Pengukuran Gangguan Pendengaran TINJAUAN PUSTAKA

3 Gangguan komunikasi Gangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja. 2.4.1 Mekanisme Terjadinya Gangguan Pendengaran Menurut Suma`mur 2014: 169, proses masuknya pajanan bising ke manusia dimulai dari adanya gelombang suara yang masuk mencapai tulang pendengaran. Gelombang ini akan membangkitkan getaran pada selaput telinga. Setelah sampai di selaput telinga, getaran akan diteruskan ke koklea rumah siput yang terletak dibagian tengah telinga. Pada koklea terdapat sel-sel rambut yang berfungsi menangkap rangsangan atau frekuensi suara dan mengkonversikannya menjadi impuls saraf bagi saraf pendengaran. Impuls yang dihasilkan kemudian dikirim ke otak dan kemudian diterjemahkan menjadi suara yang bisa di dengar. Proses masuknya gelombang suara sampai diterjemahkan oleh otak dapat merusak bagian telinga apabila gelombang yang dihasilkan tidak sesuai kemampuan telinga. Terpajannya bagian-bagian telinga oleh jenis dan intensitas kebisingan yang tidak sesuai dengan kemampuan telinga menyebabkan tingkat penurunan pendengaran baik secara pelahan maupun secara drastis.

2.5 Pengukuran Gangguan Pendengaran

Dalam mengukur gangguan pendengaran menggunakan uji penala berupa uji rinne, uji weber dan uji schwabach. Penala yang digunakan hanya satu penala, dengan frekuensi 512 Hz Soetirto dkk, 2001. Dalam melakukan uji rinne, uji weber dan uji schwabach, diperlukan tempat yang tenang dan sunyi agar hasil interpretasi dapat terbaca dengan baik. Sebelum melakukan uji penala, telinga responden harus bersih dari kotoran-kotoran yang menempel di telinga dan ketika dilakukan uji tersebut responden bisa dalam keadaan berdiri atau duduk asalkan harus dalam keadaan tenang dan konsentrasi penuh terhadap perintah pemeriksa. Uji Rinne digunakan untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pendengaran telinga yang diperiksa. Penala digetarkan, tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada tulang mastoid hantaran tulang hingga bunyi tidak lagi terdengar, penala kemudian didekatkan pada sisi yang telinga yang sama kira- kira 2,5 cm. Bila masih terdengar disebut Rinne positif, bila tidak terdengar disebut Rinne negatif Boies, 1997:48. Uji Weber adalah uji pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan. Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala verteks, dahi, pangkal hidung, tengah-tengah gigi atau dagu. Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi Soetirto dkk, 2001. Uji Schwabach adalah membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Telinga yang normal merupakan syarat dari pemeriksa yang dibuktikan melalui tes audiometri yang dilakukan pada pemerikasa sebelum melakukan uji Schwabach ini. Penala digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan Boies, 1997:48.

2.6 Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Pendengaran