Gambaran kelekatan (attachment) antara ibu-bayi pada pemberian Asi eksklusif di kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan

GAMBARANKELEKATAN (ATTACHMENT)ANTARA IBU-BAYI
PADAPEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN CEMPAKAPUTIH,
KECAMATAN CIPUTAT TIMUR, KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2009

Oleh:
Zahratul Aeni
105104003497

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi denganjudul

GAMBARAN IKATAN TALI KASIH
UTTACIIMENNANTARA IBU.BAYI PADA
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF'


Telah disetujui dan diperiksa oleh pembirnbing skripsi
Program studi IImu Keperawatan Fakultas Kedokreran
dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta,

Pembimbing

I

Desember 2009

Pembimbing

II

Catur Rosidati. S.KM, MKM


NIP. 132146260

NIP. 150408673

\
LEMBAR PENGESAHAN
skripsi ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan (S-l)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakart&

Pembimbing

18 February 2010

I

(rt-X/v"'*
U -."


Irma Nurbaeti. S.Kn. M.Kep. Sp.Mat

CaturRosidati. SKM. MKM

NrP. 132146260

NrP. 150408673

Penguji

I

Penguji

ry
/1

III


l-

Diah Juliastuti. M.kep. Sn.Mat
NrP. 19750702 2A00

n

2 AAt

NrP. 19661001 1988021001

NrP. 197905202A09 01 r 012

Mengetahui,
Proram Studi S-l Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan ILnu Kesehatan
Dekan,

\


./

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, 18 Januari 2010
ZAHRATUL AENI
GAMBARAN IKATAN TALI KASIH (ATTACHMENT) ANTARA IBU-BAYI
PADA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN CEMPAKA PUTIH
KECAMATAN CIPUTAT TIMUR, KOTA TANGERANG SELATAN,
KABUPATEN BANTEN TAHUN 2009
ABSTRAK
Attachment atau kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang
dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai arti khusus
dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Kelekatan dan keterikatan yang terjadi saat
menyusui merupakan kejadian yang mengagumkan, dimana sejatinya bayi belum
mengerti apa-apa akan biasa merasakan kelembutan dan kehangatan seorang ibu.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Tujuan penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui gambaran ikatan tali kasih (attachment) antara Ibu-Bayi

pada pemberian ASI eksklusif. Informan penelitian adalah ibu yang telah memberikan ASI
eksklusif dengan usia bayi 6-12 bulan sebanyak 4 informan kunci dan 4 informan pendukung.
Metode pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan observasi dan menggunakan
tehnik analisa data yaitu reduksi data, display data, analisis isi, dan pengambilan keputusan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat memberikan ASI ibu merasa lebih
dekat dengan bayinya, menjadi lebih peka terhadap sinyal-sinyal yang ditunjukkan bayi jika
ingin ASI. Cara ibu untuk mempertahankan kelekatan pada bayi yaitu selalu menyempatkan
waktu bersama bayi, selalu memberikan rasa aman dan nyaman baik di rumah maupun di luar
rumah, tetap memberikan ASI pada bayi walaupun di luar rumah. Dari 4 informan kunci
terdapat satu informan yaitu ibu yang bekerja akan tetapi tetap memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya, karena ibu yakin dengan memberikan ASI selain untuk memenuhi
kebutuhan bayi dan menjaga kekebalan imun bayi yang lebih penting adalah kelekatan antara
ibu dan bayi dalam proses memberikan ASI.
Dalam memberikan ASI eksklusif ibu mendapatkan dukungan dari masing-masing
suami adapun dukungan yang diberikan antara lain, menganjurkan istri untuk menjaga
kesehatannya, menyuruh istri untuk makan sayur-sayuran. Dari dukungan tersebut ibu merasa
lebih semangat untuk tetap memberikan ASI eksklusif sehingga kelekatan dengan bayinya
bisa tetap dipertahankan. Dengan demikian disarankan pada petugas posyandu atau petugas
kesehatan dalam memberikan promosi ASI eksklusif tidak hanya diberikan kepada ibu saja
tapi juga diberikan pada suami, karena jika suami mengetahui manfaat dari pemberian ASI

eksklusif itu sendiri suami akan selalu memberikan dukungan kepada istrinya.

Kata kunci : Attachment, ASI eksklusif.
Daftar bacaan : 20 (1978-2009)

FACULTY OF MEDICAL AND HEALTH SCIENCE
SCIENCE STUDY PROGRAM KEPERAWATAN
UNIVERSITY ISLAMIC STATE JAKARTA
Scription, 18 January 2010
ZAHRATUL AENI
DESCRIPTION OF BONDING AND ATTACHMENT BETWEEN MOTHER AND INFANT
IN EXCLUSIVE BREASTFEEDING AT CEMPAKA PUTIH, EAST CIPUTAT DISTRICT,
SOUTH TANGERANG CITY, BANTEN MANICIPALITY 2009
ABSTRACT
Attachment is a strong emotional bond developed through interaction with children
which have special meaning in their life, usually parents. Bonding and attachment that occurs
when nursing is a wonderful event, where althey babies do not understand what would be normal
to feel tenderness and warmth of a mother.
This study uses qualitative research types. The purpose of this study is performed to
determine the attachment between the Mother-Baby on exclusive breastfeeding. Informant

research is the mother who gave exclusive breast milk with babies aged 6-12 months as many as
4 key informants and 4 informants. Method of data collection with in-depth interviews and
supported and use of data analysis techniques of data reduction, data display, content analysis,
and decision-making
The results showed that at the time the benefits of breastfeeding mothers feel closer to her
baby, become more sensitive to signals that indicated the baby if you want milk. The way the
mother to maintain the attachment to the baby always took time with the baby, always gives a
sense of security and comfort at home or outside the home, keep giving breast milk to babies
outside the home though. 4 key informants from an informant that there is a working mother but
still give their babies breast milk exclusively, because she believed the benefits of breastfeeding
in addition to baby's needs and keep the babies immune system is more important is the
attachment between mother and infant in the process of providing breast milk.
In providing exclusive breastfeeding mothers get the support of their husbands as for the
support provided, among others, suggested the wife to maintain her health, asked his wife to eat
vegetables. Support from mothers feel more passion to keep giving milk, so exclusive attachment
to her baby can be maintained. Thus, the officers recommended posyandu or health workers in
the promotion of exclusive breastfeeding provides not only given to the mother, but also given to
the husband, because if the husband know the benefits of exclusive breastfeeding itself husband
would always give support to his wife.
Keywords: Attachment, exclusive breastfeeding

Reading list: 20 (1978-2009)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah berkenan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran Kelekatan (attachment) Antara
Ibu-Bayi Pada Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat
Timur”, yang disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan sarjana pada Program Studi Ilmu Keperawatan
Penulis menyadari selama penyusunan skripsi ini banyak sekali hambatan
yang dihadapi, namun berkat bimbingan, dukungan, saran serta doa dari berbagai
pihak maka setiap hambatan dan kesulitan terasa lebih mudah. Oleh karena itu
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof Dr. (hc) dr. MK Tadjudin, Sp, And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan.
2. Ibu Tien Gartinah, S.Pd., MN selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan.
3. Ibu Irma Nurbaeti S.Kp, M.Kep,Sp.Mat selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
4. Ibu Catur Rosidati SKM, MKM selaku dosen pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran.
5. Terima kasihku kepada seluruh dosen keperawatan yang telah memberikan
ilmunya dan selalu membimbing kami dalam segala hal.

i

6. Terima kasihku untuk dosen pembimbing akademik, pengelola perpustakaan di
Fakultas Kodokteran dan Ilmu Kesehatan, dan pak Azib, pak Rohman, bu Sam
serta seluruh pihak yang terkait dengan penyusunan skripsi ini.
7. Terima kasihku kepada H. Aslih.HS selaku Lurah Cempaka Putih Ciputat Timur
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Terima Kasihku kepada bu Gani, dan bu Yumenah selaku kader Kelurahan
Cempaka Putih Ciputat Timur yang selalu membantu saat penelitian.
9. Terima kasihku untuk para informan kunci Ny. E, Ny. L, Ny. S, dan Ny. R dan
juga informan pendukung Tn. Ad, Tn. A, Tn. N, dan Tn. E yang memberikan
waktunya dan bersedia untuk diwawancara demi kelangsungan skripsi ini
10. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku H.Zulkifli dan
Hj.Hilwati yang tiada henti mendoakanku. Dan buat kakak-kakakku Zulfawati,
Hilmizan, M. Azmi, Salwahayati, Zulfuadi yang selalu memotivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman angkatan 2005 khususnya Dewi, Balqis, Risma, dan teman-teman
Back Community yang selalu menemani dan menyemangatiku.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya khususnya bagi penulis sendiri.
Jakarta, Janiuari 2010
Penulis

ii

DAFTAR ISI
Surat Pernyataan

Abstrak

ll

Abstract

IY

Pernyataan Persetujuan

Lembar Pengesahan

..

....

vt

Daftar Riwayat hidup

YU

Kata Pengantar

vllt

.

Daftar Isi ...

DaftarTabel
Daftar Singkatan
Daftar Lampiran
BAB

1

PEI\IDAHT]LUAN

A.

LatarBelakang..

B.

Rumusan Masalah

c.

Pertanyaan Penelitian

D. Tujtran Penelitian

t)

E.

Manfaat Penelitian

F.

Ruang Lingkup Penelitian

BAB

,.?'
--

II TINJAUAI\ PUSTAKA
A. Pengerti an Aftachment

I

1.

Definisi Attachment

I

2.

Teori-Teori Kelekatan

11

3. Ciri Khas Attachment

13

4.

14

TahapanAttachment

5. ManfaztAttachment

16

6. Faktor-faktor Dalam Attachment

17

B.

Pengertian

ASI

1.

Pengertian ASI EksHusif

21

2.

Stadium ASI

21

3. Keunggulan ASI dan Manfaat

XI

Menyusui

BAB

III KERAI{GKA

KONSEP, DAAI DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

30

B. Definisi Operasional

31

BAB IV METODELOGI PENELITIAII

A. Jenis Penelitian
B. Lokasi dan Wakfu
C. Instrumen

32
Penelitian

32

Penelitian

32

D. Populasi

32

E.

Sampel

33

F.

Teknik PengrunpulanData

33

G. Validasi Data

H. Teknik Analisa

35
Data

35

BAB V IIASIL PENELITIAIT
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian

37

5.2 Gambaran ASI Eksklusif

37

5.3 Gambaran Kehidupan Informan

37

xll

5.4 Gambaran Kelekatan Antara Ibu dan Bayi

39

5.5 Cara Ibu Mempertahankan Kelekatan Ibu Pada Bayi

42

5.6 Dukungan Suami Terhadap Pemberian ASI Eksklusif

48

5.7 Matrik Perbandingan Informan

50

BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Kelekatan Yang Terjadi Antara Ibu dan

Bayi

6.2 Caru Ibu Mempertahankan Kelekatannya Dengan Bayr
6.3 Dukungan Suami

.

...

..-..

g
56

57

BAB YII KESIMPULA}I I}AI{ SARAN
7.1 Kesimpulan

59

7.2 Saran-saran

60

DAF'TAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xill

Daftar Tabel

1. Tabel 4.1 Pengumpulan Data Penelitian di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
2. Tabel 5.4 Matrik perbandingan informan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat, mutu
hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi
dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan
mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu masalah gizi yang paling utama pada saat
ini di Indonesia adalah kurang kalori dan protein. Hal ini banyak ditemukan bayi dan
anak yang masih kecil dan sudah mendapat adik lagi yang sering disebut
“kesundulan” artinya terdorong lagi oleh kepala adiknya yang telah muncul
dilahirkan. Keadaan ini karena anak dan bayi merupakan golongan rentan.
(Arifin,2004)
Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang
kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara
dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan
sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut.
(Arifin,2004)
Bagi bayi, ibulah sumber kehidupan yang menghubungkannya dengan dunia
luar. Selama enam bulan pertama hidupnya, hanya ASI lah yang dibutuhkan nya.
1

2

ASI merangsang pertumbuhan emosi dan fisiknya. Saat ibu memberikan ASI ibu
telah memberinya kasih sayang yang terbesar, imunisasi terbaik, gizi terlengkap,
minuman tersehat dan air kehidupan.
Seiring perkembangan zaman, banyak sekali terjadi pergeseran-pergeseran
dalam masyarakat. Kemajuan teknologi dan perkembangan pengetahuan sedikit demi
sedikit menghilangkan budaya lama dan hal-hal penting dalam kehidupan sehari-hari,
begitu juga dengan pemberian ASi eksklusif seorang ibu kepada bayinya.
Di zaman modern saat ini para ibu memiliki kecendrungan untuk tidak
menyusui bayinya. Banyak alasan yang diungkapkan, diantaranya adalah tidak bisa
berdiet kalau harus menyusui, takut bentuk payudara tidak indah lagi dan sebagainya.
Padahal terdapat hasil penelitian bahwa menyusui adalah salah satu cara diet alami.
Partiwi(nakita, 2006) mengatakan bahwa ASI eksklusif adalah diet alami bagi ibu.
Dengan memberikan ASI eksklusif, berat badan ibu yang bertambah selama hamil
akan segera kembali mendekati berat semula. Naiknya hormon oksitosin selama
menyusui menyebabkan kontraksi semua otot polos,termasuk otot-otot rahim. Jika ini
terjadi terus-menerus,nilainya kurang lebih sama dengan senam perut.
Alasan lain yang sering dikemukakan adalah pekerjaan. Bagi ibu yang bekerja
diluar rumah pemberian ASI eksklusif dapat tetap dilakukan,dengan cara memberikan
ASI perah atau pompa pada bayi saat ibu bekerja. Manfaat yang diperoleh dari
pemerahan ASI diantaranya adalah agar bayi tetap memperoleh ASI saat ibunya
bekerja dan menjaga kelangsungan persediaan ASI (Utami Rusli,2000).

3

Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:
aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,
ekonomis dan aspek penundaan kehamilan.( http://kaunee.com/index.php). Selain itu
menyusui memberikan beberapa keuntungan bagi bayi. Sebagai makanan bayi yang
paling sempurna, ASI mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim
pencernaan, dapat mencegah terjadinya penyakit infeksi karena mengandung zat
penangkal penyakit antara lain immunoglobulin, praktis dan mudah memberikannya,
serta murah dan bersih. Selain itu ASI mengandung rangkaian asam lemak tak jenuh
yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak. ASI selalu berada
dalam suhu yang tepat, tidak menyebabkan alergi, dapat mencegah kerusakan gigi,
mengoptimalkan perkembangan bayi, dan meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Bagi Ibu, menyusui juga memberikan beberapa keuntungan, yaitu dapat
mencegah perdarahan setelah persalinan, mempercepat mengecilnya rahim, menunda
masa subur, mengurangi anemia, mencegah kanker ovarium dan kanker payudara,
serta sebagai metoda keluarga berencana sementara. Dari sudut psikologis, kegiatan
menyusui akan membantu ibu dan bayi membentuk tali kasih. Kontak akan terjalin
setelah persalinan pada saat ibu menyusui bayinya untuk pertama kali. Keadaan ini
akan menumbuhkan ikatan psikologis antara ibu dan bayinya, Proses ini disebut
perlekatan (Bonding). (Mardiati, 2007)
Hal yang tidak kalah penting dalam memberikan ASI adalah bagaimana
hubungan batin yang terjadi antara ibu dan bayi saat proses menyusui. Proses
menyusui sendiri, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas, tetapi

4

menyusui merupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan tiga belah
pihak. Suami-istri dan anak. Saat disusui bayi berada dalam dekapan ibu dan ini akan
merangsang terbentuknya emosi antara keduanya. Kegiatan menyusui merupakan
moment yang sangat ideal untuk membangun kontak batin yang erat , melalui
kelekatan fisik dan kontak mata yang intensif. Proses ini membutuhkan “hati” yang
tenang dan penuh kasih, karena produksi ASI akan terpengaruh oleh faktor fisik dan
emosional.(www.psikologi.com)
Dalam hal perkembangan emosi, pemberian ASI eksklusif tidak kalah
memegang peran penting. Seperti yang telah diungkapkan diatas bahwa pemberian
ASI dapat meningkatkan kepekaan emosi pada bayi. Dalam proses menyusui terdapat
ungkapan cinta antara ibu dan bayi. Saling menatap dan belaian yang ibu berikan
akan memberikan rasa aman dan menumbuhkan kecintaan. Sentuhan antara kulit ibu
dan bayi, yang juga dapat membuat bayi dapat merasakan detak jantung ibu akan
memberikan pengalaman tersendiri pada anak. Semua kejadian menyenangkan ini
tidak akan dialami oleh bayi bila ia hanya menerima asupan susu yang berasal dari
botol. Karena untuk meningkatkan perkembangan kognitif dan emosional bayi
dibutuhkan perilaku memberikan ASI yang konsisten dengan memberikan perhatian
dan perasaan nyaman. Sebaliknya fenomena yang terjadi saat ini bayi duduk di kursi
bayi dengan botol susu tersedia dan bayi akan memegang sendiri botol susunya
tersebut. Akibat dari tindakan tersebut sangat tidak memungkinkan adanya kegiatan
menyusui antara ibu dan bayi, sementara kegiatan tersebut harus ada kontak fisik agar
terbentuk apa yang dinamakan dengan attachment.

5

Attachment atau kelekatan sendiri berarti adanya suatu ikatan emosional yang
kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang mempunyai
arti khusus dalam kehidupannya. Kelekatan dan keterikatan yang terjadi saat
menyusui merupakan kejadian yang mengagumkan. Bagaimana bayi sejatinya belum
mengerti apa-apa akan biasa merasakan kelembutan dan kehangatan seorang ibu.
Bowlby, menyebutkan terdapat empat ciri khas dari kelekatan, yaitu, Pemeliharaan
kelekatan, Tempat berlindung, Keamanan, Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan
stress. (Bowlby, 1953)
Penelitian yang dilakukan oleh Klaus dan Kennel, (1982) membuktikan
adanya pengaruh hubungan ibu dan bayi sangat dini, dimana ibu yang diberikan
waktu lebih banyak untuk mengadakan kontak dengan bayinya, akan mempunyai
attachment yang lebih intensif dengan bayinya pada kehidupan selanjuutnya. Peran
ibu tersebut cendrung lebih mampu untuk menenangkan bayinya bila nangis, dan
lebih memilih tinggal di rumah untuk merawat anaknya sendiri.
Jadi jelaslah disini bahwa pada saat menyusui, disamping bayi memperoleh
kenikmatan dari air susu itu sendiri, ia pun merasakan kehangatan kasih sayang yang
diperoleh dari belaian ataupun sentuhan ibu. Sebaliknya dari pihak bayipun responrespon yang diberikan sebagai balasan terhadap rangsang yang diterima bagi si ibu
dirasakan sebagai suatu kesenangan. Reaksi secara timbal balik ini merupakan suatu
dasar yang baik bagi perkembangan emosi anak. Lebih mengagumkan nya lagi adalah
ternyata ibu bekerjapun

dapat tetap melakukan pemberian ASI eksklusif untuk

bayinya. Sebagaimana dalam Al-Qur‟an Allah SWT berfirman :

6

‫الْ الدا‬

ْ‫الْ ْل د على ال َضاع يتَّ أ أراد ل ْ مليْ كا ح ْليْ أ ْاده َ ي ْضع‬
‫با ْل عْ ف كسْ ت َ ر ْق َ له‬

Para i u he daklah e yusuka a ak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaia kepada para i u de ga ara a'ruf ( QS. Al Baqarah 2: 233).

Fenomena inilah yang sangat menarik bagi penulis untuk melihat lebih jauh
“gambaran ikatan tali kasih (attachment) antara ibu-bayi pada pemberian ASI
eksklusif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa dalam pemberian
ASI eksklusif tidak hanya memberikan manfaat seperti aspek imunologi, aspek gizi.
Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya dalam pemberian ASI adalah bagaimana
hubungan batin yang terjadi antara ibu dan bayi saat proses menyusui. Oleh karena
itu rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimana
“Gambaran Ikatan Tali Kasih (attachment) Antara Ibu- Bayi Pada Pemberian ASI
Eksklusif.
C.Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian
adalah :
1. Bagaimana gambaran kelekatan yang terjadi antara ibu dan bayi ?
2. Bagaimana cara ibu mempertahankan kelekatan ibu pada bayi ?

7

D. Tujuan Penelitiaan
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran ikatan tali kasih (attachment)antara ibu bayi pada
pemberian ASI eksklusif.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kelekatan yang terjadi antara ibu dan bayi.
b. Mengetahui cara ibu mempertahankan kelekatan ibu pada bayi.
E. Manfaat Penelitian
a. Bagi Ilmu Keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi suatu masukan untuk perkembangan ilmu
keperawatan khususnya bagi mata ajar keperawatan maternitas
b. Bagi Pelayanan Kesehatan dan Tenaga Kesehatan
Penelitian ini dapat menjadi masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan, dan
meningkatkan promosi tentang pemberian ASI eksklusif.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk
penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang tujuannya untuk
memperoleh informasi yang mendalam tentang gambaran ikatan tali kasih
(attachment) antara ibu bayi pada pemberian ASI eksklusif. Pengumpulan data

8

dilakukan dengan wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara
dan observasi.
Informan dalam penelitian ini adalah ibu yang memberikan ASI , sedangkan
yang menjadi informan pendukung adalah keluarga pasien. Penelitian ini dilakukan
pada bulan November di kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas mengenai penelaahan kepustakaan, hal ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai konsep-konsep yang terkait
dengan judul penelitian tentang “gambaran ikatan tali kasih (attachment)antara
ibu bayi pada pemberian ASI eksklusif”.
A. Definisi
1. Definisi Attachment
Keterikatan (attachment) merupakan suatu ikatan emosional yang kuat
antara bayi dan pengasuhnya. Menurut Freud, bayi akan makin dekat dengan
orang tua atau barang yang memberikan kepuasan oral bayi. Bayi sangat
memerlukan attachment atau kedekatan dengan orang-orang terdekat di
sekitarnya. Menurut penelitian, bayi yang tidak mendapatkan perhatian dan
jarang diberikan stimulus yang dapat melatih rangsang dan responnya akan
mengalami keterlambatan dalam proses berpikir,berbicara dan hubungan
sosialnya (Douglas, 1993)
Konrad Lorenz pun mengeluarkan pendapat bahwa periode awal
kelahiran hingga batas waktu tertentu merupakan saat-saat terjalinnya
keakraban dan keterikatan yang sangat penting pada bayi (pada bayi angsa
adalah 36 jam pertama, sedangkan pada manuia adalah setahun pertama).

8

9

Erik H. pun mendukung pernyataan Lorenz bahwa tahun pertama
kehidupan manusia ialah kerangka waktu kunci bagi perkembangan
keterikatan , karena pada masa itu, manusia mengembangkan tahap Trust vs
Mistrust. Erikson meyakini bahwa orang tua yang tanggap dapat membangun
Trust vs Mistrust pada bayinya (Fajri, 2009)
Penekanan pentingnya keterikatan pada tahun pertama kehidupan dan
juga pentingnya sikap tanggap orang tua yang mengasuh bayinya juga
dijabarkan oleh psikiater inggris, John Bowlby. Bowlby meyakini adanya
keterikatan secara naluriah antara ibu dan bayinya. Sang bayipun melakukan
usaha-usaha untuk mempertahankan kedekatannya dengan sang ibunda.
Bowlby 1953, mengemukakan bahwa kelekatan (attachment) adalah suatu
ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui intraksinya
dengan orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya
orang tua. Hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan
manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figure lain
pengganti ibu (Bowbly, 1953).
Menurut Stayton, para ibu yang menunjukan „keterikatan yang tidak
aman‟ cenderung bereaksi menurut keinginan pribadi, bukan karena isyarat
dari sang bayi. Para ibu itu akan memeluk bayi yang menangis bila mereka
ingin memeluk bayi itu, tapi akan mengabaikan tangisan bayi di waktu lain.
Ibu yang kurang responsif, seperti itu, selama tahun pertama akan
mengembangkan keterikatan yang tidak aman antara dia dan bayinya.

10

Clarke dan Stewart mendukung pendapat Stayton. Menurut mereka,
para ibu yang memiliki ikatan aman dengan bayinya, lebih bersifat responsif
terhadap kebutuhan sang bayi, memberi stimulus sosial yang lebih banyak
dengan mengajak sang bayi bercakap-cakap atau bermain bersama. Dan para
ibu tersebut pun mengungkapkan rasa sayang dengan lebih baik.
Mary Ainsworth mengajukan tiga tipe keterikatan utama, yaitu tipe A
(cemas-menghindar atau anxious-avoidant), tipe B (keterikatan aman), dan
tipe C (cemas-menolak atau anxious-resistant). Adapun keterikatan yang
terjadi setelah kontak dini secara langsung orang tua dan bayi yaitu pada saat
setelah proses persalinan langsung, yang lebih dikenal dengan istilah
Bounding Attachment.
Menurut Brazelton 1978, bounding merupakan suatu ketertarikan
mutualisme pertama antar individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat
pertama kali mereka bertemu. sedangkan Attachment adalah suatu perasaan
menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan individu lain.
Sedangkan menurut (Nelson dan May, 1986) attachment merupakan
ikatan antara individu meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan
emosi dan fisik yang akrab.
Menurut (Klaus,Kennel, 1982) bounding attachment bersifat unik,
spesifik, dan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua
terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walaupun

11

dipisahkan oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak
terlihat. Bagian penting dari ikatan ini ialah perkenalan.

2. Teori-Teori Kelekatan
Penjelasan mengenai kelekatan dapat dipandang dari berbagai sudut
pandang atau kerangka berpikir. Ada beberapa teori yang mencoba
menjelaskan kelekatan, antara lain :
2.1 Teori Psikoanalisa
Berdasarkan teoripsikoanalisa Freud (Durkin 1995, Hetherington dan
parke, 1999), manusia berkembang melewati beberapa fase yang
dikenal dengan fase-fase psikoseksual. Salah satu fasenya adalah fase
oral, pada fase ini sumber pengalaman anak secara natural bayi
mendapatkan kenikmatan dari ibu disaat bayi mengisap susu dari
payudara atau mendapatkan stimulasi oral dari ibu. Proses ini menjadi
sarana penyimpanan energi libido bayi dan ibu selanjutnya menjadi
objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan bayi dimulai dengan
kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkannya dengan kelekatan
pada ibu. Penekanannya disini ditujukan pada kebutuhan dan perasaan
yang difokuskan pada intraksi ibu dan anak.
Selanjutnya Erickson (Durkin, 1995) berusaha menjelaskannya
melalui fase terbentuknya kepercayaaan dasar (basic trust). Ibu dalam
hal ini digambarkan sebagai figur sentral yang dapat membantu bayi

12

mencapai kepercayaan dasar tersebut. Hal tersebut dikarenakan ibu
berperan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bayi, menjadi sumber
bergantung pemenuhan kebutuhan nutrisi serta suber kenyamanan.
Pengalaman oral dianggap Erickson sebagai prototip memberi dan
menerima (giving and taking).
2.2 Teori Belajar
Kelekatan antara ibu dan anak dimulai saat ibu menyusui bayi sebagai
proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar. Susu
yang diberikan ibu menjadi primary reinforcer dan ibu menjadi
secondary reinforcer . Kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan
dasar bayi menjadi dasar terbentuknya kelekatan. Teori ini juga
beranggapan bahwa stimulasi yang diberikan ibu pada bayi, baik itu
visual, auditori dan taktil dapat menjadi sumber pembentukan
kelekatan (Gewirtz dalam Hetherington dan Parke, 1999).
2.3 Teori Perkembangan Kognitif
Kelekatan baru dapat terbentuk apabila bayi sudah mampu
membedakan antara ibunya dengan orang asing serta dapat memahami
bahwa seseorang itu tetap ada walaupun tidak dapat dilihat oleh anak.
hal ini merupakan cerminan konsep permanensi objek yang
dikemukakan Piaget (Hetherington dan Parke, 1999). Saat anak
bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti.
Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan

13

senyuman, pandangan serta kata-kata. Anak mulai dapat memahami
bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak tidak
merasa telalu sedih dengan perpisahan. Orang tua dapat mengurangi
situasi distress saat perpisahan dengan memberikan penjelasan pada
anak.
2.4 Teori Etologi
Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi
dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi
(Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak manusia diprogram secara
evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya
ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara
biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby
(Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah
diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman,
isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan
bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak.
Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan
perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang
terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembngkan hubungan
kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).
3. Ciri khas, dan tahapan attachment (kelekatan)
Bowlby, 1953 menyebutkan terdapat empat ciri khas dari kelekatan, yaitu:

14

3.1 Pemeliharaan kelekatan
Pemeliharaan kelekatan ini biasanya diikuti oleh keinginan untuk
selalu dekat dengan orang-orang terdekat dalam keluarga.
3.2

Tempat berlindung
Untuk menciptakan kelekatan dibutuhkan tempat berlindung yang
nyaman bagi anak.

3.3

Keamanan
Dalam proses membangun kelekatan dibutuhkan juga keamanan agar
anak dapat mengembangkan kreativitasnya dibawah lingkungan yang
aman.

3.4

Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan stres
Agar dapat terciptanya sebuah kelekatan emosional yang baik, anakanak sedapat mungkin harus dijauhkan dari hal-hal atau keadaan yang
dapat menimbulkan stress (www,psycohology)

4. Tahap Perkembangan Attachment Dibagi Menjadi Empat Tahap ( Bowlby
dalam Berk, 1994 )
4.1 Pre attachment phase (0-6 minggu)
Pase ini dimulai dengan adanya suatu variasi sinyal-sinyal seperti
menggenggam, tersenyum, menangis dan menatap tajam pada mata
orang tua. Hal-hal tersebut membantu bayi untuk mengadakan kontak
langsung dengan manusia dewasa. Ketika orang dewasa merespon,
bayi membujuknya untuk tetap berada di dekatnya. Bayi merasa

15

nyaman ketika diangkat, dibelai dan berbicara dengan halus. Bayi
dapat mengenali suara dan bau ibu tetapi belum terbentuk kedekatan
dengan ibunya. Hal ini dapat dibuktikan, ketika bayi ditinggal dengan
orang asing, bayi tidak protes.
4.2 The attachment in making phase (6 minggu sampai 6-8 bulan)
Dalam tahap ini, bayi mulai berespon berbeda terhadap pengasuh yang
dikenal dan orang asing. Ketika bayi berintraksi dengan orang tuanya
dan mengalami kelegaan dari stress, bayi belajar bahwa prilaku
mereka mempengaruhi prilaku orang lain yang berada di sekitar
mereka. Akibatnya bayi mengembangkan keinginan bahwa pengasuh
akan merespon ketika dipanggil. Pada pase ini bayi tidak akan protes
apabila dipisahkan dari orang tua walaupun bayi mampu mengenali
dan membedakan ibu dengan orang yang tidak dikenal.
4.3 The clear-cut attachment phase (6-8 bulan sampai 18-24 bulan)
Pada pase ini, attachment dapat terlihat dengan jelas karena pada pase
ini bayi menunjukkan separation anxiety. Bayi sangat kesal ketika
orang tua yang mereka percaya meninggalkan mereka. Separation
anxiety muncul secara universal di seluruh dunia pada usia 6 bulan
sampai sekitar 15 bulan. Selain memprotes klepergian orang tua, bayi
dan batita biasanya akan secara sengaja melakukan sesuatu untuk
mempertahankan kehadiran ibu. Biasanya bayi akan mendekati ,
mengikuti dan menaiki pundak ibu apabila orang lain hadir. Bayi

16

menggunakan ibu sebagai secure base untuk mengeksplorasi dan be
tualang dalam lingkungan sekitarnya dan kembali kepada ibu untuk
mendapatkan dukungan emosi yang dibutuhkan bayi.
4.4 Formation of a reciprocal relationship (18-24 bulan dan seterusnya)
Mendekati usia usia dua tahun, perkembangan representasi dan bahasa
membuat batita dapat mengerti beberapa factor yang mempengaruhi
kedatangan, kepergian dan memprediksi kembalinya orang tua yang
secara langsung mengurangi protes perpisahan. Pada pase ini, anak
akan mulai melakukan negosiasi dengan pengasuh, menggunakan
permintaan atau bujukan untuk mengalihkan tujuan ibu dan
mengurangi penggunaan merangkak, mendekati atau keinginan
dipeluk ibu.
Freud (dalam anima media psikologi Indonesia, 1988-1990) mengemukakan
bahwa kehidupan emosi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak harus
berlangsung dengan baik agar tidak menimbulkan masalah setelah dewasa.
5. Adapun Beberapa Manfaat Dari Hubungan Attachment Antara Anak-Orangtua,
Yaitu:
5.1 Membangun Rasa Percaya Diri
Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan
bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang
tua yang stabil, membuat anak belajar pada orang lain.

17

5.2 Kemampuan Membina Hubungan Yang Hangat
Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua, menjadi pelajaran baginya
untuk kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Attachment
yang hangat menjadi

tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan

teman hidup dan sesamanya. Namun hubungan yang buruk, menjadi
pengalaman traumatis baginya

sehingga

menghalangi

kemampuan

membina hubungan yang stabil dan harmonis dengan orang lain.
5.3 Mengasihi sesama dan peduli pada orang lain
Anak yang tumbuh dalam kelekatan yang hangat, akan memiliki
sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia
mempunyai kepedulian yang tinggi dan kebutuhan untuk membantu
kesusahan orang lain.
5.4 Disiplin
Attachment dengan anak, membuat orang tua dapat memahami anak
sehingga lebih mudahmemberikan arahan secara lebih proporsional,
empatik, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga akan
belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orang tua yang
menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri
anak dan tidak mendorong kesadaran diri, dan anak patuh karena takut.

18

5.5 Pertumbuhan intelektual dan psikologis
Bentuk attachment yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik,
intelektual, dan kognitif serta perkembangan psikologis anak.(Adnin,
2009)
6. Faktor-faktor dalam attachment
Pola pengasuhan dalam rangka meningkatkan attachement mengajak orang tua
untuk menerima dan memenuhi kebutuhan akan ketergantungan bayi kepada
orang tua. Sears (dalam Brooks, 2001) mendeskripsikan lima hal utama dalam
attachemen, yaitu:
6.1 Membentuk bonding dengan bayi saat baru lahir
Bonding menurut Sears (2001) adalah hubungan emosional yang berkembang
antara ibu dan bayi saat bayi baru lahir. Pada masa ini disebut sebagai masa
sensitif yang penting untuk mengembangkan kedekatan antara ibu dan bayi.
Dengan dibentuknya bonding ibu dapat memberikan kasih sayang luar dan
dalam.
6.2 Breastfeeding
Sentuhan adalah hal yang penting untuk bertahan hidup dan kelekatan
(attachement). Dari berbagai penelitian eksperimen pada bayi manusia dan
hewan, baik hewan dan manusia gagal untuk bertahan hidup atau mati tanpa

19

adanya sentuhan dari hewan atau manusia dewasa. Menyusui adalah suatu
langkah nyata bagi ibu dan bayi. Kontak fisik dan menyusui dipercaya
membentuk attachemen aman. Sentuhan membantu menyeimbangkan suhu
tubuh bayi, pernafasan dan membentuk hubungan parenting antara ibu dan
anak yang dapat dipelajari satu dengan yang lain (Breazeale, 2001)
Kegiatan menyusui lebih kondusif dalam pengasuhan dan lebih responsif
dibandingkan dengan menyusui melalui botol. Bayi yang berusia kurang dari
enam bulan mempunyai memori span (jangka waktu mengingat) kurang dari
satu menit. Jika menggunakan botol susu maka ibu membutuhkan waktu
untuk mempersiapkan. Akibatnya mereka tidak dapat memenuhi sinyal atau
tanda distres dari bayi secara cepat. Salah satu hal yang menimbulkan
keterlambatan untuk menyusui adalah pengaturan pakaian ibu untuk
memudahkan bayi menemukan payudara ibu (Breazeale, 2001).
6.3 Cosleeving (Tidur Bersama)
Pola bayi tidur sendiri adalah salah satu prinsip msyarakat barat padahal pada
saat tidur bersama, bayi merasakan dirinya sebagai perpanjangan natural dari
ibu mereka untuk tahun pertama dan kedua kehidupan. Ibu menyediakan
waktunya untuk membangunkan dan menidurkan bayi (Breazeale, 2001).

20

6.4 Baby Wearing (Menggendong Bayi)
Baby Wearing digunakan sebagai suatu menciptakan bonding antara orang tua
dan bayi. Selain itu juga sebagai cara untuk meningkatkan responsivitas.
6.5 Tangisan Bayi Sebagai Sinyal yang Penting
Setiap bayi dilengkapi dengan kemampuan untuk memberi sinyal kepada
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya yang disebut tangisan. Setiap ibu
mengembangkan jaringan yang dibutuhkan untuk menerima sinyal-sinyal dari
bayi. Tangisan itu sebagai cara komunikasi antara ibu dan bayi. Ada tiga tipe
tangisan, yaitu:
6.5.1

Pola dasar biasanya berhubungan dengan beberapa faktor seperti lapar,
dimulai dari titik ritmik dan intensitas lembuttetapi semakin lama
semakin ritmik dan keras

6.5.2

Tangisan marah, dikarakteristikkan dengan hubungan kelanjutan
sementara dari pola dasar tetapi dapat dibedakan dari perbedaan tiap
fase komponen.

6.5.3

Tangisan sakit, datang secara mendadak dimulai dengan teriakan
kencang dari awal dan dibuat dengan tangisan yang panjang dan
diikuti dengan fase diam yang panjang, kemudian diikuti dengan suatu
tarikan nafas yang cepat.

21

B. Definisi ASI
1 Definisi ASI Eksklusif
ASI adalah makanan cair yang secara khusus diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh dan
berkembang disamping memenuhi kebutuhan bayi akan energi. Hanya
dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain, bayi mampu tumbuh dan
berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan. (Moehyi, 2008)
Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
makanan lain sampai bayi berusia 6 bulan (Depkes RI, 1992). Setelah
usia 6 bulan dan ASI sudah tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan kalori
dan protein bagi bayi, maka bayi perlu diberikan makan pendamping ASI
(PASI) sampai anak berusia 2 tahun.
2

Stadium ASI (Purwanti, 2004)
2.1 ASI stadium 1 adalah kolostrum.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama disekresi oleh kelenjar
payudara dari hari ke-1 sampai hari ke 4. Setelah persalinan
komposisi

kolostrum

ASI

mengalami

perubahan.

Kolostrum

berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi
lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar (pembersih
usus bayi) yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus
bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Hal ini
menyebabkan bayi yang mendapat ASI pada minggu ke-1 sering

22

defekasi dan feses berwarna hitam. Kandungan tertinggi dalam
kolostrum adalah antibodi yang siap melindungi bayi ketika kondisi
bayi masih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein dalam
susu matur. Jenis protein globulin membuat konsistensi kolostrum
menjadi pekat ataupun padat sehingga bayi lebih lama merasa
kenyang meskipun hanya mendapat sedikit kolostrum.
Kandungan hidrat arang dalam kolostrum lebih rendah dibanding ASI
matur. Ini disebabkan oleh aktivitas bayi pada tiga hari pertama
masih sedikit dan tidak terlalu banyak memerlukan kalori. Total
kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum (dalam
bentuk cairan, pada hari pertama bayi memerlukan 20-30cc).
Mineral terutama natrium, kalium dan klorida dalam kolostrum lebih
tinggi dibandingkan susu matur. Vitamin yang larut dalam lemak
lebih tinggi sedangkan vitamin yang larut di air lebih sedikit.
Lemak kolostrum lebih banyak mengandung kolesterol dan lisotin
sehingga bayi sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol.
Kolesterol ini di dalam tubuh bayi membangun enzim yang mencerna
kolesterol.
Karena adanya tripsin inhibitor, hidrolisis protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna. Hal ini sangat menguntungkan karena
dapat melindungi bayi. Bila ada protein asing yang masuk, akan
terhambat sehingga tidak menimbulkan alergi. Kekebalan bayi

23

bertambah dengan volume kolostrum yang meningkat, akibat isapan
bayi baru lahir secara terus menurus. Hal ini yang mengharuskan bayi
segera setelah lahir diberikan kepada ibunya untuk ditempelkan ke
payudara, agar bayi dapat sesering mungkin menyusu. Hal kedua
yang tidak kalah penting adalah adanya refleks let down pada ibu
untuk merangsang pengeluaran kolostrum menjadi lebih banyak.
2.2 ASI stadium II
Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi) Merupakan ASI peralihan
dari colostrum menjadi ASI Mature. Disekresi dari

hari ke 4 – hari

ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang berpendapat bahwa ASI
Mature baru akan terjadi pada minggu ke 3 ke 5. Kadar protein
semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat semakin
tinggi. Volume semakin meningkat.
2.3 ASI stadium III
Air Susu Mature adalah ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, yang dikatakan komposisinya relatif konstan, tetapi ada
juga yang

mengatakan bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI

komposisinya baru konstan. Merupakan cairan putih kekuningkuningan, karena mengandung casienat, riboflaum dan karotin. Tidak
menggumpal bila dipanaskan. Volume: 300 – 850 ml/24 jam.
Terdapat anti microbaterial factor, yaitu: Antibodi terhadap bakteri
dan virus, Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type

24

T) Enzim (lysozime, lactoperoxidese), Protein (lactoferrin, B12
Ginding

Protein),

Faktor

resisten

terhadap

staphylococcus,

Complecement ( C3 dan C4).
3. Keunggulan ASI dan manfaat menyusui
3.1 Aspek Gizi
3.1.1

Kolostrum
Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama (IgA) untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya
diare. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang
tinggi, karbohidrat dan lemak rendah sesuai dengan
kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran.
Kolostrum membantu pengeluaran mekonium yaitu kotoran
bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan.

3.1.2

Taurin, DHA, dan AA pada ASI
Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak terdapat
dalam ASI dan tidak terdapat dalam susu sapi. Taurin
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting
untuk proses maturasi sel otak. (Gaul, 1995)
Decosahexanoid Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)
adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang yang diperlukan
untuk pembenyukan sel-sel otak yang optimal.

25

DHA dan AA yang terdapat dalam ASI jumlahnya sangat
mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak dikemudian hari. Disamping dapat diperoleh secara
langsung, DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk/
disintesa dari substansi pembentuknya (precursomnya) yaitu
masing-masing dari Omega 3 (Asam Linolenat) dari Omega
6 (Asam Linoleat).
3.2 Aspek imunologik
Sebagian

zat

kekebalan

terhadap

beragam

mikroorganisme

diperoleh bayi baru lahir dari ibunya melalui plasenta, yang
membentu melindungi bayi dari serangan penyakit antara lain
adalah penyakit campak yang terjadi selama 4-6 bulan pertama
sejak baru lahir.
Telah diketahui bahwa bayi yang diberi ASI lebih terlindungi
terhadap

penyakit

infeksi

terutama

diare

dan mempunyai

kesempatan hidup lebih besar dibandingkan dengan bayi yang
diberikan susu botol. Hal ini disebabkan karena pemberian ASI
memberikan keunggulan-keunggulan antara lain :
3.2.1

ASI bebas kontaminasi
Meskipun kemungkinan terkontaminasi melalui puting susu,
akan tetapi bakyeri ini tidak diberi kesempatan berkembang
biak karena ASI yang diminum mengandung zat anti infeksi.

26

3.2.2

Immunoglobulin
Terutama immunoglobulin (IgA), kadarnya lebih tinggi
dalam kolostrum dibandingkan dengan ASI. Secretory IgA
tidak diserap, tetapi melumpuhkan bakteri patogen E.coli
dan berbagai virus dalam saluran pencernaan

3.2.3

Laktoferin
Sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan
dalam ASI yang mengikat zat besi (ferum) saluran
pencernaan

3.2.4

Lysosim
Suatu enzim yang juga melindungi bayi terhadap bakteri dan
virus yang merugikan. Lysosim terdapat dalam jumlah 300
kali lebih banyak pada ASI dari pada susu sapi. Enzim ini
aktif mengatasi E.coli dan Salmonella

3.2.5

Sel darah putih
Selama 2 minggu pertama ASI mengadung lebih dari 4000
sel per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu :
Brochus

Asosiated

Lympocite

Tissue

(BALT)

yang

menghasilkan antibodi terhadap infeksi saluran pernapasan.
Gut

Asosiated

Lympocite

Tissue

(GALT)

yang

menghasilkan natibodi terhadap infeksi saluran pencernaan.
Mammary Asosiated Lympocite Tissue (MALT) yang

27

menyalurkan antibodi melalui jaringan payudara ibu. Sel-sel
ini memproduksi IgA, Laktoferin, Lysosim, dan Interferon.
Interferon menghambat virus tertentu.
3.3 Aspek psikologik menyusui
3.3.1

Rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Rasa percaya diri bahwa ibu mampu menyusui ataupun
memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayi, besar
pengaruhnya

bagi

keberhasilan

menyusui.

Menyusui

dipengaruhi oleh emosi ibu. Kemauan yang besar dan kasih
sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon
terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan
produksi ASI.
3.3.2

Hubungan/ interaksi ibu-bayi
Proses menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan
bayi, yang mempengaruhi kedua belah pihak. Pertumbuhan
dan perkembangan psikologik bayi

tergantung pada

kesatuan ikatan bayi-bayi tersebut. Hubungan interaksi
antara ibu dan bayi paling mudah terjadi selama ½ jam
pertama dan mulai terjalin beberapa menit sesudah bayi
dilahirkan. Karena itu penting sekali bayi mulai disusui
sedini mungkin, yaitu dalam waktu 30 menit setelah bayi
dilahirkan.

28

3.3.3

Pengaruh kontak langsung ibu dan bayi
Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin-too-skin contact) dan
mencium aroma yang khas antara ibu dan bayi. Apabila
proses menyusui dilakukan dengan baik, akan memberikan
kepuasan kepada ibu dan bayi. Bayi merasa aman dan puas
karena melalui sentuhan kulit dapat merasakan kehangatan
tubuh ibu dan dapat mendengar denyut jantung ibu, yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.

3.4 Aspek kecerdasan
Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI yang dibutuhkan
untuk perkembangan sistem saraf otak dapat meningkatkan
kecerdasan bayi. Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang
diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18
bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih
tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak
diberi ASI.
3.5 Aspek neurologis
Belum sempurnanya koordinasi saraf menelan, menghisap dan
bernafas dapat terjadi pada bayi baru lahir. Dengan menghisap
payudara ketidaksempurnaan koordinasi saraf tersebut dapat lebih
baik.

29

3.6 Aspek ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 4 bulan. Dengan
demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk
membeli susu formula serta membeli peralatan dan biaya
pengobatan yang disebabkan oleh dampak negatif penggunaan susu
formula.
3.7 Aspek penundaan kehamilan
Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan
kehamilan sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi
alamiah sementara yang dikenal dengan Metode Amenore Laktasi
(MAL). MAL harus memenuhi tiga kriteria yaitu 1) Tidak Haid 2)
Menyusui secara Eksklusif dan 3) umur bayi kurang dari 6 bulan.

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH

A. Kerangka konsep
Berdasarkan uraian dari berbagai literatur serta berbagai penelitian
yang dilakukan para peneliti sebelumnya tentang attachment antara ibu dan
bayi, maka dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan seorang anak, orang tua
mempunyai arti yang sangat penting pada awal kehidupan, hubungan antara
anak dan ibu sangat menentukan perkembangan selanjutnya, terutama untuk
kesehatan mental anak kecil atau bagi hubungan yang berkesinambungan
hangat dan erat dengan ibu (atau orang lain pengganti ibu).
Istilah attachment atau kelekatan merupakan suatu ikatan emosional
yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang
mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua. Kelekatan
dan keterikatan yang terjadi saat menyusui merupakan kejadian yang
mengagumkan. Bagaimana bayi sejatinya belum mengerti apa-apa akan biasa
merasakan kelembutan dan kehangatan seorang ibu. Bowlby menyebutkan
terdapat empat cirri khas dari kelekatan, yaitu, Pemeliharaan kelekatan,
Tempat berlindung, Keamanan, Jauh dari hal-hal yang dapat menimbulkan
stress. (www,psycohology)

30

31

B. Definisi istilah
No

Variable

Definisi

1.

Attachment

kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan
emosional yang kuat yang dikembangkan anak
melalui interaksinya dengan orang yang
mempunyai arti khusus dalam kehidupannya,
biasanya orang tua. ( Bowbly, 1953).

2.

ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja
tanpa tambahan makanan lain sampai bayi
berusia 6 bulan (Depkes RI, 1992).

31

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi
secara mendalam tentang hal-hal yang berkaitan dengan ASI eksklusif dan
Attachment.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat Timur
yang dilaksanakan bulan November sampai bulan Desember 2009.
C. Instrument Penelitian
Instrument dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan
alat pencatat dan alat perekam (tape recorder)
2. Lembar ceklist
D. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang telah memberikan ASI
eksklusif dengan usia bayi 6-12 bulan di Kelurahan Cempaka Putih Ciputat
Timur.

E. Informan
1. Informan Kunci
Informan kunci ini terdiri dari ibu-ibu yang telah memberikan ASI
eksklusif yang berjumlah 4 orang.
2. Informan pendukung
Informan ini terdiri dari 4 suami dari informan