Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

(1)

TESIS

Oleh

TRI YANI SARTIKA HARAHAP

107011029/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

TRI YANI SARTIKA HARAHAP

107011029/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

CABANG MEDAN BUKIT BARISAN

Nama Mahasiswa : TRI YANI SARTIKA HARAHAP

Nomor Pokok : 107011029

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Muhammad Abduh, SH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Muhammad Abduh, SH

Anggota : 1. Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH 2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum


(5)

Nama : TRI YANI SARTIKA HARAHAP

Nim : 107011029

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA BANK DENGAN KANTOR JASA PENILAIAN PUBLIK (KJPP) DALAM HAL PENILAIAN AGUNAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (SUATU PENELITIAN DI PT. BANK CIMB NIAGA TBK, CABANG MEDAN BUKIT BARISAN Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :TRI YANI SARTIKA HARAHAP Nim :107011029


(6)

Kantor Jasa Penilai Publik selanjutnya disebut (KJPP) untuk membantu melakukan penilaian agunan dari calon debitur karena Penilai Publik dianggap benar-benar mempunyai kemampuan di bidang penilaian dan akan memberikan hasil penilaian yang objektif dan dapat dipercaya. Dengan dipakainya jasa penilai publik tersebut diharapkan penilaian agunan tidak salah dan tidak terjadi rekayasa nilai agunan (over value). Usaha jasa penilai (appraisal service business) merupakan usaha jasa profesional untuk memberikan penilaian yang obyektif dan independen terhadap asset atau property.

Metode penelitian ini bersifat Deskriftif Analitis, dengan pendekatan Yuridis Empiris, perolehan data bersumber dari data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisi secara kualitatif.

Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan jasa penilai tidak saja meliputi kegiatan keperdataan tetapi juga kegiatan administrasi yang harus dipenuhi untuk keabsahan kegiatan penilaian. Perusahaan Penilai wajib berpedoman pada Standar Penilaian Indonesia (SPI) dan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.01/2006 yang disempurnakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, pembinaan dan pengawasan Penilai Publik termasuk dalam tugas dan fungsi Menteri Keuangan. Dalam pemberian fasilitas Kredit Pemilikan Rumah ada beberapa prosedur yang harus dilakukan bank dan KJPP dari tahap wawancara calon debitur, evaluasi usaha, dan penilaian agunan sampai dengan disetujuinya proses tersebut. Proses pemberian KPR itu hanya digunakan untuk keperluan internal Bank CIMB Niaga. Dasar hukum kegiatan jasa penilai adalah kode etik, yang mengutamakan kepentingan masyarakat konsumen dengan niat yang luhur dan dengan cara yang benar. Agar terciptanya situasi yang kondusif diharapkan pemerintah dapat mensosialisasikan Peraturan yang dikeluarkan dan melakukan pengawasan yang berkesinambungan terhadap KJPP dan sebaiknya Kantor Jasa Penilai Publik dalam menjalankan profesinya diharapkan kerjasamanya secara profesional juga diharapkan sebaiknya pemerintah membuat peraturan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan fakta-fakta yang berkembang dilapangan.

Kata Kunci: Perjanjian, Kerjasama antara Bank dengan KJPP, Dalam Penilaian Agunan KPR.


(7)

(KJPP) to help appraise the prospective debtor’s collateral because Public Appraiser, considered having the capability in the appraising field, will provide objective and reliable appraisal. By using the service of public appraisers, it is expected that the appraisal on collateral will be correct and there will be no over value engineering. Appraisal service business is a professional service business which objectively and independently appraises assets or property.

The research used descriptive analytic and judicial empirical approach. The data comprised primary and secondary data. The primary data were gathered by conducting interviews with informants, while secondary data were obtained from primary, secondary, and tertiary legal materials, gathered by using documentation study and interviews and analyzed qualitatively.

The result of the research showed that the activity of appraisal service business was not only covered civil law activity but also administrative activity which should be fulfilled in order to get the validity of the appraisal. Appraisal service business has to be guided by Indonesian Appraisal Standard (SPI), Indonesian Appraising Ethics Code (KEPI), and other legal provisions, stipulated in the Decree of the Minister of Finance No. 57/KMK.017/1996 on Appraisal Service which was amended by the Regulation of the Minister of Finance No. 106/PMK.01/2006 and revamped by the Regulation of the Minister of Finance No. 100/PMK.01/2008 on the Organization and Work Procedure of the Department of Finance which regulates that the management and the control of the Public Appraisers included in the task and the function of the Minister of Finance. In giving credit facility of Housing Ownership, there are some procedures which should be conducted by Bank and KJPP, starting from interviews with prospective debtors, business evaluation, collateral appraisal, to the agreed process. The process of giving housing ownership credit (KPR) is only used for the internal need of Bank CIMB Niaga. The legal basis of the activity of the appraisal service business is ethics code which prioritizes consumers’ interest, with good faith and with correct method. In order to create safe situation, it is recommended that the government should socialize the issued regulations which are in line with people’s need by paying attention to the reality in the society and monitor KJPP continuously, and Public Appraisal Service Office, in conducting its profession, should cooperate professionally.

Keywords: Agreement, Cooperation between Bank and KJPP, Appraisal for KPR Collateral


(8)

Syukur Alhamdulillah penulis sampaikan kehadirat ALLAH SWT karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BANK DENGAN KANTOR JASA PENILAIAN PUBLIK (KJPP) DALAM HAL PENILAIAN AGUNAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (Suatu Penelitian di PT. Bank CIMB Niaga Tbk, cabang Medan Bukit Barisan)”.Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat Bapak Prof. Muhammad Abduh, SH, Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN,selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tesis sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna dan terarah, dan juga IbuDr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum, selaku Komisi Penguji atas kritikan, masukan serta arahan kepada penulis


(9)

baik berupa pengajaran, bimbingan, arahan dan bahan informasi dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana Magister Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk dapat menjadi mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara dan juga selaku pembimbing dalam penelitian tesis ini, atas dedikasi, segala pengarahan, masukan serta dorongan yang diberikan kepada penulis selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(10)

dan membina penulis dalam penyelesaian studi selama menuntut ilmu pengetahuan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Dosen serta segenap civitas akademis Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 6. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda H. M. Darwin Harahap, SEdan Ibunda

Hj. Dewani Nasution, dan kakak saya Hj. Sari Dewi Yani Harahap ; Hj. Fitri Yani, SE, dan adik sayaMuhammad Rizky Harahap atas segala rasa sayang, cinta dan pengertian yang tidak terbatas sehingga menjadi dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Reza Syahputra, SE atas segala dukungan, kesabaran yang menjadi semangat dan motivasi bagi penulis, juga yang selalu menemani dan membantu penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

8. Para sahabat-sahabat BOSTON, teman-teman Magister Kenotariatan Group A Angkatan 2010 atas segala do’a dan dukungan serta kenangan indah yang terjalin dari persahabatan yang kita bina sekarang dan selamanya. 9. Teman-teman Credam di PT. Bank CIMB Niaga, Tbk cabang Medan Bukit

Barisan yang sudah banyak bekerja sama untuk penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(11)

11. Seluruh staf pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

12. Dan semua pihak yang telah membantu penulisan yang tidak dapat disebut satu persatu.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan, dan rezeki yang berlimpah kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jaug dari sempurna, namun tidak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Medan, Agustus 2013 Penulis

Tri Yani Sartika Harahap NIM 107011029


(12)

Nama : TRI YANI SARTIKA HARAHAP Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 25 Maret 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jln. Sidodame No.55 Komplek Pemda TK II Medan

Telepon/Hp : 081396933309

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD HARAPAN 1 MEDAN Lulus tahun 2000 2. SLTP HARAPAN 1 MEDAN Lulus tahun 2003 3. SMA NEGERI 1 MEDAN Lulus tahun 2006

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Lulus tahun 2009 5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan FH USU Lulus tahun 2013


(13)

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR ISTILAH ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

G. Metode Penelitian... 23

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BANK CIMB NIAGA DENGAN KANTOR JASA PENILAIAN PUBLIK (KJPP) DALAM PEMBERIAN FASILITAS KPR (KREDIT PEMILIKAN RUMAH)... 29

[ A. Perjanjian pada Umumnya ... 29

B. Tentang Kantor Jasa Penilai Publik... 35

C. Perjanjian Kerjasama Antara PT. BANK CIMB NIAGA, Tbk Dengan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP)... 44

BAB III PROSES PEMBERIAN FASILITAS KPR (KREDIT PEMILIKAN RUMAH) OLEH BANK CIMB NIAGA YANG MELAKUKAN KERJA SAMA DENGAN KANTOR JASA PENILAIAN PUBLIK (KJPP) ... 69

A. Ketentuan Pemberian KPR Oleh PT. Bank CIMB Niaga Tbk.... 69


(14)

B. Standar Penilaian Pasar Untuk Penilaian Property... 98

C. Proses Penilaian dan Standar Penilaian Asset ... 104

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 121


(15)

terhadap fakta-fakta yang objektif dan relevan dengan menggunakan metode penilaian yang berlaku.

Annual Report : Laporan yang dibuat seperti laporan tahunan ataupun laporan bulanan yang dibutuhkan. Bank Checking/BI Checking : Tindakan untuk mencari informasi mengenai

calon debitur pada bank-bank yang pernah atau sedang berhubungan dengan calon debitur pada saat pengajuan pinjaman dan pemeriksaan ini juga dilakukan kepada Bank Indonesia sebagai pusat informasi

Banker’s Clause : Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam polis yang hanya dicantumkan atas permintaan pihak bank dimana dalam polis secara tegas dinyatakan bahwa pihak Bank adalah sebagai penerima ganti rugi atas peristiwa yang terjadi atas obyek pertanggungan sebagaimana disebutkan dalam perjanjian asuransi (polis)

Checking : Penyelidikan yang dilakukan kepada nasabah dengan mendapatkan informasi melalui pihak ketiga untuk mengetahui kondisi nasabah

CIMB @Work : Company Benefit Program / Program yang

kerjasama dengan Bank CIMB Niaga.

Compliance : merupakan suatu unit dalam organisasi

Consumer Group di PT Bank CIMB Niaga Tbk yang akan memeriksa kelengkapan persetujuan dan kelengkapan dokumen yang disyaratkan apakah sudah sesuai dengan ketentuan

Cost Approach : Metoda Pendekatan Biaya yang biasa dilakukan untuk menilai property khusus dan properti di suatu lokasi yang tidak memiliki data pasar yaitu menjumlahkan nilai pasar tanah dan juga nilai bangunan beserta penyusutannya.

Credit Committee : Pejabat kredit yang ditunjuk oleh direksi untuk mengevaluasi dan menyetujui atau menolak atas permohonan kredit sesuai dengan batas wewenangnya


(16)

seseorang, perusahaan atau lembaga, atau negara untuk memperoleh kredit. Untuk individu atau perorangan biasanya Kreditur menilainya dari 4C : Character, Capacity, Capital dan Collateral. Credit Signing / Legal Signing : suatu bagian pekerjaan yang bertanggung jawab

atas keabsahan dokumen legal yang ditandatangi.

Cover Note Notaris/PPAT : Pernyataan Jaminan dan pernyataan dari Notaris/PPAT yang menjelaskan bahwa agunan masih dalam proses pengurusan oleh Notaris/PPAT dan apabila telah selesai akan diserahkan kepada bank

Customer Care : suatu bagian pekerjaan yang bertugas untuk menerima segala pertanyaan, keluhan nasabah, dan mengatur segala kepentingan informasi yang dibutuhkan nasabah.

Disbursement : Pencairan.

DOA (Delegation of Authority) : Kewenangan Panitia Kredit yang berisikan syarat-syarat yang harus dicantumkan untuk pembuatan perjanjian kerjasama

Down Payment (Uang Muka) : Sejumlah uang yang dibayarkan oleh debitur kepada developer sebagai pembayaran awal Debitur dalam pembelian tanah dan bangunan End User : Customer/pemohon/penerima pinjaman/debitur

kredit pemilikan rumah

Escrow Account : Rekening penampungan untuk dana yang dipercayakan kepada kustodian berdasarkan perjanjian tertulis untuk tujuan tertentu, biasanya diberikan bunga yang sama dengan tabungan, deposito atau simpanan lain, bertindak sebagai kustodian umumnya adalah bank, sejumlah dana yang disetorkan oleh pemilik baru suatu bank dan ditanamkan kedalam rekening yang dibuka secara khusus untuk keperluan penyelamatan kredit; bunga yang diperoleh digunakan untuk membayar pelunasan kredit yang diselamatkan tersebut.


(17)

to be obtained (TBO).

Lending : Suatu pinjaman yang di berikan oleh Bank. Liquidation Value : Nilai yang lebih rendah dari nilai pasar atau

dapat diistilahkan mendapat potongan harga (discount) sehingga dapat terjual dengan waktu yang lebih cepat dari menjual dengan nilai pasar. Loan Doc Safe Keeping : Suatu bagian pekerjaan yang bertugas untuk

mengatur dan memonitor penyimpanan dokumen jaminan kredit.

NAK : Nota Aplikasi Kredit yang berisikan data hasil persetujuan dan pembukuan kredit.

Outstanding : Saldo debet dari fasilitas yang telah ditarik debitur

Pay Roll : Sistem Pembayaran Otomatis.

Purchase Order : (Surat Pesanan) Surat pemesanan tanah dan/atau tanah dan bangunan sebagai objek kredit yang dibuat debitur kepada developer berdasarkan persetujuan Bank.

RAC (Risk Acception Criteria) : Kebijakan Perkreditan yang berisikan kriteria resiko yang diterima.

Retail Banking : Bank yang mengkhususkan usahanya pada produk jasa yang ditawarkan, baik kepada nasabah perorangan maupun badan usaha berskala kecil

Revolving : Fasilitas kredit yang dapat ditarik berulang kali hingga batas plafond yang ditentukan. Setiap ada pembayaran sebagian/seluruhnya untuk melunasi outstanding fasilitas kredit maka jumlah fasilitas kredit yang bersangkutan dapat ditarik kembali hingga batas plafond yang ditentukan.

Site Plan : Rencana tapak/gambaran/peta rencana peletakan bangunan/kavling dengan segala unsur penunjangnya dalam skala batas-batas luas lahan tertentu

SPEKTA : Sistem Persetujuan Elektronik Tercepat yang ada dan hanya untuk Bank CIMB Niaga.

Standard Operating Prosedure : Pedoman tertulis yang berisi ketentuan pelaksanaan dan langkah-langkah kerja end to


(18)

proses pengurusan dan/atau berdasarkan kondisi tertentu (sifat transaksi) belum dapat dipenuhi, sejak fasilitas dibukukan atau sejak tanggal tertentu yang disyaratkan.


(19)

Kantor Jasa Penilai Publik selanjutnya disebut (KJPP) untuk membantu melakukan penilaian agunan dari calon debitur karena Penilai Publik dianggap benar-benar mempunyai kemampuan di bidang penilaian dan akan memberikan hasil penilaian yang objektif dan dapat dipercaya. Dengan dipakainya jasa penilai publik tersebut diharapkan penilaian agunan tidak salah dan tidak terjadi rekayasa nilai agunan (over value). Usaha jasa penilai (appraisal service business) merupakan usaha jasa profesional untuk memberikan penilaian yang obyektif dan independen terhadap asset atau property.

Metode penelitian ini bersifat Deskriftif Analitis, dengan pendekatan Yuridis Empiris, perolehan data bersumber dari data primer dan data sekunder, data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Alat pengumpulan data yang digunakan didalam penelitian ini adalah studi dokumentasi dan wawancara, yang selanjutnya data dianalisi secara kualitatif.

Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan jasa penilai tidak saja meliputi kegiatan keperdataan tetapi juga kegiatan administrasi yang harus dipenuhi untuk keabsahan kegiatan penilaian. Perusahaan Penilai wajib berpedoman pada Standar Penilaian Indonesia (SPI) dan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. yang telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.01/2006 yang disempurnakan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, pembinaan dan pengawasan Penilai Publik termasuk dalam tugas dan fungsi Menteri Keuangan. Dalam pemberian fasilitas Kredit Pemilikan Rumah ada beberapa prosedur yang harus dilakukan bank dan KJPP dari tahap wawancara calon debitur, evaluasi usaha, dan penilaian agunan sampai dengan disetujuinya proses tersebut. Proses pemberian KPR itu hanya digunakan untuk keperluan internal Bank CIMB Niaga. Dasar hukum kegiatan jasa penilai adalah kode etik, yang mengutamakan kepentingan masyarakat konsumen dengan niat yang luhur dan dengan cara yang benar. Agar terciptanya situasi yang kondusif diharapkan pemerintah dapat mensosialisasikan Peraturan yang dikeluarkan dan melakukan pengawasan yang berkesinambungan terhadap KJPP dan sebaiknya Kantor Jasa Penilai Publik dalam menjalankan profesinya diharapkan kerjasamanya secara profesional juga diharapkan sebaiknya pemerintah membuat peraturan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan fakta-fakta yang berkembang dilapangan.

Kata Kunci: Perjanjian, Kerjasama antara Bank dengan KJPP, Dalam Penilaian Agunan KPR.


(20)

(KJPP) to help appraise the prospective debtor’s collateral because Public Appraiser, considered having the capability in the appraising field, will provide objective and reliable appraisal. By using the service of public appraisers, it is expected that the appraisal on collateral will be correct and there will be no over value engineering. Appraisal service business is a professional service business which objectively and independently appraises assets or property.

The research used descriptive analytic and judicial empirical approach. The data comprised primary and secondary data. The primary data were gathered by conducting interviews with informants, while secondary data were obtained from primary, secondary, and tertiary legal materials, gathered by using documentation study and interviews and analyzed qualitatively.

The result of the research showed that the activity of appraisal service business was not only covered civil law activity but also administrative activity which should be fulfilled in order to get the validity of the appraisal. Appraisal service business has to be guided by Indonesian Appraisal Standard (SPI), Indonesian Appraising Ethics Code (KEPI), and other legal provisions, stipulated in the Decree of the Minister of Finance No. 57/KMK.017/1996 on Appraisal Service which was amended by the Regulation of the Minister of Finance No. 106/PMK.01/2006 and revamped by the Regulation of the Minister of Finance No. 100/PMK.01/2008 on the Organization and Work Procedure of the Department of Finance which regulates that the management and the control of the Public Appraisers included in the task and the function of the Minister of Finance. In giving credit facility of Housing Ownership, there are some procedures which should be conducted by Bank and KJPP, starting from interviews with prospective debtors, business evaluation, collateral appraisal, to the agreed process. The process of giving housing ownership credit (KPR) is only used for the internal need of Bank CIMB Niaga. The legal basis of the activity of the appraisal service business is ethics code which prioritizes consumers’ interest, with good faith and with correct method. In order to create safe situation, it is recommended that the government should socialize the issued regulations which are in line with people’s need by paying attention to the reality in the society and monitor KJPP continuously, and Public Appraisal Service Office, in conducting its profession, should cooperate professionally.

Keywords: Agreement, Cooperation between Bank and KJPP, Appraisal for KPR Collateral


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bentuk kegiatan bank dalam menyalurkan dana kepada masyarakat adalah kredit. Unsur yang paling utama dalam pemberian kredit adalah kepercayaan bagi bank bahwa debitur dapat mengembalikan pokok pinjaman/kredit beserta bunga. Agunan dari debitur merupakan salah satu hal yang menambah kepercayaan bank dalam penyaluran kredit dan dianggap merupakan bentuk perlindungan kepada bank selaku kreditur yang beritikad baik membantu debitur yang kesulitan dana dan diharapkan dapat dipergunakan dengan baik untuk melunasi kewajiban debitur apabila wanprestasi.

Konsideran huruf b Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) menyatakan bahwa perbankan yang berasaskan demokrasi ekonomi dengan fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

Peran sebagai penghimpun dana dilakukan bank dengan melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank. Peran sebagai penyalur dana dilakukan


(22)

bank dengan melayani masyarakat yang membutuhkan pinjaman uang dari bank, misalnya untuk keperluan modal usaha, keperluan pembangunan, keperluan perumahan dan keperluan-keperluan lainnya.

Sebelum sebuah bank menyetujui permohonan calon debitur untuk mendapatkan fasilitas kredit, petugas bank akan menganalisis nasabah debitur tersebut untuk menentukan kemauan dan kemampuan calon debitur tersebut untuk membayar kembali fasilitas kredit yang akan dinikmatinya, dengan kata lain, bank dengan analisisnya itu menentukan kadarcreditworthiness1dari calon debitur.

Pasal 8 Undang-Undang Perbankan tersebut disebutkan bahwa : “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”.2

Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 8 dikemukakan antara lain sebagai berikut:

Kredit yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh bank.

1 Creditworthiness diterjemahkan dalam Kamus Istilah Ekonomi Popular, sebagai ‘Layak

Kredit’ yaitu kelayakan seseorang, perusahaan atau lembaga, atau negara untuk memperoleh kredit. Untuk individu atau perorangan biasanya Kreditur menilainya dari 4C :Character, Capacity, Capital

danCollateral.


(23)

Untuk memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha dari debitur.3

Apabila dari hasil analisisnya bank menyetujui permohonan fasilitas kredit itu, maka pemberian fasilitas kredit itu dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis antara bank dengan pemohon kredit yang dinamakan dengan surat penawaran kredit (offering letter), yang selanjutnya jika semua persyaratan dan dokumen telah disetujui oleh pemohon kredit, maka dapat dilanjutkan dengan penandatangan perjanjian kredit antara pemohon kredit dengan bank atau biasanya disingkat dengan perjanjian kredit.

Agunan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemberian kredit khususnya bagi bank selaku kreditur agar nilai kredit sepadan dengan nilai agunan sehingga tidak terjadi kelebihan kredit (over credit). Bank seringkali mempergunakan Kantor Jasa Penilai Publik selanjutnya disebut (KJPP) untuk membantu melakukan penilaian agunan dari calon debitur karena Penilai Publik dianggap benar-benar mempunyai kemampuan di bidang penilaian dan akan memberikan hasil penilaian yang objektif dan dapat dipercaya. Dengan dipakainya jasa penilai publik tersebut diharapkan penilaian agunan tidak salah dan tidak terjadi rekayasa nilai agunan (over value). Usaha jasa penilai (appraisal service business) merupakan usaha jasa

3 Penjelasan Pasal 8 Undang Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan menegaskan

perlunya evaluasi yang mendalam terhadap calon debitur sebelum suatu fasilitas kredit disetujui oleh bank.


(24)

profesional untuk memberikan penilaian yang obyektif dan independen terhadap asset atau properti4.

Usaha jasa penilai adalah usaha berpredikat sebagai lembaga kepercayaan yang dibutuhkan untuk kepentingan pihak-pihak yang mengadakan transaksi perdagangan. Selama ini jasa perusahaan penilai belum digunakan secara maksimal oleh berbagai kalangan, terutama kalangan perbankan, dan banyak pihak menempatkan laporan penilaian sebagai pelengkap saja agar proposal itu tampak layak dan profesional5. Padahal apabila penilai memberikan laporan penilaian (appraisal report) secara obyektif dan profesional tidak akan pernah terjadi praktek-praktek yang menaikan harga (mark up) dalam pengajuan kredit properti atau penurunan nilai dalam kegiatan lelang6. Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mancapai harga tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang (menurut Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2007 tentang Perubahan atas peraturan Menteri Keuangan Nomor 40/PMK.07/2006). Seharusnya bank dan atau Panitia Lelang (Kantor Pengurusan Piutang dan Lelang Negara/ Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara) tanpa laporan

4Joni Emirzon, SH., M.Hum,Kode Etik Dan Permasalahan Hukum Jasa Penilai Dalam

Kegiatan Bisnis Di Indonesia, diperoleh dar http://www.bukabuku.com/authorscorner /detail/199/joni-emirzon-sh-m-hum.html, jurnal.

5Ibid. 6Ibid.


(25)

penilai yang benar-benar profesional dan independen tidak boleh mencairkan kredit dan/ ataupun melelang tanpa laporan penilai.7

Dalam kegiatan operasionalnya bank terkadang mengalami kredit macet, namun demikian terkadang pada saat melakukan eksekusi agunan untuk melunasi kewajiban debitur ternyata hasil penjualan agunan tidak sesuai perkiraan dan tidak cukup untuk menutup tagihan debitur. Dalam kaitan antara tujuan pemberian kredit dan penggunaan KJPP perlu dikaji apakah hasil penilaian agunan oleh Penilai Publik tersebut mengikat dan harus dipatuhi oleh bank atau hanya merupakan bahan pertimbangan yang tidak mengikat bagi bank dalam menentukan nilai agunan dan nilai kredit yang sesuai. Selanjutnya perlu juga dipahami tentang tanggung gugat Penilai Publik apabila hasil penilaiannya merugikan bank. Dengan pemahaman terhadap dua hal tersebut diharapkan tujuan kredit untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak sekaligus mendatangkan keuntungan bagi bank dapat terlaksana dengan baik.

Perseroan Terbatas Bank Commerce International Merchant Bankers Berhad Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan (selanjutnya disebut Bank CIMB Niaga) merupakan salah satu Bank Swasta yang saat ini mempunyai berbagai macam bentuk layanan perbankan. Baik pelayanan untuk memberikan pinjaman dana maupun sebagai penghimpun dana bagi masyarakat. Bank CIMB Niaga saat ini banyak


(26)

diminati oleh nasabah baik dalam pelayanan tabungan maupun layanan pemberian fasilitas kredit.

Salah satu fasilitas kredit yang banyak dibutuhkan masyarakat adalah Pemberian Kredit Pemilikan Rumah (selanjutnya disebut KPR). Meningkatnya pasar KPR membuka ruang lebih luas bagi sektor perbankan untuk memasarkan kredit konsumsinya.

Adapun karakteristik kredit konsumtif adalah:8

1. Kredit konsumtif memenuhi kebutuhan akan pendanaan dengan tujuan spesifik, seperti untuk membeli mobil, rumah, renovasi dan lain-lain.

2. Kredit konsumtif memiliki ketentuan yang mengikat sejak awal hingga akhir masa pinjaman yang menyangkut jangka waktu, angsuran perbulan, jaminan yang disyaratkan serta plafon pinjaman.

3. Sebagaimana produk kredit konsumtif merupakan produk massal karena ditujukan kepada semua nasabah individu yang memenuhi kriteria.

4. Kredit konsumtif disebut juga formula lending artinya merupakan suatu bentuk pinjaman yang mempunyai rumusan yang telah disederhanakan untuk menolak atau menyetujui permohonan kredit.

5. Kredit konsumtif adalah collateral lending artinya pemberian kredit konsumtif selalu disyaratkan jaminan karena tujuannya yang spesifik maka

8 Anonim, Buku Materi Peserta Training, Niaga Basic Consumer Credit Management


(27)

jaminan kredit dapat berfungsi sebagai bukti adanya tujuan kredit dan selain itu juga berfungsi sebagai “second way out” jika terjadi kemacetan kredit. Semua bank memiliki portfolio kredit konsumsi, termasuk KPR. Dengan target masing-masing, bank tentu berusaha mempertahankan pangsa pasarnya. Salah satu penyebab peningkatan pemberian KPR oleh bank adalah masih banyaknya masyarakat yang membutuhkan rumah. Disisi lain, masyarakat tidak mampu membeli secara tunai (cash). Akhirnya sistem kredit melalui KPR menjadi pilihan.

Definisi KJPP adalah badan usaha yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi penilai publik dalam memberikan jasanya.9 KJPP merupakan badan usaha/persekutuan perdata yang bergerak di bidang jasa penilaian terhadap antara lain namun tidak terbatas pada asset/kelayakan usaha, proyek, maupun jaminan calon debitur yang mengajukan fasilitas kredit kepada Bank10.

Tujuan dari adanya perjanjian kerjasama antara KJPP dengan bank adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan dan mempercepat proses pemberian fasilitas kredit oleh Bank kepada calon Debitur11. Perjanjian kerjasama tersebut sangat bermanfaat dimana, bank dapat mengetahui bagaimana reputasi KJPP tersebut dan dari sisi legal diharapkan bank terlindungi karena adanya kerjasama tersebut, sehingga perlu adanya kerjasama dalam bentuk tertulis, yang biasanya didasari oleh

9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik

10 Perjanjian Kerjasama antara PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Kantor Jasa Penilai Publik

(KJPP) Sudiono tentang Jasa Penilai Nomor : IV/CS/BTR/II/12 Tanggal 20 Februari 2012, hal 1.


(28)

perjanjian kerjasama. KJPP sebagai panitia penaksir/ jasa penilai bertugas menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah/ bangunan/ tanaman yang berada di atasnya secara obyektif dengan tidak merugikan kedua belah pihak dan dengan menggunakan norma-norma serta memperhatikan harga penjualan tanah/ bangunan/ tanaman disekitarnya yang terjadi dalam tahun berjalan.

Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa banyak sekali pertimbangan dalam menentukan apakah suatu KJPP dapat diajak bekerja sama dengan bank atau tidak. Hal-hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan hal tersebut antara lain status badan hukum KJPP dan harus memenuhi standar penilaian Bank CIMB Niaga dalam melakukan penilaian dan harus menginformasikan setiap adanya penyimpangan dari standar penilaian dan dituangkan dalam laporanappraisal.

Bentuk kerjasama yang kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian kerjasama dalam hal ini erat keterkaitannya, dari adanya aturan-aturan tersebut maka hak dan kewajiban dari KJPP dan bank yang mengembangkan sistem ini akan lebih terakomodir kepastian hukumnya. Namun dengan dibuatnya suatu perjanjian kerjasama tersebut, masih saja ditemukan resiko-resiko, antara lain dalam hal tanggung jawab KJPP penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan market, apakah spesifikasi bangunan telah sesuai dengan dinilai, dan bagaimana tanggung jawab KJPP dan bank apabila pada saat eksekusi tanah dan bangunan yang dinilai berdasarkan Laporan Penilaian Appraisal (Selanjutnya disebut LPA) yang tidak sesuai dengan pasar.


(29)

Adapun yang pernah terjadi bahwasanya KJPP memberikan penilaian laporan yang melebihi dari pasar, sehingga Bank memberikan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah kepada Debitur dengan nilai yang melebihi harga jaminan tersebut yang akan merugikan Bank pada saat Debitur wanprestasi dengan tidak melakukan kewajibannya untuk membayar kreditnya.

Dan hal yang sering terjadi juga, bahwa calon debitur tidak memenuhi syarat sesuai dari ketentuan Bank untuk mendapatkan Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah, walaupun jaminannya sudah di nilai oleh KJPP.

Melihat pentingnya kajian hukum dari hubungan antara bank dengan KJPP dalam Perjanjian KPR, telah menarik perhatian untuk ditelaah lebih jauh, khususnya mengenai perjanjian kerjasama yang dipergunakan perbankan dengan KJPP, dan membahas serta menuangkannya dalam penulisan hukum yang berjudul “Perjanjian Kerjasama antara Bank dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) dalam hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah” (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka terdapat beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah perjanjian kerjasama antara Bank CIMB Niaga dengan KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik) dalam pemberian fasilitas KPR?


(30)

2. Bagaimanakah proses pemberian fasilitas KPR (Kredit Pemilikan Rumah) Oleh Bank CIMB Niaga yang Melakukan Kerja Sama Dengan KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik)?

3. Apakah kelemahan-kelemahan yang timbul dari perjanjian kerjasama antara KJPP dengan Bank CIMB Niaga?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perjanjian kerjasama antara Bank CIMB Niaga dengan KJPP (kantor jasa penilai publik) dalam pemberian fasilitas KPR. 2. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberian fasilitas KPR (Kredit

Pemilikan Rumah) oleh Bank CIMB Niaga yang Melakukan Kerja Sama Dengan KJPP (Kantor Jasa Penilai Publik).

3. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang timbul dari Perjanjian Kerjasama antara KJPP dengan Bank CIMB Niaga.


(31)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam bidang hukum perbankan dan bidang hukum perjanjian.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi para pihak yang terkait, antara lain :

a. Bagi Penulis adalah untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir yang dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.

b. Bagi masyarakat selaku debitur, agar lebih memahami mengenai perjanjian kerjasama antara KJPP dengan bank dan untuk memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan serta memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

c. Bagi bank dan KJPP selaku pelaku usaha, agar lebih memahami mengenai perjanjian kerjasama terkait pemberian fasilitas KPR kepada konsumen, serta mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak dalam perjanjian kerjasama tersebut.


(32)

d. Bagi kalangan akademis yang tertarik untuk mengetahui bahkan meneliti lebih lanjut mengenai penelitian ini dan dapat digunakan sebagai pedoman bagi penelitian-penelitian berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan penelurusan yang telah dilakukan, baik terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada, khususnya pada Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan sejauh yang diketahui, belum ditemukan judul penelitian yang menyangkut masalah tentang “Perjanjian Kerjasama antara Bank dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) dalam hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah” (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)” belum pernah dilakukan, dan penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara pribadi penelitian ini dapat saya pertanggungjawabkan keasliannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini. Akan tetapi ada beberapa penelitian yang menyangkut Perjanjian dalam Bank dan juga mengenai KJPP antara lain penelitian yang dilakukan oleh : M. Indra Mahendrawan (NIM.047011040), Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “ Kajian Yuridis terhadap Peranan Lembaga Jasa Penilaian Properti (suatu penelitian pada PT. Satyatama Grahatara dan PT. Piesta Penilai di Kota Medan).


(33)

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat, hukumpun mengalami perkembangan. Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.12 Teori adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi.13 Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.14

Adapun teori menurut Maria S.W. Sumardjono adalah:

Seperangkat preposisi yang berisi konsep abstrak atau konsep yang sudah didefenisikan dan saling berhubungan antar variable sehingga menghasilkan pandangan sistematis dari fenomena yang digambarkan oleh suatu variable dengan

variablelainnya dan menjelaskan bagaimana hubungan antarvariabletersebut.15 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.16

12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta,

1982, hal. 6.

13 J.J.J M. Wuisman, dengan penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid 1

(Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996) hal. 203.

14Ibid, hal. 216.

15Maria S. W. Sumarjono,Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, (Yogyakarta: Penerbit

Gramedia, 1989), hal. 12.


(34)

Oleh sebab itu, teori atau kerangka teori mempunyai kegunaan paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut:17

a. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;

b. Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi;

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti;

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang;

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.

Menurut Mukti Fajar, teori adalah suatu penjelasan yang berupaya untuk menyederhanakan pemahaman mengenai suatu fenomena atau teori juga merupakan simpulan dari rangkaian berbagai fenomena menjadi sebuah penjelasan yang sifatnya umum.18 Sedangkan suatu kerangka teori bertujuan menyajikan cara-cara untuk

17Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal 121

18Mukti Fajaret al.,Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, PT. Pustaka Pelajar,


(35)

bagaimana mengorganisasi dan menginterpretasi hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian yang terdahulu19.

Teori sebagai perangkat proposisi yang terintegrasi secara sintaktis yaitu mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan tata dasar yang dapat diamati dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang terjadi.20

Landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.21

Teori yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah teori keseimbangan antara KJPP selaku Usaha Jasa Profesional untuk memberikan penilaian yang objektif dan independen terhadap asset atau properti. Keseimbangan untuk memperoleh kepastian hukum antara para pihak dalam perjanjian kerjasama yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian.

Dalam perjanjian kerjasama antara KJPP dengan Bank, Bank mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan

19Burhan Ashshofa,Metode Penelitian Hukum,Rineka Cipta, Jakarta, 1996, hal.19

20Snelbecker dalam Lexy J.Moloeng,Metodelogi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2002, hal.34

21M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian,(Bandung: Penerbit CV. Mandar Maju, 1994),


(36)

prestasi, namun KJPP memikul pula kewajiban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.

Teori keseimbangan ini dipelopori oleh Aristoteles dimana Ia menyatakan bahwa hukum harus diluruskan penegakannya sehingga memberi keseimbangan yang adil terhadap orang-orang yang mencari keadilan. Dalam teori keseimbangan semua orang mempunyai kedudukan yang sama dan diperlakukan sama pula (seimbang) dihadapan hukum.22

Kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, dan pandangan dari para peneliti ilmu hukum di bidang hukum perjanjian pada umumnya, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penelitian ini.

Kerangka teoritis merupakan pijakan utama dari pokok bahasan tulisan ini. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUHPerdata) Buku III Bab I sampai dengan Bab IV Pasal 1319 KUHPerdata menegaskan “Semua perjanjian baik yang mempunyai suatu nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Bab II dan Bab I KUHPerdata”.

Didalam KUHPerdata dikenal ada beberapa macam perjanjian, yaitu perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama. Perjanjian bernama adalah


(37)

perjanjian yang secara khusus diatur dengan lengkap di dalam KUHPerdata dan pada umumnya mempunyai nama, diantaranya perjanjian sewa-menyewa, perjanjian jual-beli, pertanggungan, sedangkan perjanjian tidak bernama adalah suatu perjanjian yang tidak diatur secara khusus dan lengkap di dalam KUHPerdata, pada umumnya tidak mempunyai nama, tetapi walaupun demikian perjanjian ini sering terjadi dalam masyarakat salah satunya adalah perjanjian kerjasama KJPP dengan bank.

Dalam buku ke-III KUHPerdata dapat dicari dasar hukumnya dari perbuatan perjanjian kerjasama yaitu dengan menafsirkan buku ke-III KUHPerdata tersebut sebagai penganut asas kebebasan berkontrak. Dalam hal memuat suatu perjanjian, tegasnya dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata yang menyatakan : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.23

Berpedoman pada ketentuan tersebut, maka perjanjian apa saja yang dibuat menurut persyaratan yang telah ditentukan oleh undang-undang adalah sah dan mempunyai kekuatan hukum untuk mengikat para pihak yang telah mengadakannya.

Semua syarat perjanjian yang diatur dalam pasal-pasal KUHPerdata dipandang oleh undang-undang cukup penting. Sehingga lahirlah hubungan hukum,

23R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Penerbit


(38)

dan di dalam hubungan hukum itu terdapat hak dan kewajiban untuk kedua belah pihak yang bersangkutan.24

Buku III KUHPerdata bersifat terbuka, maksudnya adalah para pihak yang ingin membuat suatu perjanjian bebas menyimpang dari ketentuan yang diatur dalam buku III KUHPerdata asalkan isinya tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Dalam buku III KUHPerdata tersebut tidak tecantum definisi perjanjian itu sendiri, namun definisi perjanjian dapat ditemukan dalam doktrin (ilmu pengetahuan hukum), diantaranya adalah pendapat R. Subekti yaitu “Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal”.25

Sedangkan Wirjono Prodjodikoro mengemukakan pendapatnya bahwa : “Suatu perjanjian dapat diartikan sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak dalam mana suatu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu”.26

Adapun hukuman atau akibat-akibat yang tidak baik dari debitur yang lalai ada empat macam dikemukakan R. Subekti sebagai berikut :27

24 Emmy Pangaribuan Simajuntak, Pembukaan Kredit Berdokumen (documentary credit

opening), (Yogyakarta: Penerbit Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1995), hal. 23.

25R. Subekti,Hukum Perjanjian, (Jakarta: Penerbit PT Intermasa, 2005), hal. 1.

26Wirjono R Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu,

(Bandung: Penerbit Sumur, 1973), hal. 9.


(39)

1. Membayar kerugian yang diderita oleh debitur atau dengan singkat (ganti rugi)

2. Pembatalan perjanjian atau dinamakan pemecahan perjanjian 3. Peralihan risiko

4. Pembayaran biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim (kepengadilan).

Menurut Abdulkadir Muhammad, ingkar janji membawa akibat yang merugikan bagi debitur, karena sejak saat tersebut debitur berkewajiban mengganti kerugian yang timbul sebagai akibat daripada ingkar janji tersebut. Dalam hal debitur melakukan ingkar janji, kreditur dapat menuntut :28

1. Pemenuhan perikatan

2. Pemenuhan perikatan dengan ganti rugi 3. Ganti rugi

4. Pembatalan persetujuan timbal balik 5. Pembatalan dengan ganti rugi

Sehubungan dengan ganti rugi, dalam KUHPerdata yang diatur dalam pasal 1243 KUHPerdata berbunyi sebagai berikut :

Penggantian biaya ganti rugi dan bunga karena tidak terpenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila si berhutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetapi melalaikan, atau jika sesuatu yang harus diberikan


(40)

atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya.29

1. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.30

Oleh karena itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus di defenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.31

Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakikatnya merupakan suatu pengarah, atau pedoman yang lebih konkrit dari pada kerangka teoritis yang seringkali masih bersifat abstrak. Namun demikian, suatu kerangka konsepsionil, kadang-kadang dirasakan masih juga abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasional yang akan dapat pegangan konkrit didalam proses penelitian.32

29R. Subekti dan R. Tjitrosudibio,Op.Cit,hal. 324.

30Samadi Suryabrata,Metodelogi Penelitian, (Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 1998),

hal. 3.

31Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,

(Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 7.


(41)

“Maka konsep merupakan defenisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris”.33

Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefenisikan konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi, yaitu:

1. KPR adalah kredit yang diberikan kepada debitur perorangan untuk membiayai sebagian kebutuhan dana untuk pembelian rumah, rumah toko, ataupun tanah.34

2. Kriteria Penilai Publik pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No.125/PMK.01/2008 adalah yang telah memperoleh ijin dari Menteri untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan atau Penilai eksternal sebagaimana dimaksud dalam PMK Bidang Kekayaan Negara dan Lelang.35

3. Penilaian asset atau properti dalam arti luas merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang berprofesi Penilai. Dilihat dari lingkup kerja yang dapat dilakukan seorang Penilai di atas, maka secara garis besar yang menjadi objek Penilaiaan jika merujuk kepada Ketentuan dan Prinsip Umum Penilaian

33Koentjoroningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, (Jakarta: Penerbit

Gramedia Pustaka Utama, 1997), hal. 21.

34Anonim, Buku Materi Peserta Training, Niaga Basic Consumer Credit Management

(NBCCM), Op.Cit, hal. 4.


(42)

yang tertera di Standar Penilaian Indonesia (SPI) meliputi empat jenis properti, yaitu :36

1) Real Properti(tanah dan pengembangan diatasnya

2) Personal Properti (kendaraan bermotor, mesin, peralatan, surat berharga dan asset tidak berwujud lainnya)

3) Bisnis (entitas, penyertaan) 4) Hak Kepemilikan Finansial.

Adapun objek penilaian yang menjadi bahasan yaitu terbatas pada real Propertiyang merujuk kepada tanah dan bangunan yang menjadi agunan pada Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah pada Bank CIMB Niaga.

4. Perjanjian kerjasama adalah perjanjian antara KJPP dan Bank yang berisikan syarat dan ketentuan, hak dan kewajiban dari setiap pihak. Perjanjian ini digunakan sebagai dalam rangka untuk menjalankan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit, pemberian fasilitas kredit kepada nasabah, meningkatkan pelayanan dan mempercepat proses pemberian fasilitas kredit oleh Bank kepada calon debitur.

36 Hamid Yusuf, MAPPI, Peranan Profesi Penilai, Peluang dan Tantangannya, Materi

Seminar Manajemen Aset & Peluang Profesi Penilai, (Bandung: Penyelenggara Program MM, Fakultas Ekonomi UNPAD, 2009).


(43)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian berasal dari kata “Metode dan Logos”. Metode yang artinya adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.37

“Penelitian adalah pencarian atas sesuatu secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan”.38 “Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya”.39

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif dimaksudkan disini untuk memberikan gambaran data tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama antara bank dengan KJPP, dan implikasinya bagi debitur selaku Debitur, secara khusus dalam pelaksanaannya di Bank CIMB Niaga Medan Bukit Barisan.

37Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT. Bumi Aksara, Jakarta,

2002, hal.1

38Moh. Nazir,Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1998), hal. 13. 39Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal. 43.


(44)

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis empiris yaitu pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat, digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklarifikasi temuan bahan non hukum bagi keperluan penelitian atau penulisan hukum.40Dimaksudkan disini untuk memberikan gambaran data tentang pelaksanaan perjanjian kerjasama antara bank dengan KJPP, dan implikasinya bagi debitur selaku Debitur, secara khusus dalam pelaksanaannya di Bank CIMB Niaga Cabang Medan Bukit Barisan. Metode yuridis empiris dipergunakan untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan dengan melihat berbagai aspek yang terdapat dalam kerjasama diantara kedua belah pihak, sehingga akan diketahui secara hukum tentang pelaksanaan kerjasama tersebut.

3. Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka lokasi penelitian dilakukan di Medan, tepatnya di Bank CIMB Niaga Cabang Medan Bukit Barisan. Peneliti memilih lokasi tersebut, karena Bank CIMB Niaga merupakan salah satu perusahaan perbankan yang melakukan kerjasama dengan KJPP dalam rangka Pemberian Fasilitas KPR di Kota Medan, Kantor Jasa Penilai Publik Sudiono cabang Medan dan Kantor Jasa Penilai Publik Amin, Nirwan, Alfiantori dan rekan.


(45)

4. Sumber Data

Sumber data penelitian perjanjian kerjasama antara Bank CIMB Niaga, dengan KJPP dapat dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder, yaitu :

a. Data Primer

Diperoleh dari wawancara dengan para informan yang kompeten menyangkut penelitian ini antara lain:

1) Wirayudi, SH sebagai Credit Support Manager yang terkait dalam pemberian fasilitas KPR Bank CIM Niaga maupun pejabat bisnis unit terkait.

2) Dodi Anshari, sebagai pihak KJPP, Sudiono di Medan yang membeirkan informasi melalui wawancara.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang dikumpulkan melalui studi perpustakaan, berupa :

1. Bahan-bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya :

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

c. Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan


(46)

2. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer, misalnya :

1. Hasil karya ilmiah para sarjana 2. Hasil-hasil penelitian

3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya majalah, artikel, tabloid, surat kabar, dan studi terhadap semua dokumen yang berkaitan dengan penelitian termasuk perjanjian kerjasama antara bank dengan KJPP.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data secara lengkap dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

a. Penelitian Perpustakaan (library research), mengumpulkan data sekunder dari perpustakaan, berupa bahan hukum primer maupun sekunder yang berkaitan dengan penelitian. Peneliti menggunakan studi kepustakaan di perpustakaan sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan perpustakaan Universitas Sumatera Utara, sebagai cara untuk memperoleh data dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dalam hal ini, peneliti melakukan studi dokumen terhadap data sekunder dan juga pedoman untuk wawancara.

b. Penelitian Lapangan (field research), untuk mengumpulkan data primer dari wawancara dari pihak yang kompeten dan terpercaya, yang berkaitan langsung


(47)

dengan kerjasama KJPP dalam pemberian fasilitas KPR di Bank CIMB Niaga Cabang Medan Bukit Barisan, untuk mendukung data yuridis yang dimaksud sebelumnya.

6. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research) dan menggunakan pedoman wawancara (depth interview) untuk itu maka dilakukan pengumpulan data sekunder.

7. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.41 Sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang telah dikumpulkan (primer, sekunder, tersier), untuk mengetahui validitasnya. Setelah itu keseluruhan data tersebut akan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik pula.42

Analisis data yang dilakukan secara kualitatif, yaitu analisis yang mendasarkan pada kualitas data, dalam hal ini data tersebut diperoleh dari peraturan perundang-undangan dan literatur termasuk perjanjian kerjasama antara bank dengan

41 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit PT. Remaja

Rosdakarya, 1994), hal. 103.

42Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada,


(48)

KJPP, guna dianalisa secara komprehensif terhadap permasalahan yang ada dengan kalimat yang sistematis kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.


(49)

BAB II

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BANK CIMB NIAGA DENGAN KJPP (KANTOR JASA PENILAI PUBLIK) DALAM PEMBERIAN FASILITAS

KPR (KREDIT PEMILIKAN RUMAH)

A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian

Istilah perjanjian di dalam Bab II Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 KUH Perdata menyebutkan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. dapat disebut juga perjanjianobligator karena suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan, karena dua pihak telah setuju untuk melakukan sesuatu. dapat dikatakan bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.

Dalam Kamus besar Bahasa Indonesia43 disebutkan bahwa perjanjian mengandung makna persetujuan (tertulis atau dengan lisan) yang dibuat oleh dua belah pihak atau lebih, masing- masing berjanji akan menaati apa yang disebut di persetujuan itu. dengan kata lain perjanjian merupakan perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum baik itu perorangan maupun badan hukum yang menimbulkan akibat hukum.

43 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua, Balai Pustaka,


(50)

2. Syarat Sahnya Suatu Perjanjian dan Akibat Hukum yang Ditimbulkan dari Suatu Perjanjian

Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian dapat dilihat sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mengandung empat unsur yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. 3. Suatu hal tertentu.

4. Suatu sebab yang halal

Apabila syarat pada poin 1 dan 2 (syarat subjektif)tidak dipenuhi, maka dapat mengakibatkan suatu persetujuan dapat dibatalkan. pengertian dapat dibatalkan berarti tidak batal dengan sendirinya, artinya diperlukan tindakan pembatalan (gugatan) untuk membatalkannya. semua perbuatan hukum yang dilakukan sebelum ditetapkannya pembatalan atas perjanjian yang bersangkutan adalah sah. dan pembatalan syarat perjanjian poin 1 dan 2 ini dilakukan melalui pengadilan.

Apabila pada poin 3 dan 4 (syarat objektif) tidak terpenuhi, maka dapat mengakibatkan perjanjian yang bersangkutan batal demi hukum. pengertian batal demi hukum ini berarti perjanjian tersebut batal dengan sendirinya tanpa perlu tindakan pembatalan. misalnya sebagai contoh jual beli ganja, dalam kondisi ini hukum menganggap tidak pernah terjadi perjanjian para pihak.

Akibat suatu perjanjian yang telah dibuat dengan memenuhi syarat-syarat dalam Pasal 1320 KUH Perdata tersebut, maka semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Dan tidak dapat


(51)

ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-Undang dinyatakan cukup untuk itu. Sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata dalam Pasal ini ditetapkan pula bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik maksudnya adalah menjalankan suatu perjanjian tidak boleh bertentangan dengan kepatutan dan keadilan44.

Selanjutnya pada Pasal 1339 KUH Perdata menyebutkan bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-Undang.

Perjanjian yang dibuat secara sah menurut J. Satrio akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

a. Perjanjian mengikat para pihak

Pasal 1338 ayat 1 KUHPerdata mengatur bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Unsur terpenting dalam perjanjian adalah isinya. Karena isi dari suatu perjanjian ditentukan sendiri oleh para pihak. Sehingga para pihak telah menentukan sendiri isinya maka para pihak tidak dapat membatalkan perjanjian secara sepihak.


(52)

Apabila salah satu pihak ingin perjanjian itu batal, maka harus berdasarkan pada kemauan kedua belah pihak atau berdasarkan alasan yang cukup menurut undang-undang.45

Alasan-alasan yang cukup menurut hukum tersebut adalah :46

1. Perjanjian yang bersifat terus menerus. Seperti dalam pasal 1571 KUHPerdata tentang sewa-menyewa yang dibuat secara tidak tertulis yang dapat dihentikan dengan memberitahukan kepada penyewa.

2. Dalam pasal 1587 KUHPerdata tentang perjanjian sewa suatu rumah, setelah masa sewa berakhir seperti ditentukan dalam perjanjian tetapi penyewa tetap menguasai rumah tersebut tanpa ada teguran dari pemilik, maka penyewa dianggap meneruskan perjanjian sewa dengan ketentuan sewa sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian sewa menyewa tersebut maka ia harus memberitahukannya kepada penyewa.

b. Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik

Dalam pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata menyatakan perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Dalam pasal ini yang harus diperhatikan mengenai asas itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian. Dalam suatu perjanjian itikad baik diwujudkan dengan mematuhi norma-norma kepatuhan dan kesusilaan yang berlaku dalam masyarakat.

45 J. Satrio,Op.Cit, hal. 357-364.


(53)

Mengenai itikad baik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu itikad baik subyektif dan itikad baik obyektif. Itikad baik subyektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseorang dalam melakukan perbuatan hukum yaitu apa yang terletak dalam sikap batin seseorang pada saat melakukan perbuatan hukum. Sedangkan itikad baik obyektif merupakan pelaksanaan suatu perjanjian harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa yang dirasakan sesuai dengan kebiasaan dalam masyarakat.47 c. Perjanjian tidak dibatalkan sepihak

Diatur dalam pasal 1338 KUHPerdata ayat 2. Pasal ini merupakan suatu akibat dari kalimat janji itu mengikat. Para pihak tidak dapat menarik diri dari akibat-akibat perjanjian yang dibuatnya secara sepihak. Akan tetapi harus dengan persetujuan kedua belah pihak.

3. Macam-macam Perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara sehingga muncul bermacam-macam perjanjian, yaitu :48

a. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan hak dan kewajiban kepada kedua pihak yang membuat perjanjian.

b. Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang dibuat dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak saja, seperti hibah, penitipan dengan cuma-cuma, pinjam pakai, dan lain-lain.

47 A. Qirom Syamsudin Meliala,Op.Cit,hal. 19.


(54)

Menurut pasal 1245 KUH Perdata risiko dalam perjanjian sepihak ditanggung oleh kreditur atau dengan kata lain debitur tidak wajib memenuhi prestasinya. c. Perjanjian dengan percuma adalah perjanjian menurut hukum terjadi

keuntungan pada salah satu pihak saja d. Perjanjian konsensuil, riil, dan formil

Perjanjian konsensuil adalah perjanjian dianggap sah jika telah terjadi konsensus atau sepakat antara para pihak yang membuat perjanjian.

Perjanjian riil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi barangnya pun harus diserahkan.

Perjanjian formil adalah perjanjian yang memerlukan kata sepakat tetapi undang-undang mengharuskan perjanjian tersebut harus dibuat dengan bentuk tertentu secara tertulis dengan akta yang dibuat oleh pejabat umum Notaris atau PPAT.

e. Perjanjian bernama atau khusus dan perjanjian tak bernama.

Perjanjian bernama atau khusus adalah perjanjian yang telah diatur dengan ketentuan khusus dalam KUHPerdata Bab V sampai dengan Bab XVII. Misalnya perjanjian jual beli, sewa menyewa, hibah dan lain-lain.

Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang tidak diatur secara khusus dalam undang-undang.


(55)

4. Berakhirnya Perjanjian

Suatu perjanjian dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut : 1) Ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian

2) Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian.

3) Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya suatu peristiwa tertentu maka perjanjian akan berakhir

4) Adanya pernyataan untuk menghentikan perjanjian 5) Adanya putusan hakim

6) Tujuan perjanjian telah tercapai 7) Adanya persetujuan para pihak.

B. Tentang Kantor Jasa Penilai Publik

Di Indonesia, peraturan pertama yang mengatur tentang jasa penilai adalah Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 161/KP/VI/1977 tentang Ketentuan Perjanjian Usaha Penilaian di Indonesia. Kemudian menyusul Keputusan Menteri Keuangan RI No. 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai, Keputusan Presiden No. 35 tahun 1992 yang diantaranya berisi pembentukan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang salah satu bagiannya adalah Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai, terakhir pengaturan tentang Perusahaan Jasa Penilaian di atur dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 125/Pmk.01/2008 Tentang Jasa Penilai Publik.


(56)

Sementara Peraturan-Peraturan umum yang mengatur Perusahaan Jasa Penilai tersebut antara lain:

a. Undang-Undang Dana Pensiun (UU No. 11 Tahun 1992), setiap penyertaan yayasan dana pensiun pada suatu unit usaha wajib dilakukan penilaian aset dan sahamnya disamping aset sendiri.

b. Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan (UU No. 12 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas UU No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan), untuk penetapan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), harus melalui penilaian oleh penilai yang diakui Pemerintah.

c. Undang-Undang Pasar Modal (UU No. 8 Tahun 1995), dalam Pasal 64 menyebutkan bahwa salah satu dari profesi penunjang pasar modal adalah penilai yaitu pihak yang telah memberikan penilaian atas aset perusahaan dan terdaftar dalam Bapepam. Hal ini memberikan peluang kepada jasa penilai, karena setiap perusahaan yang akan menjual saham di Pasar Modal(Intial Public Offering / go public) wajib melakukan penilaian terhadap aset (harta kekayaan) bahkan bisa juga penilaian atas nilai sahamnya.

d. Undang-Undang Perbankan (UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan), Pasal 1 angka 22 huruf c menyebutkan bahwa pihak yang memberikan jasanya kepada bank, antara lain penilai. Dalam Surat Keputusan Bank Indonesia, disebutkan setiap perbankan wajib melakukan penilaian aset pihak debitur yang masuk dana cadangan sebagai bagian dari


(57)

penetapan rasio kecukupan modal. Untuk pinjaman diatas Rp 2 milyar wajib dilakukan penilaian jaminan oleh penilai independen (memberikan peran dan peluang bagi jasa penilai untuk menilai aset sebagai barang jaminan / kolateral). e. Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU No. 40 Tahun 2007) Pasal 34 ayat (2)

menyebutkan bahwa dalam hal penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain (bukan dalam bentuk uang), penilaian setoran modal saham ditentukan berdasarkan nilai wajar yang ditetapkan sesuai dengan harga pasar atau oleh ahli yang tidak terafiliasi dengan perseroan (untuk pendirian PT yang modal disetor berupa aset wajib terlebih dahulu dilakukan penilaian oleh penilai independen untuk penetapan nilainya). Nilai wajar setoran modal saham ditentukan sesuai dengan nilai pasar. Jika nilai pasar tidak tersedia, nilai wajar ditentukan berdasarkan teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik setoran, berdasarkan informasi yang relevan dan terbaik.

f. Peraturan Menteri Keuangan No. 118/PMK.07/2005 tentang Balai Lelang. Dalam Pasal 4 ayat (2) huruf k, menyebutkan bahwa setiap pendirian Balai Lelang harus mempunyai tenaga penilai yang memadai.

Kegiatan perusahaan jasa penilai tidak saja meliputi kegiatan keperdataan (seperti mengadakan perjanjian penilaian) tetapi juga kegiatan administrasi yang harus dipenuhi untuk keabsahan kegiatan penilaian.

Selain peraturan-peraturan di atas, Perusahaan Penilai dalam melakukan kegiatan penilaiannya wajib berpedoman pada Standar Penilaian Indonesia (SPI) dan


(58)

Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Selain wajib mematuhi Standar Penilaian Indonesia (SPI) dan Kode Etik Penilaian (KEPI), dalam setiap bidang penugasan penilaian harus disesuaikan juga dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berkaitan dengan jasa yang diberikan. SPI adalah pedoman dasar pelaksanaan tugas penilaian secara profesional yang sangat penting artinya bagi seorang penilai untuk menghasilkan kajian berupa analisis, pendapat, dan saran-saran dengan menyajikannya dalam bentuk laporan penilaian, sehingga tidak akan terjadi salah tafsir bagi pemakai jasa dan masyarakat pada umumnya.49

Kode Etik Penilai Indonesia, yang ditetapkan asosiasi merupakan pedoman moral bagi penilai dalam melakukan penilaian. Kode etik adalah aturan tingkah laku yang baik dan bermoral yang dibuat dan dilaksanakan oleh sekelompok orang yang berkeahlian tertentu untuk menjunjung profesi demi tanggung jawab terhadap profesi, masyarakat dan Tuhan Yang Maha Esa. Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) adalah dasar moral yang melandasi pengoperasian SPI agar seluruh hasil pekerjaan penilaian dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan melalui cara yang jujur, obyektif dan

49Joni Emirzon,Kode Etik dan Permasalahan Hukum Jasa Penilai dalam Kegitan Bisnis di


(59)

kompeten secara profesional sehingga menghasilkan laporan penilaian yang jelas, tidak menyesatkan dan terbuka terhadap semua hal penting.50

Bahwasannya sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang sehat dan efisien, diperlukan Penilai Publik dan Kantor Jasa Penilai Publik yang profesional dan independen bahwa sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka melindungi kepentingan umum perlu pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif dan berkesinambungan terhadap Jasa Penilai Publik bahwa untuk mendukung tujuan tersebut maka telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.01/2006 perlu disempurnakan untuk mendukung tujuan tersebut, sehingga dipandang perlu untuk diatur kembali dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dimaksud. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, pembinaan dan pengawasan Penilai Publik termasuk dalam tugas dan fungsi Menteri Keuangan.

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini pemeriksaan terhadap Penilai, UJP (usaha jasa penilai), dan/atau Cabang Usaha Jasa Penilai yang sedang berlangsung tetap dapat diteruskan dan selanjutnya tunduk kepada ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan. pengenaan sanksi terhadap Penilai, UJP, dan/atau


(60)

Cabang UJP yang didasarkan atas hasil pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai tunduk kepada ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan semua sanksi terhadap Penilai, UJP, dan/atau Cabang UJP yang telah dikenakan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 57/KMK.017/1996 tentang Jasa Penilai dinyatakan tetap berlaku, dan selanjutnya tunduk kepada ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.

Selanjutnya yang disebut dengan penilai adalah seseorang yang dengan keahliannya menjalankan kegiatan Penilaian. Penilai Publik adalah Penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan untuk memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan di bidang kekayaan negara dan lelang.

Penilaian adalah proses pekerjaan untuk memberikan estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis suatu obyek penilaian pada saat tertentu sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia. Dengan membuat Laporan Penilaian yaitu dokumen tertulis hasil Penilaian yang ditandatangani oleh Penilai Publik.

Kantor Jasa Penilai Publik yang selanjutnya disebut KJPP, yang merupakan badan usaha yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Penilai Publik dalam memberikan jasanya dan Cabang Kantor Jasa Penilai Publik yang selanjutnya disebut Cabang KJPP dimana kantor yang dibuka oleh KJPP untuk melakukan kegiatan sesuai dengan kegiatan usaha KJPP yang dipimpin oleh salah seorang Rekan KJPP yang bersangkutan. Serta Kantor Perwakilan Kantor Jasa


(61)

Penilai Publik yang selanjutnya disebut Kantor Perwakilan KJPP, juga merupakan unit atau bagian dari KJPP yang diberikan kewenangan oleh KJPP untuk melakukan fungsi pemasaran.

Selanjutnya ada juga Kantor Jasa Penilai Publik Asing yang disebut KJPPA, adalah yaitu usaha jasa profesi Penilai di luar negeri yang telah memiliki izin dari otoritas di negara yang bersangkutan. KJPP ini juga mempunyai Asosiasi Profesi Penilai yang disebut Asosiasi Profesi, adalah organisasi profesi yang bersifat nasional sebagai wadah berhimpun Penilai termasuk Penilai Publik.

Sebagaimana diketahui dalam menjalankan profesinya KJPP melakukan standar Penilaian Indonesia yang disebut SPI, sebagai pedoman dasar yang wajib dipatuhi oleh Penilai Publik dalam melakukan Penilaian.

Managemen KJPP yang bertindak secara professional tidak mempunyai catatan negatif yang diperoleh dari publikasi dan sumber lainnya. Anggota KJPP (penilai publik) telah berpengalaman 3 (tiga) tahun, minimum 600 (enam ratus) jam sebagai penilai dan diantaranya 200 (dua ratus) jam sebagai ketua tim, termasuk telah berpengalaman melakukan penilaian pada lembaga keuangan.

KJPP memiliki kantor yang representatif dan dapat melakukan penyimpanan dan pengadministrasian dokumen hasil penilaian dengan baik dan rapi. Serta KJPP telah berdiri minimum 3 (tiga) tahun, menyerahkan annual report secara berkala (tahunan) KJPP yang menguntungkan dalam 2 (dua) tahun terakhir, KJPP dapat


(62)

menempatkan dana di Bank Rate yang ditawarkan cukup kompetitip dan sanggup memenuhistandar level agreement(SLA) yang telah ditetapkan oleh Bank.

Penilaian terhadap objek jaminan yang akan dijadikan jaminan Bank dan atau objek lain yang berkaitan dengan pemberian fasilitas kredit dilakukan oleh kantor jasa penilai publik (KJPP) yang sudah kerjasama dengan Bank, penggunaan usulan jasa penambahan KJPP yang ditunjuk sebagai rekan Bank (approved independend appraisal)di usulkan oleh unit yang terkait dengan perkreditan sepertiBusiness Unit

atau support unit lainnya melalui credit administration untuk mendapatkan persetujuan komite KJPP. Komite KJPP terdiri dari head of credit administration, head of business dan head of credit & operation policy procedure. Group yang membagi credit administration wajib melakukan peninjauan atas kerja KJPP yang kerjasama secara berkala minimum 1 (satu) tahun sekali atau waktu yang lebih cepat apabila terdapat informasi yang salah. Peninjauan dilakukan berdasarkan pada pemenuhan dokumen dan informasi tambahan daribusiness unitsecara berkala.51

Pihak yang terkait dengan perkreditan sepertibusiness groupatau group yang membidangi peninjauan kredit wajib melaporkan kepada group yang membidangi

credit administration apabila terdapat laporan hasil penilaian yang tidak wajar. Berdasarkan hasil evaluasi/peninjauan wajib melaporkan kepada group yang membidangicredit administrationdapat merekomendasikan kepada komite KJPP.

51Data sekunder yang diperoleh dari KJPP Sudiono, cabang Medan, JL. Brigjen Katamso, No.


(63)

Penghentian kerjasama sementara dengan KJPP yang kerjasama di CIMB Niaga minimal 6 (enam) bulan. Kerjasama akan dapat kembali di jalankan apabila KJPP telah memenuhi syarat dan mendapat persetujuan dari komite KJPP. penghentian kerjasama/dihapuskan dari daftar KJPP yang kerjasama, KJPP yang kerjasama yang memenuhi kriteria dilakukan perpanjangan kerjasama.52

Selanjutnya dalam wawancara tersebut disampaikan juga bahwa setiap penggunaan independent appraisal selain KJPP yang di tunjuk Bank, maka dapat disetujui secara kasus per kasus sesuai oleh komite kredit sesui limit kewenangannya maksimalcredit comitte sepanjang memenuhi kriteria KJPP. Setiap pemberian tugas KJPP dilakukan oleh bank (group yang membagi credit administration dan/atau

business unit).

Perjanjian ini termasuk dalam hukum privat yang mana pengertiannya adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 BW). Pengertian perjanjian mengandung unsur :

a. Perbuatan

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang memperjanjikan.

52 Hasil wawancara dengan Bapak Abraham Siagian, Credit Support Officerpada PT.Bank


(1)

3. Sebaiknya pemerintah membuat peraturan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan memperhatikan fakta-fakta yang berkembang dilapangan, mengingat bahwa sampai saat ini belum ada aturan khusus yang mengatur perjanjian penilaian untuk melindungi masyarakat dari perbuatan penilai yang tidak bertanggung jawab, menimbulkan kerugian terhadap bank dan tetapi juga melindungi penilai dan perusahaan jasa penilai sendiri namun demikian tidak cukup apabila pengaturan jasa penilai belum dibuat dalam satu ketentuan yang tegas dan pasti.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

Anonim, Buku Materi Peserta Training,Niaga Basic Consumer Credit Management (NBCCM), Learning And Management GroupPT. Bank Niaga Tbk, 2005. Ashshofa Burhan,Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Rineka Cipta, 1996.

Atiyah, P.S.,Hukum Kontrak,Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1979.

Badrulzaman, Mariam Darus, KUH Perdata Buku III Hukum Perikatan dan Penjelasannya, Bandung : Alumni, 1983.

Bryan A Garner, Black’s Law Dictionary, Seventh Edition, West Group, St.Paul Minn, 1999.

Budiargo, Heru C, Materi Peserta Training, Credit Legal Preference, Learning And Management Group PT. Bank CIMB Niaga Tbk, 2002.

Djulmiaji, F.X.,Perjanjian Kerja, Jakarta : Bumi Aksara, 2001.

Djumhana Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti, 1996.

Dirjosisworo, Soedjono, Kontrak Bisnis (menurut Civil Law, Common Law, dan Praktek Dagang Internasional), Bandung : Mandar Maju, 2003.

Emmy Pangaribuan Simajuntak,Pembukaan Kredit Berdokumen (documentary credit opening), Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta : UGM, 1995.

Fajar Muktiet al. , Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 2010.

Friedman, Lawrence M,American Law An Introduction, Penerjemah Whisnu Basuki, Jakarta : Tata Nusa, 2001.


(3)

Hartono, Sunaryati, Mencari Bentuk dan Sistem Hukum Perjanjian Nasional Kita, Bandung : Alumni, 1974.

Hasibuan, Malayu, S.P.Dasar-dasar Perbankan, Jakarta : Bumi Aksara, 2005.

Fuady, Munir,Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001.

J.J. M. Wuisman, dengan Penyunting M. Hisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996.

Jusuf, Jopie, Kiat Jitu Memperoleh Kredit Bank, Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2004.

Khairandy, Ridwan, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta : Fakultas Hukum Universitas Indonesi, 2004.

Koentjoroningrat,Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Maria S.W. Sumarjono, Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian, Yogyakarta : Gramedia, 1989.

Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2000.

Muljadi, Kartini dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Jakarta : Rajawali Press, 2003.

Nazir, Moh,Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1998.

Putra, Edy The Aman, Kredit Perbankan suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta : Liberty, 1989.

Prodjodikoro, Wirjono, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu, Bandung : Sumur, 1985.

___________, R. Wirjono,Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung : Sumur, 2000. Raharjo, Satjipto,Ilmu Hukum,Bandung : Mandar Maju, 1985.


(4)

Salim., et.al., Perancangan Kontrak & Memorandum of Understanding (MoU), Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

Satrio, J.,Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku I Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 1995.

Setiawan, R,Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung : Putra A Bardin, 1999. Shofie, Yusuf, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya,

Bandung, PT Citra aditya Bakti, 2000.

Snelbecker dalam Lexy J.Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002.

Solly, M., Lubis,Filsafat Ilmu Dan Penelitian, Bandung : Mandar Madju, 1994. Sukanto, Soerjono,Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press, 1982.

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.

Suryodiningrat, R.M.Perikatan-Perikatan Bersumber Perjanjian, Bandung : Tarsito, 1978.

Sutarno,Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank,Bandung : Apabeta, 2003. Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 2001.

Utrecht, E., Pengantar Dalam Hukum Indonesia, Cetakan Ke-11, Jakarta : Ichtiar Baru, 1983.

B. Dokumen

Kebijakan Umum Pemberian Fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah pada PT. Bank CIMB Niaga Tbk.

Kebijakan Pembiayaan Kriteria Approved Appraisal pada PT. Bank CIMB Niaga Tbk, versi 11.09.09.


(5)

Perjanjian Kerjasama antara PT Bank CIMB Niaga Tbk dan Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) Sudiono tentang jasa penilai No.IV/CS/BTR/II/12 Tanggal 20 Februari 2012.

Sosialisasi Standard Operating Procedure (SOP) KPR Reguler pada PT. Bank CIMB Niaga, Tbk, versi 09.11.

Nama Kebijakan : Kebijakan Perkreditan Komersial, Nama Sub Kebijakan : Penggunaan Jasa Pihak Ketiga pada PT. Bank CIMB Niaga, Tbk. versi 08.11. Nama Kebijakan : Kebijakan Perkreditan – Penggunaan Jasa Pihak Ketiga

Terkait Kredit, Nama Sub Kebijakan : Penggunaan Jasa Pihak Ketiga, versi 08.12. Sosialisasi Standard Operating Procedure (SOP) KPR Reguler pada PT. Bank CIMB

Niaga, Tbk, versi 06.12.

C. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik.

D. Sumber Lain Internet :


(6)

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Masyarakat_Profesi_Penilai_Indonesia http://m.antaranews.com/berita/1221817501/jasa-penilai-publik

Jurnal :

Joni Emirzon, SH, M. Hum, Kode Etik dan Permasalahan Hukum Jasa Penilai Dalam Kegiatan Bisnis di Indonesia, diperoleh dari http://www.bukabuku.com/authorscorner/detail/199/joni-emirzon-sh-m-hum.html, terakhir kali diakses tanggal 17 Februari 2012.


Dokumen yang terkait

Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Pada Bank Tabungan Negara Cabang Medan

4 84 114

Perjanjian Kerjasama Antara Developer Dengan Bank Dalam Pemberian Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian di PT Bank CIMB Niaga Tbk Cabang Medan Bukit Barisan)

22 304 137

Perjanjian Kredit Tanpa Agunan Dalam Praktek Standard Chartered Bank Di Medan

0 23 98

Analisis Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Dengan Akad Pembiayaan Murabahah Di Bni Syariah Cabang Medan

5 48 76

Perjanjian Penyelesaian Kredit Antara PT.BANK CIMB Niaga Tbk Dengan PT.Mestika Sawit Intijaya

0 14 87

Perjanjian Penyelesaian Kredit Antara PT.BANK CIMB Niaga Tbk Dengan PT.Mestika Sawit Intijaya

0 0 6

Perjanjian Penyelesaian Kredit Antara PT.BANK CIMB Niaga Tbk Dengan PT.Mestika Sawit Intijaya

0 0 1

BAB II PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA BANK CIMB NIAGA DENGAN KJPP (KANTOR JASA PENILAI PUBLIK) DALAM PEMBERIAN FASILITAS KPR (KREDIT PEMILIKAN RUMAH) A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian - Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Pe

0 0 40

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

0 1 28

Perjanjian Kerjasama Antara Bank Dengan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Dalam Hal Penilaian Agunan Kredit Pemilikan Rumah (Suatu Penelitian Di PT. Bank Cimb Niaga TBK, Cabang Medan Bukit Barisan)

0 0 18