KESIMPULAN Konsentrasi Spasial Industri Industri Unggulan Kota Surakarta

Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 50 Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya ISIC 36 Industri unggulan terakhir berdasarkan analisis pada penelitian ini adalah industri furniture dan industri pengolahan lainnya. Kota Surakarta memiliki banyak industri furniture yang secara regional menjadi produk unggulan, namun furniture Kota Surakarta sedikit berbeda dengan sentra furniture di wilayah Jawa Tengah, dimana produk yang dihasilkan lebih banyak berupa furniture artistik sebagai bentuk hiasan dan industri kreatif berbahan dasar kayu dan turunannya. Analisis spasial industri furnitur dan pengolahan lainnya sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8, menjelaskan beberapa titik konsentrasi spasial berkategori tinggi, dimana berarti wilayah tersebut secara spaial menjadi tempat dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan produk furniture dan pengolahan lainnya di Surakarta. Wilayah-wilayah tersebut adalah; Jebres dan Joyotakan. Sejalan dengan peneitian Arif dan Utomo 2015 yang menjelaskan konsentrasi tenaga kerja Industri Furniture Kota Surakarta, berdasarkan score entrophi pemusatan wilayah tenaga kerja industri furniture dan pengolahan lain terdapat pada 5 wilayah, hal ini. Wilayah-wilayah tersebut adalah; Jebres, Joyotakan, Gilingan, Sriwedari, dan Kadipiro. Jebres merupakan wilayah dengan nilai entrophi tenaga kerja tertinggi, sehingga sebagian besar tenaga kerja sektor furniture terkonsentrasi pada wilayah ini, kemudian diikuti oleh wilayah lain. Hasil ini menguatkan analisis spasial konsentrasi industri pada Gambar 8, dimana jebres menjadi wilayah yang memiliki unit produksi terbanyak di Surakarta, dengan demikian temuan ini menjelaskan bahwa Jebres memiliki sentra industri yang terpusat dan mengelompok pada Kelurahan Jebres. Kontribusi sektoral tenaga kerja tinggi juga terdapat di Kelurahan Joyotakan, pada wilayah ini tenaga kerja dan unit produksi terkategori dalam kelompok tinggi, menjelaskan juga bahwa wilayah ini terdapat aktivitas industri furniture dan dan industri pengolahan lain yang cukup signifikan. Selain kedua wilayah tersebut Kelurahan Gilingan dan Sriwedari memiliki nilai entrophi tinggi, pada kedua wilayah ini furniture yang menghasilkan jenis industri kreatif berbahan dasar kayu dan turunannya terkonsentrasi.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dengan mengacu metode pelaksanaan kegiatan penelitian pada bagian metodologi, maka kesimpulan yang diperolah dalam studi ini dijabarkan dalam poin-poin sebagai berikut: Tujuan Pertama identifikasi industri yang menjadi unggulan di Kota Surakarta Hasil analisis industri unggulan dalam studi ini menemukan bahwa dalam skala regional Surakarta memiliki lima industri unggulan diwilayah Jawa Tengah, kelima industri tersebut adalah: makanan dan minuman ISIC 15, tekstil dan produk tekstilaneka ISIC 17, pakaian jadi ISIC 18, percetakan ISIC 22, dan industri mebelfurniture ISIC 36. Tujuan Kedua penelitian, tentang pola distribusi spasial keruangan Industri unggulan Kota Surakarta 1. Hasil analisis konsentrasi unit industri unggulan Kota Surakarta, menunjukkan wilayah Konsentrasi sangat Tinggi ISSN 2407-9189 Universty Research Coloquium 2016 51 berada di 4 Kecamatan yaitu: 1 Mojosongo dan Jebres Kecamatan Jebres; 2 Laweyan dan Pajang Kecamatan Laweyan; 3 Tipes Kecamatan Serengan, dan 4 Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon. 2. Distribusi spasial tenaga kerja industri unggulan Kota Surakarta sebagaimana dalam Gambar 3, menjelaskan bahwa konsentrasi tertinggi tenaga kerja industri unggulan berada diwilayah Kerten dan Laweyan Kecamatan Laweyan, kemudian menjalar diwilayah sekitarnya seperti Pajang dan Sondakan, bagian utara Kota Surakarta Kadipiro, Mojosongo dan Jebres terklasifikasi dalam konsentrasi tinggi bersama dengan Semanggi, Danukusuman dan Tipes, sementara wilayah tengah kota, terkelompok dalam klasifikasi sedang- rendah Tujuan Ketiga tentang konsentrasi spasial masing-masing sektor industri unggulan Kota surakarta 1. Analisis distribusi spasial industri makanan dan minuman Kota Surakarta menunjukkan bahwa Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres adalah wilayah yang memiliki konsentrasi spasial tertinggi berdasarkan jumlah unit industri, sedangkan wilayah berkriteria Konsentrasi Tinggi terletak di Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan. Pola distribusi spasial yang terbentuk dari hasil analisis menjelaskan bahwa industri makanan dan minuman Surakarta menyebar dihampir seluruh wilayah Surakarta dengan kategori konsentrasi sedang hingga rendah, hanya Mojosongo dan Pajang yang terindikasi mengalami pemusatan industri makanan dan minuman. 2. Analisis Sistem Informasi Geografis tentang pola konsentrasi wilayah atau persebaran lokasi industri tekstil dan aneka tertinggi teridentifikasi di wilayah Tipes Kecamatan Serenan. Wilayah lain dengan konsentrasi industri tekstil dan aneka berkategori tinggi terdapat di wilayah Mojosongo Kecamatan Jebres dan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon. 3. Pola konsentrasi pada industri pakaian jadi, diketahui terjadi pemusatan dengan area yang cukup luas meliputi beberapa wilayah. Secara spasial konsentrasi wilayah tersebut mencakup wilayah Kecamatan Laweyan dengan penopang sebanyak empat titik yaitu; Laweyan, Sondakan, Pajang, dan Kerten dengan konsentrasi tertinggi diwilayah Laweyan. Wilayah Kecamatan Pasar Kliwon meliputi Kauman, Sangkrah, dan Semanggi serta wilayah Serengan yang terpusat di Desa Tipes. 4. Industri penerbitan, percetakan, dan reproduksi sebagaimana gambar 7, menjelaskan keadaan yang menyebar dispersed pada seluruh wilayah Kota Surakarta, wilayah dengan jumlah industri terbanyak pada sektor ini terdapat pada wilayah Sudiroprajan, yang berikat dengan Kedung lembu dan Kampung baru. Konsentrasi yang cukup tinggi terjadi pula di wilayah Tegalharjo dengan wilayah pendukung di Desa Gilingan, sedangkan wilayah lainya terkategori dalam kelompok konsentrasi sedang hingga sangat rendah 5. Industri furnitur dan pengolahan lainnya sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 8, menjelaskan bahwa industri ini terkonsentrasi di wilayah Jebres dan Joyotakan. Universty Research Coloquium 2016 ISSN 2407-9189 52

6. REFERENSI