HASIL DAN PEMBAHASAN Sikap

39

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian mengenai perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia melalui proses pengumpulan data dari tanggal 20 april 2015 sampai 22 april 2015 terhadap 82 orang responden di SMP Negeri 30 Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi karakteristik responden dan perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan yang terdiri dari, pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia. 1.1. Karakteristik demografi responden Tabel 5.1. Distribusi karakteristik responden Karakteristik responden Frekuensi n= 82 Persen Usia 12 5 6,1 13 28 34,1 14 17 20,7 15 32 39,0 Pendidikan Kelas 7 29 35,4 Kelas 8 25 30,5 Kelas 9 28 34,1 Berdasarkan tabel 5.1. menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 15 tahun yaitu sebanyak 32 orang 39. Berdasarkan tingkat pendidikan menunjukkan bahwa mayoritas responden duduk di kelas 7 yaitu sebanyak 29 orang 35,4. Universitas Sumatera Utara 1.2. Pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Tabel 5.2. Pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Pengetahuan Frekuensi n=82 Persen Baik 34 41,5 Cukup 47 57,3 Kurang 1 1,2 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 82 responden terdapat 34 orang 41,5 memiliki pengetahuan baik, 47 orang 57,3 memiliki pengetahuan cukup, dan 1 orang 1,2 memiliki pengetahuan kurang. Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan No Pernyataan Pilihan Jawaban Benar Salah Tidak tahu F F F 1. Pengertian menjaga kebersihan alat genitalia 72 87,8 9 11,0 1 1,2 2. Tujuan dari menjaga kebersihan alat genitalia 75 91,5 7 8,5 3. Material yang digunakan untuk membersihkan alat genitalia 16 19,5 54 65,9 12 14,6 4. Cara membasuh alat kelamin yang benar 43 52,4 24 29,3 15 18,3 5. Tindakan yang dilakukan setelah buang air kecil atau besar 51 62,2 23 28 8 9,8 6. Alat yang digunakan untuk mengeringkan alat genitalia 63 76,8 10 12,2 9 11 7. Frekuensi penggantian celana dalam 79 96,3 3 3,7 8. Bahan celana dalam yang baik 53 64,6 10 12,2 19 23,2 9. Frekuensi penggantian pembalut saat darah menstruasi banyak 62 75,6 9 11 11 13,4 10. Frekuensi penggantian pembalut saat hari terakhir menstruasi 7 8,5 50 61 25 30,5 11. Ciri pembalut yang baik dan aman 80 97,6 1 1,2 1 1,2 Universitas Sumatera Utara 12. Tindakan yang dilakukan sebelum menyentuh vagina 68 82,9 5 6,1 9 11 13. Tujuan memotong rambut pada alat genitalia 23 28 33 40,2 26 31,7 14. Waktu yang tepat untuk penggunaan pantyliner 43 52,4 8 9,8 31 37,8 15. Akibat terlalu sering menggunakanpantyliner 53 64,6 10 12,2 19 23,2 16. Jenis celana dalam dan luar yang baik digunakan 36 43,9 22 26,8 24 29,3 17. Sumber air yang digunakan untuk membasuh alat genitalia 45 54,9 20 24,4 17 20,7 18. Akibat kurang menjaga kebersihan alat genitalia 78 95,1 1 1,2 3 3,7 Berdasarkan hasil jawaban remaja putri berdasarkan pengetahuan, didapatkan bahwa remaja putri mengetahui tentang pengertian menjaga kebersihan alat genitalia sebanyak 72 orang 87,8, tujuan menjaga kebersihan alat genitalia sebanyak 75 orang 91,5, frekuensi penggantian celana dalam 79 orang 96,3, ciri pembalut yang baik dan aman sebanyak 80 orang 97,6, dan akibat kurang menjaga kebersihan alat genitalia sebanyak 78 orang 95,1. Hasil jawaban responden juga menunjukkan ada remaja putri yang tidak mengetahui tentang menjaga kebersihan alat genitalia, seperti material yang digunakan untuk membersihkan alat genitalia sebanyak 54 orang 65,9, frekuensi penggantian pembalut saat hari terakhir menstruasi sebanyak 50 orang 61, dan tujuan memotong rambut pada alat genitalia sebanyak 33 orang 40,2. Universitas Sumatera Utara 1.3. Sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Tabel 5.4. Sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 82 responden terdapat 35 orang 42,7 memiliki sikap baik, 43 orang 52,4 memiliki sikap cukup, dan 4 orang 4,9 memiliki sikap kurang. Tabel 5.5. Distribusi frekuensi dan persentase sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan No Pernyataan Pilihan Jawaban SS S TS F F F 1. Saya menjaga kebersihan alat kelamin untuk mencegah terjadinya infeksi dan masalah kesehatan organ reproduksi. 72 87,8 10 12,2 2. Saya tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membasuh vagina. 79 96,3 2 2,4 1 1,2 3. Saya membasuh alat kelamin dari arah depan vagina ke arah belakang anus. 26 31,7 30 36,6 26 31,7 4. Saya menggunakan cairan pembersih vagina, seperti sabun sirih atau sejenisnya untuk membersihkan alat kelamin. 13 15,9 28 34,1 41 50 5. Saya menggunakan air yang berada dalam emberbak untuk membasuh alat kelamin pada saat buang air kecil atau besar. 31 37,8 22 26,8 29 35,4 6. Saya menggunakan handuk secara bergantian untuk mengeringkan alat kelamin setelah mandi. 41 50 20 24,4 21 25,6 7. Saya menggunakan tisu yang mengandung wewangian untuk menghilangkan bau pada daerah kemaluan. 54 65,9 15 18,3 13 15,9 8. Saya menaburkan bedak pada area alat kelamin sebelum menggunakan celana dalam. 60 73,2 13 15,9 9 11 9. Saya mengganti celana dalam minimal 1 62 75,6 11 13,4 9 11 Sikap Frekuensi n=82 Persen Baik 35 42,7 Cukup 43 52,4 Kurang 4 4,9 Universitas Sumatera Utara kali sehari. 10. Saya menggunakan celana luar dan celana dalam yang ketat. 59 72 17 20,7 6 7,3 11. Saya menggunakan celana dalam berbahan selain katun mudah menyerap. 21 25,6 26 31,7 35 42,7 12. Bila saya menggunakan celana dalam yang berbahan katun mudah menyerap dapat menyebabkan daerah kemaluan menjadi panas dan lembab. 61 74,4 18 22 3 3,7 13. Saya mengganti pembalut setiap 3 atau 4 jam sekali dalam sehari pada saat darah menstruasi dalam kondisi banyak. 51 62,2 18 22 13 15,9 14. Saya mengeringkan alat kelamin setelah buang air kecil atau besar. 42 51,2 31 37,8 9 11 15. Saat menstruasi tinggal sedikit, saya mengganti pembalut cukup 1 kali sehari. 24 29,3 30 36,6 28 34,1 16. Sayamenggunakan pantyliner pembalut tipis setiap hari. 60 73,2 12 14,6 10 12,2 17. Saya memotong rambut alat kelamin ketika sudah panjang. 23 28 37 45,1 22 26,8 18. Saya membersihkan alat kelamin apabila selesai buang air kecil atau besar maupun saat mandi dan mencuci tangan sesudah membersihkan kelamin. 68 82,9 13 15,9 1 1,2 Berdasarkan hasil jawaban responden menunjukkan ada remaja putri yang mempunyai sikap baik, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya 72 orang 87,8 yang menyatakan menjaga kebersihan alat kelamin untuk mencegah terjadinya infeksi dan masalah kesehatan organ reproduksi, ada 51 orang 62,2 yang menyatakan mengganti pembalut setiap 3 atau 4 jam sekali dalam sehari pada saat darah menstruasi dalam kondisi banyak, dan ada 68 orang 82,9 yang menyatakan membersihkan alat kelamin apabila selesai buang air kecil atau besar maupun saat mandi dan mencuci tangan sesudah membersihkan kelamin. Hasil jawaban responden juga menunjukkan ada remaja putri yang mempunyai sikap tidak baik, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya 79 Universitas Sumatera Utara orang 96,3 yang menyatakan tidak mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membasuh vagina, ada 62 orang 75,6 yang menyatakan mengganti celana dalam minimal 1 kali sehari, ada 61 orang 74,4 yang menyatakan bahwa menggunakan celana dalam yang berbahan katun mudah menyerap dapat menyebabkan daerah kemaluan menjadi panas dan lembab, dan ada 60 orang 73,2 yang menyatakan menaburkan bedak pada area alat kelamin sebelum menggunakan celana dalam. 1.4. Tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Tabel 5.6. Tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Tindakan Frekuensi n=82 Persen Baik 75 91,5 Tidak baik 7 8,5 Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 82 responden terdapat 75 orang 91,5 memiliki tindakan baik dan 7 orang 8,5 memiliki tindakan tidak baik. Tabel 5.7. Distribusi frekuensi dan persentase tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan No Pernyataan Pilihan Jawaban Ya Tidak F F 1. Mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membasuh alat kelamin. 80 97,6 2 2,4 2. Menggunakan air yang berada dalam emberbak untuk membersihkan alat kelamin pada saat buang air kecil atau besar. 27 32,9 55 67,1 3. Membersihkan alat kelamin dengan cara membasuh dari arah belakang anus ke arah depan vagina. 41 50 41 50 4. Memakai langsung celana dalam tanpa 66 80,5 16 19,5 Universitas Sumatera Utara mengeringkan alat kelamin terlebih dahulu. 5. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari. 78 95,1 4 4,9 6. Menaburkan bedak sebelum memakai celana dalam. 69 84,1 13 15,9 7. Menggunakan celana luar dan celana dalam yang ketat. 62 75,6 20 24,4 8. Menggunakan celana dalam berbahan katun mudah menyerap. 65 79,3 17 20,7 9. Menggunakan cairan pembersih vagina untuk membersihkan alat kelamin. 28 34,1 54 65,9 10. Menggunakan pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik, dan tidak mengandung bahan yang dapat menyebabkan alergi. 80 97,6 2 2,4 11. Mengganti pembalut setiap 3 atau 4 jam sekali dalam sehari pada saat darah menstruasi dalam kondisi banyak. 74 90,2 8 9,8 12. Mengganti pembalut hanya 1 kali sehari pada saat menstruasi tinggal sedikit. 29 35,4 53 64,6 13. Menggunakan pantyliner pembalut tipis setiap hari. 72 87,8 10 12,2 14. Mengganti pantyliner hanya 1 kali sehari. 61 74,4 21 25,6 15. Memotong rambut alat kelamin ketika sudah panjang. 56 68,3 26 31,7 16. Menggunakan sabun mandi untuk membersihkan alat kelamin. 43 52,4 39 47,6 17. Menggunakan tisu yang mengandung parfum untuk mengeringkan alat kelamin. 69 84,1 13 15,9 18. Menggunakan handuk secara bergantian untuk mengeringkan alat kelamin setelah mandi. 43 52,4 39 47,6 Berdasarkan hasil jawaban responden terdapat remaja putri yang memiliki tindakan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya 80 orang 97,6 yang menyatakan mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membasuh alat kelamin, ada 78 orang 95,1 yang menyatakan mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari, ada 80 orang 97,6 yang menyatakan menggunakan pembalut yang berbahan lembut, menyerap dengan baik, dan tidak mengandung bahan yang dapat menyebabkan alergi, dan ada 74 orang 90,2 yang menyatakan mengganti pembalut setiap 3 atau 4 jam sekali dalam sehari pada saat darah menstruasi dalam kondisi banyak. Universitas Sumatera Utara Hasil jawaban responden juga menunjukkan remaja putri mempunyai tindakan tidak baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya 66 orang 80,5 yang menyatakan memakai langsung celana dalam tanpa mengeringkan alat kelamin terlebih dahulu, ada 69 orang 84,1 yang menyatakan menaburkan bedak sebelum memakai celana dalam dan menggunakan tisu yang mengandung parfum, ada 62 orang 75,6 yang menyatakan menggunakan celana luar dan celana dalam yang ketat, dan ada 72 orang 87,8 yang mengganti pantyliner hanya 1 kali sehari. 1.5. Perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Dari 54 pernyataan yang dibuat pada instrumen penelitian yang terdiri dari 18 pernyataan tentang pengetahuan, 18 pernyataan tentang sikap, dan 18 pernyataan tentang tindakan maka diperoleh data seperti pada tabel 5.8. Tabel 5.8. Perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Perilaku Frekuensi n Persen Baik 48 58,5 Cukup 34 41,5 Kurang Jumlah 82 100 Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 82 responden terdapat 48 orang 58,5 mempunyai perilaku baik, 34 orang 41,5 mempunyai perilaku cukup, dan tidak ada remaja putri yang mempunyai perilaku kurang. Universitas Sumatera Utara 2. Pembahasan 2.1. Pengetahuan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan Maulana, 2009. Berdasarkan hasil penelitian dari 82 responden terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 47 orang 57,3. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku remaja putri bisa menjadi tidak menetap karena tidak didukung oleh pengetahuan yang memadai, sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk berbuat. Remaja putri mempunyai pengetahuan yang cukup dapat disebabkan karena responden pada waktu pengisian kuesioner terlihat banyak yang bertanya pada temannya dan hal ini dapat merubah keyakinannya yang sudah ada. Walaupun remaja telah mencapai kematangan, namun seorang remaja seringkali masih dihinggapi oleh perasaan ragu-ragu, terutama dalam pengambilan keputusan. Akibatnya pengetahuan remaja dapat berubah karena pengaruh orang lain. Hal ini didukung oleh Mubarak, Chayatin, Rozikin, dan Supradi 2007 yang mengatakan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar Universitas Sumatera Utara dimana kita berada, ketika remaja berinteraksi dengan lingkungan teman sebayanya maka akan mempengaruhi pola pikirnya. Umur juga mempengaruhi responden berpengetahuan cukup. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa dari 47 orang responden yang paling banyak berpengetahuan cukup adalah responden yang berumur 13 tahun, yaitu sebanyak 18 orang 38,3. Hal ini menunjukkan bahwa usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Kurang mendapatkan informasi mengenai pengetahuan tentang menjaga kebersihan alat genitalia kemungkinan juga dapat mempengaruhi pengetahuan remaja. Berdasarkan wawancara di sekolah tersebut tidak pernah mendapatkan penyuluhan dari pihak sekolah maupun dari petugas kesehatan dan tidak ada mata pelajaran khusus yang membahas kesehatan reproduksi. Hal ini menyebabkan responden kurang informasi sehingga pengetahuan responden dalam menjaga kebersihan alat genitalia dalam kategori cukup. Hal ini didukung oleh Mubarak, Chayatin, Rozikin, dan Supradi 2007 yang menyatakan pengetahuan juga dipengaruhi oleh informasi. Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Pengetahuan responden cukup dapat disebabkan juga karena pendidikan responden, semakin rendah pendidikannya maka akan sulit untuk mengadopsi pengetahuan baru khususnya tentang menjaga Universitas Sumatera Utara kebersihan alat genitalia eksterna. Hal itu terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan cukup paling banyak terdapat pada kelas 7 SMP yaitu sebanyak 20 orang 42,5. Hal ini didukung oleh Budiman dan Riyanto 2013 yang menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar apabila tingkat pendidikannya rendah akan mempengaruhi daya ingatnya terhadap informasi, sehingga pegetahuannya sedikit. 2.2. Sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Sikap adalah penilaian bisa berupa pendapat seseorang terhadap stimulus atau objek dan merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Berdasarkan hasil penelitian dari 82 responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki sikap cukup sebanyak 43 orang 52,4 dalam menjaga kebersihan alat genitalia. Responden memiliki sikap dalam kategori cukup disebabkan karena sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sehingga dapat menghasilkan sikap yang cukup. Sesuai dengan teori Notoatmodjo 2003 yang mengatakan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap seseorang. Jika pengetahuan seseorang baik maka akan memiliki sikap yang baik. Sikap yang baik terhadap suatu objek baru akan muncul ketika seseorang memiliki pengetahuan yang baik tentang objek tersebut. Penelitian ini menunjukkan bahwa sikap dalam kategori cukup juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi remaja yang masih sedikit dibandingkan orang dewasa. Pengalamannya terbentuk dari interaksi Universitas Sumatera Utara remaja dengan lingkungan sosial yang akan membawa pengaruh terhadap penilaian menjaga kebersihan alat genitalia. Faktor emosi juga mempengaruhi karena responden dalam penelitian ini dalam masa remaja awal yang pada masa perkembangannya terjadi peningkatan emosi dan mulai mencari nilai sendiri sehingga individu sulit untuk menerima dan merespons pertanyaan. Sehingga mereka menjawab berdasarkan egonya, jika remaja merasa tidak suka terhadap pernyataannya maka dia bersikap negatif dan jika suka terhadap pernyataannya maka dia bersikap positif. Hal ini berdasarkan teori Azwar 2005 yang menyatakan bahwa sikap dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pengalaman pribadi dan faktor emosional. Hal ini didukung Dayakisni dan Hudaniah 2009 yang menyatakan bahwa pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat dinamis. Interaksi tersebut akan membentuk pengalaman yang akan mempengaruhi keyakinan, perasaan, dan kecendrungan berperilaku. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap. Sikap responden juga dapat dipengaruhi oleh pendidikan dan umur. Hasil penelitian menunjukkan responden yang bersikap cukup paling banyak berumur 15 tahun sebanyak 17 orang 39,5 dan kelas 9 yang memiliki sikap cukup paling banyak yaitu 17 orang 39,5. Hal ini berbeda dengan teori yang menyatakan bahwa semakin tambah umur dan tingginya pendidikan dapat merubah sikapnya semakin baik. Hal tersebut Universitas Sumatera Utara dapat terjadi mungkin karena faktor eksternal, seperti orang lain, pengaruh kebudayaan, dan agama Azwar 2005. Sikap dapat dikaitkan dengan pengetahuan yang dimiliki remaja putri. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 43 responden yang bersikap cukup tetapi memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 12 orang 27,9. Hal ini dapat disebabkan karena sikap dibentuk sepanjang perkembangan, maka adakalanya seorang remaja bersikap positif terhadap suatu hal, namun kadang remaja juga menunjukkan sikap negatif. Sikap negatif tersebut dipengaruhi oleh kurang dapat menerima, merespons, menghargai serta bertanggung jawab terhadap perawatan alat genitalia. Untuk itu perlu adanya perhatian pada remaja dalam pembentukan perkembangannya. 2.3. Tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Berdasarkan hasil penelitian dari 82 responden dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan baik sebanyak 75 orang 91,5 dalam menjaga kebersihan alat genitalia. Pada penelitian ini tindakan baik responden dapat dipengaruhi oleh persepsi responden yang menyatakan bahwa menjaga kebersihan alat genitalia bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan masalah kesehatan organ reproduksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Jong, Sarake, dan Salmah 2012 yang menyatakan bahwa perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Semakin banyak responden yang memilliki Universitas Sumatera Utara persepsi positif terhadap kebersihan alat genitalia, semakin baik pula tindakan menjaga kebersihan alat genitalia. Tindakan responden baik kemungkinan juga disebabkan oleh dukungan dari lingkungan keluarga terutama ibu, karena setiap orang sejak lahir berada di dalam suatu lingkungan keluarga sehingga akan menganut kebiasaan yang sudah ada sebelumnya dari keluarga tersebut. Ibu mempunyai peran besar untuk mengajarkan cara membersihan alat genitalia, yang sudah di ajarkan sejak anak-anak sehingga akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku sampai menjadi kebiasaan hingga remaja. Dari hasil penelitian dapat dilihat hampir semua remaja membasuh alat kelaminnya dari depan ke belakang dan mencuci tangan sebelum menyentuh vagina, mungkin oleh ibunya sejak kecil sudah dibiasakan untuk melakukan hal tersebut. Maka walaupun mayoritas menunjukkan pengetahuan dan sikap yang cukup dalam menjaga kebersihan alat genitalia, tetapi mayoritas tindakannya baik. Hal ini didukung oleh Suryani dan Widyasih 2010 yang mengatakan bahwa pembentukan tindakan dapat ditempuh dengan kebiasaan dan orang tua merupakan model seorang anak untuk berperilaku. Perilaku kebiasaan sering mempunyai kaitan erat dengan kesehatan atau peningkatan status kesehatan. Kebiasaan-kebiasaan kesehatan terbentuk pada masa kanak-kanak dibawah pengaruh sikap dan tingkah laku orang tua. Universitas Sumatera Utara Tindakan responden juga dapat dipengaruhi oleh umur dan pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang bersikap baik paling banyak terdapat pada umur 15 tahun sebanyak 29 orang 38,7 dan paling banyak pada kelas 9 sebanyak 25 orang 33,3. Hal tersebut sesuai teori yang menyatakan bahwa semakin matang umur dan tingginya pendidikan seseorang semakin mampu untuk mengambil keputusan yang dianggap baik untuk bertindak dan bertanggung jawab terhadap pilihannya. Maulana 2009 menyatakan bahwa pada kenyataannya perilaku baru yang terbentuk tidak selalu mengikuti urutan. Tindakan individu tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Handayani 2010 tentang menjaga kebersihan alat genitalia pada saat menstruasi. Handayani mengatakan bahwa tindakan tidak selamanya sesuai dengan pengetahuan dan sikap. Responden mungkin dapat menerima dan memperhatikan stimulus yang diberikan tetapi belum tentu dapat merespons, dimana responden dapat menjawab pertanyaan apabila ditanya tetapi tidak mengerjakannya, dan demikian sebaliknya. Notoatmodjo 2007 mengatakan suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Seseorang yang memiliki tindakan yang baik belum tentu memiliki sikap yang baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana ada responden yang mempunyai tindakan baik tetapi Universitas Sumatera Utara sikapnya cukup yaitu sebanyak 40 orang 53,3 dari 75 responden. Sikap tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktordukungan dari pihak lain. Hal ini didukung oleh Kholid 2014 mengatakan bahwa sekalipun diasumsikan sikap merupakan predisposisi yang menentukan cara individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan sering kali jauh berbeda. Hal ini karena tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Tidak semua sikap adalah sama dalam kemampuannya memprediksi perilaku. Cara bagaimana sikap itu pada awalnya terbentuk mempengaruhi hubungan sikap dan perilaku. Sikap yang pada dasarnya terbentuk dari pengalaman interaksi secara langsung dengan obyek sikap akan cenderung lebih konsisten dengan perilaku daripada sikap yang terbentuk melalui cara yang lain. Sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman secara langsung akan tersedia dan dapat diakses secara kognitif dan lebih mungkin menjadi pedoman perilaku seseorang Dayakisni dan Hudaniah, 2009. Kebersihan alat genitalia harus dijaga setiap hari untuk mencegah terjadinya masalah pada organ reproduksi. Pada remaja putri, membiasakan diri untuk membersihkan vagina setiap setelah buang air Universitas Sumatera Utara kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang benar, celana luar yang digunakan sebaiknya berukuran longgar, sebelum menggunakan celana dalam tidak dianjurkan untuk menaburkan bedak di vagina dan daerah sekitarnya, dan pantyliner sebaiknya tidak digunakan setiap hari Pribakti, 2010. Berdasarkan hasil penelitian walaupun tindakan remaja putri baik tetapi dapat dilihat dari jawaban responden ada tindakan yang tidak baik yaitu terdapat 72 orang 87,8 yang menggunakan pantyliner setiap hari, 69 orang 84,1 menaburkan bedak sebelum memakai celana dalam, 66 orang 80,5 memakai langsung celana dalam tanpa mengeringkan alat kelamin terlebih dahulu, dan 62 orang 75,6 menggunakan celana luar dan dalam yang ketat. Oleh karena itu, remaja putri harus diberikan informasi yang lebih banyak tentang bagaimana cara menjaga kebersihan alat genitalia agar tindakannya semakin baik. 2.4. Perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku baik dalam menjaga kebersihan alat genitalia sebanyak 48 orang 58,5 dan perilaku cukup sebanyak 34 orang 41,5. Universitas Sumatera Utara Perilaku remaja putri dalam kategori baik dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada yang memilikipengetahuan, sikap, dan tindakannya baik semua sebanyak 22 orang 46 sehingga perilakunya baik. Selanjutnya remaja putri memiliki pengetahuan dan tindakan yang baik sebanyak 11 orang 22,9 sehingga perilakunya baik dan ada yang memiliki sikap dan tindakannya baik sebanyak 13 orang 27 sehingga perilakunya baik. Serta ada yang tindakannya saja yang baik sebanyak 2 orang 4,1 sehingga perilakunya baik. Hal ini didukung oleh Kholid 2014 yang menyatakan bahwa perubahan perilaku dipengaruhi oleh tiga domain perilaku yaitu, pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku dapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan di dalam diri seseorang Maulana, 2009. Secara teori pembentukan perilaku diawali oleh domain kognitif. Individu terlebih dahulu mengetahui stimulus untuk menimbulkan pengetahuan, selanjutnya timbul domain afektif dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahuinya, setelah objek diketahui dan disadari Universitas Sumatera Utara sepenuhnya, timbul respons berupa tindakan domain psikomotor Maulana, 2009. Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan teori yaitu perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia dalam kategori baik meskipun pengetahuan dan sikapnya cukup. Universitas Sumatera Utara 58

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN