stimulasi panjang gelombang optimal, dan sinar ini juga menstimulasi sel kerucut pigmen hijau sekitar 42 tetapi tidak seluruhnya. Jadi perbandingan stimulasi
dari ketiga sel kerucut pada keadaan ini merah : hijau : biru = 99 : 42 : 0, sistem saraf menginterpretasikan perbandingan ini sebagai sensasi warna oranye. Pada
keadaan lain cahaya biru monokromatik dengan panjang gelombang 450 nanometer tidak menstimulasi pigmen merah sel kerucut dan 97 menstimulasi
pigmen biru sel kerucut, hal ini memberikan perbandingan 0 : 0 : 97 yang diinterpretasikan sebagai warna biru oleh sistem saraf.Guyton hall,1997.
4.4. Persepsi cahaya putih
Stimulasi yang sama besarnya antara pigmen merah, hijau, biru pada sel kerucut memberikan sensasi melihat warna putih.Guyton hall,1997.
6. Diagnosis Defek Penglihatan Warna
Diagnosis defek penglihatan warna dibuat berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan penunjang, anamnesis yang sesuai seperti terdapat riwayat buta
warna di dalam keluarga atau terdapat riwayat trauma kranial yang menyebabkan kelainan saraf atau makula. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dengan
menggunakan Buku Ishihara. Pada Penelitian ini digunakan Buku Ishihara edisi 38 plate. Plate 1-25 bergambar angka numeral yang sebaiknya dijawab dalam
waktu tidak lebih dari 3 detik, jika anak tersebut tidak mampu membaca angka, digunakan plate 26 – 38 yang diminta untuk menghubungkan menjadi garis
diantara 2 ‘x’ yang harus diselesaikan dalam waktu 10 detik. Pada penelitian dilakukan tes menggunakan 38 plate atau 6 plate, yang mana plate 2,3,4,5 bisa
Universitas Sumatera Utara
diwakilkan satu plate, plate 6,7,8,9 bisa diwakilkan satu plate, plate 10,11,12,13 bisa diwakilkan satu plate, demikian pula dengan plate 14,15,16,17 dan plate
18,19,20,21. Penggunaan seluruh plate 38 plate dilakukan bila dtemukan ketidaksesuaian dengan menggunakan 6 plate tersebut.
Pembacaan plate 1-21 menentukan normal atau anak tersebut mengalami defek penglihatan warna. Jika anak tersebut mampu membaca 17 plate atau lebih
dengan benar, anak tersebut memiliki penglihatan warna yang normal. Bila hanya mampu membaca 13 plate atau kurang dari 13 plate dengan benar, anak ini
tergolong mengalami penurunan penglihatan warna color vision deficiency yang di dalam penelitian ini disebut sebagai defek penglihatan warna, keadaan
ini bisa juga dilihat jika anak tersebut lebih mudah membaca plate 18,19,20,dan 21 sebagai 5,2,45,dan 73 dibandingkan dengan plate 14,10,13,17.
Buku ishihara dapat mendiagnosa defek penglihatan warna dengan klasifikasi red-green deficiency, buta warna total, protanopia atau strong
protanomaly, protanomaly, deuteranopia atau strong deuteranomaly , dan deuteranomaly. Kelainan tritanomaly tidak dapat dilihat disini. Tes Ishihara
digunakan untuk mendiagnosis defek penglihatan warna congenital, untuk mengetahui penyebab yang didapat saraf, kelainan macula, trauma kranial perlu
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut Vaughan, 1999.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Pada buta warna, peranan genetik lebih besar pengaruhnya dibandingkan peranan lingkungan biologis, fisik, sosial, tidak ada penyebab langsung yang
berperan dalam buta warna, karena buta warna bukan penyakit infeksi. Peranan lingkungan biologis menggambarkan kelainan buta warna yang didapat.
Pada penelitian prevalensi buta warna ini, tes yang dilakukan pada setiap anak, kemudian hasil tes dikonfirmasi dengan lembaran keterangan diagnosis
buta warna dilampirkan untuk memudahkan dalam melakukan klasifikasi jenis defek penglihatan warna yang diderita.
Skema 1. Kerangka konseptual penelitian
Siswa-Siswi SMU
Ishihara Test
Klasifikasi Jenis Buta Warna:
1. Buta Warna Merah protanopia
2. Buta Warna Hijau deuteranopia
3. Buta Warna Merah-hijaured-gren
deficiencieney
4. Buta Warna total monochromacy
Universitas Sumatera Utara