI 14 HD 38,7 20,5-47,6 124 Sacks et al BDI 16 HD, PD 26 16,2-38,9 57 Universitas Sumatera Utara Kimmel BDI 15 BDI 10 HD 24,7 46,4 20,1-29,9 40,8-52,1 300 BDI=Beck Depression Inventory; HD=Hemodialisis; PD=Dialisis peritoneal Dikutip dari berbagai studi dalam Chilcot et al 2008

2.2.2.2 Etiologi

Depresi dapat berupa reaksi kejiwaan sesorang terhadap stresor yang dialaminya. Penyakit fisik merupakan salah satu bentuk stresor psikososial. Depresi melibatkan berbagai faktor yang saling memengaruhi. Depresi dapat merefleksikan interaksi antara faktor-faktor biologis, faktor psikologis serta stresor sosial dan lingkungan. Berdasarkan model diatesis- stres, faktor-faktor sosiokultural merupakan stresor yang dapat mencetuskan timbulnya depresi melalui penurunan neurotransmitter dalam otak. Hal ini lebih cenderung terjadi pada orang dengan predisposisi genetis tertentu. Diatesis untuk depresi juga dapat berbentuk kerentanan psikologis berupa gaya berpikir yang cenderung depresi. Namun, suatu gangguan depresi mungkin tidak berkembang atau berkembang dalam bentuk ringan pada orang-orang yang memiliki sumber daya coping yang lebih efektif dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan Kaplan et al, 2010. Penurunan fungsi ginjal berhubungan erat dengan penurunan fungsi psikososial, ansietas, distress, penurunan rasa sejahtera, depresi dan persepsi yang negatif terhadap penyakit. Depresi pada pasien PGK dilaporkan disebabkan oleh rasa tidak puas terhadap hidup dan fungsi ginjal Wijaya, 2005.

2.2.2.3 Komorbiditas dan Komortalitas

Menurut Hedayati et al 2005 dalam Schmidt dan Holley 2009, Angka depresi pada pasien dialisis terbukti independen dari variabel komorbiditas dan variabel demografis yang lainnya yang menyebabkan peningkatan angka rawat inap. Angka rawat inap pada pasien PGK dengan Universitas Sumatera Utara gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5 – 3,0 kali dibandingkan dengan pasien penyakit kronik lainnya National Kidney Foundation, 2002. Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien-pasien dialisis yang mengalami depresi memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah Kimmel et al, 2000 dan Boulware et al, 2006. Mortalitas yang terkait dengan depresi mayor pada populasi secara umum telah ditekankan pada beberapa studi, walaupun metodologi yang digunakan berbeda-beda. Sebuah studi yang melibatkan 12 negara menunjukkan bahwa depresi pada populasi pasien yang menjalani terapi hemodialisis memiliki resiko relatif terhadap angka kematian, rawat inap, dan penghentian terapi dialysis withdrawal yang signifikan lebih tinggi Lopes et al, 2004. Penelitian- penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa depresi meningkatkan resiko kematian, terutama melalui komplikasi kardiovaskular Wulsin et al, 1999 dan Boulware et al, 2006.

2.3 Kualitas Hidup