6 Risiko Stratejik,
Risiko  strategis  adalah  resiko  akibat  ketidak  tepatan  bank dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaan suatu keputusan
stratejik  serta  kegagalan  dalam  mengatisipasi  perubahan lingkungan  bisnis.  Sumber  risiko  stratejik  antara  lain
ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidak tepatan dalam
implementasi  strategi,  dan  kegagalan  mengantisipasi  perubahan lingkungan bisnis. Lapiran Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
1324DPNP  matriks  parameter  atau  indikator  penilaian  risiko strategik berdasarkan risiko inheren yaitu:
a Kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan bisnis
Penilaian  parameter  antara  lain  untuk  mengukur apakah  penerapan  sasaran  strategis  oleh  Dewan  Direksi
didukung  dengan  kondisi  internal  maupun  eksternal  dari lingkungan bisnis bank.
b Pencapaian rencana bisnis bank
Tujuan penilaian antara lain untuk mengukur seberapa besar
devisi realisasi
RBB dibandingkan
dengan perencanaan stratejik bank.
7 Risiko Kepatuhan,
Resiko  kepatuhan  adalah  resiko  yang  timbul  akibat  bank tidak  mematuhi  atau  tidak  melaksanakan  peraturan  perundang-
undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran
hukum terhadap kepatuhan maupun standar bisnis yang berlaku umum.  Matriks  parameter  atau  indikator  penilaian  risiko
kepatuhan yaitu: a
Jenis dan signifikansi pelanggaran yang dilakukan Cakupan
pelanggaran merupakan
pelanggaran terhadap  ketentuan  yang  berlaku  dan  komitmen  kepada
Bank  Indonesia  termasuk  sanksi  yang  dikenakan  atas pelanggaran yang dilakukan oleh bank.
b Frekuensi  pelanggaran  yang  dilakukan  atau  track  record
kepatuhan bank Frekuensi lebih bersifat historis dengan melihat  trend
kepatuhan  bank  selama  3  tahun  terakhir  untuk  mengetahui apakah jenis pelanggaran yang dilakukan berulang atau atas
kesalahan  tersebut  tidak  dilakukan  perbaikan  signifikan oleh bank.
8 Risiko Reputasi,
Resiko  reputasi  adalah  resiko  akibat  menurunnya  tingkat kepercayaan  stakeholder  yang  bersumber  dari  persepsi  negatif
terhadap  bank  Arbi  2013:260.  Matriks  parameter  atau indikator penilaian risiko reputasi meliputi:
a Pengaruh reputasi dari pemilik bank dan perusahaan terkait
Pengaruh reputasi atau berita negatif dari pemilikbank dan  perusahaan  terkait  dengan  bank  merupakan  salah  satu
faktor yang dapat menyebabkan peningkatan risiko reputasi pada bank
b Frekuensi keluhan nasabah, keluhan nasabah diukur selama
periode penilaian.
b. Penilaian kualitas penerapan manajemen risiko
Penilaian  kualitas  penerapan  Manajemen  Risiko  mencerminkan penilaian  terhadap  kecukupan  sistem  pengendalian  Risiko  yang
mencakup  seluruh  pilar  penerapan  manajemen  risiko  sebagaimana diatur  dalam  ketentuan  Bank  Indonesia  mengenai  penerapan
manajemen  risiko  bagi  bank  umum.  Penilaian  kualitas  penerapan manajemen  risiko  bertujuan  untuk  mengevaluasi  efektivitas
penerapan manajemen risiko bank sesuai prinsip-prinsip yang diatur dalam  ketentuan  bank.  Penilaian  kualitas  penerapan  manajemen
risiko  merupakan  penilaian  terhadap  4  empat  aspek  yang  saling.
Keempat  aspek  tersebut  di  atas  dilakukan  secara  terintegrasi  yang mencakup hal-hal sebagai berikut:
1 Tata Kelola Risiko
Tata  kelola  risiko  mencakup  evaluasi  terhadap:  i perumusan  tingkat  risiko  yang  akan  diambil  risk  appetite  dan
toleransi risiko risk tolerance; dan ii kecukupan pengawasan aktif  oleh  Dewan  Komisaris  dan  Direksi  termasuk  pelaksanaan
kewenangan dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Direksi. 2
Kerangka Manajemen Risiko Kerangka  manajemen  risiko  mencakup  evaluasi  terhadap:
i  strategi  manajemen  risiko  yang  searah  dengan  tingkat  risiko yang akan diambil dan toleransi risiko; ii kecukupan perangkat
organisasi  dalam  mendukung  terlaksananya  manajemen  risiko secara  efektif  termasuk  kejelasan  wewenang  dan  tanggung
jawab;  dan  iii  kecukupan  kebijakan,  prosedur  dan  penetapan limit.
3 Proses  Manajemen  Risiko,  Kecukupan  Sumber  Daya  Manusia,
dan Kecukupan Sistem Informasi Manajemen. Proses  manajemen  risiko,  kecukupan  Sumber  Daya
Manusia,  dan  kecukupan  sistem  informasi  Manajemen  Risiko mencakup evaluasi terhadap: i proses identifikasi, pengukuran,
pemantauan,  dan  pengendalian  risiko;  ii  kecukupan  sistem informasi  manajemen  risiko;  dan  iii  kecukupan  kuantitas  dan
kualitas  sumber  daya  manusia  dalam  mendukung  efektivitas proses manajemen risiko.
4 Kecukupan Sistem Pengendalian Risiko
Kecukupan  sistem  pengendalian  risiko  mencakup  evaluasi terhadap:  i  kecukupan  Sistem  Pengendalian  Intern  dan  ii
kecukupan  kaji  ulang  oleh  pihak  independen  independent review  dalam  bank  baik  oleh  Satuan  Kerja  Manajemen  Risiko
SKMR  maupun  oleh  Satuan  Kerja  Audit  Intern  SKAI.  Kaji ulang  oleh  SKMR  antara  lain  mencakup  metode,  asumsi,  dan
variabel yang digunakan untuk mengukur dan menetapkan limit Risiko,  sedangkan  kaji  ulang  oleh  SKAI  antara  lain  mencakup
keandalan kerangka
manajemen risiko
dan penerapan
manajemen risiko oleh unit bisnis dan unit pendukung. Penilaian  kualitas  penerapan  manajemen  risiko  dilakukan
terhadap  8  delapan  jenis  risiko  yaitu  Risiko  Kredit,  Risiko  Pasar, Risiko  Likuiditas,  Risiko  Operasional,  Risiko  Hukum,  Risiko
Stratejik,  Risiko  Kepatuhan,  dan  Risiko  Reputasi.  Tingkat  kualitas penerapan
manajemen risiko
untuk masing-masing
risiko dikategorikan  dalam  5  lima  peringkat  yakni  Peringkat  1  strong,
Peringkat 2 satisfactory, Peringkat 3 fair, Peringkat 4 marginal, dan Peringkat 5 unsatisfactory.
c. Matriks penetapan tingkat resiko
Berdasarkan  Lampiran  Surat  Edaran  Bank  Indonesia  Nomor 1324DPNP  tanggal  25    oktober  2011,  ditetapkan  tingkat  risiko
merupakan kesimpulan
akhir atas
risiko bank
setelah mempertimbangkan  mitigasi  yang  dilakukan  melalui  penerapan
manajemen  risiko.  Untuk  menentukan  tingkat  risiko,  sesuai  pada matriks tingkat risiko berikut. Matriks ini pada dasarnya memetakan
tingkat  risiko  yang  dihasilkan  dari  kombinasi  antara  risiko  inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko.
Tabel 2.5 Matriks Penerapan Tingkat Risiko
Risiko Inheren Kualitas Penerapan Manajemen Risiko
Strong  Satisfactory Fair
Marginal Unsastifactory
Low 1
1 2
3 3
Low to Moderate 1
2 2
3 4
Moderate 2
2 3
4 4
Moderate to High 2
3 4
4 5
High 3
3 4
5 5
Sumber: Lampiran SE BI No 1324DPNP tanggal 25  oktober 2011
d. Penetapan Peringkat Faktor Profil Risiko
Penetapan  peringkat  faktor  Profil  Risiko  dilakukan  dengan tahapan sebagai berikut:
1 Penetapan  tingkat  Risiko  dari  masing-masing  Risiko,
berdasarkan pada angka. Penetapan  tingkat  Risiko  inheren  komposit  dan  tingkat
kualitas  penerapan  Manajemen  Risiko  komposit,  dengan
memperhatikan  signifikansi  masing-masing  Risiko  terhadap Profil Risiko secara keseluruhan.
2 Penetapan  peringkat  faktor  Profil  Risiko  atas  hasil  penetapan
tingkat.  Risiko  sebagaimana  dimaksud  pada  huruf    a  dan tingkat  Risiko  inheren  komposit  dan  tingkat  kualitas  penerapan
manajemen  risiko  komposit  sebagaimana  dimaksud  pada  huruf b  berdasarkan  hasil  analisis  secara  komprehensif  dan
terstruktur,  dengan  memperhatikan  signifikansi  masing-masing risiko terhadap profil risiko secara keseluruhan.
Penetapan  peringkat  faktor  profil  risiko  terdiri  dari  5  lima peringkat  yaitu  Peringkat  1,  Peringkat  2,  Peringkat  3,  Peringkat  4,
dan  Peringkat  5.  Urutan  peringkat  faktor  profil  risiko  yang  lebih kecil mencerminkan semakin rendahnya risiko yang dihadapi bank.
2. Penilaian Faktor Good Corporate Gavernance
Parameterindikator penilaian faktor GCG yang merupakan penilaian terhadap  manajemen  bank  atas  pelaksanaan  prinsip-prinsip  GCG
mengacu  pada  ketentuan  Bank  Indonesia  mengenai  GCG  bagi  bank umum  dengan  memperhatikan  karakteristik  dan  kompleksitas  usaha
bank. Menurut Sutedi 2011:88, Prinsip-prinsip GCG dan fokus peniaian GCG terdiri atas 5 prinsip yaitu:
1 Transparancy
Prinsip  keterbukaan  yaitu  memaparkan  informasi  secara  tepat waktu,  memadahi,  jelas,  akurat,  dan  dapat  dibandingkan,  serta
informasi  tersebut  juga  harus  mudah  diakses  stakeholders  sesuai dengan haknya.
2 Accountability
Prinsip akuntabilitas
perbankan harus
menerapkan tanggungjawab  yang  jelas  dari  setiap  komponen  organisasi  selaras
dengan visi, misi, sasara usaha, dan strategi bank. Setiap komponen organisasi  mempunyai  kompetensi  sesuai  dengan  tanggungjawab
masing-masing. 3
Responsibility Prinsip  tanggungjawab  yaitu  bank  harus  memegang  prinsip
prudential  banking  practices.  Prinsip  tersebut  harus  dijalankan sesuai  dengan  ketentuan  yang  berlaku  agar  tetap  terjaga
kelangsungan usahanya. Bank harus mampu bertindak sebagai  good corporate citizen perusahaan yang baik.
4 Independency
Bank harus mampu menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar  oleh  stakeholders.  Pengelola  bank  tidak  terpengaruh  oleh
kepentingan  sepihak.  Perbankan  harus  bisa  menghindari  segala bentuk benturan kepentingan conflict of interest.
5 Fairness
Prinsip kewajaran yaitu bank harus memperhatikan kepentingan seluruh  stakeholders  berdasarkan  asas  kesetaraan  dan  kewajaran.
Bank juga perlu memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk memberikan  masukan  bagi  kepentingan  bank  sendiri  serta  memiliki
akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.
Tabel 2.6 Peringkat Good Corporate Governance
Peringkat Keterangan
Bobot Keterangan
PK 1 1,5
Sangat Baik PK 2
1,5-2,5 Baik
PK 3 2,5-3,5
Cukup Baik PK 4
3,5-4,5 Kurang Baik
PK 5 4,5-5
Tidak Baik Sumber: Surat Keputusan BI No. 912DPNP
Tabel  6  menunjukkan  semakin  kecil  nilai  komposit  GCG menunjukkan  bahwa  semakin  baik  kinerja  GCG  perbankan  dan
sebaliknya  nilai  komposit  GCG  semakin  besar  menunjukkan  semakin memburuknya  kinerja  GCG  perbankkan.  Sistem  penilaian  terhadap
pelaksanaan  tatakelola  perusahaan  atau  GCG  merupakan  syarat  yang harus  dipenuhi  untuk  mengantisipasi  risiko-risiko  yang  mungkin  akan
membawa dampak buruk bagi perbankan.
3. Penilaian Faktor Rentabilitas
Penilaian  terhadap  faktor  Rentabilitas  berdasarkan  kinerja  bank dalam  menghasilkan  laba  dengan  parameterindikator  ROA  atau  rasio
laba  sebelum  pajak  terhadap  rata-rata  total  aset  dan  NIM  yaitu  rasio pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata total aset. Untuk mengetahui
stabilitas  sustainability  komponen-komponen  yang  mendukung Rentabilitas  yaitu  dengan  menggunakan  parameterindikator  Core  ROA
pendapatan  bunga  bersih  ditambah  dengan  fee  based  income  dikurangi dengan  kerugian  penurunan  nilai  atas  rata-rata  total  aset.  Penilaian
terhadap  faktor  Rentabilitas  meliputi  evaluasi  terhadap  kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan rentabilitas, dan
manajemen  rentabilitas.  Berdasarkan  SE  BI  No.  1324DPNP  penilaian faktor rentabilitas meliputi:
1 Return  On  Asset  ROA  sama  dengan  laba  sebelum  pajak
dibandingkan rata-rata total aset. Laba  sebelum  pajak  adalah  laba  sebagaimana  tecatat  dalam
laba rugi    bank tahun berjalan  yang  disetahunkan. Sedangkan rata- rata  total  aset  adalah  total  aset  tahun  ini  ditambah  total  aset  tahun
lalu dibagi dua. 2
Net  Interest  Margin  NIM  sama  dengan  pendapatan  bunga  bersih dibandingkan rata-rata total aset produktif.
Pendapatan  bunga  bersih  adalah  pendapatan  bunga  dikurangi dengan  beban  bunga  disetahunkan.  Aset  produktif  yang
didiperhitungkan  adalah  aset  yang  menghasilkan  bunga  baik dineraca maupun TRA.