2.8 Kerangka Teori
Gambar 2.5 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Bashiruddin, dkk 2008, Boies 1997, Soetirto, dkk 2007, Soeripto 2008,
Soepardi dkk 2012, Subaris dan Haryono 2008, Suma`mur 2014, Tambunan 2005
Bunyi NAB
Kebisingan
Indera pendengaran
Saraf telinga terpapar bising
Gangguan Pendengaran saat
dalam kandungan Infeksi Janin Oleh:
-
Toksoplasma -
Rubella -
Sitomegalovirus -
Bacterial meningitis
Faktor Pekerja -
Umur -
Masa Kerja -
Lama Kerja -
Penggunaan APT -
Penggunaan obat ototoksik
- Riwayat penyakit
Gangguan Pendengaran
Non Auditory Effect 1.
Gangguan Fisiologis 2.
Gangguan Psikologis 3.
Gangguan Komunikasi
Auditory Effect 1.
Conductive Hearing Loss 2.
Sensorineureal Hearing Loss
Kerangka teori diatas dapat diketahui bahwa bunyi yang melebihi NAB dapat menyebabkan kebisingan di lingkungan kerja. Kebisingan akan diterima
oleh indera pendengaran yaitu melalui telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam yang akan mengakibatkan saraf telinga terpapar oleh bising sehingga
terjadi gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran juga dipengaruhi oleh faktor pekerja seperti usia, masa kerja, penggunaa APT, lama kerja, penggunaan
obat ototoksik dan riwayat penyakit. Gangguan pendengaran juga dapat terjadi selama dalam kandungan yang disebabkan karena terjadi infeksi pada janin oleh
toksoplasma, rubella, sitomegalovirus, dan bacterial meningitis. Gangguan pendengaran terbagi menjadi dua yaitu auditory effect dan non auditory effect.
auditory effect meliputi conductive hearing loss atau tuli konduktif dan sensoneural hearing loss atau tuli syaraf. Tuli kondutif terjadi karena gangguan
kerusakan telinga luar dan telinga tengah yaitu pada mekanisme untuk menjalarkan suara ke dalam koklea, tuli sensoneural terjadi karena kerusakan
telinga dalam yaitu kolea. Sedangkan non auditory effect meliputi gangguan fisiologi, gangguan psikologi dan gangguan komunikasi.
2.9 Kerangka Konseptual