Akibat Hukum Suatu Perjanjian
2. Perjanjian riil, dikatakan berlaku sejak sesudah terjadinya penyerahan
barang atau kata sepakat bersamaan dengan penyerahan barangnya. 3.
Perjanjian Formal, dikatakan berlaku apabila telah ditandatangani oleh kedua belah pihak yang membuat perjanjian tersebut, biasanya dibuat
secara tertulis yang telah ditetapkan dengan formalitas tertentu. b.
Perjanjian mengikat sebagai undang-undang. Dijelaskan dalam Pasal 1338 KUHPerdata bahwa, semua perjanjian yang
telah dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya; tidak dapat dibatalkan tanpa adanya persetujuan dari kedua
belah pihak; dan harus dilaksanakan dengan iktikad baik te goeder trouw, in good faith. Perjanjian yang dibuat secara sah mempunyai kekuatan
mengikat dan memaksa untuk melaksanakan perjanjian serta memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang membuatnya.
36
Demikian pula menurut Pasal 1339 KUHPerdata suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga
untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang. Akibat hukum perjanjian yang tidak memenuhi
syarat sahnya suatu perjanjian. Apabila suatu perjanjian tidak memenuhi persyaratan
36
Abdulkadir Muhammad, 2010. Hukum Perusahaan Indonesia,Cetakan Kesatu Bandung PT Citra Aditya Bakti, hlm. 305
dalam Pasal 1320 KUHPerdata maka perjanjian menjadi tidak sah. Akibat hukum perjanjian yang tidak sah dapat dibedakan menjadi :
37
1. Perjanjian yang dapat dibatalkan.
Secara prinsip suatu perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan jika perjanjian tersebut dalam pelaksanaannya akan merugikan pihakpihak
tertentu serta apabila tidak memenuhi syarat subjektif yaitu syarat kesepakatan dan syarat kecakapan seperti yang termuat dalam Pasal
1320 KUHPerdata.
38
2. Perjanjian yang batal demi hukum.
Suatu perjanjian dikatakan batal demi hukum, apabila terjadi pelanggaran terhadap syarat objektif yaitu suatu hal tertentu dan sebab
yang halal.
39