59
sederhana, sehingga diharapkan akan menghasilkan undang-undang yang jauh lebih banyak dan jauh lebih bermutu.”
Hak danatau kewenangan legislasi antara Dewan Perwakilan Rakyat dan DPD, seharusnya sama atau setara. “Ada pandangan politik yang menginginkan
DPD kuat, tapi dikhawatirkan seperti negara federal. Ada juga pandangan politik yang tidak menginginkan begitu, karena mereka menganggap negara kesatuan
Republik Indonesia jangan meniru negara federal, tapi merujuk negara unikameral. Akibatnya, rumusan pasal beserta ayat tentang DPD dalam konstitusi
itu bersifat kompromi.”
B. Kedudukan Dan Peran Dewan Perwakilan Daerah Pasca Lahirnya
Undang-Undang MPR, DPR, DPD Dan DPRD Nomor 17 Tahun 2014
Keberadaan UU No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD yang mengatur kewenangan DPD dinilai masih mereduksi peran dan fungsi
legislasi DPD. Karena aturan pada Pasal Undang-Undang No. 17 Tahun 2014 masih ada yang tidak memberikan kewenangan kepada DPD untuk merancang,
membahas setiap Rancangan Undang-Undang terkait daerah. Berikut adalah perbandingan seberapa jauh Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2014 mengakomodir putusan Mahkamah Konstitusi dalam putusan perkara Nomor 92PUU-X2014, yakni:
Tabel 2. Perbandingan fungsi yang ada pada DPD dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.
No Pasal Undang-Undang Nomor 27 Aturan terkait dalam Undang-
60
Tahun 2009 diputus Mahkamah Konstitusi
Undang Nomor 17 Tahun 2014
1 Pasal 102 ayat 1 huruf a
Badan Legislasi bertugas: a. menyusun rancangan program
legislasi nasional yang memuat daftar urutan dan prioritas
rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 1 satu masa
keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran di lingkungan DPR
dengan mempertimbangkan masukan dari DPD;
Pasal 105 ayat 1 huruf a Badan Legislasi bertugas:
menyusun rancangan program legislasi nasional yang memuat daftar
urutan rancangan undang-undang beserta alasannya untuk 5 lima
tahun dan prioritas tahunan di lingkungan DPR;
Pasal 102 ayat 1 huruf d melakukan pengharmonisasian,
pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang
yang diajukan anggota, komisi, gabungan komisi, atau DPD
sebelum rancangan undang-undang tersebut disampaikan kepada
pimpinan DPR; Pasal 105 ayat 1 huruf c
melakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsep
rancangan undang-undang yang diajukan anggota, komisi, atau
gabungan komisi sebelum rancangan undang-undang tersebut disampaikan
kepada Pimpinan DPR;
61
Pasal 102 ayat 1 huruf e memberikan pertimbangan terhadap
rancanganundang-undang yang diajukan oleh anggota,
komisi,gabungan komisi, atau DPD di luar prioritas rancangan undang-
undang tahun berjalan atau di luar rancangan undang-undang yang
terdaftar dalam program legislasi nasional;
Pasal 105 ayat 1 huruf d memberikan pertimbangan terhadap
rancangan undang-undang yang diajukan oleh anggota DPR, komisi,
atau gabungan komisi di luar prioritas rancangan undang-undang atau di
luar rancangan undang-undang yang terdaftar dalam program legislasi
nasional;
Pasal 143 ayat 5 Rancangan undang-undang yang
telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan surat pimpinan
DPR kepada Presiden. Pasal 164 ayat 5
Rancangan undang-undang yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan
dengan surat pimpinan DPR kepada Presiden.
Pasal ayat 144 Rancangan undang-undang yang
berasal dari Presiden diajukan dengan surat Presiden kepada
pimpinan DPR. Pasal 165 ayat 2
Rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
62
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan
pusat dan daerah diajukan kepada DPR dan pimpinan DPR
menyampaikannya kepada pimpinan DPD
Pasal 146 ayat 1 Rancangan undang-undang beserta
penjelasan atau keterangan danatau naskah akademik yang berasal dari
DPD disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada
pimpinan DPR. Pasal 166 ayat 2
Rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat 1
beserta naskah akademik disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD
kepada pimpinan DPR.
Pasal 147 1 Pimpinan DPR setelah
menerima rancangan undang undang dari DPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 146 ayat 1 Pasal 166 ayat 4
Pimpinan DPR setelah menerima rancangan undang-undang dari DPD
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mengirim surat kepada pimpinan
63
memberitahukan adanya usul rancangan undang-undang tersebut
kepada anggota DPR dan membagikannya kepada seluruh
anggota DPR dalam rapat paripurna. DPD untuk menunjuk alat
kelengkapan DPD yang ditugasi mewakili DPD ikut serta dalam
pembahasan rancangan undang- undang oleh DPR bersama Presiden.
Pasal 148 Tindak lanjut pembahasan
rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden
dilakukan melalui 2 dua tingkat pembicaraan.
Pasal 168 Tindak lanjut pembahasan rancangan
undang-undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD dilakukan
melalui 2 dua tingkat pembicaraan.
Pasal 150 ayat 2 huruf b Dalam pengantar musyawarah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a:
b. DPR memberikan penjelasan serta Presiden dan DPD
menyampaikan pandangan apabila rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan kewenangan DPD Pasal 170 ayat 2 huruf c
Dalam pengantar musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf a : c. DPD memberikan penjelasan serta
DPR dan Presiden menyampaikan pandangan apabila rancangan
undang-undang yang berkaitan dengan kewenangan DPD berasal dari
DPD;
64
Pasal 150 ayat 3 Daftar inventarisasi masalah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b diajukan oleh:
a. Presiden, apabila rancangan undang-undang berasal dari DPR.
b. DPR, apabila rancangan undang- undang berasal dari Presiden.”
Pasal 170 ayat 3 Daftar inventarisasi masalah
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b diajukan oleh:
a. Presiden jika rancangan undang- undang berasal dari DPR;
b. DPR jika rancangan undang- undang berasal dari Presiden;
c. DPR dan DPD jika rancangan undang-undang berasal dari Presiden
sepanjang berkaitan dengan kewenangan DPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71 huruf c; d. DPR dan Presiden jika rancangan
undang-undang berasal dari DPD sepanjang terkait dengan kewenangan
DPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 huruf c; atau
e. DPD dan Presiden jika rancangan undang-undang berasal dari DPR
sepanjang terkait dengan kewenangan DPD sebagaimana dimaksud dalam
65
Pasal 71 huruf c. Sumber : Undang-Undang Nomor 27 Tahuh 2009 dan Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2014 Lewat putusan Mahkamah Konstitusi nomor 92PUU-X2012 seharusnya
DPD telah memiliki kewenangan sesuai dengan UUD 1945, karena putusan Mahkamah Konstitusi bersifat final dan mengikat. Tetapi pada tabel perbandingan
ini terlihat bahwa kedudukan DPD dalam proses legislasi di dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2014 masih belum sepenuhnya mengikuti putusan
Mahkamah Konstitusi nomor 92PUU-X2012. Dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, berdampak pada mekanisme hubungan antar lembaga perwakilan. Kehadiran Undang-Undang tersebut belum dapat
mengatur secara konkrit fungsi legislasi DPD. DPD untuk memantapkan hubungan kerja dengan DPR berusaha melakukan Uji Materi Undang-Undang ke
Mahkamah Konstitusi terkait dengan Pasal-Pasal yang mengatur Prolegnas, Pengajuan Rancangan Undang-Undang, dan Pembahasan Rancangan Undang-
Undang. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia mendaftarkan permohonan
pengujian formil dan materiil terhadap Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan dewan Perwakilan Rakyat Daerah ke Mahkamah Konstitusi Jumat, pada tanggal 15 Agustus 2014. Pendaftaran permohonan
pengujian Undang-Undang tersebut diwakili oleh Tim Litigasi DPD RI yang
66
diketuai oleh I Wayan Sudirta anggota DPD asal Propinsi Bali didampingi oleh beberapa anggota DPD RI dan penasehat hukum.
DPD memohon pengujian Pasal 166 ayat 2, Pasal 167 ayat 1, Pasal 276 ayat 1, Pasal 277 ayat 1, Pasal 165, Pasal 166, Pasal 71 c, Pasal 170 ayat 5,
Pasal 72, Pasal 171 ayat 1, Pasal 249b, Pasal 174 ayat 1, Pasal 174 ayat 4, Pasal 174 ayat 5, Pasal 224 ayat 5, Pasal 245 ayat 1, Pasal 250 ayat 1, Pasal
252 ayat 4, Pasal 281, Pasal 305, Pasal 307 ayat 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 yang dinilai bertentangan dengan UUD 1945.
83
DPD beralasan bentuk, format dan struktur Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tidak sesuai dengan yang ditentukan UUD 1945. Dimana sidang
perkara Nomor 79PUU-XII2014 tersebut dihadiri Gede Pasek Suardika, Intsiawati Ayus, Anang Prihantoro, Afnan Hadikusumo, Djasarmen Purba,
Muhammad Mawardi, dan kuasa hukum, I Wayan Sudirta, Aan Eko Widiarto, dan Hestu Cipto Handoyo.
84
I Wayan Sudirta menerangkan bahwa Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD ini telah melanggar ketentuan pasal
22D ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945 yang memberikan wewenang konstitusional DPD mengajukan dan ikut membahas Rancangan Undang-Undang. Dalam hal ini
83
Diakses dari : http:www.hukumonline.comberitabacalt53ee058408a23akhirnya--dpd-gugat- uu-md3.
84
Ibid,.
67
DPD tidak diikutsertakan dalam proses pembentukan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.
85
Menurut I Wayan Sudirta Undang-Undang ini bertentangan dengan UUD 1945 yang telah diberikan tafsir oleh Mahkamah Konstitusi melalui Putusan
No.92PUU-X2012. Dengan disetujuinya UU Nomor 17 Tahun 2014 ini, Dewan Perwakilan Rakyat dianggap telah menghinakan putusan Mahkamah Konstitusi.
”Karena Dewan Perwakilan Rakyat yang membuat Undang-Undang Mahkamah Konstitusi dan menyatakan keputusan Mahkamah Konstitusi final dan mengikat.
Ketika keputusan berkaitan DPD dijatuhkan, putusan tidak diakomodir, seharusnya tidak bisa diabaikan. Kalau terus menerus tidak diakomodir, jelas
DPD dirugikan.
86
Alasan DPD mengajukan uji materiil karena Undang-Undang MPR, DPRD, DPD dan DPRD bertentangan dengan Pasal 22D Ayat 1 UUD 1945
yang memberikan kewenangan konstitusional kepada DPD RI untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
bertentangan dengan Pasal 22D Ayat 2 UUD 1945 yang memberikan kewenangan konstitusional kepada DPD untuk ikut membahas Rancangan
Undang-Undang. Ahli dan saksi DPD yang memberikan keterangan adalah Maruarar
Siahaan mantan Hakim MK, Saldi Isra akademisi, Yuliandri Akademisi,
85
Ibid,.
86
Ibid,.
68
Zainal Arifin Mochtar Akademisi, Refly Harun Akademisi dan Ronald Rofiandri Pegiat LSM.
87
Refly Harun menilai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 telah melawan atau melanggar putusan MK No.92PUU-X2012 yang memberi ruang
bagi DPD untuk terlibat dalam setiap proses pembahasan Rancangan Undang- Undang terkait daerah. Menurut dia, DPD memiliki posisi yang setara dengan
Presiden dan DPR, merujuk Pasal 22D ayat 2 UUD 1945.
88
Refly Harun menjelaskan bahwa “DPD memiliki kewenangan yang setara dengan DPR dan Presiden,” saat memberikan keterangan sebagai ahli dalam
sidang lanjutan pengujian Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 yang diajukan DPD di ruang sidang Mahkamah Konstusi. Pasal 22D ayat 2 UUD 1945,
kewenangan membahas setiap Rancangan Undang-Undang khususnya yang terkait daerah tidak mutlak hanya milik Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat.
“Dengan demikian DPD dapat mengikuti semua tingkat pembahasan Rancangan Undang-Undang yang diatur dalam undang-undang, termasuk kegiatan-kegiatan
dalam tingkat pembahasan tersebut,”. DPD juga merupakan salah satu lembaga negara utama dalam sistem legislasi di Indonesia yang juga berfungsi
menjalankan prinsip checks and balances. Dalam putusan Mahkamah Konstitusi itu dinyatakan DPD memiliki kedudukan yang setara dengan MPR, Dewan
Perwakilan Rakyat, Presiden dan Wakil Presiden, MA, dan BPK sesuai
87
Diakses dari : http:www.antaranews.comberita458382dpd-optimistis-mk-kabulkan-judicial- review-uu-md3.
88
Diakses dari : http:www.hukumonline.comberitabacalt54468013165e1pakar--uu-md3- langgar-putusan-mk.
69
konstitusi.
89
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 masih belum sepenuhnya mengikuti putusan Mahkamah Konstitusi nomor 92PUU-X2012, sehingga DPD
mendaftarkan permohonan pengujian terhadap Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 ke Mahkamah Konstitusi. DPD berpendapat bahwa DPD menyandang
kerugian kewenangan konstitusional akibat cacat materi muatan dari adanya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014. Dimana kerugiannya adalah dengan
adanya undang-undang tersebut sehingga wewenang DPD sebagai lembaga negara untuk mengajukan dan membahas rancangan undang-undang tidak dapat
menjalankan fungsi legislasi dengan baik.
90
89
Ibid,
90
Risalah Sidang Perkara Nomor 79PUU-XII2014 pada tanggal 28 Agustus 2014.
70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan