prognosis yang buruk. Penelitian secara mikroskopis menunjukkan adanya kerusakan pada akson dan terlihat pada manifestasi klinisnya.
2. Perdarahan Epidural
Hematoma epidural terletak di luar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di
area temporal atau temporo parietal yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tulang tengkorak.
3. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural. Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks serebri. Perdarahan
subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak. Biasanya kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan epidural.
4. Kontusio dan perdarahan intraserebral
Kontusio serebri sering terjadi dan sebagian besar terjadi di lobus frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap bagian dari otak. Kontusio serebri
dapat, dalam waktu beberapa jam atau hari, berubah menjadi perdarahan intra serebral yang membutuhkan tindakan operasi.
2.6. Pemeriksaan Awal pada Trauma Kapitis
Pemeriksaan pada trauma kapitis menurut Greaves dan Johnson 2002 antara lain: 1.
Pemeriksaan kesadaran Pemeriksaan kesadaran paling baik dicapai dengan menggunakan Glasgow Coma
Scale GCS. GCS merupakan sistem skoring yang didasari pada tiga pengukuran, yaitu : pembukaan mata, respon motorik, dan respon verbal. Skor dari masing-masing
Universitas Sumatera Utara
komponen dijumlahkan dan memberikan total nilai GCS. Nilai terendah adalah 3 sedangkan nilai tertinggi adalah 15.
Menurut Japardi 2004, GCS bisa digunakan untuk mengkategorikan pasien menjadi •
GCS 9 : pasien koma dan cedera kepala berat •
GCS 9 – 13 : cedera kepala sedang •
GCS 13 : cedera kepala ringan Fungsi utama dari GCS bukan sekedar merupakan interpretasi pada satu kali
pengukuran, tetapi skala ini menyediakan penilaian objektif terhadap tingkat kesadaran dan dengan melakukan pengulangan dalam penilaian dapat dinilai apakah
terjadi perkembangan ke arah yang lebih baik atau lebih buruk.
Tabel 2.2 Glasgow Coma Scale Eye Opening
Spontaneous Opens eyes on own
E 4 Speech
Opens eyes when asked to in a loud
voice 3
Pain Opens eyes upon
pressure 2
Pain Does not open eyes
1
Best Motor Response
Commands Follows simple
commands M 6
Pain Pulls examiner’s
hand away upon pressure
5
Pain Pulls a part of body
4
Universitas Sumatera Utara
away upon pressure Pain
Flexes body inappropriately to
pain decorticate posturing
3
Pain Body becomes rigid
in an extended position upon
pressure decerebrate
posturing 2
Pain Has no motor
response 1
Verbal Response Talking
Speech Carries on a
conversation correctly and tells
examiner where heshe is, who
heshe is and the month and year
V 5
Speech Seems confused or
disoriented 4
Speech Talks so examiner
can understand victim but makes no
sense 3
Speech Makes sounds that
2
Universitas Sumatera Utara
examiner cannot understand
Speech Makes no noise
1 Sumber : Brain Injury Association of Michigan, 2005
2. Pemeriksaan Pupil
Pupil harus diperiksa untuk mengetahui ukuran dan reaksi terhadap cahaya. Perbedaan diameter antara dua pupil yang lebih besar dari 1 mm adalah abnormal.
Pupil yang terfiksir untuk dilatasi menunjukkan adanya penekanan terhadap saraf okulomotor ipsilateral. Respon yang terganggu terhadap cahaya bisa merupakan
akibat dari cedera kepala.
3. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis dilaksanakan terhadap saraf kranial dan saraf perifer. Tonus, kekuatan, koordinasi, sensasi dan refleks harus diperiksa dan semua hasilnya harus
dicatat
Tabel 2.3 Saraf Kranial
Universitas Sumatera Utara
sumber ; Greaves dan Johnson, 2002
4. Pemeriksaan Scalp dan Tengkorak
Scalp harus diperiksa untuk laserasi, pembengkakan, dan memar. Kedalaman leaserasi dan ditemukannya benda asing harus dicatat. Pemeriksaan tengkorak
dilakukan untuk menemukan fraktur yang bisa diduga dengan nyeri, pembengkakan, dan memar.
2.7. Glasgow Coma Scale sebagai Indikator Dini dalam Cedera Kepala