lxxiii 4. The law of rhythm, sebaiknya dimulai dari headline, subheadline, teks,
dan yang lainnya dengan tujuan agar mata pembaca bergerak secara wajar, semua elemen terbaca dan terlihat.
5. The law of harmony, harmonisasi dapat dianalogikan sebagai wajah manusia yang dilihat dari arah depan. Seseorang akan tampak buruk
dan tidak harmoni jika memiliki tiga buah mata dan dua buahmulut. Layout sebaiknya dirancang secara harmoni namun tidak monoton.
6. The law of proportion, buku, surat kabar, majalah, katalog atau selebaran lain biasanya mempunyai ukuran yang lebih panjang pada
satu sisinya, baik horisontal maupun vertikal.
7. The law of scale, perpaduan antara warna gelap dan terang akan menciptakan sesuatu yang kontras. Hal ini dapat dipakai untuk
memberi tekanan pada bagian-bagian tertentu didalam layout.
BAB III
IDENTIFIKASI DATA
A. Identifikasi Data Gejala Kerusakan Hutan
1. Latar Belakang Masalah Kehutanan
Disparitas ekonomi yang terjadi dalam suatu masyarakat pada hakekatnya bersumber dari problem kemiskinan yang dialami oleh masyarakat
yang bersangkutan. Untuk itu setiap upaya mengurangi tingkat kesenjangan
lxxiv masyarakat tidak dapat dilepaskan dari upaya menanggulangi atau memerangi
masalah kemiskinan itu sendiri. Langkah-langkah yang telah dilakukan untuk membuat masyarakat yang tinggal disekitar hutan menjadi lebih sejahteramelalui
kebijakan pemerintah perlu mendapat tinjauan kritis. Ini merupakan cara untuk memperluas wacana keadilan sosial berbasis kehutanan sebagai mode of
production sehingga khalayak bisa ikut mengontrol jalannya program-program kehutanan demi terwujudnya demokrasi, kesejahteraan dan keadilan di
lingkungan masyarakat hutan. Langkah ini diperlukan agar implementasi program pemberdayaan masyarakat disekitar hutan memiliki legitimasi baik secara politis
maupun kesuksesan secara ekonomis. Bergulirnya demokrasi di Indonesia, semakin dituntutnya masyarakat
untuk terlibat dalam pengelolaan sumber daya alam, seperti pengelolaan sumber daya hutan menjadi semakin tinggi. Masyarakat tidak bisa lagi hanya menjadi
penggembira dalam penanganan hutan tetapi menjadi bagian paling penting peranannya sesuai keputusan Menteri Kehutanan No. 31Kpts-II2001.
Kayu jati dan lahan hutan adalah dua hal yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan ekonomi masyarakat setempat. Mereka menyadari
sepenuhnya bahwa secara hukum tidak memiliki akses terhadap hutan tersebut. Dan didalam pemahaman mereka, pihak kehutanan adalah representasi dari
negara, namun mereka pun beranggapan bahwa hutan adalah bagian penting dari sumber mata pencaharian mereka, lahan hutan untuk bercocok tanam, dan dari
kayu jati mereka memenuhi kebutuhan kayu bakar, bangunan rumah, dan lain sebagainya
60
lxxv Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah No.7 Tahun 2001 dalam rangka pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 serta peraturan perundangan lainnya. Sebagai perangkat Pemerintah Propinsi, Dinas
Kehutanan diberi kewenangan pengurusan dibidang kehutanan dengan potensi kawasan
hutan seluas
647.133 HA
Keputusan Menteri
Kehutanan No.359Menhut-II2004 dan pengembangan areal hutan rakyat yang diperkirakan
saat ini seluas 224.462 Ha. Dinas Kehutanan selain mempunyai fungsi pelaksana kebijakan Gubernur, fungsi perencana, fungsi perlindungan, fungsi fasilitasi
dibidang hutan dan kehutanan juga mempunyai fungsi pelayanan. Faktor penyebab kerusakan hutan, antara lain :
1. Bertambahnya penduduk yang sangat pesat. 2. Berkurangnya tanah pertanian, disertai keadaan sosial ekonomi
masyarakat di sekitar hutan. 3. Perladangan berpindah-pindah.
4. Sempitnya lapangan pekerjaan. 5. Kurangnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya fungsi hutan dan
lain-lain.
2. Geografis dan Kependudukan Kabupaten Sragen