ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016
39
spesialisasi dan aglomerasi pendekatan yang dilaigunakan
dalam penelitian
tersebut adalah Static Location Quotient SLQ dan
Dinamic Location Quotient DLQ, dan analisis Sistem Informasi Geografis SIG.
Hasil tersebut ini menunjukkan bahwa kegiatan industri unggulan tekstil, barang
kulit, dan alas kaki memiliki pola kegiatan industri unggulan yang terspesialisasi di
Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Tuluagung.
Wahyudin 2004, mencoba mengung- kap
pola spasial
industri manufaktur
berorientasi ekspor di Indonesia, hasil dari penelitian ini adalah bahwa lokasi industri
manufaktur yang berorientasi ekspor di Indonesia tahun 1990 hingga tahun 1999
cenderung mengumpul di tiga pulau utama, yaitu Jawa, sumatra, dan Kalimantan. Daerah
industri
di pulau
Jawa tahun
1990 terkonsentrasi di bagian barat Jawa Barat
dan DKI Jakarta dan bagian timur Jawa Timur. Pada tahun 1999 terjadi perubahan
pola, dimana daerah industri berstrata sangat tinggi di Pulau Jawa terkonsentrasi hanya
dibagian barat Pulau Jawa Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Di Sumatra hanya Propinsi Sumatra Utara saja yang berada pada strata sangat
tinggi tahun 1990, pada 1999 berpindah ke Propinsi Riau. Kalimantan pada tahun 1990
dan tahun 1999 tidak mempunyai propinsi pengekspor industri manufaktur yang berada
pada strata tinggi. Sedangkan pada tingkat kabupatenkota, tingkat ekspor paling tinggi
pada tahun 1990 berlokasi di sekitar pusat pusat perdagangan, dan sebagian besar dekat
dengan kota pelabuhan, misalnya; Jakarta Utara, Deli Serdang, Surabaya, palembang,
Medan, Musi Banyu Asin, dan sebagainya. Lebih lanjut dikemukakan oleh Wahyudin,
bahwa tren indeks entropi total yang menurun sejak tahun awal pengamatan 1990
hingga tahun 1999 mencerminkan adanya peningkatan penyebaran industri manufaktur
yang berorientasi ekspor di Indonesia, dengan kata lain, pada tahun pengamatan
menunjukan
konsentrasi spasial
yang cenderung semakin menurun.
3. METODE PENELITIAN
Metodologi dalam studi ini menguna- kan desain penelitian data sekunder hasil
survey industri dan stastistik daerah dalam angka hasil publikasi Badan Pusat Statistik
Kota Surakarta dalam beberapa Tahun. Studi ini telah dilakukan dengan dua tahap, Tahap
pertama adalah mengetahui industri unggulan Kota Surakarta berdasarkan kategori ISIC,
pendekatan dilakukan dengan metode Shift Shared
dan Location
Quotient LQ,
menggunakan data kelompok industri ISIC pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2013
yang kemudian
dibandingkan dengan
kelompok yang sama pada level regional Propinsi Jawa Tengah. Tahap kedua adalah
mengetahui pola spasial konsentrasi industri unggulan di Surakarta, dalam tahap ini
pendekatan dilakukan menggunakan analisis Sistem Informasi Geografis SIG, data yang
digunakan adalah jumlah unit sektor industri unggulan pada masing-masing wilayah
penelitian.
Analisis Indistri Unggulan
Analisis untuk menentukan industri unggulan
Surakartadilakukan dengan
menggunakan metode LQ, konsep analisis metode LQ ini dipakai untuk mengklasi-
fikasikan komoditas sektor industri unggulan pada wilayah tertentu dibandingkan dengan
wilayah regional Bendavid-Val,1991.
Dimana vi adalah nilai output sektor industri di Propinsi Jawa Tengah; Vi adalah nilai
output total PDRB sektor industri di Propinsi Jawa Tengah; vt adalah nilai output
Vt vt
Vi vi
LQ
Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189
40
sektor industri yang sama di Kota Surakarta; dan Vt adalah nilai output total PDRB sektor
industri Kota Surakarta. Kriteria pengukuran dari nilai LQ yang dihasilkan mengacu
kepada kriteria yang dikemukakan Bendavid- Val, sebagai berikut: Bila nilai LQ suatu
komoditas 1 maka komoditas yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding-
kan di tingkat regional, sehingga merupakan komoditas unggulan bagi daerah; Bila nilai
LQ suatu komoditas 1 maka komoditas yang bersangkutan tidak terspesialisasi,
sehingga
bukan merupakan
komoditas unggulan. Bila nilai LQ suatu komoditas = 1
maka komoditas yang bersangkutan sama tingkat
spesialisasinya dengan
tingkat regional.
Dalam kaitanya dengan pembahasan yang dilakukan, bila nilai LQ 1 maka
sektor tersebut merupakan sektor unggulan di daerah dan potensi untuk dikembangkan
sebagai penggerak perekonomian daerah. Apabila nilai LQ 1 maka sektor tersebut
bukan merupakan sektor unggulan dan kurang potensial dikembangkan sebagai
pengerak perekonomian daerah Kuncoro, 2000.
Analisis distribusi spasial sektor industri Entropi Theil
Analisis distribusi
spasial sektor
industri ini dilakukan untuk mengetahui pola konsentrasi geografis industri unggulan di
Kota Surakarta. Merujuk dari penelitian yang dilakukan oleh Kuncoro 2002, untuk
mengetahui distribusi konsentrasi spasial suatu wilayah dapat digunakan indeks
ketidakmerataan entropi Theil. Lebih lanjut dikekukakan oleh kuncoro, indeks ini
mempunyai kelebihan dapat
menyajikan lebih dari satu titik pada suatu waktu, dapat
digunakan untuk melihat perbandingan selama waktu tertentu, dan menyediakan
secara rinci dalam sub unit geografis yang lebih kecil. Indeks tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut;
d ij
n ij
ij j
N y
y y
l log
1
Dimana : Iy
j
adalah indeks entropi keseluruhan atas kesenjangan spasial Kota
Surakarta. y
ij
adalah jumlah tenaga kerja sektor industri
unggulan Kecamatan
i terhadap seluruh jumlah tenaga kerja sektor
industri unggulan yang ada Surakarta. N
d
adalah jumlah
seluruh kecamatan
di Surakarta.
Sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga,
digunakan metode
pengukuran pemusatan titik spasial antar kecamatan di
Kota Surakarta rumus yang digunakan
adalah;
Y
d
adalah jumlah unit industri unggulan masing-masing
kecamatan dalam
Kota Surakarta
p ;
N
rj
adalah jumlah seluruh unit industri seluruh kecamatan di Surakarta.
Nilai indeks entropi berkisar antara 0 sampai dengan 1, dimana nilai 0 mengindikasikan
terjadinya
pemusatan secara
spasial. Kuncoro, 2002.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN