Gambaran Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kecamatan Porsea

(1)

RINA SIBUEA

SKRIPSI

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

penyertaannya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Gambaran

Pelaksanaan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kecamatan Porsea”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp. MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penguji II. 3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi penulis

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, M.Kep selaku dosen penguji I

5. Ibu Elyta Aizar, S.Kp selaku dosen Pembimbing Akdemik yang telah memberikan nasehat dan bimbingan selama masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.


(4)

terutama dari segi materi, moral dan motivasi. Juga saudar- saudaraku (Martha, God Freth, Donni, Rio, Firdaus, Hendra, Dileana) yang selalu membuat hari-hariku ceria.

7. Rekan-rekan mahasiswa S1 Ekstensi FKEP USU khususnya stambuk 2010 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan baik dalam penulisan, pengetikan, maupun percetakan. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Januari 2012


(5)

Kata Pangantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iii

Abstrak ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penelitian ... 5

4. Manfaat Penelitian ... 5

4.1. Tenaga Kesehatan ... 5

4.2. Pendidikan Keperawatan ... 5

4.3. Peneliti Selanjutnya ... 5

4.3. Peneliti Selanjutnya ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ASI ... 6

1. Defenisi ASI ... 6

2. Manfaat Pemberian ASI ... 6

2.1. Manfaat ASI untuk bayi ... 6

2.2. Manfaat ASI untuk ibu ... 7

3. Komposisi ASI ... 7

4. Pemberian ASI ... 11

5. Manajemen Laktasi ... 13

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI ... 14


(6)

9. Pemberian ASI Perahan ... 15

2.2 Konsep ASI Eksklusif ... 20

1. Defenisi ASI Eksklusif ... 20

2. Keuntungan Pemberian ASI Eksklusif ... 20

3. Faktor- faktor dalam Pelaksanaan ASI Eksklusif ... 21

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Penelitian ... 23

2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 25

2. Populasi dan Sampel ... 25

2.1. Populasi ... 25

2.2. Sampel ... 25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4. Pertimbangan Etik ... 26

5. Instrumen Penelitian ... 27

6. Validitas Penelitian ... 28

7. Reliabilitas Penelitian ... 28

8. Pengumpulan Data ... 29

9. Analisa Data ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Peneiitian ... 32


(7)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Instrument Penelitian

3. Surat Survey Awal Penelitian dari Kampus 4. Surat Pengambilan data

5. Surat balasan telah selesai pengambilan data 6. Jadwal Kegiatan Penelitian

7. Riwayat Hidup/ Curiculum Vitae 8. Anggaran biaya


(8)

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang ASI Esklusif di Kecamatan Porsea... 35 Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang

manfaat ASI Esklusif di Kecamatan Porsea... 36 Tabel 4.Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan tentang

Komposisi ASI di Kecamatan Porsea... 36 Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan ibu

tentang faktor yang mempengaruhi produksi ASI Esklusif di Kecamatan Porsea... 37 Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Cara Pemberian ASI

ASI di Kecamatan Porsea... 38 Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Cara Pengeluaran ASI

di Kecamatan Porsea... 38 Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Cara Penyimpanan


(9)

Peneliti : Rina Sibuea

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nim : 101121058

Tahun : 2012

ABSTRAK

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan sampai bayi usia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan Untuk mengidentifikasi gambaran pelaksanaan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 30orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampli. Pengumpulan data dilakukan mulai 1- 30 September 2011 dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner ganbaran pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunujukkan mayoritas berusia 30 - 35 tahun (36,6%), bersuku batak (90%), mayoritas tingkat pendidikan (76,66%), mayoritas pekerjaan responden adalah wiraswasta ( 46,6%), mayoritas ibu yang memilki bayi lebih dari satu (76,6%), yang mendapat informasi tentang ASI eksklusif (60%). Hasil penelitian yang di peroleh menunujukkan bahwa gambaran pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif mayoritas menjawab benar sebesar (93,3%) tentang manfaat ASI mayoritas menjawab benar sebesar (66,6%), tentang komposisi ASI mayoritas menjawab benar sebesar (96,6%),tentang faktor yang mempengaruhi produksi ASI eksklusif mayoritas menjawab benar sebesar (90%), cara pemberian ASI menjawab benar dan salah sebesar (50%), cara pengeluaran ASI mayoritas menjawab benar sebesar (60%), dan cara penyimpanan ASI mayoritas menjawab salah sebesar (66,6%). Disarankan kepada para petugas puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang ASI terutama pada topik cara penyimpanan ASI.


(10)

Peneliti : Rina Sibuea

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Nim : 101121058

Tahun : 2012

ABSTRAK

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan sampai bayi usia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan Untuk mengidentifikasi gambaran pelaksanaan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian cross sectional dengan jumlah sampel 30orang dan teknik pengambilan sampel purposive sampli. Pengumpulan data dilakukan mulai 1- 30 September 2011 dengan menggunakan kuesioner data demografi dan kuesioner ganbaran pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden menunujukkan mayoritas berusia 30 - 35 tahun (36,6%), bersuku batak (90%), mayoritas tingkat pendidikan (76,66%), mayoritas pekerjaan responden adalah wiraswasta ( 46,6%), mayoritas ibu yang memilki bayi lebih dari satu (76,6%), yang mendapat informasi tentang ASI eksklusif (60%). Hasil penelitian yang di peroleh menunujukkan bahwa gambaran pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif mayoritas menjawab benar sebesar (93,3%) tentang manfaat ASI mayoritas menjawab benar sebesar (66,6%), tentang komposisi ASI mayoritas menjawab benar sebesar (96,6%),tentang faktor yang mempengaruhi produksi ASI eksklusif mayoritas menjawab benar sebesar (90%), cara pemberian ASI menjawab benar dan salah sebesar (50%), cara pengeluaran ASI mayoritas menjawab benar sebesar (60%), dan cara penyimpanan ASI mayoritas menjawab salah sebesar (66,6%). Disarankan kepada para petugas puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang ASI terutama pada topik cara penyimpanan ASI.


(11)

1.1 LATAR BELAKANG

Proses pertumbuhan dan perkembangan mulai dari janin sampai dewasa, berbeda atau bervariasi antara yang satu dengan yang lain tergantung nutrisi yang di asup. Untuk menghasilkan anak yang sehat harus di persiapkan mulai dari sejak kandungan, lahir hingga masa tumbuh kembangnya. Asi merupakan nutrisi yang vital untuk pertumbuhan sel saraf otak, pemberian kalori untuk kerja sel- sel saraf dan memudahkan penyerapan kalsium (Irawati, 2004). American Academy Of

Pediatrics (AAP) merekomendasikan ibu untuk memberi ASI eksklusif selama

sekurang- kurangnya 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 1 tahun (Costance 2010).

ASI adalah satu jenis makanan yang mencakup seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. ASI dapat memberikan perlindungan imunologis dan system kekebalan tubuh bagi bayi yang belum terbentuk hingga bayi berusia 2 tahun (Costance 2010). Dari data Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2007) terdapat 314.407 bayi. Bayi yang berusia di atas 6 bulan sebanyak 207.508 bayi. Dari jumlah bayi tersebut terdapat bayi yang tidak mendapat ASI Eksklusif sebanyak 96.893 bayi (Profil Depkes, 2007).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa memberikan makanan lain. Kenyataan, bahwa pemberian ASI dapat di pengaruhi oleh pendidikan, perilaku dan pandangan


(12)

tentang ASI, pemberian makanan padat dini, dan kebutuhan ekonomi dikalangan masyrakat yang memaksa ibu untuk bekerja diluar rumah (Christine, 2006).

Dari hasil penelitian Parma, dkk di Rumah Sakit Umum Dr. M. Jamil Padang tahun 1978 -1979 di dapatkan bahwa lama pemberian ASI saja sampai 4- 6 bulan pada ibu yang karyawan adalah 12,63% dan pada ibu rumah tangga sebanyak 21,27%. Apabila dilihat dari pendidikannya ternyata 75% dari ibu-ibu yang berpendidikan tamat SD telah memberikan makanan pendamping ASI yang terlalu dini pada bayi (Arifin, 2004)

UNICEF meperkirakan bahwa pemberian ASI Eksklusif sampai usia 6 bulan dapat mencengah kematian 1,3 juta anak berusia di bawah 5 tahun. Penelitian Ghana, 2004, menunjukkan 16 % kematian bayi dapat di cengah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama hari kelahiranya. Angka ini naik menjadi 22% jika pemberian ASI dimulai dalam satu jam setelah kelahiran bayi (Anik, 2009). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003 hanya 8 % bayi Indonesia yang mendapat ASI ekslusif 6 bulan dan 4% yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya (Amori, 2007).

Menurut the World Health Report (2005), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup, berarti sama halnya dengan setiap hari 246 bayi meninggal, setiap satu jam 10 bayi Indonesia meninggal, jadi setiap 6 menit satu bayi Indonesia meninggal (Roesli, 2008).

Penelitian terbaru WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah


(13)

pneumonia (20%), selebihnya (58%) terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan asupan ASI (Siswono, 2006).

Hasil penelitian Amirudin (2007), anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa. Kemungkinan lain yang dapat dialami anak adalah mudah menderita kekurangan gizi dan obesitas . Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) salah satu factor adalah karena buruknya pemberian ASI (Dep.Kes,RI, 2005)

Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Soeparmanto & Rahayu (2001) ditemukan bahwa proforsi pemberian ASI eksklusif di pedesaan (53,2%) lebih baik dari perkotaan (51,4%). Factor yang mempengaruhi pemberian ASI adalah pengetahuan, perilaku atau sikap, dan budaya yang dimiliki ibu dalam memberikan ASI. Dari hasil penelitian di Kecamatan Kisaran Barat (2005) Santaria menyatakan bahwa perilaku ibu di desa tentang ASI esklusif (48%) lebih baik, sedangkan di kota (45,7%).

Faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dan dilihat faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI, luka-luka pada puting susu, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria dll. (Arifin, 2004)


(14)

Faktor penghambat dalam pemberian ASI eksklusif adalah kurangnya rasa percaya diri ibu bahwa ASI cukup untuk bayinya. Sehingga ibu tidak perlu memberikan makanan pendamping sebelum usia bayi lebih dari 6 bulan. Kondisi lain yang di lakukan adalah membuang kolostrum yang dianggap kotor dan dianggap membahayakan kesehatan bayinya. Serta ibu mulai kembali bekerja setelah cuti kehamilan yang menyebabkan penggunan susu botol atau susu formula sehingga mengaganti kedudukan ASI (Penny 2008).

Pekerjaan ibu yang ada di wilayah porsea salah satunya adalah bertani atau berladang.. Sebagian ibu menitipkan anakanya ke tetangga atau bayi dibawa ketempat kerja. Pemberian ASI sering dilakukan setelah pulang dari tempat kerja. Cara yang dilakukan sebagian ibu apa bila bayi mereka tidak dapat di bawa ke tempat kerja, maka dilakukan dengan memompa, menyimpan di dalam lemari es. Sebelum diberikan ASI dipanaskan dulu dengan menggunkan, gelas yang berisi air hangat selanjutnya memasukkan ASI yang beku kedalam air hangat. Setelah ASI sudah cair dan hangat maka lasung di berikan kepada bayi.

Berdasarakan hasil survey awal yang dilakukan tanggal 8 April 2011 di Puskesmas Porsea dengan ibu-ibu dan petugas kesehatan setempat, untuk wilayah di kelurahan patane III masih banyak ibu-ibu yang tidak memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif. Sebahagian besar ibu memberikan susu formula, air putih atau air teh dan memberikan makanan pendamping ASI. Dari data yang diperoleh peneliti dari 350 ibu yang memiliki bayi di 17 desa pemberian ASI eksklusif hanya 30%. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di kecamatan Porsea.


(15)

1.2 Perumusan masalah

bagaimana gambaran pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada Ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi: 1.4.1 Tenaga kesehatan/ Perawat

dapat memberi masukan atau informasi pada perawat dan tenaga kesehatan lainnya dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan dapat memotivasi ibu supaya memberi ASI eksklusif.

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

dapat memberikan masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi mahasiswa keperawatan dalam mata kuliah maternitas tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif di .daerah Kecamatan Porsea

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

dapat digunakan sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan ASI Eksklusif.

1.4.4 Bagi Ibu

Dapat memberi masukan atau sebagai informasi yang berguna bagi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.


(16)

2.1 KONSEP ASI 2.1.1 Defenisi ASI

ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu jenis makanan yang mencukupi semua seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual (Sripurwanti, 2004).

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose da garam organik yang disekresi oleh kedua belah payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Ambarwati, 2009).

ASI dan kolostrum adalah makanan terbaik bagi bayi. Kolostrum merupakan cairan kental kekuning- kuningan yang dihasilkan oleh alveoli payudara ibu pada periode akhir atau trimester ketiga kehamilan.(Kristiyansari,2009)

2.1.2 Manfaat Pemberian ASI 2.1.2.1 Manfaat untuk bayi

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis,dan psikologis yang mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi. ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi, kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan (Anik, 2009).


(17)

ASI juga dapat meningkatkan perkembangan psikomotorik, kognitif, penglihatan, emosi yang hangat, dan kepribadian yang percaya diri. ASI dapat memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak (Sitti, 2009).

Menurut penelitian Riva tahun 1977, kepandaian anak yang minum ASI pada usia 9 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang minum susu formula (Danuatmaja, 2003).

2.1.2.2 Manfaat untuk ibu

Pada saat memberikan ASI, otomatis resiko perdarahan pada pasca bersalin berkurang. Naiknya kadar oksitosin selama menyusui akan menyebabkan semua otot polos akan mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang menyebabkan uterus mengecil sekaligus menghentikan perdarahan (Anik, 2009).

Pemberian ASI secara Ekskluisif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi sampai 6 bulan setelah kelahiran karena isapan bayi meransang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan. ASI juga dapat mencengah kanker payudara, kanker ovarium, dan anemia defisiensi zat besi (Sitti, 2009).

2.1.3 Komposisi Dalam ASI

Komposisi yang terkandung dalam ASI menurut Sulistyawati, 2009 antara lain:

1. Protein

Protein dalam ASI mencapai kadar yang lebih dari cukup untuk pertumbuhan optimal, sementara ASI juga mengandung muatan yang mudah


(18)

larut yang sesuai dengan ukuran ginjal bayi yang belum matang (Christine,2006). Dibandingakan dengan komposisi protein ASI paling rendah, berkisar 1,3g/ml pada bulan pertama dengan rata- rata 1,15g/ 100ml di hitung berdasarkan nitrogen x 6,25. ASI mengandung whey protein dan casein. Casein adalah protein yang sukar dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lebut atau mudah dicerna oleh usus bayi. Meskipun kedua susu tersebut sama- sama mengandung whey protein yang baik untuk pencernaan.

2. Lemak

Keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial,

docosahexaenoic acid (DHA) dan arachnoic acid (AA) yang berperan penting

dalam pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai usia 1 tahun usia anak. Lemak ASI terdiri dari trigliserid (98-99%) yang dengan enzim lipase akan terurai menjadi trigliserol dan asam lemak. Enzim lipase tidak hanya terdapat pada sitem pencernaan bayi, tapi juga dalam ASI. Lemak ASI mudah dicerna karna sudah dalam bentuk emulsi.

Yang merupakan asam lemak esensial sebenarnya adalah kelompok Omega- 3 yang dapat di ubah menjadi DHA dan Omega- 6 yang dapat menjadi AA. Kelebihan ASI dapat terjadi karena ASI selain mengandung n-3 dan n-6, dan juga mengandung DHA dan AA. Konsentrasi lemak meningkat dari 2.0 g/100ml pada kolostrum menjadi sekitar 4 -4,5g/ 100ml pada hari 14 setelah persalinan. Kadar lemak juga bervariasi pada saat menyusui (fore milk) menjadi 2- 3 kali lebih tinggi pada akhir menyusui (hind milk). Dibandingkan dengan lemak yang


(19)

bervariasi kosentrasinya, asam lemak lebih stabil. Dalam ASI, asam lemak terdiri dari 42% asam lemak jenuh dan 57% asam lemak tak jenuh, termasuk DHA dan AA yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi dan anak kecil. 3. Vitamin dan Mineral

a. Vitamin yang larut dalam lemak

Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang baik dengan konsentrasi sekitar 200 IU/ dl. Vitamin yang larut dalam lemak lainnya adalah vitamin D, E, dan K. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa waktu kemudian.

b. Vitamin yang larut dalam air

Vitamin C, asam nicotinic, B12, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6

(pirodoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan

status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen. Fluoride adalah mineral yang memperkuat email gigi, melindungi gigi dari karies (lubang). Hanya sejumlah kecil fluride yang ada dalam air susu ibu.

4. Zat Besi

Meskipun ASI mengandung sedikit zat besi (0,5 – 1,0 mg/ liter), namun bayi yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi


(20)

dan zat besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) di bandingkan dengan penyerapan 30% dari susu sapi dan 10% dari susu formula.

5. Zat Anti Infeksi

ASI mengandung anti infeksi terhadap berbagai macam penyakit, seperti penyakit saluran pernapasan atas diare, dan penyakit saluran pencernaan. ASI juga disebut sebagai darah putih yang mengadung enzim, imunoglobin, dan leukosit. Lekosit terdiri dari fagosit 90% dan limfosit 10%, yang meskipun sedikit tetap akan memberikan protektif yang signifikan terhadap bayi.

Immunoglobin merupakan protein yang di hasilkan sel plasma sebagai respon adanya imunogen atau antigen (zat yang menstimulasi tubuh untuk memproduksi anti bodi). Ada 5 macam Immunoglobin : IgA, IgM, IgE, IgD, dan IgG. Dari kelimanya secretory IgA (sIgA) disekresi oleh makrofag (disintesa dan di simpan dalam payudara), yang berperan dalam fungsi antibodi ASI melalui alur limposit. Bayi baru lahir mempuyai cadangan IgA sedikit dan karna itulah ia sangart memerlukan tambahan proteksi sIgA dalam ASI terhadap penyakit infeksi.

6. Laktoferin

Laktoferin banyak dalam ASI (1-6mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari pencernaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang di butuhakan organisme patogenik, seperti Eschericia coli (E. Coli) dan Candida albikans. Oleh


(21)

karena itu, pemberian suplemen zat besi kepda bayi menyusui harus lebih dipertimbangkan.

7. Faktor bifidus

Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam usus bayi (lactobacillus Bifidus ) yang melawan pertumbuahan bakteri patogen (seperti Shigela, Salmonela, dan E. Coli) yang di tandai PH rendah (5-6) bersifat asam dari tinja bayi.

8. Lisozim

Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi, dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari pada susu sapi. Lisozim dapat melawan serangan E.Coli dan Salmonela serta lebih unik dibandingkan antibodi lain karena jika yang lain menurun maka kadar lisoszim akan meningkat di ASI setelah bayi berumur di atas 6 bulan – saat bayi sudah di berikan makana pendamping ASI (MP -ASI ). Oleh karena itu kemungkinan terkena infeksi akan lebih tinggi.

9. Taurin

Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam maturasi otak bayi. Karena itu, susu formula bayi kebanyakan berusaha menambah taurin di dalam formulanya.


(22)

2.1.4 Pemberian ASI

Perawatan payudara menurut Ari, 2009 sangat penting dalam pemberian ASI dalam hal menjaga payudara agar tetap kering dan bersih, terutama bagian puting susu. Menggunakan BH yang menyokong payudara. Apabila puting susu lecet, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar disekitar puting setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di lakukan di mulai dari puting susu yang tidak lecet. Apabila lecet sangat berat, dapat di istirahatkan selama 24 jam ASI di keluarkan dan diminumkan menggunakan sendok. Bila hari pertama, ASI belum keluar bayi cukup di susukan selama 4- 5 menit untuk merangsang produksi ASI. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 10- 15 menit. Bayi dapat di susukan sambil duduk atau berdiri dengan posisi yang nyaman bagi ibu dan bayi. Menyusui bayi pada kedua payudara secar bergantian. Bayi yang sehat dapat mengosongkan payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong kembali setelah 2 jam.

Sebaiknya menyusui bayi tanpa di jadwalkan, karena bayiakan menentukan sendiri kebutuhannya. Menyusui yang di jadwalkan akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi yang sangat berpengaruh pada ransangan produksi ASI selanjutnya. Setiap menyusui di mulai dengan payudara yang terakhir disusukan (Silalahi, 2005).

Menurut penelitian Mortensen, 2002 dari 3253 orang menunjukkan orang dewasa yang disusui kurang dari 1 bulan scare 5 points lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7-9 bulan. Terdapat korelasi antara antara lama menyusui dengan peningkatan IQ (Anik, 2009).


(23)

Pada ibu yang bekerja dapat juga memberikan ASI Eksklusif pada bayi, tanpa ada cuti tambahan. Seringkali alasan pekerjaan membuat seorang ibu merasa kesulitan untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Banyak diantaranya karena ketidaktahuan dan kurangnya minat untuk menyusui bayinya. Kucinya dengan memberikan ASI perah selama ibu bekerja (Danuatmaja, 2007).

Dari hasil penelitian Aurbech dkk (1984) terhadap 567 ibu bekerja juga menunjukkan bahwa ibu yang memberikan ASImempunyai prestasi kerja yang meningkat (Ambarwati, 2009).

2.1.5 Manajement laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.

Menurut (Arifin, 2004), adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pada masa Kehamilan (antenatal)

Memberikan penerangaan dan penyuluhan tentang manfaat keunggulan ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian susu botol. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara / keadaan putting susu, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil. Lakukan perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester


(24)

kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara ibu. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal. Ibu nifas dapat diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam waktu dua minggu setelah melahirkan.

3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan keberhasilan menyusui. Menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang.

Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari ibu-ibu lain


(25)

yang sukses menyusui bagi mereka. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas

2.1.6 Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI a) Makanan Ibu

Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.

Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Hapsari,2009).

b) Ketentraman jiwa dan pikiran

Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya (Hapsari, 2009).


(26)

Pada seorang ibu yang hamil dikenal dua refleks yang masing- masing berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu. Refleks prolaktin memegang peranan penting dalam proses pembuatan kolostrum, namun jumlah kolostrumnya masih terbatas, karena aktivitas prolaktin di hambat oleh estrogen dan progesterone yang kadarnya memang tinggi. Hormone ini meransang sel- sel alveoli yang fungsinya untuk memebuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan normal kembali setelah tiga bulan melahirkan sampai penyapihan anak.setelah anak di sapih maka tidak akan ada peningkatan prolaktin.(Sitti, 2009)

Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepaskan oksitosin dari hipofisis posterior. Refleks let- down dapat terjadi selama aktifitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme (Bobak, 2005).

Menurut Sitti, 2009 faktor- factor yang meningkatkan refleks let-down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.

c) Pengaruh Persalinan di Klinik Bersalin

Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak


(27)

mendidik pada ibu, dan ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang memuji penggunaan susu buatan.

d) Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.

Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon oxitoksin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI (Arifin, 2004).

2.1.7 Cara Pengeluaran ASI

a) Memerah dengan menggunakan tangan

Memerah ASI biasanya dilakukan oleh ibu yang bekerja, ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya, ASI keluar berlebihan sampai keluar memancar, dan bayi yang mempunyai masalah menghisap (missal: Bayi Berat Lahir Rendah/ BBLR) (Anik, 2009).

Menurut sulistywati, 2009 cara- cara mengeluarkan dengan menggunakn tangan ASI:


(28)

1. Pemijatan (massage)

Pijatlah sel- sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian atas payudara dengan gerakan memutar, dan pijatan payudara dengan menekannya kearah dada.

2. Penekanan (stroke)

Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar puting dan tekan dengan lembut, dengan jari seperti mengelitik.

3. Menggunjang (shake)

Gunjanglah payudara dengan arah memutar, gerakan graputasi ini akan membantu mengeluarkan ASI.

Catatan:

Jika suplai ASI terjaga gunakan waktu semaksimal mungkin. Waktu terebut hanya sebagai patokan saja. Perhatikan aliran ASI dan ganti payudara lainnya jika aliran ASI pada payudara tersebut sudah mulai menurun. Bila ASI tidak keluar atau hanya sedikit ASI yang keluar, ikuti periode waktu lebih sering dan singkat dan sering.

b) Memerah dengan pompa

Dengan pompa ASI, Ibu bisa memerah dengan lebih cepat dan mudah dibanding menggunakan tangan. Kendurkan otot dan saluran ASI di payudara Ibu dengan menaruh handuk hangat di atas payudara atau urut-urut sebelumnya dan pastikan pompa sudah disterilkan sebelum dipakai. Lamanya memompa ASI sangat bergantung pada pompa yang digunakan. Pemerahan ASI bisa perlu waktu 15 - 45 menit dan tidak menyebabkan rasa sakit.


(29)

2.1.8 Penyimpanan ASI Perahan

Penyimpanan ASI sangat diperlukan karna berbagai alasan, misalnya: pada ibu yang bekerja yang tidak memungkinkan ibu membwa bayinya ketempat kerja, bayi tidak mampu menghisap puting bayi, dan ibu sakit dan tidak mampu memberi ASIsecara mandiri (Sulistiwaty, 2009).

Tempat penyimpanan ASI yang sudah di perah dalam kantung plastik polietilen (misal plastik gula); atau wadah plastik untuk makanan atau yang bisa dimasukkan dalam microwave, wadah melamin, gelas, cangkir keramik. Jangan masukkan dalam gelas plastik minuman kemasan maupun plastik styrofoam. Beri tanggal dan jam pada masing-masing wadah. Dinginkan dalam refrigerator (kulkas). (Dewi Yamina, 2011) Sumber: Tabloid Ibu & Anak

Lamanya hasil pompa/peras disimpan tergantung dari tempat. ASI pompa atau peras pada suhu ruangan, jika ruangan tidak ber-AC, disarankan tidak lebih dari 4 jam. Jika ruangan ber-AC, bisa sampai 6 jam. Dalam 4 jam ke depan ASI hasil pompa/ peras tidak akan diberikan pada bayi, maka segeralah simpan di lemari es ASI ini bisa bertahan sampai 8 (delapan) hari dalam suhu lemari es, jika ditempatkan dalam compartment yang terpisah dari bahan makanan lain yg ada di lemari es tsb.

ASI hasil pompa/perasan dapat juga disimpan dalam freezer biasa sampai 3(bulan) lamanya. Namun Ibu jangan menyimpan ASI ini di bagian pintu freezer, karena bagian ini yang mengalami perubahan dan variasi suhu udara terbesar. ASI


(30)

hasil pompa/perasan bahkan dapat disimpan sampai dengan 6 (enam) bulan di dalamnya. (Kompas, 2011)

2. 9 Pemberian ASI perahan

Pemberian ASI perah dapat juga menggunakan sendok, jangan botol susu karena bisa mengakibatkan bayi bigung puting. Jika terdapat sisa ASI perah, jangan disimpan karena sudah tercemar. Agar ASI tidak terbuang, simpan ASI perah dalam wadah ukuran sekali minum (Danuatmaja, 2007).

Setelah disimpan, saat akan diberikan kepada anak pun perlu penanganan khusus, yakni: mengambil ASI yang disimpan berdasarkan waktu pemerahan ASI (yang pertama diperah harus diberikan lebih dulu). Untuk ASI yang disimpan di lemari pendingin cukup dihangatkan dengan cara meletakkan botol di wadah berisi air hangat selama 15 menit, sambil dikocok secara perlahan.

Untuk ASI beku, keluarkan botol susu yang berisi ASI beku. Setengah jam sebelum waktu menyusui, rendamlah di dalam wadah berisi air hangat. Atau pindahkan ASI beku ke lemari pendingin bagian bawah semalam sebelumnya. Saat akan digunakan esok hari, susu akan mencair, kemudian hangatkan. ASI beku yang dicairkan dapat tahan 24 jam dalam lemari pendingin. Ingat, jangan membekukan kembali ASI yang sudah di pindahaka kelemari pendingin (Kompas, 2011).


(31)

2.2 KONSEP ASI Eksklusif 2.2.1 Defenisi ASI eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk madu dan airgula) (Ari,2009).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan apapun sejak lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan (Sitti, 2009).

ASI eksklusif merupakan pemberian ASI sedini mungkinsetelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan lain. (Sri Purwanti, 2004)

2.2.2 Keuntungan Pemberian ASI Eksklusif 1) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan

Faktor yang mempengaruhi kecerdasan anak yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik atau faktor bawaan yang di turunkan oleh orang tuan yang tidak dapat di manipulasi ataupun di rekayasa. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat di manipulasi atau direkayasa.

Secara garis besar terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu:

Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik- otak (ASUH),


(32)

Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH). 2) ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berda dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang sudah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindunga dan di sayangi inilah yang menjadi dasar perkembangan kemosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.

2. 3 Faktor – faktor dalam Pelaksanan ASI Esklusif 2.3.1 Persiapan fsikologi Ibu

Persiapan psikologis ibu sangat penting untuk menyusui sangat penting karena keputusan atau sikap ibu yang positif tentang menyusui harus sudah ada pada saat kehamilan. Atau bahkan jauh sebelumnya. Langkah – langkah yang dapat di lakukan dalam mempersiapkan ibu secara psikologis/ kejiwaan untuk menyusui.(Anik, 2009)

2.3.2 Upaya meningkatkan produksi ASI

Pada masa hamil dapat di anjurkan meningkatkan gizi dan kesehatan ibu. Menggunakan BH yang bentuknya menyokong dan ukuran sesuai dengan payudra. Memeriksa payudara dan puting susu.( Anik, 2009)

Sesudah melahirkan ibu dapat langsung menyusui banyinya 1jam pertama segera setelah melahirkan. Menyusui bayi setiap 2 jam siang dan malam hari dengan lama menyusui 10- 15 menit di setiap payudara.( Sulistywati, 2009).


(33)

2.3.3 Perawatan puting payudara

Demi keberhasilan menyusui, putting susu dan payudara memerlukan perawatan sejak dini secara teratur. Perawatan payudara selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak, produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah menyusui (Annik, 2009).


(34)

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan pemberian ASI Esklusif pada ibu yang bekerja di Kecamatan Porsea. Adapun gambaran pengetahuan pemberian ASI Eksklusif akan digambarkan sebagai berikut :

Skema: Kerangka konsep penelitan

1. Defenisi ASI Eksklusif. 2. Manfaat ASI

3. Komposisi ASI

4. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI

5. Cara pemberian ASI 6. Cara pengeluaran ASI 7. Cara penyimpanan ASI Pengetahuan ibu


(35)

3.1Defenisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur

Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eklusif

Segala sesuatu yang diketahui atau di jawab oleh responden tentang defenisi ASI Eksklusif, manfaat ASI , komposisi ASI , faktor yang

mempengaruhi produksi ASI, cara pemberian ASI, cara pengeluaran ASI, cara penyimpanan ASI

Kuisioener

sebanyak 20 pernyataan.

1. Kurang, apabila Peryataan dijawab benar oleh Ibu<56% 2. Cukup, apabila Peryataan dijawab benar oleh Ibu 56%- 75%

3. Baik, apabila pertanyaan dijawab benar oleh ibu 76- 100%


(36)

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini mengunakan desain deskriptif dengan jenis penelitian cross

sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Kecamatan Porsea.

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang sedang menyusui dan tinggal di Kecamatan Porsea. Dari hasil survey awal pada tanggal 8 April 2011, diperoleh peneliti terdapat dari 350 ibu- ibu yang sedang menyusui bayi di 17 desa. Data ini diperoleh dari Puskesmas Porsea Kecamatan Porsea. (Data Januari- Desember 2010)

4. 2.2. Sampel

Menurut Arikunto (2006), jika besar populasi > 100 maka sampel diambil 10% -15% atau 20% - 25%. Maka sampel pada penelitian ini adalah 10/100 x 300 = 30. Karna waktu penelitian masih tersedia maka diambil sampel 36 orang . Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu jenis non propability yang menetapkan sampel dengan memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti sampai dengan jumlah


(37)

sampel dapat mewakili populasi yang akan di teliti. Kriteria yang di tetapkan peneliti yaitu:

Ibu- ibu yang mempunyai bayi yang tinggal di Kecamatan Porsea. Ibu-ibu yang memberikan ASI Eksklusif.

Ibu yang bekerja

Bersedia menjadi responden

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di masyarakat Kecamatan Porsea. Lokasi ini dipilih karena wilayahnya belum pernah ada penelitian tentang ASI Eksklusif dan banyaknya jumlah populasi ibu-ibu yang mempunyai bayi.

4.2 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: penelitian ini dapat dilakukan setelah mendapat izin dari institusi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Puskesmas Porsea Kecamatan Porsea. Setelah mendapat persetujuan peneliti melakukan pengumpulan data dimana peneliti mengukur langsung pada ibu-ibu yang mempunyai bayi. Sebelum melakukan penelitian, responden diberi penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan, manfaat dari penelitian, dan kegiatan dalam penelitian, hak-hak responden dalam penelitian dan kerahasiaan akan terjaga.

Responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan yang telah dibuat peneliti. Responden berhak untuk menentukan sendiri kesediaan


(38)

berpartisipasi sampai akhir penelitian walaupun penelitian masih berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dalam informed consent yang berupa persetujuan partisipasi secara lisan atau yang ditandatangani oleh responden sebelum penelitian dilaksanakan.

4.3 Instrument Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner disusun secara tertutup dengan menggunakan skala Gutman dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban dan responden hanya memilih satu diantaranya. Kuesioner ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu data demografi, dan pertanyaan yang berkaitan tentang gambaran pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Kuesioner tentang data demografi responden meliputi: umur, agama, suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan. Pertanyaan karakteristik responden meliputi usia bayi yang disusui, dan apakah ibu pernah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan dari petugas kesehatan tentang ASI Eksklusif.

Sedangkan kuesioner yang berkaitan dengan gambaran pengetahuan pemberian ASI Esklusif 20 pertanyaan. Masing-masing terdiri dari gambaran pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif 3 pernyataan, tentang manfaat ASI 3 pernyataan, tentang komposisi ASI 2 pernyataan, tentang faktor yang mempengaruhi produksi ASI eksklusif 2 pernytaan, cara pemberian ASI 4 pernyataan, cara pengeluaran ASI 3 pernyataan, dan cara penyimpanan ASI 3 peryataan. Peryataan terdiri atas peryataan positif dan negatif, setiap peryataan


(39)

0 dan untuk peyataan negatif yang menjawab “Tidak” mendapatkan nilai 1 dan

yang menjawab “Ya” mendapat nilai 0 .

4.4 Validitas Penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidtan atau kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikonto, 2006). Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini berupa uji validitas isi, yaitu dengan instrument yang mengacu pada isi yang sesuai dengan variabel yang diteliti (Patricia, 2002).

Validitas isi instrumen penelitian ini dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti dalam makna juga mengandung unsur objektif tetapi mengacu pada isi yang dikehendaki. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan oleh orang yang ahli dalam berkompetensi dibagian keperawatan maternitas Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan uji validitas tersebut, kuesioner disusun kembali dengan bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pertanyaan yang akan mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan teori atau konsep. Dari hasil uji validitas terdapat 20 soal yang telah valid dan dapat disebarkan kepada responden.

4.5 Reliabilitas Penelitian

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji


(40)

reliabilitas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas konsistensi internal karena memiiki kelebihan yaitu pemberian instrument hanya untuk satu kali dengan satu bentuk instrument kepada subjek (Arikunto, 2006).

Uji reliabilitas penelitian ini dilakukan terhadap 30 orang ibu-ibu yang memberikan berian ASI Eksklusif dan tinggal di Kecamatan Laguboti. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus cronbach‘s

alpha. Dari hasil pengolahan data di peroleh nilai alpha 0,76. Suatu instrument

dikatakan reliabel apabila memiliki nilai reabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hugler, 1999).

4.6 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian Pendidikan Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada kepala Camat Kecamatan Porsea. Setelah mendapat izin dari kepala Camat Kecamatan Porsea, selanjutnya dilakukan pengumpulan data penelitian.

Adapun teknik pengumpulan data penelitan ini dengan cara mendatangi dari rumah kerumah ibu-ibu yang memiliki kriteria sampel. Sebelumnya, peneliti juga sudah memberikan lembar persetujuan responden untuk di tandatangani dan bersedia menjadi responden.

Setelah responden menandatangani informed consent, peneliti membagikan instrument penelitiaan kepada responden dan dipersilahkan untuk


(41)

menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti yaitu berupa data demografi dan gambaran pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya. Dalam hal ini peneliti menunggu hasil jawaban dari responden pada saat itu juga sehingga jika ada kekurangan kelengkapan data, peneliti dapat menyuruh responden untuk melengkapinya saat itu juga.

4.7 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data melalui beberapa tahap yaitu editing dilakukan untuk memeriksakan ketepatan dan kelengkapan data. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden. Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapanya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Kemudian data yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan kedalam program komputer. Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Kemudian data yang telah perbaiki dapat disimpan dan siap untuk dianalisis

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka hasil analisa data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui hasil persentase dan gambaran pengetahuan pemberian ASI Eksklusif. Adapun untuk pengolahan data pengetahuan menggunakan presentase dengan rumus:

P= a/b x 100% Keterangan :


(42)

P : Persentase

a : Jumlah peryataan yang dijawab benar. b : Jumlah semua pernyataan.

Alasan menggunakan rumus ini, karena jawaban setiap responden berbeda dan dihitung berdasarkan setiap jawaban, kemudian interprestasi data dari hasil penelitian dikelompokkan dalam 3 kategori, yang mengacu pada teori Arikunto (2003), yaitu :

1. Baik : Bila pertanyaan dijawab benar oleh ibu 76% - 100% 2. Cukup : Bila pertanyaan dijawab benar oleh ibu 56% - 75% 3. Kurang : Bila pertanyaan dijawab benar oleh ibu <56%.

Selanjutnya peneliti memasukan data kedalam teknik komputerisasi.

4.9.1. Statistik Univariat

Statistik univariat adalah suatu metode untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hugler, 2002). Pada penelitian ini, metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa data demografi dan gambaran pelaksanaan pemberian ASI Esklusif. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel.


(43)

5.1 Hasil Penelitian

Dari proses pengambilan data yang dilakukan dari tanggal 1 sampai 31 agustus 2011, diperoleh informasi tentang gambaran pengetahuan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Porsea.

Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian yang terdiri dari: penelitian deskripsi karakteristik responden dan deskripsi gambaran pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif pada ibu bekerja.

5.1.1Deskripsi Karakteristik Responden di Kecamatan Porsea

Umur responden bervariasi mulai dari yang terlalu muda di bawah 18 tahun dan umur ibu yang terlalu tua di atas 40 tahun. Distribusi responden menurut kelompok umur menunjukan bahwa mayoritas usia ibu 30-35 tahun (36,6%), dan minoritas usia ibu 18- 23 tahun (6,6%).

Dilihat dari distribusi karakteristik suku, mayoritas responden bersuku Batak (90%). Distribusi responden mayoritas mempunyai tingkat pendidikan SMA (76,66%), dan minoritas pendidikan terakhir di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar (3.3%).

Distribusi responden menurut jenis pekerjaan menunjukkan bahwa dari 30 responden mayoritas Wiraswasta (46,6%) dan minoritas Pegawai Negeri Sipil (3,3%). Dalam penelitian ini juga diketahui mayoritas responden beragama Kristen Protestan (80%).


(44)

Dari hasil penelitian ditemui 7 responden (23,3%) baru memiliki satu bayi, dan selebihnya sebanyak 23 responden (76.6%) telah memiliki bayi lebih dari satu. Ibu-ibu yang pernah mendapatkan penyuluhan atau penjelasan tentang ASI Eksklusif dari petugas kesehatan sebesar (60%), sedangkan yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan tentang ASI Eksklusif sebesar (40%) . Berikut dapat dilihat lebih jelas dari tabel 1 berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Porsea (n = 30).

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Usia

a) 18 – 23 b) 24 – 29 c) 30 – 35

d) 36 – 40 Agama

a) Islam

b) Kristen Katolik c) Kristen Protestan d) dll

Suku

a) Batak b) Jawa Pendidikan

a) SD b) SMP c) SMA d) PT 2 12 11 5 1 3 24 2 27 3 0 1 23 6 6,6 40 36,6 16,6 3.3 10 80 6,6 90 10 0 3,3 76,6 20


(45)

Lanjutan tabel 1 Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Kecamatan Porsea (n = 30).

Karakteristik Frekuensi Persentase Pekerjaan

a) PNS

b) Pegawai swasta c) Wiraswasta

d) Ibu Rumah Tangga

Jumlah Anak a) Satu orang

b) Lebih dari 1 orang Ibu pernah mendapat penyuluhan

a) Ya b) Tidak

1 5 14 10 7 23 18 12 3,3 16,6 46,6 33,3 23,3 76,6 60 40

5.1.1Deskripsi gambaran pelaksanaan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja

Berikut ini hasil penelitan tentang pengetahuan responden tentang ASI Eksklusif.

a. Pengetahuan Tentang ASI Esklusif

Dari 3 pernyataan tentang pemahaman ASI Eksklusif, mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak (93,3%- 100%) tentang defenisi ASI, defenisi


(46)

kolostrum, dan defenisi ASI Eksklusif . Hanya (3,3%) yang menjawab salah dalam pernyataan defenisi kolostrum.

Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemahaman tentang ASI Esklusif di Kecamatan Porsea.

No Pernyataan

Ya Tidak Total

(%)

F % F %

1 Defenisi ASI ( Air Susu Ibu) 28 93,3 2 6,6 100 2 Defenisi kolostrum 29 96,6 1 3,3 100 3 Defenisi ASI Eksklusif 30 100 0 0 100

b. Pengetahuan Ibu tentang manfaat ASI

Dari 3 pernyataan tentang manfaat ASI mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak (66,6%- 100%) tentang manfaat ASI sebagai makanan alamiah, sebagai upaya meningkatakan hubungan psikologis, dan sebagai alat kontrasepsi. Hanya (33,3 %) yang menjawab salah dalam pernyataan ASI sebagai alat kontrasepsi.

Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemahaman tentang manfaat ASI Esklusif di Kecamatan Porsea.


(47)

(%)

F % F %

1 Manfaat ASI sebagai makanan alamiah

30 100 0 0 100

2 Manfaat ASI sebagai upaya meningkatkan hubungan psikologis.

30 100 100 0 100

3 Manfaat ASI sebagai alat kontrasepsi.

20 66,6 10 33,3 100

c. Pengetahuan Tentang Komposisi ASI

Dari 2 pernyataan tentang komposisi ASI, mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak (96,6%- 100%) tentang ASI mengandung anti infeksi dan ASI sebagai zat nutrisi. Hanya (3,3%) yang menjawab salah dalam pernyataan defenisi ASI sebagai zat nutrisi.

Tabel 4.Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemahaman tentang Komposisi ASI di Kecamatan Porsea.

No Pernyataan

Ya Tidak Total

(%)

F % F %

1 ASI mengandung anti infeksi 29 96,6 1 3,3 100 2 ASI sebagai Zat nutrisi 30 100 0 0 100

d. Pengetahuan Ibu Tentang Produksi ASI

Dari 2 peryataan tentang faktor yang mempengaruhi produksi ASI mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak (90%- 100%) tentang faktor yang


(48)

menurunkan produksi ASI dan faktor yang meningkatkan produksi ASI. Hanya (3%) yang menjawab salah dalam faktor yang menurunkan produksi ASI.

Tabel 5. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Esklusif di Kecamatan Porsea.

No Pernyataan

Ya Tidak Total

(%)

F % F %

1 Faktor yang menurunkan produksi ASI.

27 90 3 10 100

2 Faktor yang meningkatkan produksi ASI

30 100 0 0 100

e. Cara pemberian ASI

Dari 4 pernyataan faktor teknik pemberian ASI, mayoritas pernyataan 1 dan 3 di jawab benar yaitu sebanyak (50- 93,3%) tentang menyusui dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayi, bayi dapat mengosongkan payudara 10- 15 menit disetiap payudara, ASI diperah diberikan melalui dot dan ASI yang beku dapat di hangatkan. Hanya (10%) yang menjawab salah pada pernyataan bayi mengosongkan payudara 10- 15 menit disetiap payudara.

Tabel 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Faktor yang mempengaruhi Teknik Pemberian ASI ASI di Kecamatan Porsea.

No Pernyataan

Ya Tidak Total

(%)

F % F %

1 Bayi mengosongkan payudara10- 15 menit disetiap payudara.


(49)

2 ASI diperah diberikan melalui dot. 15 50 15 50 100 3 Menyusui dilakukan sesuai dengan

kebutuhan bayi

28 93,3 2 6,6 100

4 ASI yang beku dapat di hangatkan 18 60 12 40 100

f. Cara Pengeluaran ASI

Dari 3 pernyataan tentang faktor pengeluaran ASI 30 responden mayoritas menjawab benar yaitu sebanyak (60%- 90%) tentang cara mengeluarkan ASI, cara memberikan ASI yang telah disimpan dan waktu pengeluaran ASI. Hanya (10 %) yang menjawab salah dalam pernyataan cara mengeluarkan ASI dan waktu pengeluaran ASI.

Tabel 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Faktor yang mempengaruhi Pengeluaran ASI di Kecamatan Porsea.

No Pernyataan

Ya Tidak Total

(%)

F % F %

1 Cara mengeluarkan ASI 27 90 3 10 100 2 Cara memberikan ASI yang

telah di simpan

18 60 12 40 100

3 Waktu pengeluaran ASI 19 63,3 11 36,6 100


(50)

Dari 3 pernyataan tentang teknik penyimpanan ASI mayoritas responden menjawab salah yaitu sebanyak (66,6- 60%) tentang cara penyimpanan ASI, tempat atau wadah penyimpanan ASI, dan waktu penyimpanan ASI. Hanya (33,3 %) yang menjawab benar dalam pernyataan tempat atau wadah penyimpanan ASI.

Tabel 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Tempat Penyimpanan ASI Esklusif di Kecamatan Porsea.

No Pernyataan

Ya Tidak Total

(%)

F % F %

1 Cara menyimpan ASI 12 40 18 60 100 2 Tempat atau wadah

Penyimpanan ASI

10 33,3 20 66,6 100

3 Waktu penyimpanan ASI 11 36,6 19 63,3 100

5.2 Pembahasan

Dalam bab pembahasan ini akan dibahas “Bagaimana Gambaran

Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja di Kecamatan Porsea”. a. Pengetahuan tentang ASI eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 2 menunjukan bahwa faktor pemahaman tentang ASI Ekslusif pada bayi mayoritas menjawab dengan benar yaitu (93,3 -100%) tentang defenisi ASI, defenisi kolostrum, dan defenisi ASI Eksklusif di Kecamatan Porsea.

Asumsi penelitian berkaitan dengan tingkat pendidikan bahwa mayoritas responden adalah Sekolah Menengah Atas (76,6%). Hal ini sesuai dengan


(51)

pendapat Muzaham (1995), ibu yang berpendidikan lebih tinggi akan mendorong seseorang akan mencari informasi yang lebih banyak tentang hal yang sedang terjadi dan dengan pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan dalam menghadapi masalah hidup dan akan berdampak pada timbulnya suatu proses pematangan suatu pandangan (Mindo, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas yang memberi ASI ekslusif berada pada kategori umur antara 24-29 tahun, yaitu sebanyak 40% (12 orang), minoritas pada usia 18- 23 tahun , yaitu sebanyak 6,6% (2 orang).

Hal tersebut tidak sesui dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa umur mempengaruhi pengetahuan seseorang, karena semakin tua usia maka pengetahauan semakin bertambah. Soetjiningsih (1997), juga menjelaskan bahwa usia ibu mempengaruhi bagimana ibu mengambil keputusan dalam pemeliharaan kesehatan dirinya, semakin bertambah usia maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah. Atau dengan usia yang bertambah pengalaman terhadap pengetahuan dan sumber informasi yang didapat lebih baik (Dini, 2006)

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian ibu yang berpengetahuan baik memberi ASI Eksklusif dikarenakan informasi yang mereka terima tentang ASI Eksklusif bagi bayi mereka sebayak (60%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rohani (2007) peningkatan pemberian ASI Eksklusif disertai dengan peningkatan pengetahuan dan informasi yang ditrima.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang berpengetahuan baik ada pada kategori ibu yang bekerja yaitu 65% (20


(52)

orang), minoritas ibu yang tidak bekerja yaitu 33,3% (10 orang) berpengetahuan kurang. Hal ini disebabkan ibu yang bekerja mempunyai lingkungan yang lebih luas sehingga informasi yang didapatpun lebih banyak, sedangkan bagi ibu yang tidak bekerja apabila informasi dari lingkungannya kurang maka pengetahuannyapun kurang, apalagi bila ibu tersebut tidak aktif dalam mengikuti berbagai kegiatan kesehatan maka informasi yang diterimanya akan lebih sedikit. Penelitian Purwanti (2004) menemukan bahwa ibu yang tidak bekerja kurang mendapatkan informasi tentang ASI eksklusif disebabkan karena ibu kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pertukaran informasi dan pengalaman baik dari lingkungan kerja maupun dari luar.

Menurut Depkes RI (1999) pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan dalam memberikan ASI ekslusif. Pengetahuan ibu yang bekerja lebih baik di banding dengan ibu yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI ekslusif (Dini, 2004). b. Pengetahuan Ibu tentang mamfaat ASI

Berdasarkan penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang manfaat ASI mayoritas menjawab benar yaitu (66,6%- 100%) tentang manfaat ASI sebagai makanan alamiah, sebagai upaya meningkatakan hubungan psikologis, dan sebagai alat kontrasepsi.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Rohani (2007) bahwa sebagian responden yang berpengetahuan baik memberi ASI Eksklusif dikarenakan informasi yang mereka dapat mengenai program KB lengkap dengan


(53)

pengertian, manfaat dan juga kendala-kandala yang bisa ibu alami selama menyusui bayi mereka sehingga mereka memilih untuk memberi ASI Eksklusif bagi bayi mereka.

Pemberian ASI secara Ekskluisif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi sampai 6 bulan setelah kelahiran ini disebabkan oleh isapan bayi meransang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi sehingga menunda kesuburan. ASI juga dapat mencengah kanker payudara, kanker ovarium, dan anemia defisiensi zat besi (Sitti, 2009).

Manfaat ASI (Air Susu Ibu), merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat gizi di dalamnya secara optimal mampu meningkatkan perkembangan psikomotorik, kognitif, penglihatan, emosi yang hangat, dan kepribadian yang percaya diri. ASI dapat memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak (Sitti, 2009).

c. Pengatahuan tentang Komposisi ASI

Berdasarkan penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 4 menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ASI mayoritas responden menjawab benar yaitu (90%- 100%) tentang ASI mengandung anti infeksi dan zat nutrisi.

Penelitian Djoenada yang dikutip Suharyono, dkk (1992) menyatakan bahwa ibu yang bekerja mempengaruhi produksi ASI. Walaupun ibu telah diajarkan bagaimana mempertahankan produksi ASI, ternyata jumlah ibu yang


(54)

ASInya masih cukup pada usia bayi 6 bulan lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dan alasan lain yang dipakai ibu yang bekerja supaya membiasakan bayi menyusu dari botol bila nanti ditinggal kerja.

Menurut Markum (2002) juga menyatakan bahwa peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran bakteriostatik, anti alergi atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI mengandung sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat merangsang peningkatan status imun pada bayi. Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna.

ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga memacu perkembangan yang memadai dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak yang diketahui. Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya (Soetjiningsih, 2001).

Menurut penelitian Winda (2010) ASI merupakan komponen penting pada sistem imun mukosa gastrointestinal maupun mukosa lain. Karena alasan-alasan itulah angka kejadian diare pada bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif


(55)

lebih rendah apabila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.

d. Pengetahuan tentang Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Berdasarkan penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 5 menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ASI mayoritas responden menjawab benar yaitu sebanyak (90%- 100%) tentang faktor yang menurunkan produksi ASI dan faktor yang meningkatkan produksi ASI. Hanya (3%) yang menjawab salah dalam faktor yang menurunkan produksi ASI.

Penelitian Dian (2006) menjelaskan bahwa produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain faktor makanan ibu, faktor isapan bayi, frekuensi menyusui, riwayat penyakit, faktor psikologis, berat badan lahir, jenis persalinan, umur kehamilan saat melahirkan, konsumsi rokok, konsumsi alkohol, cara menyusui yang tidak tepat, rawat gabung dan perawatan payudara.

Kondisi psikologis ibu dalam hal ini keyakinan dan motivasi untuk menyusui sangat menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Menurut hasil penelitian 80% lebih kegagalan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif adalah faktor psikologis ibu menyusui, begitu kita tidak yakin maka secara bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi ASI) untuk bekerja lambat, dan akhirnya produksi ASI menurun ( Prasetyono, 2009).


(56)

Memompa ASI secara manual dengan tangan pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat meningkatkan angka menyusui pada bayi, dibandingkan menggunakan pompa ASI. Tindakan memompa ASI secara manual ini diamati berhasil meningkatkan produksi ASI. Selain itu, para ibu yang ikut serta dalam penelitian ini juga mengaku merasa lebih nyaman melakukannya dibandingkan menggunakan pompa ASI. Rasa percaya diri mereka untuk terus menyusui juga semakin bertambah, sehingga mereka akan terus berusaha untuk menyusui secara eksklusif. Sementara para bayi juga akan dapat menikmati manfaat dari ASI eksklusif dalam jangka waktu lebih lama. Demikian menurut hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Archives of Disease in Childhood.

Peneliti menyatakan bahwa memompa ASI adalah metode paling cepat dan efisien untuk merangsang produksi ASI. Mereka juga menyarankan para ibu untuk belajar memompa ASI dengan cara manual selain menggunakan pompa, terutama jika bayinya kekurangan ASI akibat belum dapat mengisap dengan baik. Penelitian epidemiologis dan survei membuktikan bahwa orang yang makan yang bernutrisi mampu meningkatkan produksi ASI (Santoso, 2010)

e. Pengetahuan tentang Cara Pemberian ASI

Berdasarkan penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 6 menunjukkan bahwa teknik pemberian ASI, mayoritas di jawab benar yaitu sebanyak (93,3- 50%) tentang menyusui dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayi, bayi dapat mengosongkan payudara 10- 15 menit disetiap payudara, ASI diperah diberikan melalui dot dan ASI yang beku dapat di hangatkan. Hanya (10%) yang


(57)

menjawab salah pada pernyataan bayi mengosongkan payudara 10- 15 menit disetiap payudara. Penelitian Santaria (2005) pengetahuan ibu- ibu dalam kategori baik dalam pemberian ASI eksklusif.

Tetapi peneltian Rohani (2007) bahwa ibu yang bekerja cenderung untuk tidak memberi ASI Eksklusif karena mereka terlalu sibuk dan tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu yang lama sehingga mereka membiasakan bayi mereka menyusu dari botol dengan susu formula atau memberikan makanan tambahan sejak dini.

Secara psikologis, pemberian ASI perahan melalui dot mengakibatkan proses pembentukan rahang bayi menjadi lebih maju. Pemberian susu botol juga membuat kebiasaan menyusu bayi berubah. Bayi akan menyusu pada botol, yaitu sering menunggu ASI menetes. Pada akhirnya mengakibatkan produksi ASI berkurang atau berhenti. Bingung putting, karena tidak puas bayi dapat menghisap putting dengan kuat sehingga dapat menimbulkan iritasi (luka) pada sekitar putting susu, Riama (2009).

Dari hasil penelitian Walshaw (2005), para ibu menyusui disarankan memberikan ASI kepada bayi maksimum 10 menit setiap tiga jam. Kemudian, mereka memberikan ASI kedua apabila si bayi masih menunjukkan rasa lapar.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Komite Dokter Umum dan Asosiasi Praktisi Medis Inggris diketahui bahwa memberikan ASI secara rutin setiap 10 menit setiap hari membuat bayi lebih sehat dan berat badannya lebih baik. Teknik


(58)

ini dianggap lebih baik dibandingkan dengan metode baby led atau mengikuti keinginan bayi yang meminta ASI jika lapar.

f. Pengetahuan tentang Cara Pengeluaran ASI

Berdasarkan penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 7 menunjukkan bahwa faktor pengeluaran ASI, mayoritas menjawab benar yaitu sebanyak (60%- 90%) tentang cara mengeluarkan ASI, cara memberikan ASI yang telah disimpan dan waktu pengeluaran ASI. Hanya (10 %) yang menjawab salah dalam pernyataan cara mengeluarkan ASI dan waktu pengeluaran ASI.

Hal ini bertolak belakang engan penelitian Nurharjanti (2009), bahwa dalam penelitiannya di dapati (60 %) perawat tidak memeras ASI dulu untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja, tidak melakukan pengosongan payudara/memeras ASI di tempat kerja setiap 3-4 jam dan bahkan semuanya tidak melakukan kebiasaan memeras ASI sejak 1 bulan sebelum bekerja.

Beberapa alasan yang dikemukakan antara lain adalah perawat tidak yakin produksi ASI cukup untuk bayinya, motivasi yang kurang untuk memberikan ASI meskipun mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana tetap menyusui sambil bekerja dan beralih ke susu formula (Utami Roesli, 2000).

Pemberian ASI perahan dapat menggunakan cangkir dan sendok, jangan menggunakan botol/dot karena hal ini akan menyebabkan bayi bingung puting. (Perinasia,2004). Begitu ibu kembali dari tempat kerja, susukan bayi langsung dari payudara. Hal ini diperlukan untuk menjaga refleks ASI & kerja


(59)

hormon-hormon ASI, sehingga produksi ASI tetap terjaga. Jadi ASI peras yg ada bisa disimpan untuk hari-hari berikutnya (Judarto, 2009).

g. Pengetahuan tentang Cara Penyimpanan ASI

Berdasarkan penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan pada tabel 8 menunjukkan bahwa teknik penyimpanan ASI mayoritas responden menjawab salah (33,3- 40 %).

Hal ini sejalan dengan penelitian Efa (2010) tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu bekerja tentang penyimpanan ASI didapatkan sebagian besar (51,42%) tingkat pengetahuan kurang, hampir setengahnya (28,57%) tingkat pengetahuan cukup, sebagian kecil (20%) tingkat pengetahuan baik.

Menurut Hinda (2011) dalam penelitiannya bahwa penyimpanan ASI yang terbaik di wadah yang terbuat dari kaca atau plastik. Sebagian besar penelitian mengklaim bahwa botol kaca harus menjadi pilihan pertama sebagai mereka lebih baik untuk tujuan menyimpan susu karena mereka memberikan perlindungan terbaik dari setiap kontaminasi yang masuk akal.

Hal ini sangat disayangkan bila ibu tidak memberikan ASI, karena penyimpanan ASI perah di rumah dapat memenuhi kebutuhan bayi akan ASI terutama pemberian ASI Eksklusif. ASI perah dapat disimpan di lemari pendingin dalam wadah tertutup dan dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja (Perinasia, 2004).


(60)

Selain itu pekerjaan ibu juga dapat mempengaruhi pengetahuan dalam memberiakan ASI eksklusif. Pengetahuan ibu yang bekerja lebih baik di banding dengan ibu yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karna ibu yang bekerja memilki akses yang lebih baik terhadap informasi termasuk mendapatkan informasi tentang penyimpanan ASI eksklusif (Depkes RI, 1999). Kurangnya peran dari petugas kesehatan dalam mambrikan penyuluhan tentang bagaimana cara penyimpanan ASI yang baik mangakibatkan ibu kurang memahami proses penyimpanan ASI yang baik.


(61)

Pada bab ini akan dibuat kesimpulan dan saran hasil penelitian sebagai berikut

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai gambaran pengetahuan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di Kecamatan Porsea pada 1 sampai 31 agustus 2011 dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, mayoritas menjawab benar sebanyak (93,3%), tentang manfaat ASI mayoritas menjawab benar sebanyak (66,6%), pengetahuan tentang komposisi ASI mayoritas menjawab benar sebanyak (96,6%), pengetahuan tentang produksi ASI mayoritas menjawab benar sebanyak (90%).

Sedangkan pengetahuan ibu tentang cara pemberian ASI yang menjawab benar dan salah sebanyak (50%), cara pengeluaran ASI menjawab benar sebanyak (60%) dan cara penyimpanan ASI yang menjawab salah sebanyak (66,6%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis sampaikan guna meningkatkan pelaksanaan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja di kecamatan porsea adalah sebagai berikut :


(62)

a. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan tenaga kesehatan tentang pelaksanaan pemberian ASI eksklusif sehingga menjadi dorongan baginya untuk selalu memberikan penyuluhan kepada ibu- ibu yang memiliki bayi.

b. Bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi bahan masukan khususnya bagi tenaga pendidikan agar lebih menekankan pada materi pelaksaan pemberian ASI eksklusif di bidang maternitas.

c. Bagi peneliti dapat mengembangkan wawasan peneliti dan merupakan pengalaman berharga dalam melatih kemampuan melakukan penelitian. d. Di harapkan agar ibu yang sedang menyusui agar lebih aktif datang ke

posyandu sehingga dapat menerima informasi tentang pemberian ASI eksklusif sehingga pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif meningkat.


(63)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32726/1/fkm-arifin4.pdf Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Bobak, M & Irene et, al. (2004). Keperawatan Maternitas. Edisi 4, Jakarta: EGC. Nursalam (2000). Metodelogi Riset Keperwatan. Jakarta: Info Medika.

Ambarwati, E & Wulandari. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendika Press

Magdalena, S. Silalahi. (2005). Pengetahuan dan Sikap Ibu-Ibu Menyusui di Kota

dan di Desa tentang Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

Handayani, Dini. (2007). Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Pemberian AASI Eksklusif berdasarkan karateristik ibu di Puskesmas

Sukawarna Kota Bandung. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Besral, Nurmiati. (2008).Pengaruh Durasi Pemberian ASI Terhadap Ketahan

Hidup Bayi di Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas

Indonesia.

Hasrimayana. (2009). Hubungan Antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kedawung II Seragen. Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadyah Surakarta.

Dian, Lestari. (2009). Faktor – Faktor yang Mempangaruhi Ibu dalam Pemberian


(64)

Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Dalimunthe, A. Sally. (2011). Faktor-Faktor Kegagalan Pemberian ASI

Esklusif Pada Bayi 0-6 Bulan. Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Danuatmaja, B.(2003). 40 Hari Pasca Persalinan Masalah Dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.

Yatimin. (2008). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Memberikan Makanan

Tambahan Pada Usia 0- 6 Bulan. Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara

Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Esklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Sulistywati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Adi.

Simkin, Penny, Dkk. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, & Bayi. Jakarta: Arcan.

Sitti, Saleha. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Anik, Maryani. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta: Trans Info

Media.

http://aghifaris.blogspot.com/2011/02/manfaat-pemberian-asi-pada-bayi.html http://female.kompas.com/read/2010/03/29/19540273/Cara.Menyimpan.ASI.yang


(65)

Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Sinclair, costance. (2003) Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC

Sri purwanti, Hubertin. (2003) Konsep penerapan ASI eksklusif: buku saku untuk

bidan. Jakarta: EGC

Riordan, Jan. (2000) Buku saku menyusui dan laktasi. Jakarta: EGC

Kristiyansari, Weni. (2009) ASI,MENYUSUI & SADARI. Yogjakarta: Nuha Medika

Polit, D.F &hugler, B.P (1999)nursing research:principlesand method(5th editian). Philadelphia: J.B lippincott company


(66)

2. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti. A. Data Demografi

1. Kode (diisi peneliti) : ……..

2. Umur : …….. Tahun

3. Agama: ( ) Islam ( ) Kristen Katolik ( ) Kristen Protestan ( ) Dll

4. Suku / Bangsa: ( ) Batak ( ) Melayu ( ) Jawa ( ) Lain-lain

5. Pendidikan Terakhir: ( ) SD ( ) SMU

( ) SMP ( ) Perguruan Tinggi 6. Pekerjaan: ( ) Pegawai negeri ( ) Wiraswasta

( ) Pegawai swasta ( ) Ibu rumah tangga

7. Bayi yang sedang disusui merupakan anak ke ……… usianya bulan 8. Apakah ibu pernah mendapat penjelasan/penyuluhan tentang ASI Eksklusif ?

( ) Ya ( ) Tidak


(67)

Berikan tanda checklist (√) pada salah satu kolom Ya atau Tidak yang menjadi

jawaban ibu!

No Pernyataan Skor

Tidak Ya Pengetahuan ASI Esklusif

1 ASI ( Air Susu Ibu) adalah suatu jenis makanan yang mencukupi semua seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologis, sosial, maupun spritual.

2 ASI dan kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar berwarna kekuningan.

3 ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman pendamping sampai usia 6 bulan.

Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat ASI

4 ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna dan diserap oleh usus bayi. 5 ASI dapat memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak. 6 Pemberian ASI pasca bersalin dapat mengurangi resiko

perdarahan .

Pengetahuan Tentang Komposisi ASI

7 ASI mengandung anti infeksi yang dapat mencengah penyakit yang terjadi pada bayi seperti diare dan infeksi saluran pernapasan.

8 ASI bayak mengandung protein, lemak, zat besi, zat anti infeksi, taurin, vitamin, dan mineral.

Pengetahuan Ibu Tentang Faktor yang mempengaruhi produksi ASI


(68)

11 Bayi dapat mengosongkan payudara ibu setiap 10- 15 menit disetiap payudara.

12 ASI yang sudah diperah dapat diberikan melalui dot.

13 Menyusui bayi dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayi dengan melihat tanda- tanda bayi ingin menyusui seperti bayi menangis, bayi rewel, dan bayi nampak gelisah. 14 ASI yang sudah beku dapat di hangatkan dengan

menggunakan air panas yang ada di dalam mangkok atau berupa wadah untuk di hangatkan.

Cara Pengeluaran ASI

15 ASI dapat di perah dengan menggunakan tangan dan pompa. 16 Sebelum ibu bekerja ASI di perah dulu dan di berikan oleh

pembantu atau orang yang menjaga dengan menggunakan sendok.

17 Pemerahan ASI dilakukan lebih sering jika produksi ASI sedikit.

Cara Peyimpanan ASI

18 ASI yang sudah di perah disimpan didalam lemari es selama 8 hari.

19 Penyimpanan ASI perahan dilakukan dengan menggunakan kantung plastik, (misalnya: plastik gula).

20 Setelah di perah ASI dapat disimpan selama: 4-8 jam dalam temperature ruangan (19- 25 derajat Celsius), 2 minggu sampai 4 bulan di freezer.


(69)

/STATISTICS=DESCRIPTIVE SCALE /SUMMARY=TOTAL.

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 29 96.7

Excludeda 1 3.3

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.518 20

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

VAR00001 .9310 .25788 29

VAR00002 .8966 .30993 29

VAR00003 .9655 .18570 29

VAR00004 1.0000 .00000 29

VAR00005 1.0000 .00000 29

VAR00006 .4828 .50855 29

VAR00007 .7586 .43549 29

VAR00008 1.0000 .00000 29


(70)

VAR00014 .3448 .48373 29

VAR00015 .8621 .35093 29

VAR00016 .4828 .50855 29

VAR00017 .5862 .50123 29

VAR00018 .2759 .45486 29

VAR00019 .1034 .30993 29

VAR00020 .1724 .38443 29

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

VAR00001 12.6897 4.936 .148 .508

VAR00002 12.7241 4.993 .060 .521

VAR00003 12.6552 4.948 .230 .503

VAR00004 12.6207 5.172 .000 .520

VAR00005 12.6207 5.172 .000 .520

VAR00006 13.1379 4.695 .099 .523

VAR00007 12.8621 4.837 .076 .524

VAR00008 12.6207 5.172 .000 .520

VAR00009 12.8276 4.219 .462 .441

VAR00010 12.6897 4.722 .343 .483

VAR00011 12.7586 4.761 .188 .501

VAR00012 13.3448 5.234 -.129 .568

VAR00013 12.7241 5.207 -.092 .543

VAR00014 13.2759 4.350 .292 .475

VAR00015 12.7586 4.618 .286 .484

VAR00016 13.1379 4.123 .383 .450

VAR00017 13.0345 4.820 .046 .536


(71)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(72)

Biaya kertas dan tinta print proposal Rp. 100.000 Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 10.000 Beli Buku Rp. 300.000 Fotocopy perbanyak proposal Rp. 50.000 Internet Rp. 50.000 PENGUMPULAN DATA

Izin penelitian Rp. 100.000 Transportasi Rp. 100.000 Fotocopy kuesioner dan persetujuan penelitian Rp. 60.000 ANALISA DATA DANN PENYUSUNAN LAPORAN

Biaya print Rp. 100.000

Penjilitan Rp. 80.000

Penggandaan laporan penelitian Rp. 150.000

Rp. 1.100.000


(73)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rina Sibuea

Tempat/ tanggal lahir : Balasaribu, 14 Januari 1989

Jenis kelamin : Wanita

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Balasaribu Kecamatan Porsea

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 1736373 Inpres Porsea

2. SLTP Negeri 2 Siraituruk

3. SMU BTB Balige

4. Akper YTP Arjuna Laguboti

5. Fakultas Keperawatan USU Medan