BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Bahan Analisis
Seperti telah diuraikan di atas bahwa objek yang dijadikan sebagai sumber data penelitian ini ada delapan jargon politik, masing-masing partai politik diwakili oleh empat
balihospanduk yang berisi jargon politik yang hendak dikaji peniliti. Adapun kedelapan jargon politik adalah sebagai berikut:
jargon politik Partai PDI Perjuangan
1. 41 Tahun
Berjuang untuk kesejahteraan Rakyat
“ Bersama PDI Perjuangan, Indonesia Hebat”
2. PEMIMPIN RAKYAT
LAHIR DARI RAKYAT 2.JOKOWI -JK ADALAH KITA
3. Indonesia Hebat
jujur, merakyat, sederhana JOKOWI-JUSUF KALLA
CAPRES – CAWAPRES RI 2014 – 2019 PILIHAN KITA
4. JKW4P
JK4WP 2014 RESTORASI MENUJU
INDONESIA HEBAT
Jargon politik Partai Gerindra
Universitas Sumatera Utara
5. INSPIRATOR PERUBAHAN
UNTUK INDONESIA RAYA BANGKIT
6. PRABOWO–HATTA
Prabowo presiden, rakyat sejahtera, Inodonesia Bangkit 7.
KAMI PILIH GERINDRA GERINDRA MENANG
PRABOWO PRESIDEN INDONESIA BANGKIT
KALAU BUKAN SEKARANG, KAPAN LAGI ??? KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI ???
8. Indonesia kuat Atas nama Bangsa Indonesia
1.Prabowo Hatta
4.2 Analisis Implikatur Jargon Politik Partai PDI Perjuangan dan Partai Gerindra pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Periode 2014-2019.
Setelah data terkumpul maka akan dilakukan proses analisis berdasarkan kaidah pertuturan yang dikemukakan Grace, yaitu menentukan implikatur yang terdiri dari
penganutan prinsip koperatifnya dan empat maksim percakapan serta menentukan tindak tutur apa yang terdapat dalam tuturan tersebut.
Penentuan implikatur jargon politik partai PDI Perjuangan dan partai Gerindra pada pilpres 2014 ini menggunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan
teori, yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim percakapan. Prinsip
Universitas Sumatera Utara
kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”.
4.2.1 Analisis Implikatur Jargon Politik Partai PDI Perjuangan pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019.
PEMIMPIN RAKYAT LAHIR DARI RAKYAT
2.JOKOWI -JK ADALAH KITA
Menentukan implikatur dalam data 2 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim
percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu.
Dalam wacana tersebut penutur menuturkan “pemimpin rakyat lahir dari rakyat, 2.Jokowi-JK adalah kita” dengan memegang tujuan dari tuturan tuturan tersebut yaitu mengajak
masyarakatpembaca agar memilih pasangan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut
dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace maka dapat diputuskan bahwa tuturan data 2 mengandung
Universitas Sumatera Utara
implikatur karena terbukti melanggar satu dari empat maksim tersebut yaitu maksim pelaksanaan. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara
langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 4 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaanambigu karena
dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan data di atas
diutarakan penuturnya tidak semata-mata menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas untuk mempengaruhi lawan tuturnya.
Penafsiran yang pertama mengacu pada makna dasarnya tuturan tersebut hanyalah sebuah pernyataan saja tanpa ada tendensi lain yaitu pemimpin rakyat lahir dari rakyat, 2.Jokowi-JK
adalah kita. Penafsiran yang kedua merujuk pada bentuk implikaturnya, yaitu pernyataan yang dituturkan itu merupakan suatu bentuk pengarahan pilihan dan ajakan agar pembaca
memilih pasangan tersebut. Hal ini dikuatkan lagi oleh pernyataan yang menyebutkan “2. Jokowi-Jk adalah kita”. Penutur mengarahkan pilihan rakyat untuk memilih pasangan
Jokowi-Jk sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019. Dengan demikian, tuturan data 2 di atasa tidak menganut prinsip kooperatif.
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data 2 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan dalam
data 4 lekat dengan suasana pemilihan umum partai politik yang terkait dengan dukung- mendukung yang memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019.
Tuturan terjadi saat menjelang pemilu presiden dan wakil presiden, untuk itu dapat diputuskan bahwa tuturan tersebut bertujuan untuk mendapatkan simpati masyarakat akan
pemimpin yang lahir dari rakyat yang intinya mengharapkan suara pemilih untuk mencoblos no 2 pada pemilu 9 juli 2014.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tindak tutur yang dikemukakan Auistin di atas, dalam tuturan ini telah te rjadi secara serentak tiga macam tindak tutur. Lokusinya adalah pemimpin rakyat lahir dari
rakyat, 2.Jokowi-JK adalah kita. Secara kultural tuturan data 2 mempunyai daya ilokusi yaitu mengajak. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan mengajak maka daya
perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat untuk mimilih calon pemimpin yang lahir dari rakyat yang membela kepentingan rakyat untuk kemajuan Indonesia tercinta.
Dengan demikian, setelah membaca tuturan data 2 pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak hati-hati dalam memilih pasangan calon yang tepat untuk memilih pemimpin negeri
ini ke depan. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa
implikatur yang terkandung dalam tuturan data 2 mencakup 3 jenis tindak ilokusi di atas karena tuturan tersebut merujuk kesebuah tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan
representatif, yaitu pemimpin rakyuat lahir dari rakyat. Memesan atau memohon direktif, yaitu 2. Jokowi-JK adalah kita. Menyebutkan Jokowi-JK adalah kita, mampu mengarahkan
pilihan dan sekaligus permohonan agar memilih pasangan ini karena pasangan pemimpin ini lahir dari rakyat. Mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap
keadaan yang tersirat dalam ilokusi ekspresif, yaitu Rakyat membutuhkan pemimpin yang lahir dari rakyat.
Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tuturan data 2 memiliki implikatur dan tindak tutur.
contoh 3
Universitas Sumatera Utara
Indonesia Hebat jujur, merakyat, sederhana
JOKOWI-JUSUF KALLA CAPRES – CAWAPRES RI 2014 – 2019
PILIHAN KITA
Menentukan implikatur dalam data 3 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat
maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan
itu”. Dalam wacana tersebut dituturkan bahwa Indonesia yang hebat membutuhkan pemimpin RI yang jujur, merakyat, dan sederhana. Tujuan dasar dari percakapan itu adalah
untuk mengajak masyarakatpembaca agar memilih pasangan capres dan cawapres RI tersebut pada pemilu mendatang. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim
percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace, dapat
diputuskan bahwa data 3 mengandung implikatur karena terbukti melanggar dua dari empat
Universitas Sumatera Utara
maksim percakapan tersebut yaitu maksim pelaksanaan dan maksim kualitas. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur,
tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Data 3 tidak diungkapkan secara langsung, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tuturan tersebut mengandung
makna lain dari makna dasarnya atau mengandung unsur ketaksaan ambigu . Oleh karena itu, ketika membaca teks data tersebut muncul dua pemahaman yang berbeda apabila salah
satunya dikaitkan dengan konteks yang ada dan dikaji secara pragmatik. Data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi
untuk melakukan sesuatu,, tetapi tuturan data tersebut pada dasarnya untuk memengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama, jika dikaitkan dengan makna dasarnya adalah
sebuah pernyataan, yaitu Indonesia hebat. Jujur, merakyat, sederhana bersama Jokowi-Jusuf Kalla capres-cawapres 2014-2029, pilihan kita. Penafsiran kedua, merujuk pada
implikaturnya yaitu suatu bentuk penawaran dan sekaligus penwaran kepada masyarakatpembaca supaya ikut berpartisipasi dan menggunkan hak suaranya untuk memilih
pasangan capres-cawapres usungan PDI Perjuangan tersebut. Penutur yakni PDI Perjuangan dengan capres Jokowi dan cawapres Jusuf Kalla berusaha menarik simpatik pembaca dengan
kalimat yang menarik, menyelipkan pernyataan cita diri dengan sosok jujur, merakyat, dan sederhana serta menawarkan pilihan kepada pembaca dengan menyebutkan “pilihan kita”.
Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi percakapan di atas tidak didasarkan pada bukti-bukti yang memadai karena pada
kenyataanya belum dapat dilihat hasil tuturan tersebut. Dengan demikian, tuturan data di atas tidak menganut prinsip kooperatif.
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data 3 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan dalam
data 3 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan dalam data 3
Universitas Sumatera Utara
lekat dengan suasana pemilihan capres dan cawapres RI periode 2014-2019 pada 9 juli 2014 yang ditandai dengan memanasnya suhu politik dari dua partai politik yang bertarung untuk
merebut simpatik pemilih dengan berbagai strategi menuju kursi istana. Tuturan dalam data ini terjadi saat menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden RI peirode 2014-2019 untuk
itu dapat diputuskan bahwa tuturan dalam tersebut bertujuan untuk memengaruhi atau mengajak masyarakatpembaca.
Berdasarkan tindak tutur yang dikemukakan Auistin di atas, dalam tuturan data ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur. Lokusinya pilihan kita untuk Inodenesia
hebat adalah pemimpin yang memiliki sosok jujur,merakyat, dan sederhana. Secara kultural, tuturan data 3 mempunyai daya ilokusi yaitu mengajak. Oleh sebab itu, apabila daya
ilokusinya merupakan mengajak maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat untuk memilih capres-cawapres yang akan menjadi pemimpin RI selama lima
tahun kedepan yang memiliki visi-misi menjadikan Indonesia hebat serta memiliki kepribadian jujur,merakyat, dan sederhana. Dengan demikian, setelah membaca tuturan
dalam data 3 akan menyadari dan akan lebih bertindak hati-hati dalam menentukan hak suaranya dalam pemilihan presiden dan wakil presiden pada 9 juli 2014, yaitu memilih
pemimpin yang berkompeten dan benar-benar ingin membangun negeri ini kedepan yang lebih baik.
Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 3 mencakup 2 jenis tindak ilokusi
karena tuturan tersebut merujuk kepada sebuah tindakan untuk mengusulkan dan menyatakan representatif, yaitu Indonesia hebat butuh pemimpin yakni capres-cawapres yang memiliki
kepribadian yang jujur, merakyat,dan sederhana. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan yang terikat dimasa depan komisatif, yaitu Mewujudkan Indonesia hebat dengan
menghadirkan sosok kepribadian pemimpin yang jujur, merakyat, dan sederhana
Universitas Sumatera Utara
Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 3 memiliki implikatur dan tindak tutur.
contoh 4
JKW4P → JOKO WIDODO UNTUK PRESIDEN
JK4WP 2014 → JUSUF KALLA UNTUK WAKIL PRESIDEN
RESTORASI MENUJU INDONESIA HEBAT
Menentukan implikatur dalam data 4 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat
maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakana apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”
. dalam baliho tersebut dituturkan JKW4P dan JK4WP 2014 restorasi menuju Indonesia hebat” dengan memegang tujuan dari tuturan tersebut yaitu untuk mengajak masyarakat
Universitas Sumatera Utara
pembaca agar memilih pasangan tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut
memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace maka dapat diputuskan bahwa tuturan data 4 mengandung implikatur karena terbukti melanggar
dua dari empat maksim tersebut yaitu maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang relevan dengan
masalah pembicaraan. Tuturan yang tertuang dalam data baliho di atas tidak memberikan kontribusi yang relevan terhadap masalah. Tuturan yang dimunculkan tidak jelas atau tidak
selaras dengan tema yang yang hendak disampaikan, yakni “restorasi menuju Indonesia hebat” mengacu pada substansi defenisi restorasi yakni pengembalian atau pemulihan
kepada semula, maka tidak relevan dengan tema yang dituturkan dalam baliho tersebut sebab tidak menjelaskan hal yang menjadi persoalan yang seyogyanya hendak dilakukan proses
restorasi. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut.
Tuturan data 4 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaan ambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda apabila dikaji
secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa
tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur tersebut untuk mempengaruhi lawan tuturnya agar memilih pasangan tersebut. Penafsiran yang pertama merujuk pada makna
dasarnya adalah sebuah pernyataan yaitu Jkw4p dan Jk4wp 2014, restorasi menuju Indonesia hebat. Penafsiran yang kedua merujuk pada bentuk implikaturnya yaitu pernyataan
yang dituturkan itu merupakan suatu bentuk pernyataan untuk mengarahkan pilihan masyarakat. Joko Widodo untuk presiden Jkw4p dan Jusuf Kalla Jk4wp untuk wakil
presiden 2014 merupakan pernyataan yang bermuatan pengarahan pilihan pemilih untuk
Universitas Sumatera Utara
capres dan cawapres tertentu, sebab dalam pernyataan itu disuratkan nama pasangan calon RI dan RI 2. Dengan demikian, tuturan data di atas tidak menganut prinsip kooperatif.
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluative data 4 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan
dalam data 4 lekat dengan suasana kampanye parpol, capres dan cawapres terkait dukung- mendukung dalam memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden periode 2014-2019.
Tuturan terjadi menjelang pemilihan pemilu 9 juli 2014, utuk itu dapat diputuskan bahwa tuturan tersebut diutarakan guna mempengaruhi pembacapemilih untuk memilih pasangan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Berdasarkan tindak tutur yang dikemukakan oleh Auistin, dalam tuturan ini telah
terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur. Lokusinya adalah restorasi menuju Indonesia hebat. Secara kultural, tuturan data 4 mempunyai daya ilokusi yaitu berisi keinginan atau
harapan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan penyampaian keinginan atau harapan, maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat untuk
memilih calon yang berkeinginan melakukan restorasi terhadap negeri ini menuju Indonesia hebat. Dengan demikian, setelah membaca tuturan data 4, pembaca akan menyadari dan akan
lebih bertindak hati-hati dalam menentukan pilihanya dalam pemilhan 9 Juli 2014 yaitu memilih pasangan yang mampu dan berniat untuk merestorasi menuju Indonesia hebat.
Bersarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 4 mencakup dua jenis tindak ilokusi karena
tuturan tersebut merujuk kepada sebuah tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan representatif, yaitu Joko Widodo untuk presiden Jkw4pdan Jusuf Kalla untuk wakil
presiden Jk4wp 2014. Menjanjikan , menawarkan atau suatu tindakan yang terikat di masa depan komisatif, yaitu melakukan restorasi menuju Idonesia hebat.
Universitas Sumatera Utara
Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tuturan data 4 memiliki implikatur dan tindak tutur.
4.2.2 Analisis Implikatur Jargon Politik Partai Gerindra pada Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden periode 2014-2019.
Contoh 6
PRABOWO–HATTA Prabowo presiden, rakyat sejahtera, Inodonesia Bangkit
Menentukan implikatur dalam data 6 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah
dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakana apa yang
diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan itu”. Dalam data di atas penutur menuturkan “Prabowo-Hatta. Prabowo presiden, rakyat
sejahtera, Indonesia bangkit” dengan memegang tujuan dari tuturan tuturan dalam data
Universitas Sumatera Utara
tersebut yaitu untuk mengajak masyarakatpembaca agar menggunakan hak suaranya untuk memilih pasangan capres Prabowo dan cawapres Hatta dalam pemilu 9 juli 2014. Kemudian
dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat
maksim percakapan yang dikemukakan Grace, maka dapat diputuskan bahwa tuturan dalam data tersebut mengandung implikatur karena terbukti melanggar tiga dari empat maksim
tersebut yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan hal yang sebenarnya dan berdasarkan
bukti-bukti yang memadai. Tuturan data 6 tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya dan tidak dapat dipastikan kebenaran dari tuturan data tersebut. Jabatan
presiden pada kenyataanya belum diduduki oleh Prabowo yang maju sebagai capres dalam pemilu 2014 dan jika akhirnya Prabowo terpilih dalam pesta demokrasi ini, maka belum tentu
bisa disimpulkan jika kehidupan rakyat sejahtera dan Indonesia bangkit. Hal yang disampaikan dalam data 6 tersebut masih berupa asumsi yang secara bersama yang
diungkapkan capres-cawapres dan partai politik pengusung sebagai bagian dari visi-misi. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang relevan
dengan masalah pembicaraan. Tuturan data 6 tidak memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah karena tidak hanya Prabowo yang jika nantinya duduk sebagai presiden RI
periode 2014-2019 dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat dan mewujudakan Indonesia bangkit, namun siapapun presiden yang nantinya akan terpilih berpeluang mewujudakan
kesejahteraan rakyat dan mewudkan Indonesia bangkit. Mewujudakan kesejahteraan rakyat dan mewujudakan Indonesia bangkit menjadi impian seluruh rakyat Indonesia yang nantinya
akan direalisasikan dalam pencalonanan diri menjadi capres dan cawapres RI. Jadi, tuturan data 6 dianggap kurang relevan.
Universitas Sumatera Utara
Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 6
dianggap berlebihan dan tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaan ambigu karena dari tuturan data tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda
apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan yang tertuang dalam data 6 diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk
menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Peafsiran yang pertama jika dikaitkan dengan
makna dasarnya yakni sebuah pernyataan yaitu Prabowo-Hatta. Prabowo presiden, rakyat sejahtera, Indonesia bangkit. Penafsiran yang kedua merujuk pada bentuk implikaturnya
yaitu pernyataan yang dituturkan itu merupakan suatu bentuk pencitraan diri. Yang mana penutur mengungkapkan sosok presiden Prabowo yang memiliki visi-misi dan sanggup
mewujudkan kesejahteraan rakyat dan mewujudakan Indonesia bangkit jika beliau mendapat kepercayaan dari seluruh rakyat Indonesia untuk memimpin negeri ini selama lima tahun
kedepan. Dengan demikian, tuturan data 6 tidak menganut prinsip kooperatif. Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai
evaluatif data 6 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan dalam data 6 lekat dengan suasana pemilihan partai politik yang terkait dengan dukung-mendukung
yang memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019. Tuturan terjadi saat menjelang pemilu presiden dan wakil presiden, untuk itu dapat diputuskan bahwa
tuturan tersebut bertujuan untuk mendapatkan kesan atas figur Prabowo yang intinya mengharapkan suara pemilh untuk mencoblos no 1 pada pemilu 9 juli 2014.
Berdasarkan tindak tutur yang dikemukakan oleh Auistin di atas, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur. Lokusinya adalah Prabowo presiden.
Rakyat sejahtera, Indonesia bangkit. Secara kultural data 6 mempunyai daya ilokusi yaitu
Universitas Sumatera Utara
mengungkapkan citra dirifigur yang memiliki impian besar untuk negeri yakni mensejahterakan rakyat dan mewujudakan Indonesia bangkit. Oleh sebab itu, apabila daya
ilokusinya yakni memngungkap sosok atau figur capres maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat agar lebih jelih memilih sosokfigur capres kedepan
yang pada dasarnya berkompetensi dan mempunyai visi-misi mewujudakan kesejahteraan rakyat serta mewujudakan Indonesia bangkit, dan sosok Prabowo dinilai mampu menjadi
presiden RI. Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa
implikatur yang terkandung dalam tuturan data 6 mencakup 3 jenis tindak ilokusi di atas karena tuturan tersebut merujuk kepada sebuah tindakan untuk mengusulkan atau
menyatakan representatif Prabowo presiden. Memerintah atau memesan direktif, yaitu Prabowo presiden. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan yang terikat di masa depan
komisatif, yatu Prbowo presiden. Rakyat sejahtera, Indonesia bangkit. Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 6 memiliki implikatur dan tindak
tutur. Data 7
Universitas Sumatera Utara
KAMI PILIH GERINDRA GERINDRA MENANG
PRABOWO PRESIDEN INDONESIA BANGKIT
KALAU BUKAN SEKARANG, KAPAN LAGI ??? KALAU BUKAN KITA, SIAPA LAGI ???
Menentukan implikatur dalam data 7 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim
percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan
itu.” Dalam data tersebut penutur menuturkan “kami pilih Gerindra. Gerindra menang, Prabowo presiden, Indonesia bangkit. Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?, kalau bukan kita,
siapa lagi ?” dengan memegang tujuan dari tuturan tersebut yaitu untuk menyampaikan pilihan sekaligus untuk mempengaruhi masyarakatpembaca agar memilih Partai Gerindra
bersama calon presiden Prabowo untuk pemilu 9 juli 2014. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut
dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace maka dapat diputuskan bahwa tuturan data 7 mengandung
implikatur karena terbukti melanggar dua dari empat maksim tersebut yaitu maksim kualitas dan maksim pelaksanaan. Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta pertuturan mengatakan
hal yang sebenarnya dan berdasarkan bukti-bukti yang memadai. Tuturan pada data 7 tidak bersifat kooperatif karena tidak menuturkan hal yang sebenarnya dan tidak dapat dipastikan
kebenaran dari tuturan tersebut, yakni mengenai pilahan partai politik tertentu, belum bisa dinyatakan bahwa partai Gerindra menjadi pemenang pemilu pilpres 2014 yang secara
otomatis menjadikan Prabowo sebagai presiden. Maksim pelaksanaan mewajibkan setiap peserta petuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak
Universitas Sumatera Utara
berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 7 tidak diungkapkan secara langsung dan mengandung ketaksaanambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua
pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk
menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi tindak tutur data di atas untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama dikaitkan dengan makna
dasarnya yakni sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan yaitu kami pilih Gerindra. Gerindra menang, Prabowo presiden, Indonesia bangkit. Kalau bukan sekarang, kapan lagi ?, kalau
bukan kita, siapa lagi ?. Penafsiran yang kedua merujuk pada bentuk implikaturnya yaitu Pernyataan dan pertanyaan. Pernyataan yang diutarakan itu merupakan sebuah bentuk
penyampaian pilihan dan harapan sekaligus ajakan agar masyarakatpembaca memilih partai Gerindra dan mendukung Prabowo sebagai presiden. Hal lain yang menjadi sisi lain dari
implikatur data 7 ialah bentuk pertanyaan. “kalau bukan sekarang, kapan lagi?, kalau bukan kita, siapa lagi ?. Pertanyaan itu menyiratkan makna lain dari konten kalimat tersebut yakni
bermaksud menyindir masyarakat tentang pilihan pada pemilu 9 juli 2014, agar menjatuhkan pilihanya pada capres Prabowo usungan Partai Gerindra. Dengan demikian, tuturan data 7 di
atas tidak menganut prinsip kooperatif. Langakah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai
evaluatif data 7 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan dalam data 7 lekat dengan situasi politik dalam upaya mencari simpati masyarakat terkait dukung-
mendukung yang memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019. Tuturan terjadi saat menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019
untuk itu dapat diputuskan bahwa tuturan tersebut bertujuan untuk mengajak atau mempengaruhi pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tindak tutur yang dikemukakan oleh Auistin di atas, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur seperti yang dikemukakan oleh Auistin.
Lokusinya adalah Gerindra menang, Prabowo presiden untuk Indonesia bangkit. Secara kultural, tuturan data 7 mempunyai daya ilokusi yaitu menyatakan keinginanharapan dan
pilihan. Oleh sebab itu, apabila daya ilokusinya merupakan peryataan keinginanharapan dan pilihan maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat untuk
memilih capres yang memiliki visi-misi untuk menjadikan Indonesia bangkit. Dengan demikian, setelah membaca tuturan data 7 pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak
hati-hati dalam menentukan hak suaranya dalam pemilihan nantinya, yaitu memilih pasangan capres dan cawapres yang mempunyai impian dan upaya mewujudakan Indonesia bangkit.
Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut, dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 7 mencakup 3 jenis tindak ilokusi di atas
karena tuturan tersebut merujuk kesebuah tindakan untuk mengusulkan atau menyatakan representatif, yaitu kami pilih Gerindra. Gerindra menang,Prabowo presiden.
Memerintahmenuntut yaitu kalau bukan sekarang, kapan lagi ?, kalau bukan kita, siapa lagi ?. Menjanjikan, menawarkan atau suatu tindakan yang terikat di masa depan komisatif,
yaitu Prabowo presiden maka Indonesia bangkit. Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 7 memiliki implikatur dan
tindak tutur.
Contoh 8
Universitas Sumatera Utara
Indonesia kuat Atas nama Bangsa Indonesia
1.Prabowo Hatta
Menentukan implikatur dalam data 8 digunakan kaidah pertuturan seperti yang sudah dijelaskan pada landasan teori yaitu penentuan prinsip kooperatifnya dan empat maksim
percakapan. Prinsip kooperatif yang dikemukakan Grace adalah “katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan itu dengan memegang tujuan dari percakapan
itu”. Dalam wacana tersebut penutur menuturkan “Indonesia kuat, atas nama Bangsa Indonesia Prabowo-Hatta” dengan memegang tujuan dari tuturan tersebut yaitu agar
pembacamasyarakat memilih pasangan Prabowo dan Hatta. Kemudian dilanjutkan dengan penganutan empat maksim percakapan. Apabila salah satu dari empat maksim tersebut
dilanggar maka tuturan tersebut memiliki implikatur. Berdasarkan empat maksim percakapan yang dikemukakan Grace dapat diputuskan bahwa tuturan data 8 mengandung dua dari empat
Universitas Sumatera Utara
maksim tersebut yaitu maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. Maksim relevansi mewajibkan setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang relevan dengan masalah
pembicaraan. Tuturan pada data 8 tidak memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah. Tuturan yang dimunculkan tidak selaras dengan tema yang ingin disampaikan,
tuturan data 8 mengutarakan tentang Indonesia kuat namun dalam tuturan dat tersebut tidak disertakan hal-hal yang terkait dengan Indonesia kuat itu sendiri. Maksim pelaksanaan
mewajibkan setiap peserta pertuturan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa atau ambigu, dan tidak berlebih-lebihan serta runtut. Tuturan data 8 tidak diungkapkan secara
langsung dan mengandung ketaksaanambigu karena dari tuturan tersebut dapat memunculkan dua pemahaman yang berbeda apabila dikaji secara pragmatik sesuai dengan
konteks pada saat tuturan itu berlangsung. Tuturan data di atas diutarakan penuturnya tidak semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, tetapi
tindak tutur data di atas untuk memengaruhi lawan tuturnya. Penafsiran yang pertama merujuk pada makna dasar tuturan data tersebut yaitu “ Indoenesia kuat, atas nama Bangsa
Indonesia Prabowo-Hatta”. Penafsiran yang kedua merujuk pada bentuk implikaturnya yaitu informasi yang dituturkan itu adalah pernyataan yang mempengaruhi masyarakat untuk
memilih pasangan tersebut, yang mana penutur mengatas namakan Bangsa Indonesia untuk menjadikan Indoesia kuat dengan memilih pasangan Prabowo-Hatta pada pemilu 9 juli 2014
yaitu memilih presiden dan wakil presden periode 2014-2019. Dengan demikian, tuturan data 8 di atas tidak menganut prinsip kooperatif.
Langkah berikutnya adalah menentukan nilai evaluatifnya. Menentukan nilai evaluatif data 6 dibutuhkan pengetahuan mengenai konteks. Situasi yang digambarkan dalam data 8
lekat dengan suasana pemilihan umum partai politik yang terkait dengan dukung-mendukung yang memperebutkan kursi presiden dan wakil presiden RI periode 2014-2019. Tuturan
terjadi saat menjelang pemilu presiden dan wakil presiden, untuk itu dapat diputuskan bahwa
Universitas Sumatera Utara
tuturan tersebut bertujuan untuk mendapatkan kesan atas figur Prabowo yang intinya mengharapkan suara pemilh untuk mencoblos no 1 pada pemilu 9 juli 2014.
Berdasarkan tindak tutur yang dikemukakan Auistin di atas, dalam tuturan ini telah terjadi secara serentak tiga macam tindak tutur. Lokusinya adalah “Indonesia kuat, atas nama
Bangsa Indonesia Prabowo-Hatta”. Secara kultural, tuturan data 8 mempunyai daya ilokusi yaitu mempengaruhi masyarakatpembaca agar memilih pasangan tersebut. Oleh sebab itu,
apabila daya ilokusinya merupakan pernyataan yang mempengaruhi maka daya perlokusinya adalah seharusnya kesadaran dari masyarakat untuk memilih pasangan yang mempunyai
tujuan menjadikan Indonesia kuat sekaligus mendapat restu dari Bangsa Indonesia untuk memimpin negeri ini lima tahun kedepan. Dengan demikian, setelah membaca tuturan data 8
pembaca akan menyadari dan akan lebih bertindak hati-hati untuk memilih pasangan calon yang tepat kedepanya.
Berdasarkan lima kategori yang dikemukakan Searle tersebut dapat dikatakan bahwa implikatur yang terkandung dalam tuturan data 8 mencakup 1 jenis tindak ilokusi di atas.
Mengungkapkan atau mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalm ilokusi ekspresif, yaitu Indonesia kuat atas nama Bangsa Indonesia.
Jadi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa data 8 memiliki implikatur dan tindak tutur.
Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan