Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional Antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara Dengan Mitra Kerja

(1)

TESIS

Oleh :

MASITAH

087011071/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Studi Kenotariatan

Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh : MASITAH 087011071/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nomor Pokok : 087011071 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum

Ketua

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN Chairani Bustami, SH,SPN,MKn

Anggota Anggota

Ketua Program,

Prof.Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 2. Chairani Bustami, SH, Spn, MKn

3. Prof. Sanwani Nasution, SH 4. Notaris Syahril Sofyan, SH, MKn


(5)

menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint Venture) dengan badan usaha lain dan dapat juga melakukan penyertaan modal dalam usaha, dengan melakukan kegiatan komersial dengan melakukan Perjanjian Kerjasama dalam bidang usaha tertentu yang dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi.

Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuannya, Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.

Dari hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja, bagaimanakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut, bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja.

Untuk membahas permasalahan tersebut, maka penelitian yang dilakukan bersifat penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu merupakan penelitian yang berupaya mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Penyelesaian sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya

Hasil yang ditemukan adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja dalam hal penyertaan modal perjanjiannya harus dibuat dihadapan Notaris. Terhadap perjanjian kerjasama dibidang angkutan darat milik Perum Bulog dan perdagangan beras dilakukan dengan membuat perjanjian dibawah tangan.

Faktor terjadinya wanprestasi dalam Perjanjian yang dilaksanakan antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dalam penyertaan modal dibidang perdagangan


(6)

petani tersebut juga tidak mampu membayar biaya pembelian pupuk. Dan dikarenakan pabrik pupuk mesinnya tidak produktif, belum rampung untuk dioperasikan dan masih dalam renovasi. terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog dengan Mitra Kerja disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, sedangkan kapasitas kerja yang dilakukan mereka banyak. Mitra kerja dan adanya kerusakan kenderaan pengangkut yang menyebabkan keterlambatan sampainya barang/beras yang diangkut ketempat tujuan. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Mitra kerja dalam perlindungan barang yang diangkut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan, misalnya Mitra Kerja tidak memiliki terpal penutup barang yang tebal, sehingga apabila terjadi hujan dijalan barang tersebut terkena air hujan.

Mitra Kerja yang melakukan wanprestasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Pembelian Beras antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dikarenakan beras yang diserahkan tidak sesuai dengan standar kualitas sebagaimana yang telah disepakati dan karena didaerah tersebut mengalamii gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi beras dengan kualitas sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian. Upaya untuk mengatasi terjadinya wanprestasi ini agar dalam melakukan perjanjian kerjasama operasional dengan mitra kerja diupayakan dengan menggunakan akta Notaris dan dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan dan perlunya seleksii yang ketat terhadap pemilihan mitra kerja. Dalam penyelesaian sengketa jikal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu ke Pengadilan agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.


(7)

(8)

(9)

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul

“Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat

dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Ibu Chairani Bustami, SH, SPN, MKn,

selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan arahan yang konstruktif dalam penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah.


(10)

Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku ketua program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah. 6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama menjalani pendidikan.

7. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan tahun 2008 yang


(11)

memberikan data dan informasi berguna dalam penelitian ini.

9. Motivator terbesar dalam hidup penulis Anak-anak penulis, Hardita Aulia Enda Harahap dan Shabrina Enda Mahardika Harahap dan suami penulis Harles Harahap,SH yang telah memberikan motivasi bagi penulis dalam penyelesaian studi pada program studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Sembah sujud ananda kepada Ayahanda Almarhum Sakti Hasibuan dan Ibunda Hj. Raini, yang selalu memberikan cinta, kasih sayang, dukungan dan doa yang tak putus-putusnya, serta seluruh keluarga besar penulis yang

telah memberikan semangat dan doa kepada Penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariaan pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada kita semua. Amien Ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Februari 2011 Penulis,


(12)

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 22 Maret 1965 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Perum Bulog

Alamat : Jalan Tunggal Nomor 35 C Medan Perjuangan

II. Identitas Keluarga Nama Orang Tua

Nama Ayah : Sakti Hasibuan

Nama Ibu : Hj.Raini

III. Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar : Negeri 060857 Medan 3. SMP : SMP Negeri 10 Medan

4. SMA : SMA Negeri 8 Medan

5. S-1 : Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara

6. S-2 : Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum


(13)

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Keaslian Penelitian... 20

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 20

G. Metode Penelitian... 29

II PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA PERUM BULOG DENGAN MITRA KERJA... 34

A. Sejarah berdirinya BULOG... 34

B. Perlunya Kerjasama ... 49

C. Syarat Mitra Kerja ... 55

D. Prosedur Pengikatan Perjanjian Kerjasama. ... 56

E. Hak dan Kewajiban Para pihak ... 57


(14)

A. Pengertian Wanprestasi dalam Kontrak ... 64

B. Bentuk-Bentuk Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Antara, Perum Bulog dengan Mitra Kerja ... 67

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Wanprestasi Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama... 71

IV PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI ... 76

A. Dalam Kontrak ... 76

B. Penyelesaian Sengketa Pelaksanaan Perjanjian Diluar Pengadilan. ... 83

C. Penyelesaian Sengketa Di Pengadilan ... 92

V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan. ... 102

B. Saran... 103


(15)

menyelenggarakan usaha pangan pokok dan usaha lainnya yang sifatnya menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan Perusahaan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint Venture) dengan badan usaha lain dan dapat juga melakukan penyertaan modal dalam usaha, dengan melakukan kegiatan komersial dengan melakukan Perjanjian Kerjasama dalam bidang usaha tertentu yang dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahaan khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi.

Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuannya, Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru.

Dari hal tersebut, ada beberapa permasalahan yang muncul antara lain : Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja, bagaimanakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut, bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja.

Untuk membahas permasalahan tersebut, maka penelitian yang dilakukan bersifat penelitian yang bersifat deskriptif analitis yaitu merupakan penelitian yang berupaya mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan, menjelaskan serta menganalisa peraturan-peraturan yang berhubungan dengan Penyelesaian sengketa Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama yang dilaksanakan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya

Hasil yang ditemukan adalah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja dalam hal penyertaan modal perjanjiannya harus dibuat dihadapan Notaris. Terhadap perjanjian kerjasama dibidang angkutan darat milik Perum Bulog dan perdagangan beras dilakukan dengan membuat perjanjian dibawah tangan.

Faktor terjadinya wanprestasi dalam Perjanjian yang dilaksanakan antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dalam penyertaan modal dibidang perdagangan


(16)

petani tersebut juga tidak mampu membayar biaya pembelian pupuk. Dan dikarenakan pabrik pupuk mesinnya tidak produktif, belum rampung untuk dioperasikan dan masih dalam renovasi. terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog dengan Mitra Kerja disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, sedangkan kapasitas kerja yang dilakukan mereka banyak. Mitra kerja dan adanya kerusakan kenderaan pengangkut yang menyebabkan keterlambatan sampainya barang/beras yang diangkut ketempat tujuan. Keterbatasan sarana yang dimiliki oleh Mitra kerja dalam perlindungan barang yang diangkut sehingga barang tersebut mengalami kerusakan, misalnya Mitra Kerja tidak memiliki terpal penutup barang yang tebal, sehingga apabila terjadi hujan dijalan barang tersebut terkena air hujan.

Mitra Kerja yang melakukan wanprestasi terhadap pelaksanaan Perjanjian Pembelian Beras antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja dikarenakan beras yang diserahkan tidak sesuai dengan standar kualitas sebagaimana yang telah disepakati dan karena didaerah tersebut mengalamii gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi beras dengan kualitas sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian. Upaya untuk mengatasi terjadinya wanprestasi ini agar dalam melakukan perjanjian kerjasama operasional dengan mitra kerja diupayakan dengan menggunakan akta Notaris dan dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan dan perlunya seleksii yang ketat terhadap pemilihan mitra kerja. Dalam penyelesaian sengketa jikal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu ke Pengadilan agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.


(17)

(18)

(19)

A. Latar Belakang

Dalam rangka usaha logistik pangan pokok Nasional secara mandiri, baik yang bersifat pelayanan masyarakat maupun bersifat komersial, dengan Peraturan Pemerintah nomor 7 Tahun 2003 yang berlaku sejak tanggal 20 Januari 2003, didirikan Perusahaan Umum Bulog. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha logistik pangan pokok dan usaha-usaha lainnya, yang sifatnya adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan. Untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pendirian, Pengurusan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara diatur tentang pelaksanaan kegiatan komersial yang dapat dilakukan oleh Perum Bulog, untuk mencapai maksud dan tujuan perusahaan yang dilakukan dengan persetujuan Menteri Keuangan, Perusahaan dapat ;

a. Melakukan kerjasama usaha atau patungan ( joint venture ) dengan badan usaha lain

b. Membentuk anak Perusahaan


(20)

Dalam rangka mewujudkan salah satu maksud dan tujuan tersebut Perusahaan umum Bulog membentuk Divisi Perencanaan Pengembangan usaha, Perencanaan Pengembangan Usaha ini adalah serangkaian aktivitas komersil Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), yang bertujuan untuk mendapatkan profit pada perusahaan yang dilakukan melalui peluang usaha baru. terkait dengan visi, misi, dan strategi perusahaan, baik yang bersifat baru sama sekali, usaha baru yang merupakan tujuan dari usaha-usaha yang telah ada saat ini, maupun usaha yang ekspansi atau untuk meningkatkan skala usaha yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

Dalam fungsinya sebagai Perusahaan Umum, maka kegiatan komersial perlu diarahkan dalam bidang-bidang usaha tertentu yang memberikan hasil maksimal khususnya ditinjau dari sisi nilai tambah ekonomi dan nilai tambah strategis bagi stakeholder, dan yang berkaitan dengan pelayanan publik.

Ruang lingkup pengembangan usaha bidang komersial ini meliputi :

1. Bidang usaha jasa: adalah aktivitas usaha jasa logistik dalam turunan rantai nilai dari kegiatan logistik ,jasa angkutan, jasa pergudangan,jasa survey dan pemberantasan hama, jasa property, jasa manajement serta jasa pendukung lainnya.1

2. Bidang usaha perdagangan : adalah aktivitas usaha perdagangan komoditas hasil produksi pertanian dalam arti luas termasuk, gabah beras dan semua produk hasil turunannya yang terkait.

1


(21)

3. Bidang usaha industri : adalah aktivitas usaha produksi manufaktur yang dilakukan untuk menghasilkan dan meningkatkan nilai tambah dari suatu komoditi/bahan baku dan bahan mentah yang berkaitan dengan produk pangan pokok dan produk pendukung lainnya.

4. Bidang usaha lainnya diluar bidang usaha tersebut diatas, adalah aktivitas usaha komersil yang dapat dilakukan oleh Perum Bulog selama itu telah disetujui oleh Dewan Direksi maupun pihak berwenang.

Adapun konsep pengembangan usaha bidang komersial dan lainnya harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Sesuai dengan visi, misi dan strategi perusahaan. 2. Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Memiliki potensi usaha yang jelas bila dibandingkan dengan produk sejenis, baik produksi pesaing maupun produk sendiri, baik langsung maupun tidak langsung.

4. Memiliki target pasar yang spesifik, terukur, terjangkau, segnifikan dan menguntungkan bagi perusahan dan nilai tambah bagi stake hoder.

5. Aktifitas usaha komersial lainnya yang pelaksanaannya telah disetujui oleh dewan pengawas dan atau Dereksi maupun stakeholder.2

Pendanaan untuk pelaksanaan pengembangan usaha bidang komersial dan lainnya dijalankan dengan ketentuan sebagai berikut antara lain yaitu:

1. Pemenuhan kebutuhan dana dan anggaran dilakukan secara terpusat oleh kantor pusat,

2. Dengan pemanfaatan dana secara optimal dari sumber internal maupun eksternal perusahaan.

2


(22)

3. Pemenuhan kebutuhan dana dan anggaran diluar sumber dana yang diperoleh dari kantor pusat harus memperoleh persetujuan Dereksi.

4. Hubungan kerja sama dengan lembaga keuangan dan pihak ketiga lainnya, sebagai upaya dalam penyelenggaraan dana dan anggaran dilakukan oleh kantor pusat, bentuk pendanaan mengacu kepada kaidah perbankan business best practice rules yang sudah dikembangkan dan berlaku di industri yang bersangkutan.

5. Persetujuan dan pengesahan anggaran dilakukan oleh dewan Dereksi setelah mendapatkan rekomentasi kelayakan yang mengikuti aspek bisnis dan kelayakan dari aspek penyelenggaraan dari divisi investasi dapat mengusulkan pembentukan Buisness Recomendetion commite (BRC) atau pihak ketiga independent.

Alokasi sumber daya, pemenuhan sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Pelaksanaan kegiatan diutamakan untuk dapat memanfaatkan sarana dan prasarana serta sumber daya yang telah ada secara optimal. Pemenuhan kebutuhan SDM baru diluar yang telah ada harus dilakukan berdasarkan kesesuaian kompetensi, pengetahuan/keahlian, serta sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai inti dan budaya perusahaan.

Dalam hal pemenuhan kebutuhan SDM tersebut pada point tersebut diatas,tidak menggunakan karyawan organik perusahaan, hubungan kerja dan


(23)

biaya-biaya yang timbul karenanya dilakukan secara mandiri dan menjadi tanggung jawab Bidang Usahanya Komersil.3

Dalam pelaksanaan kegiatan komersil ini, Perum Bulog sangat memperhatikan pemberdayaan potensi daerah yang meliputi :

Kegiatan usaha komersial harus dapat mengakomodasi pemberdayaan potensi dan komoditas Unggulan daerah dan harus memperhatikan optimalisasi potensi sumber daya Perum Bulog, baik di Divisi Regional maupun Sub Divisi Regional dalam rangka pemanfaatan peluang usaha di daerah.

Ruang lingkup penelitian yang akan dipaparkan oleh peneliti adalah beberapa persoalan penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan Mitra Kerja yang sangat perlu mendapat penyelesaian secara Hukum yakni;

I. Penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional di Bidang Perdagangan yang dilakukan antara Perum Bulog Sub Divisi Regional Sumatera Utara dengan CV.Tolan Dua Permai.

Dalam pelaksanaan Kerjasama ini Perum Bulog Sub Divisi Regional Pematang Siantar terlebih dahulu mengajukan Proposal Kerja Sama Operasi (KSO) ke Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara, proposal mana berisi rencana Kerjasama Operasional dibidang pemasaran dan perdagangan pupuk NPK Evolution dan SOR SR-178 dengan CV. Tolan Dua Permai. CV. Tolan Dua Permai merupakan salah satu Perusahaan Comonditer yang bergerak khusus dibidang penyaluran pupuk

3


(24)

di Pematang Siantar yang berdomisili dijalan Medan Km 6,5 No 277 Simpang Karang Sari Pematang Siantar.

Proposal Kerjasama Operasional tersebut disampaikan kepada Direktur Pengembangan Usaha Perum Bulog Pusat dan mendapat persetujuan untuk pelaksanaannya. Perum Bulog Pusat memberikan modal kerja sebesar Rp 625.000.000 yang ditransfer ke rekening Komersil Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan syarat penggunaan modal kerja yang diberikan secara cermat, tepat dan melaporkan secara berkala pelaksanaannya. Pemberian modal kerja tersebut disetor kerekening pihak kedua atas nama Direktur yakni Tony Patogap Simatupang di Bank Rakyat Indonesia Cabang Pematang Siantar dengan Nomor Rekening 0113-01-023235-50-2.

Sehubungan dengan proposal dan persetujuan diatas dibuatlah perjanjian kerja sama antara H.M.Usman.SH sebagai Kasub Divisi II P.Siantar dengan Tony Patogap Simatupang , Direktur CV.Tolan Dua Permai.

Kontrak kerja sama tersebut dibuat dihadapan Notaris Aloina Sinulingga Sarjana Hukum dalam akta perjanjian kerjasama Nomor 7 tanggal 21 Maret 2005 yang berisi kesepakatan kedua belah pihak dalam pelaksanaan kerjasama dibidang pemasaran dan pendistribusian pupuk, yang mana pihak kedua (CV.Tolan Dua Permai) membutuhkan dana pembelian dan pengambilan pupuk tersebut dari produsen, sedangkan pihak pertama dalam kedudukannya sebagai Kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional II Pematang Siantar memiliki dana yang dibutuhkan. Dalam kerjasama tersebut pihak kedua berkewajiban memasarkan dan menyalurkan


(25)

pupuk NPK Evolution dan SOR SR-178 kepada petani untuk wilayah Sumatera Utara sebanyak 450 Ton ditambah biaya operasionalnya sehingga total modal kerja yang dibutuhkan sebesar Rp 650.110.000 yang akan diputar kembali selama satu semester atau dalam waktu enam bulan lamanya sebagai modal awal bergerak dan selanjutnya dapat diperpanjang enam bulan kedepan. Perincian penjualan dari pupuk tersebut adalah sebagai berikut ;

1. NPK Evolution Butiran (tablet) sebanyak 90 Ton dengan harga perton adalah Rp 2.200.000, sehingga total harga penjualan sebesar Rp 198.000.000.

2. NPK Evolution (tepung) sebanyak 150 Ton dengan harga perton Rp 1.800.000 sehingga total harga penjualan Rp 270.000.000

3. SOR SR-178 (tepung) sebanyak 120 Ton dengan harga perton Rp 1.400.000 sehingga total harga penjualan sebesar Rp 168.000.000

Adapun keuntungan atau profit kotor yang diperoleh dari hasil penjualan tersebut sebesar Rp 798.000.000 dikurangi modal usaha sebesar Rp 650.000.000 dikurangi biaya Bank, pajak, dan biaya –biaya lainnya maka diperoleh profit bersih seluruhnya sebesar Rp 85.422.099. Dari keuntungan bersih tersebut diatas kedua belah pihak masing-masing berhak memperoleh bagian 50% . Keuntungan tersebut akan disetor oleh pihak kedua kepada pihak pertama melalui Bank Rakyat Indonesia Cabang Pematang Siantar dengan Nomor Rekening 0113.01.000337.30. Apabila pihak kedua terlambat menyetor bagian keuntungan kepada pihak pertama, maka untuk setiap hari keterlambatan tersebut dikenakan denda sebesar 1% perhari dan apabila keterlambatan itu sudah mencapai tujuh hari, maka perjanjian kerjasama ini


(26)

batal demi hukum dengan mengesampingkan pasal 1266 dan pasal 1267 dari Kitab Undang – Undang Hukum Perdata Indonesia, dengan mengembalikan seluruh modal pihak pertama yang telah disetor kerekening pihak kedua berikut denda. Apabila perjanjian ini telah batal demi hukum dan pihak kedua tidak dapat memenuhi kewajibannya maka pihak kedua secara pribadi dengan persetujuan istrinya bersedia menyerahkan pihak pertama sebagai jaminan atas nama pribadinya sebagai berikut :

a. Sebidang tanah yang di kuasai Negara seluas lebih kurang 2.500M2 atau dengan luas 25 m x 100 m yang terletak di kecamatan Huta Bayu Raja, Desa Hombang, Kabupaten Simalungun.

b. Sebidang tanah Hak milik nomor 119 seluas 19.994 M2 yang terletak di Kecamatan Tanah Jawa, Desa Meriah Humbang Kabupaten Simalungun. c. Sebidang tanah Hak milik nomor 155, seluas 380 m yang terletak di

Kecamatan Huta Bayu Kabupaten Simalungun.

d. Sebidang tanah Hak milik nomor 43, seluas 4.807 M2 yang terletak di Kecamatan Tanah Jawa, Desa Meriah Hutagalung, Kabupaten Simalungun. e. Sebidang tanah yang terletak di desa Perdagangan I Kecamatan Bandar

Kabupaten Simalungun seluas 716 M2 berdasarkan sertifikat Nomor 620 tertanggal 29 Mei 1998.

Kerja sama ini berjalan normal hanya 1 bulan (Bulan Maret 2005), dimana CV. Tolan Dua Permai hanya membayar kewajibannya sebesar Rp 64.357.295 dari modal kerja Rp 625.000.000 kemudian, pada Bulan April 2005 dan seterusnya kerja sama ini tidak berjalan, sehingga pada Bulan Agustus dilakukan perubahan kontrak


(27)

kerja sama operasional tersebut yang dibuat dihadapan Notaris Aloina Sinulingga Sarjana Hukum dengan akta nomor 15 tanggal 10 Agustus 2005, yang mana perubahan akta tersebut semula penjualan pupuk adalah cash, diubah menjadi kerja sama, dengan sistem pola panen, dalam artian bahwa penjualan pupuk dilakukan kepada petani yang mana pembayarannya dilakukan setelah petani panen. Sistim pola panen inipun ternyata tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, sampai dengan awal Desember CV. Tolan Dua Permai tidak menyelesaikan kewajibannya.

Tunggakan kewajiban CV.Tolan Dua Permai sebesar Rp 830.942.768 kepada pihak Perum Bulog Sub Divre II Pematang Siantar tidak dapat dipenuhi. Dalam menyikapi masalah ini Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara memanggil Kepala Sub Divisi Regional II Pematang Siantar untuk dimintai keterangannya, dari hasil keterangan yang diperoleh Divisi Regional Sumatera Utara menganggap bahwa kerugian perusahaan terjadi dikarenakan kelalaian dan kekurang hati-hatian Kepala Sub divisi II Pematang Siantar dan oleh sebab itu Kepala Divisi Regional Sumatera Utara menerbitkan Surat Pemberitahuan Kerugian Keuangan yang isinya meminta pertanggung jawaban pembayaran atas kerugian yang dialami Perusahaan sebesar Rp 687.500.000, sebagaimana yang diatur dalam Pedoman Penyelesaian Kerugian dilingkungan Perum Bulog yang tertuang dalam Surat Keputusan Direktur No 19/138200/02/2006, tanggal 28 Pebruari 2006.


(28)

Dalam hal penyelesaian piutang ekstern ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Mengefektifkan penagihan dengan membuat perjanjian pengakuan hutang disertai penyerahan jaminan dengan kuasa menjual yang dibuat dalam bentuk notariil akta

2. Mengupayakan penarikan jaminan dengan kuasa menjual yang dibuat dalam bentuk notaril akta

3. Melakukan penjualan jaminan hutang untuk pelunasan hutang

4. Meminta kejaksaan Negeri Siantar sebagai pengacara Negara untuk membantu menindak lanjuti. Melalui Surat No B-01/N.2.24/Gp.2/01/2006, tanggal 3 Januari 2006 Kejaksaan Negeri Pematang Siantar berupaya memanggil Tony Patogap Simatupang menghadap kekantor Kejaksaan Negeri Pematang Siantar, namun upaya pemanggilan tersebut tidak dipenuhi sehingga kepala Perum Bulog Sub Divisi Regional II Pematang Siantar memberikan kuasa kepada Kejaksaan Negeri Siantar selaku Pengacara Negara untuk mengajukan Gugatan Perdata Kepada Ketua Pengadilan Negeri Pematang Siantar terhadap perbuatan (Tony Patogap Simatupang).

II. Penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasaman angkutan barang milik Perum Bulog dengan mitra Kerja

Bahwa tugas pokok Bulog menurut Kepres Nomor 50 tahun 1995 adalah membantu Presiden dalam mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dalam rangka menjaga kestabilan harga beras bagi konsumen serta memenuhi


(29)

kebutuhan pangan berdasarkan keputusan umum pemerintah. Bahwa untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Perum Bulog menyelenggarakan beberapa fungsi diantaranya adalah pengadaan dalam negeri.

Dalam rangka mengadaan dalam negeri ini, penyebaran terhadap komoditinya dilakukan dengan angkutan darat dan angkutan laut sebagaimana diatur dalam keputusan Direksi Perum Bulog No KD-18/DU.000/01/2009, tanggal 16 januari 2009. Kegiatan angkutan dilaksanakan oleh perusahaan jasa angkutan yang memenuhi persyaratan dalam melakukan pemindahan barang milik Perum Bulog secara regional maupun lokal.

Adapun metode dan prosedur pengadaan jasa dan angkutan dilakukan dengan beberapa cara yakni;

a. Pelelangan umum atau terbatas untuk angkutan diatas 2.000 ton

b. Pemilihan langsung, untuk angkutan diatas 1.000 ton sampai dengan 2.000 ton c. Penunjukan langsung untuk angkutan sampai dengan 1.000 ton.4

d. Dalam melaksanakan pengadaan jasa angkutan Perum Bulog Divisi e. Penunjukan langsung untuk angkutan sampai dengan 1.000 ton.5

Dalam melaksanakan pengadaan jasa angkutan Perum Bulog Divisi Regional membentuk panitia pelelangan jasa angkutan barang, membuat surat penetapan pengangkut sesuai dengan hasil pemenang pelelangan, membuat dan menandatangani

4

Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog No : KD-18/DU.000/01/2009. Peraturan

Angkutan Barang Dalam Negeri di Lingkungan Perusahaan Umum Bulog, hal 4.

5

Keputusan Direksi Perusahaan Umum Bulog No : KD-18/DU.000/01/2009. Peraturan


(30)

perjanjian jasa angkutan dengan pengangkut yang dinyatakan menang. 6 Disamping itu pengangkut harus menyediakan biaya dan peralatan serta sarana angkutan yang memadai untuk menjamin terselenggaranya kegiatan angkutan dengan sebaik-baiknya. Pengangkut diberikan wewenang dalam berhubungan dengan pihak-pihak lain yang terkait untuk kelancaran pelaksanaan angkutan dapat bertindak mewakili kepentingan Perum Bulog selaku pemilik barang dan berwenang menolak untuk mengangkut barang yang menurut bukti-bukti yang sah tidak sesuai kuantum maupun berat netto, jenis/kualitas barang yang ditugaskan kepadanya untuk diangkut. Apabila dalam melakukan pengangkutan tersebut timbul kerugian akibat kesusutan, kekurangan, kerusakan barang selama dalam penguasaannya maka tanggung jawab terhadap terjadinya kerugian tersebut dibebankan kepada pengangkut. Besarnya ganti rugi tersebut adalah sebesar kesusutan, kekurangan, kerusakan yang terjadi dikalikan harga barang dan seluruh barang yang rusak diserahkan kepada pengangkut. Terhadap keterlambatan pelaksanaan angkutan dari waktu yang ditetapkan dalam perjanjian angkutan, maka untuk setiap keterlambatan pengangkut dikenakan klaim sebesar 1% per hari dari nilai uang jasa angkutan untuk barang yang belum diserahkan. Jika pengangkut dapat membuktikan bahwa dengan disertai alat bukti yang sah bahwa kerugian tersebut karena force majeur, maka ia dibebaskan dari beban tanggung jawab atas kerugian tersebut. Pada kenyataannya kesusutan, kekurangan yang terjadi sebabkan unsur kesengajaan dari pihak pengangkut, sedangkan terhadap kerusakan barang hal ini sering terjadi karena kelalaian dari

6


(31)

pihak pengangkut dan sering juga terjadi karena force majeur, yakni terjadi hujan lebat yang menyebabkan beras yang diangkut basah sehingga ketika sampai ditempat tujuan beras tersebut sudah berbau busuk.

Penyelesaian dan pembayaran ganri rugi terhadap kesalahan dan kelalaian yang dilakukan oleh mitra usaha Perum Bulog melakukan tindakan dengan cara ;

1) Menerbitkan Nota Klaim untuk dasar memotong tagihan biaya angkutan yang diajukan pengangkut

2) Apabila biaya angkutan yang ditagih oleh pengangkut tidak mencukupi untuk melunasi klaim yang dibebankan , maka kekurangan pemotongan klaim harus diperhitungkan dengan jaminan yang ada, apabila belum mencukupi maka kekurangannya harus dibayar dengan tunai.

3) Jika kedua cara tersebut diatas juga tidak dapat menyelesaikan masalah kerugian tersebut Perum Bulog dapat melakukan tindakan Hukum guna mencegah terjadinya kerugian

4) Apabila pengangkut mengajukan keberatan terhadap pembebanan ganti rugi tersebut , maka Perum Bulog harus mengkaji dan memutuskannya sesuai ketentuan yang berlaku.7

III Penyelesaian sengketa pelaksanaan Perjanjian Jual Beli Beras antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan CV.Hasil Tani Sejahtera

Pengadaan Beras dalam Negeri Perum Bulog adalah kegiatan pembelian beras yang dilakukan oleh Perum Bulog dalam rangka penugasan kegiatan Pelayanan Publik ( Publik Service Obligation ) berdasarkan ketentuan Instruksi Presiden No 7 tahun 2009 tanggal 29 Desember 2009 tentang kebijakan perberasan, yang memberikan landasan operasional dalam pelaksanaan pengadaan beras dalam negeri. Sasaran yang hendak dicapai adalah :

7


(32)

1) Untuk mengarahkan pelaksanaan Pengadaan beras Dalam Negeri

2) Petani prodesen dalam negeri mendapatkan harga jual yang wajar sesuai harga ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

3) Menyediakan Stok pangan untuk keperluan

a. Penyaluran beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah (RASKIN) dan rawan pangan.

b. Penyaluran beras untuk menanggulangi keadaan darurat dan bencana alam c. Pemupukan Cadangan Beras Pemerintah (CBP)

d. Pasaran Umum dan lainnya

Pengadaan Dalam Negeri ini pada dasarnya dilaksanakan berdasarkan prognosa pengadaan Dalam Negeri pada tahun berjalan yakni :

1. Prognosa pengadaan Dalam Negeri dibuat berdasarkan perhitungan kebutuhan Perum Bulog terhadap stok beras untuk keprluan penyaluran serta stok akhir yang diperlukan.

2. Prognosa pengadaan Dalam Negeri dibuat secara berjenjang mulai dari tingkat Pusat yang dirinci perDivisi Regional selanjutnya ditingkat Divisi Regional di Breakdown per Sub Divre Prognosa dirinci perbulan perkomoditi beras sesuai kebutuhan dan kondisi objektif daerah masing-masing, yang akan dijadikan dasar perncanaan kebutuhan dana dan sarana pengadaan lainnya sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP). 8


(33)

Pengadaan Beras Dalam Negeri ini dilaksanakan melalui : 1. Mitra Kerja Pengadaan Beras Dalam Negeri 2. Unit Pengelolaan Gabah / Beras

3. Satuan Tugas Operasional Pengadaan Gabah Dalam Negeri9

Pelaksanaan Pengadaan Beras Dalam Negeri melalui Mitra Kerja dilakukan dengan prosedur :

1) Mitra Kerja mengajukan permohonan pengadaan beras berdasarkan permohonan tersebut Kepala Divisi Regional Sumatera Utara menentukan jumlah, waktu dan tempat pelaksanaan pengadaan

2) Kepala Divisi Regional Sumatera Utara membuat Perjanjian Jual Beli Beras dengan Mitra Kerja dan menerbitkan Deliver Order (DO) karung kuralon dan karung plastic kepada mitra kerja dengan terlebih dahulu menyerahkan jaminan atas karung plastik dan karung kuralon tersebut.

3) Penentuan kuantum Perjanjian Jual Beli disesuaikan dengan kapasitas penggilingan yang dimiliki/dikuasai mitra kerja.

4) Mitra kerja membuat surat pernyataan Pakta Integritas bahwa beras yang diserahkan / dimasukkan ke gudang Bulog merupakan hasil panen tahunberjalan dan telah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan Perum Bulog. Mitra Kerja menyerahkan beras sesuai Perjanjian Jual Beli yang

8

Pedoman Umum dan Standar Operasional prosedur Pengadaan Beras Dalam Negeri Perum Bulog Tahun 2009


(34)

ditunjuk untuk dilakukan pemerikasaan kualitas oleh Petugas Pemeriksa Kualitas Beras.

5) Berdasarkan hasil pemeriksan kualitas oleh petugas pemeriksa kualitas beras yang dituangkan dalam risalah Pemeriksaan Kualitas (RPK).

6) Beras yang memenuhi persyaratan diterima oleh Kepala Gudang untuk kemudian disimpan digudang Bulog

7) Atas penyerahan beras kepada Kepala Gudang, Mitra Kerja berhak memperoleh GDIM dan LHPK. Kemasan dan Label beras pengadaan dalam negeri dengan menggunakan karung plastik baru / bekas kondisi baik disediakan oleh mitra kerja yang ukuran, isi dan tarranya ditetapkan oleh Perum Bulog10

8) Untuk pembayaran harga beras kepada mitra kerja dilakukan oleh Divisi regional atau Sub Divisi regional dengan menerbitkan Surat perintah Pembayaran (SPP) kepada Bank pelaksana Kredit Perum Bulog. Apabila didaerah tersebut tidak terdapat Bank pelaksana Kredit Perum Bulog, Divisi Regional Sumatera Utara dengan Bank pelaksana Kredit Perum Bulog dapat menunjuk Bank pelaksana kredit lainnya atau Bank koresponden.

Untuk pembayaran harga beras kepada mitra kerja dilakukan oleh Divisi Regional atau Sub Divisi regional dengan menerbitkan Surat perintah Pembayaran (SPP) kepada Bank pelaksana Kredit Perum Bulog. Apabila didaerah tersebut tidak terdapat Bank pelaksana Kredit Perum Bulog, Divisi Regional Sumatera Utara

10


(35)

dengan Bank pelaksana Kredit Perum Bulog dapat menunjuk Bank pelaksana kredit lainnya atau Bank koresponden.

Menurut Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata :

“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik karena persetujuan, baik karena undang-undang dan pada pasal 1234 KUH perdata, dikatakan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.

Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu .Pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditor dari pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan di namakan debitur11

Dalam perikatan apabila terjadi Wanprestasi maka dapat dipaksakan pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis yang berarti bahwa pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga kewajiban moral.

Wanprestasi adalah suatu keadaan tidak dilaksanakannya apa yang tidak diperjanjikan dalam suatu perjanjian oleh karena kelalaian salah satu pihak yang melakukan perjanjian.12

Terdapat empat bentuk wanprestasi, yaitu;

1. Tidak melakukan yang disanggupi akan dilaksanakannya

2. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan

11

R.Subekti, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, 1985, Cetakan 15, hal 1

12


(36)

3. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi terlambat

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Pihak yang lalai dan melakukan wanprestasi dapat di gugat di depan hakim tentang wanprestasi ini harus di nyatakan dahulu secara tertulis, yaitu dengan memperhatikan pihak tersebut, bahwa pihak yang lain mengkehendaki pembayaran seketika atau dalam jangka waktu yang pendek, peringatan atau tagihan ini di sebut somasi. Cara melakukan somasi ini di tentukan dalam pasal 1238 KUH Perdata.

Dari uraian tersebut diatas menjadi motivasi bagi penulis untuk melakukan penelitian ini, agar kedepannya di dalam melaksanakan Perjanjian kerjasama dengan mitra kerja, memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam memilih dan menyeleksi mitra kerja sehingga tidak terjadi kerugian besar dikemudian hari.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog dengan mitra kerja?

2. Apakah Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional tersebut ?

3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja ?


(37)

C . Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini :

a. Untuk mengkaji pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja

b. Untuk mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan wanprestasi dalam pelaksanaan kerjasama tersebut

c. Untuk mengkaji cara penyelesaian terhadap perbuatan wanprestasi dalam pelaksanan perjanjian kerjasama antara Perum Bulog dengan mitra kerja Oleh karena itu tujuan fungsional dalam penelitian ini, peneliti ingin menyumbangkan pemikiran-pemikiran dalam bidang hukum khususnya tentang penyelesaian sengketa wanprestasi dalam pelaksanaan kerjasama antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja .

D . Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat menyumbangkan penilaian di bidang hukum yang akan mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya mengenai pelaksanaan suatu perjanjian, sanksi-sanksi yang harus dicantumkan dalam perjanjian dan menelaah kelemahan – kelemahan yang diperbuat sehingga menimbulkan wanprestasi dalam melakukan perjanjian kerjasama serta mencari jalan keluar serta cara penyelesaian masalah dan terutama dalam hal mengembalikan kerugian Perusahaan.


(38)

2. Secara Praktis

Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan jalan akurat terhadap penyelesaian permasalahan yang diteliti dan juga di samping itu hasil penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-teori yang sudah ada.

E . Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik perpustakaan pusat maupun yang ada di sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, ternyata belum di temukan judul mengenai penyelesaian sengketa pelaksanaan perjanjian kerjasama operasional antara Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara dengan mitra kerja oleh karena itu, penulisan ini dapat dikatakan asli.

F . Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah langkah penilaian atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus permasalahan (problem) yang menjadi bahan pembanding, pegangan teoritis.13

Menurut Dr. Siswojo teori dapat di artikan sebagai seperangkat konsep dan defenisi yang saling berhubungan yang mencerminkan suatu pandangan sistematik

13


(39)

mengenai fenomena dengan menerangkan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menerangkan dan menambahkan fenomena.

Masyarakat Indonesia pada khususnya mempunyai pendapat-pendapat tertentu mengenai hukum :

1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan 2. Hukum diartikan sebagai disiplin

3. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis)

4. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah ,yakni patokan perilaku pantas yang diharapkan

5. Hukum diartikan sebagai petugas atau pejabat

6. Hukum dianggap sebagai keputusan pejabat atau penguasa 7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan

8. Hukum diartikan sebagai perilaku teratur dan cocok 9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai

10. Hukum diartikan sebagai seni14

Hukum yang didukung oleh sejumlah azas ,azas-azas tersebut bertingkat-tingkat mulai dari grundnorm yaitu Pancasila sebagai azas filosofis kemudian Undang-Undang Dasar 45 sebagai azas konstitusional, dan akhirnya undang-undang sebagai azas operasional15

14

Soerjono Soekamto, Op.Cit, hal 33

15

Bismar Nasution, dkk, Perilaku Hukum dan Moral di Indonesia, USU Pers Medan, Tahun 2004, halaman 29


(40)

Selama ini orang memandang hukum itu identik dengan peraturan perundang-undangan, padahal peraturan perundang-undangan itu merupakan salah satu unsur dari keseluruhan sistim hukum, sistim adalah keseluruhan bangunan.

Hukum sebagai suatu sistem sebagaimana yang dikemukakan oleh Sunaryati Hartono tersebut diatas harus berjalan seimbang dari ketujuh unsur tersebut dan tidak bisa dijalankan secara parsial, karena jika dijalankan secara parsial maka sistem tidak jalan dengan baik, sistem dapat berjalan dengan baik ketujuh unsur itu berjalan secara seimbang.

Hukum juga mengatur hubungan antara orang perorangan yang melakukan suatu perikatan, perikatan merupakan suatu kewajiban atas suatu prestasi.

Di dalam suatu perikatan apabila terjadi wanprestasi, maka dapat di paksakan pelaksanaan prestasinya di sebut dengan Obligato Naturalis, yang berarti bahwa pemenuhan perikatan itu bukan hanya merupakan kewajiban hukum tetapi juga kewajiban moral.

Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau di tulis. Disini dapat di lihat bahwa perikatan adalah pengertian abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa.16

Oleh karena itu, hubungan antara perikatan dan perjanjian dapat di bandingkan dengan kejadian dan akibat dari kejadian. Perikatan adalah kejadian dan perikatan adalah akibat kejadian. Lazimnya suatu perjanjian adalah hubungan timbal

16


(41)

balik, artinya suatu pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima kewajiban-kewajiban yang merupakan konsekuensi dari hak-hak yang di perolehnya. Hugo De Groot mengemukakan bahwa “Azas hukum alam menentukan janji itu mengikat” (pacta sunt servanda).17

Dari pengertian di atas di jumpai di dalamnya beberapa unsur dari perjanjian itu antara lain, adanya hubungan hukum yang mengikat hukum kekayaan antara 2 orang atau lebih, memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi.

Menurut Agus Yudha Hernoko Perjanjian itu atau persetujuan mempunyai pengertian yang sama dengan kontrak18 oleh karena itu dalam penelitian ini kedua istilah tersebut akan digunakan bersama-sama yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun. Menurut Subekti bahwa perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain atau di mana ke dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.19

M. Yahya Harahap mengatakan perjanjian mengandung pengertian “ Suatu hubungan kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih memberikan kekuatan hak pada suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan para pihak lain untuk menunaikan prestasi.20

17

Prof.Dr.Mariam Darus Badrulzaman,SH,Pfor.Dr.Sutan Remi Syahdeini,SH,Prof.Dr.Heru Supraptono,SH, _SE,Prof Dr.H.Faturrahman Djamil,M.A, Taryana Sunandar,SH.MH, Kompilasi

Hukum Perikatan, PT.Citra Aditya Bakti,Bandung 2001

18

DR.Agus Yudho Harnoko, SH, Mh, Hukum Perjanjian Azas Proporsional itas Dalam Kontrak Komersil , Laksbang Mediatama Yogyakarta kerjasama dengan Kantor Advocat Hufron

19

R. Subekti , opcit hal 3

20


(42)

Saat terjadinya perjanjian ini adalah merupakan suatu hal atau masalah yang

penting dalam hukum perjanjian demi terciptanya suatu kepastian hukum yang di harapkan oleh pihak-pihak khususnya untuk itu para ahli telah menciptakan beberapa teori tentang terciptanya perjanjian.

Konsekuensi dari perjanjian adalah memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus di laksanakan para pihak, kewajiban-kewajiban yang di bebankan para pihak dapat di artikan suatu prestasi yaitu sesuatu yang wajib di penuhi oleh debitor. 21

Sehingga ketiadaan pemenuhan atau kegagalan atau pihak lainnya dalam perjanjian ini untuk melaksanakan kontra prestasi merupakan suatu pelanggaran terhadap perjanjian (wanprestasi).

Akibat yang sangat penting dari tidak di penuhinya perikatan ialah bahwa kreditur dapat meminta ganti rugi atas ongkos, rugi, dan bunga yang di deritanya untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur maka undang-undang menentukan bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai

(Ingebrelustelling). Dengan kata lain, apabila seseorang melakukan kesalahan atau kelalaian yang menyebabkan kerugian bagi orang lain, maka ia harus bertanggung jawab bukan hanya atas kerugian akibat perbuatannya ,melainkan atas kerugian yang disebabkan kelalaiannya. Akibat kerugian yang diderita pihak debitur, dapat dilakukan gugatan ke pengadilan negeri sehubungan perjanjian yang dilakukan oleh para pihak. Atas dasar gugatan tersebut, akan diperoleh putusan pengadilan yang berisi ketetapan pihak yang harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita

21


(43)

debitur. Pertanggung jawaban ganti kerugian tersebut, dapat diperoleh dengan memohon kepada pengadilan untuk melakukan sita jaminan atas objek jaminan dalam perjanjian.

Setiap debitur mempunyai kewajiban menyerahkan prestasi kepada kreditur, karena itu debitur mempunyai kewajiban untuk melakukan prestasinya (Shuld), apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya membayar hutang tersebut, misalnya adanya ikatan jaminan hutang.22

Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu. Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan.

Setiap kreditur mempunyai piutang terhadap debitur, maka para kreditur mempunyai hak menagih piutang tersebut, sebesar piutangnya pada debitur itu. Menurut para sarjana shuld dan haftung itu dapat dibedakan akan tetapi pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan.

Dalam pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa “segala kebendaan siberutang ,baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudiaa hari ,menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan“. Menurut hukum perdata terdapat 2 jenis jaminan, yaitu, Jaminan perorangan (personal quaranty), yaitu jaminan yang hanya mempunyai hubungan

22

S.Mantayborbir, Imam Jauhari, Agus Heri Wibowo, Pengurus Piutang Negara Macet pada PUPN,BUPLN (Suatu Kajian Tiori dan Praktik) Pusaka Bangsa, Medan, 2001, Hal 41-42


(44)

langsung dengan pihak pemberi jaminan, bukan terhadap benda tertentu, yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang tertentu.23

Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun tak bergerak, yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Jadi hak tagihan seorang kreditur dijamin dengan :

1. Semua barang-barang debitur yang sudah ada, artinya yang sudah ada saat hutang dibuat.

2. Semua barang yang akan ada, disini berarti barang –barang yang pada saat pembuatan hutang belum menjadi kepunyaan debitur, tetapi kemudian menjadi miliknya, dengan kata lain hak kreditur meliputi barang-barang yang akan menjadi milik debitur, asal kemudian menjadi miliknya baik barang bergerak maupun tak bergerak. Ini menunjukkan, bahwa piutang kreditur menindih pada seluruh harta debitur tanpa kecuali.

Dalam perkembangannya sekarang ini jaminan perorangan diwajibkan untuk mengikut sertakan kebendaan yang dimiliki oleh yang memberikan jaminan tersebut, dengan membuat daftar harta benda yang dijaminkan bahkan terhadap benda tersebut apabila dipandang perlu oleh kreditur diwajibkan kepadanya untuk mengasuransikannya. Jaminan kebendaan (personalijke en zakerheid), yaitu jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda dengan cirri-ciri mempunyai hubungan

23

J. Satrio, SH, Hukum Jaminan Hak-hak Jaminan Kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993


(45)

langsung dengan benda tertentu dari debitur atau pihak ke tiga sebagai penjamin, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan. Jaminan kebendaan ini selain dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya dapat juga diadakan antara pihak kreditur dengan pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban siberutang (debitur) sehingga hak kebendaan ini memberikan kekuasaan yang langsung terhadap bendanya.

Yang termasuk dalam jaminan kebendaan adalah : hak tanggungan, hipotik, gadai, dan jaminan fidusia.24

Ada dua pertimbangan yang setidaknya menjadi persyaratan utama untuk sesuatu benda dapat diterima sebagai jaminan, yaitu : Secured, artinya benda jaminan dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan. Jika dikemudian hari terjadi wanprestasi dari debitur, maka pihak kreditur memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan tindakan eksekusi.

Marketable, artinya benda jaminan tersebut bila hendak dieksekusi dapat segera dijual dan diuangkan untuk melunasi seluruh kewajiban debitur.25

Pasal 1241 KUH Perdata dikatakan, “apabila perikatan tidak dilaksanakannya, maka siberpiutang boleh juga dikuasakan supaya ia sendirilah mengusahakan pelaksanaannya atas biaya siberhutang”.

24

Munir Fuady,SH.MH,LLM, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, PT,Citra Aditya Bakti ,Bandung.

25

Roni Hanitijo Soemitro , Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , Ghalia Indonesia , 1988 hal 11


(46)

Kreditur dapat mewujudkan sendiri prestasi yang dijanjikan dengan biaya debitur berdasarkan kuasa yang diberikan hakim, apabila debitur enggan melaksanakan prestasi itu, (riil eksekusi). Sebagaimana diketahui, untuk melaksanakan riil eksekusi itu harus dipenuhi satu syarat yaitu izin dari hakim ini adalah, sebagai akibat berlakunya azas hukum yaitu orang tidak diperbolehkan menjadi hakim sendiri. Seorang kreditur yang menghendaki pelaksanaan suatu perjanjian dari seorang debitur yang tidak memenuhi kewajibannya, harus minta bantuan dari Pengadilan.

2. Konsepsi

Kerangka konsep sehubungan dengan penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Sengketa adalah Suatu perbuatan akibat adanya ketidak sepakatan, perbedaan, gangguan, kompetisi, atau ketidak seimbangan para pihak..

2 Perjanjian Kerjasama adalah suatu perhubungan hukum antara dua Badan Hukum atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak atas sesuatu hal dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi sesuatu dalam suatu hubungan bisnis yang masing-masing pihak bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.. 3. Penyelesaian sengketa di Pengadilan adalah alternatif penyelesaian sengketa

dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan, sedang penyelesaian sengketa melalui Alternative Dispute Resolution yaitu cara penyelesaian sengketa dengan


(47)

pola penyelesaian win-win solution yang meliputi negosiasi, mediasi dan arbitrase.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka sifat penelitian adalah deskripsif analitis, yaitu mendeskripsikan, menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara analitis permasalahan yang di kemukakan.

Jadi penelitian bersifat deskriptif analisis adalah suatu penelitian yang berusaha menggambarkan fakta dan data-data mengenai penyebab terjadinya wanprestasi yang dilakukan mitra usaha, kelemahan-kelemahan pihak perum Bulog dalam pemberian dana, dan penilaian nilai asset yang dijadikan sebagai jaminan dalam pelaksanaan perjanjian kerja sama tersebut dan akibat-akibat hukum yang timbul serta cara penyelesaiannya, kemudian melakukan penyusunan, pengolahan dan penelitian terhadap data-data yang di temukan sehingga di peroleh gambaran lengkap dan menyeluruh mengenai permasalahan yang diteliti.

Materi penelitian di peroleh melalui pendekatan yuridis normative yaitu pendekatan hukum dengan melihat peraturan-peraturan, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder atau pendekatan terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan perundang undangan yang berlaku, buku-buku literature, pendapat para ahli dan lain sebagainya, sebagaimana yang di kemukakan oleh Soerjono Soekamto bahwa :


(48)

“Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang di lakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Penelitian hukum normatif mencakup tentang penelitian azas-azas hukum, penelitian terhadap sistematika Hukum , perbandingan Hukum dan sejarah Hukum.”26

Penelitian ini di peroleh melalui metode pengumpulan data yang di lakukan dengan menggunakan : Library Research (Penelitian Kepustakaan) yang di lakukan untuk menghimpun data sekunder berupa bahan hukum baik primer, sekunder maupun tertier yang berhubungan dengan materi penelitian.27 Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan alat sebagai berikut :

Studi dokumen yaitu menganalisa bahan pustaka , wawancara yang di lakukan penelitian kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian ini mempergunakan metode pendekatan deduktif, di mulai analisis pasal-pasal yang mengatur hal-hal yang menjadi permasalahan di atas dengan mengingat permasalahan yang di teliti berdasarkan pada peraturan-peraturan perundang-undangan yaitu hubungan peraturan yang satu dengan peraturan yang lain serta kaitannya dengan penerapannya dalam praktek, maka penelitian juga menggunakan pendekatan secara yudiris , sosiologis , karena untuk melihat penerapan peraturan perundang-undangan dibidang Keperdataan terhadap putusan wanprestasi yang dilakukan oleh Direktur CV. Tolan Dua Permai perlu dilakukan penelitian lapangan yang diperoleh data melalui Pengadilan Negeri Pematang Siantar.

26

Surjono Sukanto dan Sri Mamudji , Penelitian Hukum normative , Rajawali , Jakarta , 1985, hal 13

27


(49)

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitan ini menggunakan 2 (dua) sumber data, yaitu data primer (dari penelitian lapangan) dan data sekunder (dari penelitian kepustakaan). Data primer diperoleh dengan mewawancarai Bapak H,M Usman (mantan Kepala Sub Divisi Regional II Pematang Siantar), Ani Suyati Regional Manager Unit Bisnis Jasa Angkutan, Bapak Supriya Waspada Manager CV. Harapan Tani Nusantara Cabang Sumatera Utara.

3. Alat Pengumpulan Data

Pada umumnya pada penelitian mempergunakan alat pengumpulan data berupa :

1. Studi dokumen (Documentary Study) 2. Wawancara (Interview)

Pada perakteknya kedua jenis alat pengumpul data tersebut dapat di pergunakan secara bersama-sama, karena di samping studi dokumen, juga peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang di teliti di laksaakan dua tahap peneliti.

a. Studi dokumen ini untuk mencari konsep-konsep, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan.


(50)

b. Studi lapangan adalah cara memperoleh data yang bersifat primer. Dalam hal ini akan diusahakan untuk memperoleh data-data dengan mengadakan tanya jawab (wawancara) dengan pihak yang berhubungan dengan Kontrak kerja sama ini.

4. Lokasi Penelitian.

Lokasi dari penelitian ini dilakukan di Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara, DiSub Divisi Regional II Pematang Siantar, Di Kantor Unit Bisnis Jasa Angkutan dan di Kantor Cabang CV.Harapan Tani Sejahtera.

5. Populasi dan Sample

Semua Perusahaan yang menjadi rekanan dari Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara yang dalam melakukan Perjanjian Kerjasama Operasional melakukan wanprestasi ataupun perbuatan melawan hukum. Sample Penelitian adalah diambil sebanyak 3 (tiga) Perusahaan yaitu : Cv.Tolan Dua Permai, Unit Bisnis jasang dan CV.Harapan Tani Sejahtera.

6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pengumpulan data secara primer dan sekunder, setelah itu ditabulasi, lalu dianalisis secara kualitatif karena prosedur pemecahan masalah tersebut menggunakan metode deskriptif, karena masalah yang diselidiki menggambarkan, meluruskan gejala-gejala dan


(51)

fenomena-fenomena berdasarkan fakta seadanya (Fact finding), dan termasuk juga usaha mengemukakan hubungan-hubungan satu dengan lainnya lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulannya dengan menggunakan logika berfikir.


(52)

A. Sejarah Berdirinya BULOG

Kehadiran lembaga pangan telah ada sejak zaman sebelum kemerdekaan. Pada saat zaman Belanda, berdiri Voeding Middelen Fonds yang bertugas membeli, menjual, dan menyediakan bahan makanan. Dalam masa Jepang VMF dibekukan dan muncul Nanyo Kohatsu Kaisa. Pada masa peralihan sesudah kemerdekaan RI, di bawah Kementrian Perekonomian diubah menjadi Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM), sedangkan pelaksanaan pembelian padi dilakukan oleh Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP).

Berdasarkan Peraturan Presiden No.3 Th 1964 dibentuk Dewan Bahan Makanan (DBM), sejalan dengan itu, dibentuklah Badan Pelaksanaan Urusan Pangan (BPUP) yang bertujuan mengurus bahan pangan, pengangkutan, dan pengolahannya, menyimpan dan menyalurkannya menurut ketentuan dari Dewan Bahan Makanan. Memasuki operasional bahan pokok kebutuhan hidup dilaksanakan oleh Komando Logistik Nasional (kolognas), namun peranannya tidak era orde baru, penanganan pengendalian Campur tangan pemerintah dalam komoditas beras diawali sejak Maret 1933 yaitu di zaman pemerintahan Belanda. Saat itu, untuk pertama kalinya pemerintah Belanda mengatur kebijakan perberasan, yaitu dengan menghapus impor beras secara bebas dan membatasi impor melalui sistem lisensi. Latar belakang ikut campurnya pemerintah Belanda dalam perberasan waktu itu adalah karena terjadinya


(53)

fluktuasi harga beras yang cukup tajam (tahun 1919/1920) dan sempat merosot tajam pada tahun 1930, sehingga petani mengalami kesulitan untuk membayar pajak. Menjelang pecahnya Perang Dunia II, pemerintah Belanda memandang perlu untuk secara resmi dan permanen mendirikan suatu lembaga pangan.28

Pembentukan suatu Badan yang menangani bahan pangan pokok pada zaman pemerintahan kolonial Belanda dengan dibentuknya Yayasan Bahan Pangan atau

Voeding Middelen Fonds (VMF) pada tanggal 25 April 1939, di bawah pembinaan Departemen Ekonomi. Yayasan ini diberi tugas mengadakan pengadaan, penjualan dan penyediaan bahan pangan. Selama masa pendudukan Jepang VMF dibubarkan dan diganti Badan baru bernama Sangyobu-Nanyo Kohatsu Kaisa yang bertugas melakukan pembelian padi dari petani dengan harga yang sangat rendah.

Pada awal kemerdekaan (1945 s/d 1950) didirikanlah dua organisasi untuk menangani penyediaan dan distribusi pangan yaitu dalam wilayah Republik Indonesia terdapat Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) yang kemudian menjadi Kementerian Penyediaan Makanan Rakyat. Sedang dalam wilayah pendudukan Belanda dihidupkan kembali Voeding Middelen Fonds (VMF).

Lembaga pangan ini banyak mengalami perubahan nama maupun fungsi. Secara ringkas, perkembangannya sebagai berikut:

a. Tahun 1939 didirikan VMF yang tugasnya membeli, menjual dan mengadakan persediaan bahan makanan.

28


(54)

b. Tahun 1942-1945 (zaman pendudukan Jepang) VMF dibekukan dan diganti dengan "Sangyobu Nanyo Kohatsu Kaisha".

c. Tahun 1945-1950, terdapat 2 organisasi, yaitu: Di Daerah RI: Didirikan Jawatan Pengawasan Makanan Rakyat (PMR) dan pada Tahun 1947/48 dibentuk Kementrian Persediaan Makanan Rakyat sedang di daerah yang diduduki Belanda: VMF dihidupkan kembali dengan tugas seperti yang telah dijalankan di tahun 1939. sedang

d. Tahun 1950 dibentuk Yayasan Bahan Makanan (BAMA) (1950-1952) yang tugasnya yaitu membeli, menjual dan mengadakan persediaan pangan.

e. Tahun 1952 fungsi dari Yayasan Urusan Bahan Makanan (YUBM) (1952-1958) ini lebih banyak berhubungan dengan masalah distribusi/pemerataan pangan. Dalam periode ini mulailah dilaksanakan kebijaksanaan dan usaha stabilisasi harga beras melalui injeksi di pasaran.

f. Tahun 1958 selain YUBM yang ditugaskan untuk impor didirikan pula YBPP (Yayasan Badan Pembelian Padi) (1958-1964) yang dibentuk di daerah-daerah dan bertugas untuk membeli padi. Dengan meningkatnya harga beras dan terjadinya tekanan-tekanan dari golongan penerima pendapatan tetap, maka pemerintah pada periode ini meninggalkan prinsip stabilisasi melalui mekanisme pasar dan beroientasi pada distribusi fisik.

g. Tahun 1964 Yayasan Urusan Bahan Makanan dilebur menjadi BPUP (Badan Pelaksana Urusan Pangan) (1964-1966). Tugas badan ini mengurus persediaan bahan pangan di seluruh Indonesia.


(55)

h. Tahun 1966 BPUP dilebur menjadi Kolognas (Komando Logistik Nasional) (1966-1967). Tugas Kolognas adalah mengendalikan operasional bahan-bahan pokok kebutuhan hidup. Kebijaksanaan dan tindakan yang diambil untuk menanggulangi kekurangan stok waktu itu adalah mencari beras luar negeri. i. Tahun 1967 KOLOGNAS dibubarkan, diganti dengan BULOG (Badan

Urusan Logistik) (1967-1969) yang dibentuk dengan Keputusan Presiden No. 114/KEP, 1967. Berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 272/1967, BULOG dinyatakan sebagai "Single Purchasing Agency" dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Inpres No. 1/1968).

j. Pada tanggal 22 Januari 1969 (Reorganisasi BULOG) berdasarkan Keputusan Presiden No.11/1969, struktur organisasi BULOG diubah. Tugas BULOG yaitu membantu Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan khususnya 9 bahan pokok. Tahun 1969 mulailah dibangun beberapa konsep dasar kebijaksanaan pangan yang erat kaitannya dengan pola pembangunan ekonomi nasional antara lain : konsep floor dan ceiling price, konsep

bufferstock, dan sistem serta tatacara pengadaan, pengangkutan, penyimpanan dan penyaluran.29

Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum BULOG adalah sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berdasarkan Keppres RI No. 39 tahun 1978, dengan tugas membantu persediaan dalam rangka menjaga

29


(56)

kestabilan harga bagi kepentingan petani maupun konsumen sesuai kebijaksanaan umum Pemerintah.

Penyempurnaan organisasi terus dilakukan. Melalui Keppres RI No. 50/1995 BULOG ditugaskan mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, tepung terigu, kedelai, pakan, dan bahan pangan lainnya. Namun, seiring dengan perkembangan ekonomi global, tugas pokok BULOG dipersempit melalui Keppres No. 45 / 1997 tanggal 1 Nopember 1997 yaitu hanya mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras dan gula. Selang beberapa bulan, sesuai LOI tanggal 15 Januari 1998, BULOG hanya memonopoli beras saja. Liberalisasi beras mulai dilaksanakan sesuai Keppres RI no. 19/1998 tanggal 21 Januari 1998 dan tugas pokok BULOG hanya mengelola beras saja. Tugas pokok BULOG diperbaharui kembali melalui Keppres no. 29/2000 tanggal 26 Pebruari 2000 yaitu melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi, pengendalian harga beras dan usaha jasa logistic, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut tidak berjalan lama karena mulai 23 Nopember 2000 keluar Keppres No. 166/2000 dimana tugas pokoknya melaksanakan tugas pemerintah bidang manajemen logistik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.30

Keppres No. 103/2001 tanggal 13 September 2001 mengatur kembali tugas dan fungsi BULOG. Tugasnya melaksanakan tugas pemerintahan di bidang manajemen logistik sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan

30


(57)

kedudukan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Isyarat tentang perlunya perubahan bermula dari kesepakatan dengan IMF, saran dari hasil audit konsultan BULOG, pembebasan perdagangan beras internasional serta penghapusan kredit KLBI untuk BULOG. Area perubahan tersebut mencakup bidang operasional, pembiayaan, administrasi dan manajemen.31

Dalam perjalanannya, BULOG mengalami berbagai proses transformasi, semisal kelembagaan, dengan pembatasan kewenangan berkaitan dengan kegiatan operasional dan pengelolaan komoditi (hanya beras). Transformasi BULOG paling signifikan adalah akibat dari tekanan World Bank pada era liberalisasi, yang berakibat tereduksinya peran BULOG secara signifikan dalam menunjang keberhasilan subsistem distribusi pangan.

BULOG mempunyai beban untuk menjalankan fungsi komersial, ditengah fungsi sosial menjaga stabilisasi harga pangan.32 Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar, yang mengharuskan penghapusan non-tariff barrier

seperti monopoli menjadi tariff barrier serta pembukaan pasar dalam negeri. Dalam LOI yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia dan IMF pada tahun 1998, secara khusus ditekankan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga akuntabel. Perubahan ekonomi global yang mengarah pada liberalisasi pasar

31

http:/www.Bulog.go id/Profil Sejarah.html. Diakses pada tanggal 22 Agustus 2010

32

Doriska Agustomi, Kedaulatan Pangan, Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, http:/www.Politiksaman.com/indeks.php, Diakses pada tanggal 30 Agustus 2010


(58)

mengakibatkan perlunya perubahan status hukum BULOG agar menjadi lembaga yang lebih efisien, transparan dan akuntabel.

Perubahan Pemerintah Indonesia melalui Pemilu 1999 dan tuntutan masyarakat akan reformasi, mengharuskan BULOG sebagai salah satu lembaga yang bertanggung jawab di bidang ketahanan pangan nasional melakukan perubahan paradigma dan menempatkan diri pada suatu tatanan yang tepat.

Terwujudnya alam demokrasi yang legaliter, penegakan supremasi hukum, transparansi, bebas Korupsi Kolusi dan Nepotisme dan pemerintahan yang profesional dan bersih (professional and clean government), merupakan perubahan yang diharapkan dapat membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia.33

Manajemen logistik Pangan yang awalnya merupakan pendekatan militer, berangsur-angsur berubah menjadi logistik pangan yang mempertimbangkan efisiensi dan biaya. Mula-mula sebagai lembaga logistik Lembaga Pemerintah Non Departemen yang rancu sehingga bentuk lembaga perlu dikoreksi. Kerancuan itu meliputi BULOG sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen tidak seharusnya mendapat fasilitas kredit bank (KLBI), dan berbeda dalam pertanggungjawaban keuangan, serta struktur organisasi. Sampai 1995, pegawai BULOG diperlakukan sebagai pegawai swasta, karena tidak dibiayai oleh Anggaran Pendapatan Biaya Negara. Pada 1993, waktu Kepala BULOG dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan, tanggung jawab BULOG diperluas yaitu sebagai koordinator pembangunan

33


(59)

pangan dan peningkatan mutu gizi. Sejak krisis moneter 1997, peran dan tugas BULOG berubah secara drastis, seiring dengan komitmen Pemerintah dengan IMF yang tertuang dalam berbagai LOI. Di era reformasi yang dimulai sejak 1998, terjadi begitu banyak perubahan lingkungan strategis baik yang datangnya dari dalam negeri, maupun dari luar negeri serta tuntutan publik sehingga mendorong BULOG harus berubah secara menyeluruh.34

Secara umum alasan perubahan dari sisi internal adalah :

a. Perubahan kebijakan pangan pemerintah dan pemangkasan tugas dan fungsi BULOG sehingga hanya diperbolehkan menangani komoditas beras, penghapusan monopoli impor seperti yang tertuang dalam beberapa Keppres dan Surat Keputusan Mentri perindustrian dan perdagangan sejak tahun 1998. Keputusan Presiden Republik Indonesia terakhir tentang BULOG, yakni Keppres RI No. 103 tahun 2001 menegaskan bahwa BULOG harus beralih status menjadi Badan Usaha Milik Negara selambat-lambatnya Mei 2003.

b. Berlakunya beberapa Undang-Undang baru, khususnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli, dan UU No. 22 Tahun 2000 tentang Otonomi Daerah yang membatasi kewenangan Pemerintah Pusat dan dihapusnya instansi vertikal.

c. Masyarakat luas menghendaki agar BULOG terbebas dari unsur-unsur yang bertentangan dengan tuntutan reformasi, bebas dari Korupsi Kolusi dan

34 Ibid


(60)

Nepotisme dan bebas dari pengaruh partai politik tertentu, sehingga BULOG mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan.35

Visi dan Misi Perum Bulog 1) Visi Perum Bulog

“Menjadi lembaga pangan yang handal untuk memantapkan ketahanan pangan” Artinya dengan visi tersebut Perum Bulog harus memiliki keunggulan daya saing, baik dari segi kualitas komoditas, kualitas pelayanan, tingkat efisiensi maupun efektivitas yang tinggi bila dibandingkan dengan institusi lainnya.

2) Misi Perum Bulog

a. Menyelenggarakan tugas pelayanan publik untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan pangan nasional.

b. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi di bidang pangan secara erkelanjutan yang memberikan manfaat kepada perekonomian nasional.

c. Menyelenggarakan kegiatan ekonomi dibidang pangan dan usaha lain secara berkelanjutan dan bermanfaat kepada stakeholders.

d. Menjalankan usaha dalam bidang produksi, pemasaran dan jasa dibidang komoditi pangan guna mendukung program pengembangan hasil pertanian khususnya pangan dan bidang lainnya efisiensi dan kemampuan menghasilkan laba.

35

Irfa Nurina Jati,” Stratrgi Peningkatan Kinerja Karyawan melalui pelatihan dan pengembangan di Perum Bulog Divre Jateng” http;/digilip.unnes.ac.id/skripsi, diakses pada tanggal 2 September 2010


(61)

Di awal berdirinya pada 10 Mei 1967, lembaga tersebut sebagai penyedia dan pendistribusi pangan bagi rakyat. Dengan kewenangan lebih luas plus stabilisasi harga, menetapkan pemasok, dan menjaga ketahanan pangan, BULOG akhirnya menjadi mesin uang. Posisinya sebagai lembaga yang langsung di bawah presiden menjadikan BULOG bisa menikmati dana nonbujeter di luar anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Itu yang menyebabkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sulit menjamah BULOG. Wakil Presiden (Wapres) M. Jusuf Kalla yang pernah menjabat kepala BULOG selama enam bulan sebelum dipecat Presiden Abdurrahman Wahid menyebut jabatan kepala (direktur utama) BULOG sebagai hot seat alias kursi panas.36

Adanya keinginan luas yang menghendaki agar BULOG terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan pengaruh dari partai politik tertentu, sehingga BULOG mampu menjadi lembaga yang efisien, efektif, transparan dan mampu melayani kepentingan publik secara memuaskan. Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut Lembaga Pemerintah Non Departemen adalah lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden. Lembaga Pemerintah Non Departemen berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Lembaga Pemerintah Non Departemen

36


(1)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dan disampaikan pada bab-bab sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebelum Pelaksanaan perjanjian kerjasama dilaksanakan, Perum Bulog terlebih dahulu menyeleksi mitra kerjanya dan diadakan tender setelah itu baru dibuat perjanjian kerjasama dengan akta Notaris ataupun dengan perjanjian dibawah tangan.

2. Faktor-faktor terjadinya wanprestasi dalam Perjanjian yang dilaksanakan antara Perum Bulog dengan Mitra Kerja adalah :

a. Faktor penyebab wanprestasi pelaksanaan perjanjian kerjasama antara Sub Divisi II Pematang Siantar dengan Mitra Kerja (CV.Tolan Dua Permai) dalam perdagangan pupuk, pihak petani tidak mampu membayar lunas pembelian pupuk dan pabrik pupuk dalam renovasi.

b. Faktor terjadinya wanprestasi dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama dibidang Angkutan Barang milik Perum Bulog disebabkan Mitra Kerja memiliki armada angkutan yang terbatas, terjadinya kerusakan kenderaan pengangkut dan kurang memadainya sarana yang dimiliki..


(2)

103

c. Faktor terjadinya wanprestasi dalam perjanjian perdagangan beras adalah dikarenakan gagal panen, sehingga Mitra Kerja kesulitan didalam memenuhi kualitas beras sebagaimana yang telah tercantum dalam isi perjanjian.

3. Penyelesaikan konflik dalam hal terjadinya wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama dengan mitra kerja adalah dengan menempuh cara damai dan gugatan ke Pengadilan.

B. Saran

1. Agar dalam akta Notaris pelaksanaan Perjanjian Kerjasama Operasional dengan Mitra Kerja dicantumkan langsung pernyataan bahwa seluruh agunan yang menjadi objek jaminan apabila terjadi wanprestasi otomatis menjadi hak Perum Bulog dan perlunya dimintakan bantuan juru taksir didalam menaksir nilai objek jaminan.

2. Agar Perum Bulog lebih teliti dalam memberikan tender kerja kepada mitra kerja sehingga dapat dihindari perbuatan wanprestasi yang sering menimbulkan kerugian.

3. Diupayakan dalam penyelesaian sengketa dalam hal terjadinya wanprestasi agar ditempuh jalan litigasi yaitu pengadilan, agar dapat penyelesaian yang seadil-adilnya.


(3)

Pustaka Bangsa, Tahun 2001, halaman 41-42

Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Azas Proporsionalitas dalam. Kontrak Komersial, Laksbang Mediatama Yogyakarta, bekedasama. dengan Kantor Advocat Hufron dan Hanisimaela

Basuki Rekso Wibowo, Menyelesaikan Sengketa Bisnis Diluar pengadilan (Pidato) Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam. Bidang Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 17 Desember 2005, Bismar Nasution, dkk, Perilaku Hukum dan Moral di Indonesia, USU Pers Medan,

2004, halaman 29

Budiono Kusumohamidjoyo, Panduan Negosiasi Kontrak, Grasindo, Jakarta 1999, hal 9, Selanjutnya Disingkat Budiono Kudumo Hamidjoyo II

Doriska Agustomi, Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian Fackri Ali, dkk, Kinerja BUMN, hal 135

H.F.Vollmar, Pengantar Study Hukum Perdata, Jilid I Cetakan II, Rajawali, Jakarta, 1992, hal 15

Irawaty A. Kahar, Konsep Kepemimpinan Dalam Perubahan Organisasional Change Pada Perpustakaan Perguruan Tinggi, Jurnal-Jurnal Studi Perpustakaan Dan Informasi, Vol 4, No 1, Juni 2008

Irfan Nurina Jati, Strategi Peningkatan Kinerja Karyawan Melalui Pelatihan Dan Pengembangan di Perum. Bulog Divre Jateng

J. Satrio, Hukum Jaminan Kebendaan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 1993

Lili Rasjidi, Hukum Sebagai Suatu Sistim, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung 1993, halaman 94


(4)

105

Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III tentang Hukum Perikatan dengan penjelasan, penerbit, Alumni, 1996, Bandung ___________, Sutan Remi Syandeini, Sutan Remy, Heru Supraptomo, Jamil, H.

Faturrahman, Soenandar, Taryana, Kompilasi Hukum Perikatan, PT C PT Citra Aditya Bakti, Bandung 2001.

Mochammad Toha, Bulog Bukan Lagi Sapi Perahan, Jawa Pos, 9 April 2007

Munir Fuady, Hukum Kontrak dari sudut pandang hukum bisnis, Penerbit PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1999

__________, Hukum Kontrak dari Sudut Pandang Hukum. Bisnis, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 1999.

Mustafa Abubakar, Kebijakan Pangan, Perum. Bulog dan Kesejahteraan Petani Disampaikan Sebagai Orasi Ilmiah Dalam Dies Natalis ke 44 Institut Pertanian Bogor 2007

M. Solly Lubis, Serba Serbi Politik Hukum, Mandar Maju, Bandung, halaman 99 ____________, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994,

Halaman 27

M. Zaidun, Mekanisme Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS), Diklat Manajemen dan Hukum Perdagangan bagi Konsultasi Hukum dan Pengusaha Dselenggarakan Atas Kerjasama Ditjen PDN Depdagri, Kanwil. Deprindag, Kanwil Deprindag Prop Jawa Timur, dengan zaidun dan father law firm, Hotel Sahid Surabaya, 18 November Sampai Dengan 10 Desember 1998

Raymond Emson, Dalam Commod Law, Azas atau prinsip Pembagian. Beban Pembuktian

Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian. Hukum dan Jurimetri Ghalio Indonesia, 1988, halaman 11

Ronny H Mustamu, Konflik Dan negosiasi (Makalah), Jurusan Management FE Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2000


(5)

R. Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, 1985, cetakan 15 hal. 1 _________, Hukum Perjanjian, PT.Intermasa, Jakarta, 1990, hal 1

Soerjono Soekanto dan SriMamudji, Penelitian Hukum. Normatif, Rajawali, Jakarta, 1985, halaman 13

Soetojo Prawirohamijoyo dan marthalena Pohan, Bab-Bab Tentang Hukum Benda, Cetakan I, Bina Ilmu, Surabaya 1984, hal 67-73

Sunarti Hartono, Upaya Menyusun Hukum Ekonomi Indonesia Paska tahun 2003, Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, BPHN Departemen kehakiman dan HAM RI, 2003, halaman 29

Suryodiningrat, RM, Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Tarsito Bandung, 1980

S. Mantay Borbir, Imam Jauhari, Agus Heri Wibowo, Pengurusan Piutang Negara Macet pada PUPN, BUPLN (Suatu Kajian Tiori dan Praktik), Pustaka. Bangsa, Medan, 2001

DAFTAR PERUNDANG-UNDANGAN

Badan Usaha Milik Negara, Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 Prof R. Subekti, SH, R.TjitroSudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

PERATURAN PEMERINTAH DAN KEPUTUSAN DIREKSI

Instruksi Presider (Inpres) Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 tanggal 29 Desember 2009 tentang kebijakan perberasan.

Kebijakan Umum Pengembangan Usaha, Doc No : KU-01/DS 200/07/2004, date 8 Juli 2004

Keputusan Direksi Perum Bulog, tentang Kebijakan Umum Pengembangan Usaha KU-01/DS200/07/2004, date 8 Juli 2004


(6)

107

Keputusan Direksi Perum Bulog No : KD-576/DS300/12/2008 tentang Pembebanan Tuntutan Ganti Rugi di lingkungan Perusahaan Umum Bulog.

Pedoman Umum dan Standar Operasional Prosedur Pengadaan Gabah / Beras Dalam Negeri Perum Bulog Tahun 2010.

Peraturan Pemerintah No 7 Tahun 2003 tanggal 20 Januari 2003 tentang pendirian Perusahaan Umum Bulog

Surat Keputusan Direksi Perum Bulog Nomor : KD-19/DO201/01/2010, tentang Pedoman Umum Pengadaan Gabah / Beras Dalam Negeri Tahun 2010.