Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189
38
mengalami alih fungsi lahan dari non industri menjadi kawasan industri.
Penelitian ini mencoba mendeteksi arah dan konsentrasi pertumbuhan industri
unggulan di
Kota Surakarta,
dengan diketahuinya pola tersebut diharapkan akan
dapat digunakan sebagai dasar untuk mendesain
kebijakan tentang
penataan wilayah industri di Surakarta agar dapat
tertata secara
spasial, struktural,
dan berkelanjutan sustainability.
2. KAJIAN LITERATUR
Para ahli ekonomi geografi melakukan studi utuk mengetahui ketergantungan antara
transportasi geografi dari suatu daerah dengan lokasi aktifitas
sektor industri didaerah tersebut. Perpindahan barang-
barang dan orang-orang merupakan aktifitas sangat penting dalam ekonomi klasik
maupun moderen. Ekonomi klasik menyang- kut kegiatan berskala kecil dan merupakan
transfer barang berskala lokal. Industri moderen berkaitan dengan aktifitas ekonomi
berskala besar dan meliputi berbagai macam perpindahan barang secara internasional
Wheeler Muller, 1986: 72, dalam Wahyudin 2004.
Masih dalam
Wahyudin 2004,
disebutkan pula bahwa konsentrasi spasial menyangkut sifat dan fungsi koneksi antar-
tempat di dunia. Ullman 1957, menge- mukakan tiga konsep interaksi spasial yaitu:
complementary,
transferability and
intervening opportunity. Konsep complemen- tary mengacu pada pendapat Bertil Ohlin,
bahwa masing-masing daerah merupakan komplemen bagi daerah lainnya. Jika terjadi
kelebihan permintaan pada suatu daerah, akan dipenuhi oleh daerah lainnya. Konsep
transferability merupakan transfer kemam- puan dari daerah ke daerah lain. Hambatan
utama dari konsep ini adalah adanya jarak range antara daerah asal dengan daerah
tujuan. Semakin dekat jarak antar daerah, tingkat interaksi cenderung semakin tinggi,
demikian juga sebaliknya. Konsep terakir adalah intervening opportunity, konsep ini
mengacu pada teori migrasi Samuel A. Stouffer 1940 yang mengatakan
no necessary relationship betwen distance and
mobility, but the number of persons going a given distance is directly propotional to the
number of opportunities at that distance and inversely proportional to the number of
intervening opportunities between origin and destination.
Arif dan Soeratno 2015, telah
melakukan penelitian tentang pergerakan spasial 4 sektor ekonomi yaitu; sektor jasa,
perdagangan, industri
dan konsentrasi
pemukiman penduduk di Kota Surakarta, metoda yang digunakan dalam penelitian ini
adalah permodelan menggunakan Sistem Informasi Geografis SIG dengan pende-
katan patrent analysis pada tahun 1994 sampai dengan tahun 2010. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pemukiman mengarah pada Kecamatan
Jebres, Banjarsari, dan Serengan. Sektor jasa dan perdagangan mengarah dan mengelom-
pok pada Kecamatan Serengan dan Laweyan, sedangkan sektor industri terkonsentrasi di
wilayah Serengan dan sebagian wilayah Pasar Kliwon. Penelitian tersebut menjelas-
kan pula tentang analisis kegunaan lahan tertinggi highest used, dimana kegunaan
lahan tertinggi sektor jasa terletak pada Kecamatan Pasar Kliwon dan Banjarsari,
sedangkan sektor perdagangan dan industri terdapat pada wilayah Pasar Kliwon dan
Serengan.
Ferdyansyah, Deny dan Santoso, Eko B. 2013. Melakukan penelitian tentang Pola
Spasial Kegiatan Industri Unggulan di Propinsi Jawa Timur dengan melakukan
identifikasi daerah konsentrasi kegiatan industri,
mengukur besarnya
indeks
ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016
39
spesialisasi dan aglomerasi pendekatan yang dilaigunakan
dalam penelitian
tersebut adalah Static Location Quotient SLQ dan
Dinamic Location Quotient DLQ, dan analisis Sistem Informasi Geografis SIG.
Hasil tersebut ini menunjukkan bahwa kegiatan industri unggulan tekstil, barang
kulit, dan alas kaki memiliki pola kegiatan industri unggulan yang terspesialisasi di
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Tuluagung.
Wahyudin 2004, mencoba mengung- kap
pola spasial
industri manufaktur
berorientasi ekspor di Indonesia, hasil dari penelitian ini adalah bahwa lokasi industri
manufaktur yang berorientasi ekspor di Indonesia tahun 1990 hingga tahun 1999
cenderung mengumpul di tiga pulau utama, yaitu Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Daerah
industri
di pulau
Jawa tahun
1990 terkonsentrasi di bagian barat Jawa Barat
dan DKI Jakarta dan bagian timur Jawa Timur. Pada tahun 1999 terjadi perubahan
pola, dimana daerah industri berstrata sangat tinggi di Pulau Jawa terkonsentrasi hanya
dibagian barat Pulau Jawa Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Di Sumatra hanya Propinsi Sumatra Utara saja yang berada pada strata sangat
tinggi tahun 1990, pada 1999 berpindah ke Propinsi Riau. Kalimantan pada tahun 1990
dan tahun 1999 tidak mempunyai propinsi pengekspor industri manufaktur yang berada
pada strata tinggi. Sedangkan pada tingkat kabupatenkota, tingkat ekspor paling tinggi
pada tahun 1990 berlokasi di sekitar pusat pusat perdagangan, dan sebagian besar dekat
dengan kota pelabuhan, misalnya; Jakarta Utara, Deli Serdang, Surabaya, palembang,
Medan, Musi Banyu Asin, dan sebagainya. Lebih lanjut dikemukakan oleh Wahyudin,
bahwa tren indeks entropi total yang menurun sejak tahun awal pengamatan 1990
hingga tahun 1999 mencerminkan adanya peningkatan penyebaran industri manufaktur
yang berorientasi ekspor di Indonesia, dengan kata lain, pada tahun pengamatan
menunjukan
konsentrasi spasial
yang cenderung semakin menurun.
3. METODE PENELITIAN