HASIL DAN PEMBAHASAN Konsentrasi Spasial Industri Industri Unggulan Kota Surakarta

Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 40 sektor industri yang sama di Kota Surakarta; dan Vt adalah nilai output total PDRB sektor industri Kota Surakarta. Kriteria pengukuran dari nilai LQ yang dihasilkan mengacu kepada kriteria yang dikemukakan Bendavid- Val, sebagai berikut: Bila nilai LQ suatu komoditas 1 maka komoditas yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding- kan di tingkat regional, sehingga merupakan komoditas unggulan bagi daerah; Bila nilai LQ suatu komoditas 1 maka komoditas yang bersangkutan tidak terspesialisasi, sehingga bukan merupakan komoditas unggulan. Bila nilai LQ suatu komoditas = 1 maka komoditas yang bersangkutan sama tingkat spesialisasinya dengan tingkat regional. Dalam kaitanya dengan pembahasan yang dilakukan, bila nilai LQ 1 maka sektor tersebut merupakan sektor unggulan di daerah dan potensi untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila nilai LQ 1 maka sektor tersebut bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial dikembangkan sebagai pengerak perekonomian daerah Kuncoro, 2000. Analisis distribusi spasial sektor industri Entropi Theil Analisis distribusi spasial sektor industri ini dilakukan untuk mengetahui pola konsentrasi geografis industri unggulan di Kota Surakarta. Merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro 2002, untuk mengetahui distribusi konsentrasi spasial suatu wilayah dapat digunakan indeks ketidakmerataan entropi Theil. Lebih lanjut dikekukakan oleh kuncoro, indeks ini mempunyai kelebihan dapat menyajikan lebih dari satu titik pada suatu waktu, dapat digunakan untuk melihat perbandingan selama waktu tertentu, dan menyediakan secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil. Indeks tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut;   d ij n ij ij j N y y y l log 1    Dimana : Iy j adalah indeks entropi keseluruhan atas kesenjangan spasial Kota Surakarta. y ij adalah jumlah tenaga kerja sektor industri unggulan Kecamatan i terhadap seluruh jumlah tenaga kerja sektor industri unggulan yang ada Surakarta. N d adalah jumlah seluruh kecamatan di Surakarta. Sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga, digunakan metode pengukuran pemusatan titik spasial antar kecamatan di Kota Surakarta rumus yang digunakan adalah; Y d adalah jumlah unit industri unggulan masing-masing kecamatan dalam Kota Surakarta p ; N rj adalah jumlah seluruh unit industri seluruh kecamatan di Surakarta. Nilai indeks entropi berkisar antara 0 sampai dengan 1, dimana nilai 0 mengindikasikan terjadinya pemusatan secara spasial. Kuncoro, 2002.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kota Surakarta merupakan daerah urban yang menjadi simpul beberapa wilayah hinterlandnya, dengan demikian Surakarta adalah daerah pusat pertumbuhan yang menjadi bangkitan bagi wilayah disekitar Surakarta. Sebagaimana teori yang berlaku dalam ekonomi regional tentang pusat pertumbuhan, disebutkan bahwa daerah pusat pertumbuhan merupakan pusat kegiatan keekonomian dimana banyak barang dan jasa terkonentrasi dan membentuk suatu kegiatan ekonomi. Konsekuensinya adalah terjadinya                    p ij rj d ij d ij p p d d rj d p p d j N Y y Y y Y N N Y Y y l  log log 1 1 ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016 41 magnetic force yang menarik individu atau institusi yang berorientasi pada kemudahan dalam menunjang kegiatan mereka, sehingga wilayah ini menjadi wilayah padat penduduk bersama dengan aktifitasnya Yunus, 2008:53. Data PDRB Surakarta Tahun 2014 menunjukkan bahwa perekonomian Kota Surakarta berkembang dengan ditopang oleh dua sektor inti, yaitu sektor Perdagangan dan industri. Identifikasi Industri Unggulan Kota Surakarta Analisis industri unggulan dalam penelitian ini menggunakan analisis Leverage Quotient LQ, dimana konsep ini memiliki kemampuan dalam mengklasifi- kasikan komoditas sektor industri unggulan pada wilayah tertentu dibandingkan dengan wilayah regional Bendavid-Val,1991. Kriteria pengukuran dari nilai LQ yang dihasilkan mengacu kepada kriteria yang dikemukakan Bendavid-Val, sebagai berikut: Bila nilai LQ suatu komoditas 1 maka komoditas yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibandingkan ditingkat regional, sehingga merupakan komoditas unggulan bagi daerah. Hasil analisis industri unggulan Kota Surakarta dirangkum dalam Tabel 3, temuan dari kajian ini mendukung temuan yang sebelumnya dipublikasikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdaga- ngan Kota Surakarta pada Tahun 2014, dimana dalam skala regional Surakarta memiliki lima industri unggulan di wilayah Jawa Tengah, kelima industri tersebut adalah: makanan dan minuman ISIC 15, tekstil dan produk tekstilaneka ISIC 17, pakaian jadi ISIC 18, percetakan ISIC 22, dan industri mebelfurniture ISIC 36. Gambar 1. Pe ta administrsi K ota Surakarta S um ber: K antor L in gkungan H id up, Bappeda Kota Sura karta Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 42 Tabel 3 Analisis Industri Unggulan Kota Surakarta ISIC KBLI 2009 JUMLAH PERUSAHAAN TENAGA KERJA ORANG VALUE ADDED Rp. 000 1 2 3 4 5 15 Makanan dan Minuman 463 3.073 227.354.000 17 Tekstil dan Produk Tekstil 376 4.831 256.350.000 18 Pakaian Jadi 219 2.067 941.787.902 22 Percetakan 198 1.543 287.796.000 36 Mebel Furniture 132 839 53.660.306 Sumber: Surakarta dalam Angka, beberapa tahun diolah Pola Spasial Konsentrasi Industri Unggulan Kota Surakarta Diketahuinya industri unggulan Kota Surakarta, menjadi dasar pada kegiatan analisis tahap-tahap selanjutnya, pada bagian ini akan dijelaskan hasil analisis bentuk dan pola spasial kewilayahan konsentrasi industri unggulan Kota Surakarta, dimana pendekatan dilakukan dengan Sistem Informasi Geografis SIG berdasarkan jumlah unit industri Gambar 2 dan jumlah tenaga kerja sektor industri unggulan Kota Surakarta Gambar 3. Analisis ini membagi unit data menjadi lima kategori berdasarkan kriteria natural breaks Jenks 1 dengan dikombinasi- kan dengan metode entrophy theil yaitu Konsentrasi Sangat Tinggi bernilai 6,5persen sampai dengan 9,2persen; Konsentrasi Tinggi bernilai 3,6persen sampai 5,6persen; Konsentrasi Sedang 1,8persen hingga 2,6persen; Konsentrasi Rendah bernilai antara 0,9persen hingga 1,6persen. Konsentrasi Spasial Industri Unggulan Kota Surakarta Hasil analisis pada gambar 2, mendasarkan pada banyaknya wilayah yang memiliki unit-unit industri yang menghasil- kan produk unggulan di Kota Surakarta 1 Natural Break Jenks ArcGIS 9.3 classification for spatial distributions data per unit analysis dengan unit analisis Desa Kelurahan pada Tahun 2014 2 . Dalam Gambar tersebut ditunjukkan wilayah yang memiliki Konsen-trasi sangat Tinggi berada di 4 Kecamatan yaitu: 1 Mojosongo dan Jebres Kecamatan Jebres, pada wilayah ini terdapat 182 unit penghasil produk unggulan dengan dominasi industri makanan dan minuman serta industri mebeler; 2 Laweyan dan Pajang Kecamatan Laweyan, daerah ini memiliki konsentrasi spasial industri unggulan yang sangat tinggi yaitu sebanyak 158 unit dengan dominasi sektor industri pakain jadi ISIC 18 dan industri makanan dan minuman ISIC 15; 3 Tipes Kecamatan Serengan, wilayah Tipes terklasifikasi dalam wilayah yang memiliki konsentrasi industri unggulan yang sangat tinggi karena wilayah ini memiliki unit industri sebanyak 80 unit yang didominasi oleh sektor industri pakaian jadi; 4 Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon, sektor industri unggulan di wilayah Semanggi didominasi oleh industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi, dan industri tekstil, dengan jumlah total sebanyak 63 unit. 2 Data Disperindag Kota Surakarta Tahun 2014, berdasarkan Survey Tahun 2012 sd 2013 ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016 43 Gambar 2. Konsentrasi Spasial Industri Unggulan berdasarkan Banyaknya Unit Industri Kota Surakarta Sumber: Disperindag, Bappeda, Peta guna LahanKota Surakarta, dianalisis Wilayah yang terklasifikasi dalam konsentasi tinggi terdapat pada 3 wilayah, yaitu Sondakan Kecamatan Laweyan, Nusukan dan Kadipiro Kecamatan Banjarsari, dan Danukusuman Kecamatan Serengan. Jika dilihat letaknya secara spasial wilayah-wilayah dengan klasifikasi industri tinggi ini memiliki keterkaitan secara geografis dengan wilayah berkategori sangat tinggi kecuali Tipes dan Semanggi, kemudian jika dicermati lebih lanjut industri- industri yang terdapat dalam wilayah inipun sama, sehingga muncul kemungkinan terdapatnya kluster-kluster industri yang saling berafiliasi pada wilayah-wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 2, nampak konsentrasi wilayah yang memiliki industri unggulan mengelompok pada sebelah utara dan selatan Kota Surakarta, sedangkan wilayah tengah Kota hanya terkategori dalam kelompok sedang dan rendah, hal ini menjelaskan bahwa wilayah tengah Kota Surakarta bukan merupakan wilayah industri. Distribusi spasial tenaga kerja industri unggulan Kota Surakarta sebagaimana dalam Gambar 3, menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi tenaga kerja industri unggulan berada diwilayah Kerten dan Laweyan Kecamatan Laweyan, kemudian menjalar diwilayah sekitarnya seperti Pajang dan Sondakan, bagian utara Kota Surakarta Kadipiro, Mojosongo dan Jebres terklasifikasi dalam konsentrasi tinggi bersama dengan Semanggi, Danukusuman dan Tipes, sementara wilayah tengah kota, Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 44 Gambar 3. Konsentrasi Spasial Industri Unggulan berdasarkan Banyaknya Tenaga Kerja Kota Surakarta Sumber: Disperindag, Bappeda, Peta guna Lahan Kota Surakarta, dianalisis terkelompok dalam klasifikasi sedang- rendah. Jika dikaitkan dengan hasil analisis unit industri unggulan Kota Surakarta pada Gambar 2, Kerten tidak termasuk dalam wilayah yang memiliki unit industri unggulan tinggi namun Kerten memiliki konsentrasi tenaga kerja yang paling tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada industri unggulan berskala besar dan bersifat padat karya yang terdapat di Kerten. Mendasarkan dari beberapa temuan hasil analisis pada Gambar 2, dan 3 diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1 daerah yang memiliki kriteria sangat Tinggi dan Tinggi berdasarkan kriteria analisis terletak dipinggir atau berbatasan langsung dengan hinterland Kota Surakarta sedang wilayah pusat kota justru tidak memiliki konsentrasi spasial sebesar wilayah pinggirnya; 2 terdapat konsentrasi industri yang menglompok diwilayah utara dan selatan Kota Surakarta baik berdasarkan unit industri dan tenaga kerja pada industri unggulan Kota Surakarta, dimana hal ini menunjukkan terdapatnya kluster beberapa sektor industri pada wilayah-wilayah tersebut. Dalam mendukung kesimpulan tersebut, analisis konsentrasi wilayah akan dilakukan pada masing-masing unit industri. Industri Makanan dan Minuman ISIC15 Industri makanan dan minuman di Kota Surakarta berkembang cukup signifikan dalam periode observasi, industri ini merupakan sektor industri terbanyak berdasarkan jumlah perusahaan dibandingkan ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016 45 Gambar 4. Distribusi Spasial Industri Makanan dan Minuman Kota Surakarta Sumber: Disperindag, Bappeda, Peta guna Lahan Kota Surakarta, dianalisis dengan industri unggulan lainnya, tercatat sebanyak 463 jumlah perusahaan yang bergerak dalam sektor ini dengan daya serap tenaga kerja sebanyak 3.073 pekerja dan menghasilkan value added senilai Rp227.354 .000.000. Ha sil analisis distribusi spasial industri makanan dan minuman Kota Surakarta pada Gambar 4 menunjukkan bahwa Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres adalah wilayah yang memiliki konsentrasi spasial tertinggi berdasarkan jumlah unit industri, sedangkan wilayah berkriteria Konsentrasi Tinggi terletak di Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. Pola distribusi spasial yang terbentuk dari hasil analisis menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman Surakarta menyebar dihampir seluruh wilayah Surakarta dengan kategori konsentrasi sedang hingga rendah, hanya Mojosongo dan Pajang yang terindikasi mengalami pemusatan industri makanan dan minuman. Data Survey Industri Kota Surakarta Disperindang Surakarta yang digunakan sebagai dasar penelitian ini menunjukkan bahwa Kecamatan Jebres merupakan wilayah penghasil makanan olahan berupa tahu, tempe, olahan roti dan makanan ringan dimana sebagian besar tenaga kerja subsektor makanan dan minuman di wilayah ini terserap pada produk makanan tahu tempe. Perbandingan data dengan hasil analisis penelitian meyimpulkan bahwa Jebres merupakan daerah dimana terdapat kluster atau sentra industri makanan dan minuman dengan produk andalan tahu dan tempe yang berpusat di Kelurahan Mojosongo. Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 46 Sebagaimana hasil analisis SIG pada Gambar 4, terindikasi pola yang menge- lompok pada titik di Kelurahan Pajang. Temuan ini menyimpulkan bahwa industri makanan dan minuman di wilayah Laweyan memiliki pola yang memusat, yaitu di Kelurahan Pajang. Tentang jenis industri yang berlokasi di Kelurahan Pajang sebagaimana Data Survey Industri Kota Surakarta yang digunakan dalam penelitian ini mengungkap bahwa Pajang merupakan daerah yang memiliki beragam jenis industri makan diantaranya adalah industri roti, makanan ringan dan pengolahan tahu, tidak ditemukan salah satu diantara industri tersebut yang mendominasi. Industri Tekstil dan Produk dari TekstilAneka Industri tekstil dan produk tekstil aneka ISIC 17, merupakan industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Kota Surakarta. Berdasarkan Tabel 3, sektor ini mampu menampung sebanyak 4.831 tenaga kerja, atau sekitar 40 persen dari seluruh tenaga kerja sektor industri unggulan di Surakarta. Pola distribusi spasial pada industri ini mirip dengan persebaran industri makanan dan minuman yang terkonsentrasi hanya pada beberapa titik. Hasil analisis konsentrasi spasial ISIC 17 adalah sebagai- mana ditunjukkan dalam Gambar 5. Analisis SIG tentang pola konsentrasi wilayah atau persebaran lokasi industri tekstil dan aneka tertinggi teridentifikasi di wilayah Tipes Gambar 5. Distribusi Spasial Industri Tekstil dan Produk dari Tekstil Surakarta Sumber: Disperindag, Bappeda, Peta guna Lahan Kota Surakarta, dianalisis ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016 47 Kecamatan Serenan, berdasarkan data BPS Kota Surakarta, wilayah Tipes merupakan wilayah penghasil produk-produk tekstil dan turunannya, pada wilayah ini kontribusi industri tekstil terhadap pembentukan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja sangat terasa, terutama pekerja perempuan yang tidak terdidik. Wilayah lain dengan konsentrasi industri tekstil dan aneka berkategori tinggi terdapat di wilayah Mojosongo Kecamatan Jebres dan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon. Lebih lanjut, konsentrasi yang terjadi pada analisis ini mengindikasikan bahwa masing-masing wilayah tidak berbatasan secara langsung, sehingga dapat disimpulkan bahwa industri tekstil dan produk tekstil Kota Surakarta tidak berkonjungsi secara spasial sehingga tidak mengindikasikan terjadinya keterkaitan antar wilayah. Industri Pakaian Jadi ISIC18 Industri pakaian jadi telah menjadi penopang kegiatan perekonomian dan perdagangan di Kota Surakarta sejak berabad lampau, hasil industri ini tidak hanya merupakan industri unggulan melainkan telah menjadi primadona dan benchmark ikon Surakarta. Produk andalan dari sektor ini adalah batik, sebagaimana analisis pada Tabel 3, sektor industri ini mampu menghasilkan nilai tambah sebesar Rp941.787.902.000. Sentra-sentra industri pakaian jadi berkembang pesat seiring makin populernya produk dari sektor ini, dalam analisis konsentrasi wilayah dengan SIG, dapat diketahui bagaimana pola spasial industri ini terkelompok. Gambar 6 menunjukkan pola konsen- trasi unit produksi pakaian jadi Surakarta, dimana dapat diketahui terjadinya pemusatan Gambar 6. Konsentrasi Spasial Industri Pakaian Jadi Kota Surakarta Sumber: Disperindag, Bappeda, Peta guna Lahan Kota Surakarta, dianalisis Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 48 dengan area yang cukup luas meliputi beberapa wilayah. Secara spasial konsentrasi wilayah tersebut mencakup wilayah Kecamatan Laweyan dengan penopang sebanyak empat titik yaitu; Laweyan, Sondakan, Pajang, dan Kerten dengan konsentrasi tertinggi diwilayah Laweyan. Wilayah Kecamatan Pasar Kliwon meliputi Kauman, Sangkrah, dan Semanggi serta wilayah Serengan yang terpusat di Tipes. Berdasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa Kota Surakarta memiliki 2 kluster dengan 4 sentra wilayah industri pakaian jadi, melihat besarnya kontribusi yang dihasilkan pada sektor ini dapat diartikan bahwa industri pakaian jadi merupakan industri yang dominan terhadap pendapatan daerah Surakarta, sehingga perlu adanya regulasi yang tepat dalam mengatur keberlanjutan sustainability industri ini. Wilayah-wilayah dalam sentra industri pakaian jadi sebagaimana dalam Gambar 6, merupakan daerah yang secara spasial memiliki keterkaitan satu sama lain jika dianalisis menggunakan analisis geografis, namun perlu dilakukan pula analisis untuk mengidentifikasi wilayah mana diantara sentra-sentra tersebut yang dapat menjadi core centre sektor industri pakaian jadi di wilayah Kota Surakarta, untuk itu pada penelitian lebih lanjut, akan dilakuakan analisis agglomeration index diantara sentra tersebut dalam menentukan wilayah utama yang menjadi core centre indutsri pakaian jadi Kota Surakarta dengan mempertimbang- kan aspek-aspek pembentuknya. Industri Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi ISIC 22 Industri Penerbitan, Percetakan, dan Reproduksi merupakan salah satu industri yang memiliki cakupan dan bidang alur pekerjaan yang sangat luas, namun secara singkat industri ini dapat diartikan sebagai sebuah industri yang memiliki kumpulan aktivitas ekonomi terkait dengan penciptaan atau penggunaan pengetahuan dan informasi, David 2002. Perkembangan industri ini di Surakarta banyak sekali dipengaruhi oleh keterlibatan kondisi sosial budaya Surakarta, fungsi kota Surakarta yang berperan sebagai kota budaya dan pendidikan berdampak sangat besar dalam perkembangan sektor ini. Hasil analisis konsentrasi spasial industri penerbitan, percetakan, dan reproduksi sebagaimana gambar 7, menjelas- kan keadaan yang menyebar dispersed pada seluruh wilayah Kota Surakarta, hal tersebut berindikasi pada tidak terjadinya sentra ataupun kluster pada sektor ini. Gambar 7 menunjukkan bahwa wilayah dengan jumlah industri terbanyak pada sektor ini terdapat pada wilayah Sudiroprajan, yang berikat dengan Kedung lembu dan Kampung baru. Konsentrasi yang cukup tinggi terjadi pula di wilayah Tegalharjo dengan wilayah pendukung di Desa Gilingan, sedangkan wilayah lainya terkategori dalam kelompok konsentrasi sedang hingga sangat rendah. Dari sisi tenaga kerja, sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Arif dan Utomo 2015 tentang konsentrasi tenaga kerja sektor industri Percetakan dan Penerbitan di Kota Surakarta, menunjukkan bahwa nilai konsentrasi tenaga kerja sektor penerbitan, percetakan, dan reproduksi terdistribusi merata di seluruh wilayah Kota Surakarta dengan derajat sedang hingga rendah. Mendasarkan hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa pada sektor industri ini tidak terjadi konsentrasi tenaga kerja, melihat kecenderungannya, dapat diartikan bahwa sektor ini tidak menyerap tenaga kerja sebanyak sektor lain, dengan kata lain sektor industri penerbitan, percetakan, dan reproduksi adalah industri padat modal yang banyak menggunakan teknologi moderen atau mesin daripada modal tenaga kerja. ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016 49 Gambar 7 Konsentrasi Spasial Industri Penerbitan, dan Percetakan Kota Surakarta Sumber: Disperindag, Bappeda, Peta guna Lahan Kota Surakarta, dianalisis Gambar 8. Konsentrasi Spasial Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 50 Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya ISIC 36 Industri unggulan terakhir berdasarkan analisis pada penelitian ini adalah industri furniture dan industri pengolahan lainnya. Kota Surakarta memiliki banyak industri furniture yang secara regional menjadi produk unggulan, namun furniture Kota Surakarta sedikit berbeda dengan sentra furniture di wilayah Jawa Tengah, dimana produk yang dihasilkan lebih banyak berupa furniture artistik sebagai bentuk hiasan dan industri kreatif berbahan dasar kayu dan turunannya. Analisis spasial industri furnitur dan pengolahan lainnya sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8, menjelaskan beberapa titik konsentrasi spasial berkategori tinggi, dimana berarti wilayah tersebut secara spaial menjadi tempat dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan produk furniture dan pengolahan lainnya di Surakarta. Wilayah-wilayah tersebut adalah; Jebres dan Joyotakan. Sejalan dengan peneitian Arif dan Utomo 2015 yang menjelaskan konsentrasi tenaga kerja Industri Furniture Kota Surakarta, berdasarkan score entrophi pemusatan wilayah tenaga kerja industri furniture dan pengolahan lain terdapat pada 5 wilayah, hal ini. Wilayah-wilayah tersebut adalah; Jebres, Joyotakan, Gilingan, Sriwedari, dan Kadipiro. Jebres merupakan wilayah dengan nilai entrophi tenaga kerja tertinggi, sehingga sebagian besar tenaga kerja sektor furniture terkonsentrasi pada wilayah ini, kemudian diikuti oleh wilayah lain. Hasil ini menguatkan analisis spasial konsentrasi industri pada Gambar 8, dimana jebres menjadi wilayah yang memiliki unit produksi terbanyak di Surakarta, dengan demikian temuan ini menjelaskan bahwa Jebres memiliki sentra industri yang terpusat dan mengelompok pada Kelurahan Jebres. Kontribusi sektoral tenaga kerja tinggi juga terdapat di Kelurahan Joyotakan, pada wilayah ini tenaga kerja dan unit produksi terkategori dalam kelompok tinggi, menjelaskan juga bahwa wilayah ini terdapat aktivitas industri furniture dan dan industri pengolahan lain yang cukup signifikan. Selain kedua wilayah tersebut Kelurahan Gilingan dan Sriwedari memiliki nilai entrophi tinggi, pada kedua wilayah ini furniture yang menghasilkan jenis industri kreatif berbahan dasar kayu dan turunannya terkonsentrasi.

5. KESIMPULAN