12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Falsafah Pajak
Pemungutan pajak dapat dipaksakan dan tidak memberikan imbalan yang secara langsunbg dapat di tunjuk, maka pemungutan pajak hgarus
terlebih dahulu mendapat persetujuan dari rakyat melalui DPR. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 23 ayat 2 UUD 1945, yaitu “Segala pajak
untuk kegunaan kas negara berdasarkan undang-undang” Suandy,2002. 2.
Definisi Pajak a.
Definisi Perancis, termuat dalam bukiu Leroy Beaulieu yang berjudul Traite De La Science Des Finances, 1906 terjrmahan, Berbunyi:
Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang,
untuk menutup belanja pemerintah suandy, 2002. b.
Definisi Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H, dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan yang berbunyi:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa imbal
kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, dengan penjelasan bahwa arti
dari “dapat dipaksakan” adalah bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kiekerasan, seperti surat paksa
13 dan sita, dan juga penyanderaaan terhadap pembayar pajak, tidak dapat
ditunjukan jasa timbale balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi Suandy, 2002.
c. Definisi Dr. Soeparman Soemahamidjaja dari desrtasinya yang
berjudul Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong menyatakan bahwa: Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum Waluyo, 2007. d.
Definisi Mr. Dr. NJ. Feldmann dalam buku De Over Heidsmiddelen Van Indonesia terjemahan:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada pengusaha menurut norma-norma yang ditetapkan secara
umum, tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum Waluyo,2007.
3. Fungsi Pajak
Sebagaimana telah diketahui cirri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak Waluyo,
2007, yaitu: a.
Fungsi Penerimaan Budgetair Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukanya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam
negeri.
14 b.
Fungsi Mengatur Reguler Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh yaitu dikenakanya pajak lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan.
Demikian pula terhadap barang mewah. 4.
Asas Pemungutan Pajak Menurut Adam Smith dalam bukunya
An Inquiri Into The Nature and Cause of the Wealth of Nations
menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada
Waluyo, 2007.
a. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan
kemampuan membayar pajak
ability to pay
dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak
menyumbang uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentinganya dan manfaat yang diterima.
b. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenag. Oleh karena itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak
ynag terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran. c.
Convenience Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak, sebagai contoh pada saat
15 wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut
Pay as You Earn.
d. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul wajib pajak. 5.
Asas Pengenaan Pajak Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh negara sebagai asas
dalam menentukan wewenangnya untuk menegakan pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering
digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah
Waluyo, 2007
: a.
Asas Tempat Tinggal Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh
penghasilan wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas
pengahsilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal dari luar negeri Pasal 4 UUD Pajak Penghasilan.
b. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini diberlakukan kepada setiapn orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia untuk membayar pajak.
16 c.
Asas Sumber Negara mempunyai hak untuk memungut pajak penghasilan yang
bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian, wajib pajak menerima atau memperoleh penghasilan dari
Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
6. Cara Pemungutan Pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan berdasarkan 3
stelsel Waluyo,
2007,
yaitu: a.
Stelsel
nyata
riil Stelsel
Pengenaan pajak didasarkan pada objek penghasilan yang nyata, sehingga pemungutanya baru dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni
setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui. Kelebihan
stelsel
ini adalah pajak yang dikenakan lebih realistis. Kelemahannya adalah pajak baru diketahui pada akhir periode setelah
penghasilan riil diketahui. b.
Stelsel
anggapan
fictive stelsel
Penganaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang-undang, sebagai vontoh, penghasilan suatu tahun dianggap
sama dengan tahun sebelumnya sehingga pada awal tahun pajak telah dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak
berjalan. Kelabihan
stelsel
ini adalah pajak yang harus dibayar selama tahun berjalan, tanpa harus menunggu akhir tahyun. Kelemahanya
17 adalah pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan yang
sesungguhnya. c.
Stelsel
Campuran Stelsel ini merupakan campuran antara
stelsel
nyata dan
stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasrkan suatu anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka wajib
pajak harus menambah kekurangannya. Demikian pula sebaliknya, apabila lebih kecil, maka kelebihannya dapat diminta kembali.
7. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak di Indonesia menggunakan tiga sistem pemungutan yang harus diketahui oleh wajib pajak di seluruh Indonesia
Waluyo, 2007,
antara lain: a.
Official Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang member wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang. Cirri-ciri
Official Assessment System:
a Wewnang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada
fiskus b
Wajib pajak bersifat pasif c
Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
18 b.
Self Assesment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada wajib pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.
c.
Witholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang member wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut
besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 8.
Pembagian Pajak Pembagian oajak dapat dilakukan berdasarkan golongan. Wewenang,
pemungut, maupun sifatnya
Suandy, 2002.
a. Berdasarkan golongan, pajak dibagi menjadi:
1 Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang bebanya harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak dapat
dialihkan kepada pihak lain. Misalnya pajak penghasilan 2
Pajak Tidak Langsung Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebanya dapat dialihkan
atau digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut juga pajat tidak langsung.
Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan barang atas mewah.
19 b.
Berdasarkan wewenang pemungutnya, pajak dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1 Pajak pusatpajak negara
Pajak pusatpajak negara adalah pajak yang wewenang pemungutanya ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaanya
dilakukan oleh departemen keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak. Pajak pusat diatur dalam Undang-undang dan hasilnya akan
masuk ke anggaran pendapatan dan belanja negara 2
Pajak Daerah Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutanya ada
pada pemerintah daerah yang pelaksanaanya dilakukan oleh dinas pendapatan daerah. Pajak daerah diatur dalam undang-undang dan
hasilnya akan masuk ke anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pajak daerah yang diatur dalam undang-undang no 18 tahun 1997
sebagaimana yang telah diubah dengan undangt-undang no 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah terdiri dari 4
jenis pajak daerah tingkat 1 dan 7 jenis pajak daerah tingkat 2 adalah:
Pajak Daerah Tingkat I
a. Pajak Kendaraan Bermotor PKB
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB dan
Kendaraan di Atas Air c.
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor PBBKB
20 d.
Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Pajak Daerah Tingkat II
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Reklame
d. Pajak Penerangan Jalan
e. Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C
f. Pajak Parkir
c. Berdasarkan sifatnya, pajak dapat dibagi menjadi:
1 Pajak Subjektif
Pajak subjektif
adalah pajak
yang memperhatikan
kondisikeadaan wajib pajak. Dalam menetukan pajak nya harus pada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan
materialnya, yaitu gaya pikul. Gaya pikul adalah kemampuan wajib pajak memikul pajak setelah dikurangi biaya hidup minimum
2 Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar,
kemudian baru di cari subjeknya baik orang pribadi maupun badan. Dengan kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang
hanya memperhatikan kondisi objeknya.
21
B. Fasilitas