BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY CSR
A. Sejarah Perkembangan Corporate Social Responsibility CSR Pada dasarnya, CSR bukanlah merupakan hal baru. Sebelum istilah CSR
digunakan, CSR sudah sama tuanya dengan perdagangan dan bisnis itu sendiri. Pemerintah telah lama memperhatikan perusahaan-perusahaan yang hanya mencari
untung sebesar-besarnya, namun merugikan langganan dan masyarakat sekitarnya.
48
Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan materi yang baru diatur dalam ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas ini. Latar belakang dimasukkannya
ketentuan tersebut adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban sosial perseroan terhadap lingkungan dan keadaan masyarakat di sekitar tempat usaha perseroan.
ketentuan ini tidak bersifat menyeluruh. Akan tetapi, ketentuan ini memiliki batasan dan keadaan-keadaan tertentu yang peraturan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah. Selain itu, ketentuan ini juga bertujuan untuk tetap menciptakan hubungan perseroan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan,
nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
49
CSR dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of The Businessman. Buku terlaris di era 1950-
1960-an ini menggagas prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan, sehingga Bowen dinobatkan sebagai Bapak CSR. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah
mengenai “kewajiban perusahaan menjalankan usahanya, sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan tersebut beroperasi”.
50
Sejak saat itu banyak refrensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara yang mengacu pada prinsip-prinsip tanggung jawab dunia usaha kepada masyarakat yang
telah dijabarkan oleh Bowen.
51
Dalam dekade 1960-an pemikiran Bomen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis yang memperkenalkan konsep Iron Law of
Social Responsibility. Keith mengungkapkan bahwa penekanan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki koneksi positif dengan ukuran atau besarnya perusahaan. Studi
ilmiah yang dilakukan Keith menemukan bahwa semakin tinggi dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, maka semakin tinggi pula bobot tanggung
jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakat. Dalam periode 1970- 1980, definisi CSR lebih diperluas lagi oleh Archi Carrol yang sebelumnya telah merilis
bukunya tentang perlunya dunia usaha meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar
48
Azizah, Ibid, hal. 102.
49
Jamin Ginting, Hukum Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hal. 93.
50
Azizah, op. Cit, hal. 37.
51
https:isharyanto.wordpress.comderap-ekonomi-publikcsr-sejarah-dan-pertumbuhannya. Diakses pada hari kamis tanggal 2 februari 2017 jam 16.07.
Universitas Sumatera Utara
menjadi penunjang eksistensi perusahaan.
52
Selanjutnya pada tahun 1990-an, cara cara pandang pun berubah dimana CSR suatu perusahaan tidak hanya diarahkan untuk turut mencapai sasaran-sasaran bisnis
perusahaan, tapi perseroan tersebut juga harus menyokong kegiatan-kegiatan dengan memanfaatkan keahlian dalam bidang pemasaran marketing expertise, bantuan teksin
perseroan technical assistance, dan sukarelawan dari kalangan pegawai. Adanya perbaikan kualitas hidup
masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan maka akan berdampak baik pula bagi perusahaan tersebut.
53
Ketenaran istilah CSR semakin menjadi ketika buku Cannibals With Forks : The Triple Bottom Line in 21
st
Century Business 1998 terbit dipasaran. Buku ini adalah karangan John Elkington. Didalam buku ini ia mengembangkan tiga komponen penting
sustainable development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang digagas the World Comission on Environment and Development WCED.
Dalam Brundtland Report 1987, Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus yang sengaja ia singkat menjadi 3P yaitu singkatan dari profit, planet dan people.
54
Di dalam bukunya itu ia menjelaskan bahwa perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka profit. Melainkan pula memiliki kepedulian
terhadap kelestarian lingkungan planet dan kesejahteraan masyarakat people. Menurut Elkington, sebuah perusahaan tidak akan pernah menjadi besar jika
lingkungannya rusak, maka tidak akan terjadi arus komunikasi dan transportasi yang bagus untuk kelancaran usaha perusahaan.
55
Di wilayah Asia, konsep CSR berkembang sejak tahun 1998, tetapi pada waktu tersebut belum terdapat suatu pengertian maupun pemahaman yang baik tentang
konsep CSR.
56
Jauh sebelum UUPT mewajibklan CSR, perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah melaksanakan CSR. Hanya saja pelaksanaannya lebih merupakan tuntutan dalam
menjalankan bisnis daripada kewajiban hukum yang dipaksakan.
57
52
Meskipun setiap negara termasuk Indonesia sudah mengatur agar tercipta hubungan yang serasi antara
kebutuhan pokok manusia untuk memperoleh kesempatan kerja dengan upah yang layak, selalu terbentur pada keadaan yang sebaliknya. Akhirnya undang-undang dan
peraturan-peraturan yang mengatur tentang kesempatan kerja dan kebutuhan akan tenaga kerja serta tersedianya tenaga kerja semakin “kurang bermanfaat”. Mengingat
falsafah negara dan bangsa Indonesia adalah atas dasar Pancasila, tentu saja setiap kegiatan yang akhirnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sebagian besar anggota
https:isharyanto.wordpress.comderap-ekonomi-publikcsr-sejarah-dan-pertumbuhannya
53
Martono Anggusti, Ibid, hal. Ix.
54
http:gunnaharmyani.blogspot.co.id201305sejarah-dan-landasan-csr.html?m=1
55
http:gunnaharmyani.blogspot.co.id201305sejarah-dan-landasan-csr.html?m=1
56
https:isharyanto.wordpress.comderap-ekonomi-publikcsr-sejarah-dan-pertumbuhannya
57
Martono Anggusti, op. Cit, hal 41.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat haruslah didasarkan atas adanya asas keseimbangan yaitu adanya keseimbangan antara kepentingan-kepentingan yang terkait.
58
Di Indonesia, istilah CSR dikenal pada tahun 1980-an. Namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Sama seperti sejarah munculnya CSR di dunia dimana
istilah CSR muncul ketika kegiatan CSR sebenarnya telah terjadi. Di Indonesia, kegiatan CSR ini sebenarnya sudah dilakukan perusahaan bertahun-tahun lamanya. Namun pada
saat itu kegiatan CSR Indonesia dikenal dengan nama CSA Corporate Social Activity atau “aktivitas sosial perusahaan”. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR
karena konsep dan pola piker yang digunakan hampir sama. Layaknya CSR, CSA ini juga berusaha merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan
terhadap aspek sosial dan lingkungan. Misalnya, bantuan bencana alam, pembagian Tunjangan Hari Raya THR, beasiswa, dll. Melalui konsep investasi sosial perusahaan
“seat belt”, yang dibangun pada tahun 2000-an. Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif dalam mengembangkan konsep
CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Dalam hal ini Departemen Sosial merupakan pelaku awal kegiatan CSR di Indonesia. Selang beberapa
waktu setelah itu, pemerintah mengimbau kepada pemilik perusahaan untuk memperhatikan lingkungan sekitarnya. Namun, ini hanya sebatas imbauan karena
belum ada peraturan yang mengikat. Sejatinya pemerintah menegaskan bahwa yang perlu diperhatikan perusahaan bukan hanya sebatas stakeholders atau para pemegang
saham. Melainkan stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya,
pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, lingkungan, media massa dan pemerintah. Setelah tahun 2007 tepatnya
Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang kewajiban Perseroan Terbatas keluar, hampir semua perusahaan Indonesia telah melakukan program CSR, meski lagi-lagi
kegiatan itu masih berlangsung pada tahap cari popularitas dan keterikatan peraturan pemerintah. Misalnya, masih banyak perusahaan yang jika memberikan bantuan maka
sang penerima bantuan harus menempel poster perusahaan ditempatnya sebagai tanda bahwa ia telah menerima bantuan dari perusahaan tersebut. Jika sebuah perusahaan
membantu masyarakat secara ikhlas maka penempelan poster-poster itu terasa berlebihan.
59
58
Sri Redzeki Hartono, KAPITA SELEKTA HUKUM PERUSAHAAN, Mandar Maju, Semarang, 2000, hal. 104.
Dalam Undang-Undang ini diatur mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Corporate Social ResponsibilityCSR yang bertujuan mewujudkan
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi Perseroan itu sendiri, komunitas setempat, dan
masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, ditentukan bahwa Perseroan yang kegiatan usahanya di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan.
59
http:gunnaharmyani.blogspot.co.id201305sejarah-dan-landasan-csr.html?m=1
Universitas Sumatera Utara
Sekarang sudah banyak perusahaan yang menerapkan program-program CSR. Mulai dari perusahaan yang terpaksa menjalankan program tanggung jawab sosial-nya
karena peraturan yang ada, sampai kepada perusahaan yang benar-benar serius dalam menjalankan program CSR dengan mendirikan yayasan khusus untuk melaksanakan
program-program CSR mereka.
60
Corporate Social Responsibility adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis, sosial, dan lingkungan.
B. Pengertian Corporate Social Responsibility CSR
61
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR
menurut berbagai organisasi
62
60
Martono Anggusti, op. Cit, hal. xiv.
61
Suhandari M.Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007. Dikutip dari Hendrik Budi Untung, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 1.
: 1. World Business Council for Sustainable development:
Komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan member kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas
kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.
2. International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi
berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara
yang baik bagi bisnis maupun pembangunan. 3. Institute of Chartered Accountants, England and Wales:
Jaminan bahwa organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu member dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para
pemegang saham shareholders mereka. 4. Canadian Government:
Kegiatan usaha yang meningkatkan ekonomi, lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi, dan operasi perusahaan yang dilakukan
secara transparan dan bertanggung jawab untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.
5. European Commission:
62
http:mamrh.wordpress.com2008072153, dikutip tgl. 072012’2008. Dikutip dari Martono Anggusti, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN, Books Terrace Library,
Bandung,2008, hal. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
Sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan
para pemangku kepentingan stakeholders berdasarkan prinsip kesukarelaan. 6. CSR Asia:
Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para
stakeholders. Tanggung jawab sosial adalah kewajiban perusahaan untuk merumuskan
kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
63
Yang dimaksudkan disini dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung
jawab moral perusahaan tentu bisa diarahkan kepada banyak hal: kepada dirinya sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya. Jika kita
berbicara tentang tanggung jawab sosial, yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah masyarakat
dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar sebuah pabrik atau masyarakat luas.
64
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial
perusahaan, kita memaksudkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan demi suatu tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi ekonomis.
65
Secara umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota
komunitas untuk dapat menanggapi keadaan sosial yang ada, dan dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memelihara. Atau dengan kata lain merupakan cara perusahaan mengatur proses usaha untuk memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan
sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal pekerja, shareholders, dan
penanam modal maupun eksternal kelembagaan pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil dan perusahaan lain.
66
Beberapa konsep tentang corporate social responsibility dapat dijelaskan dengan menurut pendapat-pendapat dari beberapa ahli yang didasari oleh beberapa
penelitian terhadap kegiatan perusahaan. Salah satu konsep menyebutkan tentang corporate social responsibility adalah komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan
63
Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility CSR, Harvarindo, Jakarta, 2007, hal. 1.
64
K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 1999, hal. 292.
65
Ibid, hal. 296-297.
66
Bambang Rudito Melia Famiola, etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan di Indonesia, Rekayasa Sains Bandung, Bandung, 2007, hal. 207.
Universitas Sumatera Utara
komunitas secara lebih luas menjadi inti dari CSR, dijelaskan bahwa anggota komunitas yang lebih luas termasuk di dalamnya adalah karyawan perusahaan, anggota keluarga
karyawan serta komunitas yang menjadi lingkungan sosial dari perusahaan itu sendiri.
67
Menurut The World Business Council for Sustainable Development WBCSD dinyatakan bahwa Corporate Social Responsibility adalah komitmen bisnis untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas secara
keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Dari pernyataan ini, terlihat adanya usaha untuk ikut terlibat dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan
sehingga dengan demikian kemandirian sebuah komunitas menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah usaha.
Dengan dijalankannya CSR ini diharapkan agar berdampak baik pada perusahaan dan lingkungan serta masyarakat sekitar.
68
Tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar
terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik bahwa perusahaan
mengejar keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain. Artinya,
keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, termasuk kepentingan masyarakat luas. Bahkan jangan hanya karena demi
keuntungan, perusahaan bersikap arogan tidak peduli pada kepentingan pihak-pihak lain. Sebaliknya, kendati secara moral dibenarkan bahwa perusahaan memang punya
tujuan utama mengejar keuntungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetap mengindahkan kepentingan banyak orang lain.
69
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi, “Kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berdasarkan
Kontrak Kerja Sama dengan Badan Pelaksana wajib memuat ketentuan-ketentuan mengenai pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat
Pasal 11 ayat 3 huruf p UU 222001. Selain itu dalam Pasal 40 ayat 5 UU 222001 juga dikatakan bahwa Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap yang melaksanakan
kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat setempat.
C. Pengaturan Hukum Mengenai Corporate Social Responsibility CSR Terdapat beberapa pengaturan hukum mengenai CSR yang terdapat di dalam
Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah. Diantaranya yaitu:
70
67
Ibid, hal. 209.
68
loc. Cit.
69
A. Sonny Keraf, ETIKA BISNIS TUNTUTAN DAN RELEVANSINYA, Kanisisus, Yogyakarta, 1998, hal. 122.
70
http:hukumonline.comklinikdetailIt52716870e6a0faturan-aturan-hukum-corporate- social-responsibility
Universitas Sumatera Utara
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ditegaskan amanat
bahwa, setiap penanaman modal berkewajiban menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan, untuk tetap
menciptakan hubungan yang serasi, seimbang,dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
71
Selain itu dalam Pasal 16 UU 252007 juga diatur bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Ini juga merupakan bagian dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan.
72
71
Hendrik Budi Untung, Ibid, hal. 22.
72
http:hukumonline.comklinikdetailIt52716870e6a0faturan-aturan-hukum-corporate- social-responsibility
Berdasarkan Pasal 34 UU 252007, penanaman modal dapat dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis; b. pembatasan kegiatan usaha;
c. pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal; atau d pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal.
Selain dikenai sanksi administratif, penanam modal juga dapat dikenai sanksi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 34 ayat 3 UU 252007.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, menurut Pasal 1 angka 3 UUPT, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen
perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. Didalam Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas disebutkan bahwa:
1 Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan. 2 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan
dan kewajaran. 3 Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 4 Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur
dengan Peraturan Pemerintah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, berdasarkan Pasal 68 UU 322009, setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban:
a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;
Universitas Sumatera Utara
b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup danatau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak berdiri sendiri,
Undang-Undang tersebut didukung dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perseroan Terbatas. Dalam
Pasal 4 PP 472012, dikatakan bahwa Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dilaksanakan oleh Direksi berdasarkan rencana kerja tahunan perseroan setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris atau Rapat Umum Pemegang Saham ‘RUPS” sesuai dengan anggaran dasar perseroan. rencana kerja tahunan perseroan tersebut memuat
rencana kegiatan dan anggaran yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan. Pelaksanaan tanggung Jawab Sosial Lingkungan tersebut dimuat
dalam laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS Pasal 6 PP 472012.
Selain itu terdapat juga Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05MBU2007 Tahun 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
Dengan Badan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08MBU2013 Tahun
2013 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05MBU2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Millik
Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan. Dalam peraturan ini diatur mengenai kewajiban Perusahaan Perseroan “Persero”, Perusahaan Umum “Perum”,
dan Perusahaan Perseroan Terbuka “Persero Terbuka”. Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri BUMN 52007, Persero dan Perum wajib
melaksanakan Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Sedangkan Persero Terbuka dapat melaksanakan Program Kemitraan BUMN
dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN 52007 yang ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS.
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana
BUMN Pasal 1 anggka 6 Peraturan Menteri BUMN 52007. Sedangkan Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN
melalui pemanfaatan dana BUMN Pasal 1 angka 7 Peraturan Menteri BUMN 52007.
73
Tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility pada dasarnya juga terkait dengan budaya perusahaan corporate culture yang ada yang
dipengaruhi oleh etika perusahaan yang bersangkutan. Budaya perusahaan terbentuk D. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility
73
http:hukumonline.comklinikdetailIt52716870e6a0faturan-aturan-hukum-corporate- social-responsibility
Universitas Sumatera Utara
dari para individu sebagai anggota perusahaan yang bersangkutan dan biasanya dibentuk oleh sistem dalam perusahaan. Sistem perusahaan khususnya alur dominasi
para pemimpin memegang peranan penting dalam pembentukan budaya perusahaan, pemimpin perusahaan dengan motivasi yang kuat dalam etikanya yang mengarah pada
kemanusiaan akian dapat memberikan nuansa budaya perusahaan secara keseluruhan.
74
Pada dasarnya bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat beraneka ragam dari yang besifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas, dari
yang bernuansa abstrak sampai pada bentuk yang konkrit. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan tersebut, pada dasarnya tidak terkait dengan produk dari yang dihasilkan oleh
perusahaan, seperti sebuah reklame tetapi tidak berisi produk dari si pembuat reklame. Kegiatan program yang dilakukan oleh perusahaan dalam konteks tanggung jawab
sosialnya dapat dikategorisasi dalam tiga bentuk.
75
74
Bambang Rudito Melia Famiola, Ibid, hal. 210.
75
op. Cit, hal. 210-212. 1. Public relations
Usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Biasanya berbentuk kampanye yang tidak terkait sama
sekali dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Bentuk ini lebih ditekankan pada penanaman persepsi tentang perusahaan dengan si perusahaan
membuat suatu kegiatan sosial tertentu dan khusus sehingga tertanam dalam image komunitas bahwa perusahaan tersebut banyak melakukan kegiatan sosial sampai
anggota komunitas tidak mengetahui produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan, akan tetapi tertanam di benak anggota komunitas bahwa perusahaan yang bersangkutan
selalu menyisihkan sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial. Kegiatan atau usaha ini lebih mengarah pada menjalin hubungan baik antara
perusahaan dengan komunitas, khususnya menanamkan sebuah persepsi yang baik tentang perusahaan terhadap komunitas. Pekerjaan untuk model public relations ini
lebih banyak menjadi tugas dari unit kerja hubungan komunitas dalam sebuah perusahaan.
Contoh dalam konteks public relations adalah program “cause related marketing” yang dijalankan oleh sebuah perusahaan pakaian. Disini ditampilkan gambar-gambar tawanan
yang dijatuhi hukuman mati, disertai dengan kampanye anti hukuman mati bagi umat manusia di seluruh dunia. Upaya menentang hukuman mati ini tidak ada kaitannya atau
hubungannya sama sekali dengan kebijakan korporasi atau produk-produk yang diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan. Kampanye ini semata-mata ditujukan
untuk membuat komunitas mengasosiasikan perusahaan tersebut dengan sebuah perasaan emosional yang bertujuan baik, dan berusaha untuk menanamkan bahwa
usaha dari perusahaan yang bersangkutan sebagian keuntungannyauntuk membela kepentingan usaha menghindarkan hukuman mati.
2. Strategi defensif
Universitas Sumatera Utara
Usaha yang dilakukan oleh perusahaan guna menangkis anggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap kegiatan perusahaan terhadap
karyawannya, dan biasanya untuk melawan ‘serangan’ negatif dari anggapan komunitas atau komunitas yang sudah terlanjur berkembang. Kegiatan ini biasanya dilakukan
dengan sasaran yang berbeda dengan anggapan yang telah berkembang atau bertolak belakang dengan persepsi-persepsi yang ada di komunitas pada umumnya. Prinsipnya
hamper sama dengan bentuk kegiatan public relations, akan tetapi berbeda pada proses kejadiannya.
Pada public relations, pada dasarnya menjalin hubungan yang belum ada, sedangkan pada strategy defensif mengarah pada proses melawan kejadian yang pernah dialami,
artinya anggapan komunitas terhadap perusahaan sudah ada sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negatif yang pada umumnya bicara tentang aktivitas dari
perusahaan yang bersangkutan yang negatif terhadap sesuatu hal. Usaha CSR yang dilakukannya adalah untuk merubah anggapan yang berkembang sebelumnya dengan
menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang bersifat positif. Sehingga usaha dari perusahaan yang melakukan kegiatan CSR dari bentuk ini adalah
seakan merupakan perlawanan terhadap pandangan orang luar terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perlawanan ini tentunya harus ditunjang dengan modal yang tidak
sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha membersihkan nama baik yang telah beredar secara meluas di dalam kehidupan komunitas, sedangkan untuk mengganti secara
menyeluruh seperti mengganti logo tidak memungkinkan dan bahkan menjadi kerugian yang besar.
Contoh kajian PriceWaterhouse Coopers tentang program CSR, ditemukan bahwa sejumlah perusahaan menjalankan CSR karena ingin menghindari konsekuensi negati
dari publisitas yang buruk. Contohnya adalah kasus sebuah perusahaan yang merespon pemberitaan tentang perusahaan tersebut yang melanggar hak-hak pekerjanya dengan
melakukan kegiatan sosial lainnya untuk meredam pemberitaan tersebut. 3. Keinginan tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar berasal dari
visi perusahaan itu Melakukan program untuk kebutuhan komunitas atau komunitas sekitar
perusahaan atau kegiatan perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil
suatu keuntungan secar materil tetapi berusaha untuk menanamkan kesan baik terhadap komunitas atau komunitas berkaitan dengan kegiatan perusahaan.
Biasanya bentuk keinginan tulus suatu perusahaan dalam kegiatan tanggung jawab sosialnya adalah berkaitan erat dengan kebudayaan perusahaan yang berlaku corporate
culture. Kegiatan CSR dari perusahaan yang bersangkutan didorong oleh kebudayaan yang berlaku di perusahaan, sehingga secara otomatis dalam kegiatan CSR perusahaan
yang bersangkutan sudah tersirat etika dari perusahaan tersebut. Disini dapat diberikan contoh seperti tindakan perusahaan sepatu dengan memberikan
obat-obatan kepada mereka yang membutuhkan. Kemudian sebuah perusahaan
Universitas Sumatera Utara
minuman kopi membayar petani kopi dengan harga yang layak serta membangun infrastruktur pendidikan dan kesehatan pada komunitas petani-petani itu; Langkah
sebuah perusahaan komputer yang membangun sistem komunikasi yang unggul, dapat diandalkan, dan terjangkau kepada komunitas yang digabungkan dengan kontribusi
terhadap proyek-proyek komunitas; atau program dari perusahaan rokok untuk membangun klinik-klinik kesehatan di pedesaan.
Pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh Perusahaan memiliki banyak bentuk, tetapi dari keseluruhan bentuk, hanya ada dua pelaksanaan CSR yang dominan, yaitu
meletakkan CSR sebagai kegiatan yang menyatu dengan inti bisnis core bisnisinline dan melakukan CSR diluar inti bisnis atau yang sering disebut charity, karikatif,
philanthropy dan lain-lain. CSR yang diletakkan dalam inti bisnis, merupakan suatu kumpulan kebijakan, praktek dan program yang secara komperhensif terintegrasi dalam
operasi sehari-hari dengan demikian dampak sosial dan lingkungan ikut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Dalam hal ini paling tepat, CSR
dijadikan sebagai manajemen resiko, manajemen resiko ini dapat dilakukan apabila perusahaan mampu mendapatkan informasi yang akurat terkait kepentingan
stakeholder.
76
Menurut Goyder, Corporate Social Responsibility CSR terbagi menjadi dua bentuk, yaitu :
77
Menurut Budimanta, bentuk program CSR memiliki dua orientasi yaitu: 1. Membentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komunitas dan nilai yang
menjadi acuan dalam Corporate Social Responsibility CSR. Pembagian ini merupakan tindakan terhadap luar perusahaan atau kaitannya terhadap lingkungan
di luar perusahaan, seperti komunitas dan lingkungan alam. 2. Mengarah ke tipe ideal yang berupa nilai dalam perusahaan yang dipakai untuk
menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan yang sesuai dengan keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya. Interpretasi yang benar dari CSR adalah ekspresi dari
tujuan perusahaan dan nilai-nilai dalam seluruh hubungan yang dibangun. Nilai-nilai yang ada diartikan berbeda dengan norma yang ada dalam perusahaan.
78
76
Anonim, menuju praktek CSR, makalah disampaikan oleh Aris Bintoro dalam seminar “kewajiban bagi bisnis mempraktekkan CSR pasca Undang-Undang PT” yang diadakan oleh BWI,
Hotel Sahid Raya Solo, 29 September 2007. Dikutip dari https:breath4justice.wordpress.com20110417bentukimplementasi-csr-corporate-social-
responsibility
77
download.portalgaruda.orgarticle=346721val=6466title= KEWAJIBAN HUKUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSISBILITY
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
78
download.portalgaruda.orgarticle=346721val=6466title= KEWAJIBAN HUKUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSISBILITY
DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA 1. Internal, yaitu CSR yang berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap
komunitas.
Universitas Sumatera Utara
2. Eksternal, yaitu CSR yang mengarah pada tipe ideal yang berupa nilai dalam perusahaan yang dipakai untuk menerapkan atau mewujudkan tindakan-tindakan
yang sesuai keadaan sosial terhadap komunitas sekitarnya. Kotler dan Lee menyebutkan enam kategori kegiatan CSR, yaitu : cause
promotions, cause related marketing, corporate social marketing, corporate philanthropy, community volunteering, dan socially responsible business practice Dwi
Kartini. 2009:63
79
79
1. Cause Promotions Promosi Kegiatan Sosial adalah perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap kegiatan sosial untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan
tertentu. 2. Cause Related Marketing Pemasaran Terkait Dengan Kegiatan Sosial. Dalam kegiatan
ini, perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan persentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk.
Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan tertentu, untuk jangka waktu tertentu.
3. Corporate Social Marketing Pemasaran Kemasyarakatan Korporat, dalam kegiatan ini, perusahaan mengembangkan dan melaksanakan kampanye untuk mengubah
perilaku masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesehatan dan keselamatan publik, menjaga kelestarian lingkungan hidup serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. 4. Corporate Philanthropy Kegiatan Filantropi Perusahaan, dalam kegiatan ini
perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang
secara tunai, bingkisanpaket bantuan atau pelayanan secara cuma-cuma. 5. Community Volunteering Pekerja Sosial Kemasyarakatan Secara Sukarela, dalam hal
ini, perusahaan mendukung dan mendorong karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu mereka secara sukarela guna
membantu organisasi-organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program.
6. Socially Responsible Business Practice Praktik Bisnis Yang Memiliki Tanggung Jawab Sosial, dalam kegiatan ini, perusahaan melakukan kegiatan bisnis melampaui
aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan komunitas
dan memelihara lingkungan hidup. Bentuk-bentuk program CSR yang dilakukan pada tiap-tiap perusahaan biasanya
berbeda-beda, disesuaikan dengan lingkungan termasuk alam dan komuniti dan juga tergantung dengan kepentingan stakeholdernya.
http:citmit.blogspot.co.id201411jenis-jenis-corporate.html?m=1
Universitas Sumatera Utara
Program pengembangan masyarakat di Indonesia dapat dibagi tiga kategori, yaitu:
80
Program-program yang berkaitan dengan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untukmenunjang kemandiriannya, seperti pembentukan usaha industry
kecil lainnya yang secara alami anggota masyarakat sudah mempunyai pranata pendukungnya dan perusahaan memberikan akses kepada pranata sosial
a. Community Realition Kegiatan-kegiatan yang menyangkut pengembangan kesepahaman melalui komunikasi
dan informasi kepada para pihak yang terkait. Dalam kategori ini, program lebih cenderung mengarah pada bentuk-bentuk kedermawanan charity perusahaan.
b. Community Service Pelayanan perusahaan untuk memenuhi kepentingan masyarakat atau kepentingan
umum. Inti dari kategori ini adalah memberikan kebutuhan yang ada di masyarakat dan pemecahan masalah dilakukan oleh masyarakat sendiri sedangkan perusahaan hanyalah
sebagai fasilitator dari pemecahan masalah tersebut. c. Community Empowering
81
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Paling kurang
sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan:
yang ada tersebut agar dapat berlanjut. Dalam kategori ini, sasaran utama adalah kemandirian
komunitas.
82
Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab
sosial perusahaan, perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat.
Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial ini secara tradisional dianggap sebagai wujud paling pokok, bahkan satu-satunya, dari apa yang disebut sebagai
tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi mencari keuntungan, melainkan juga ikut
memikirkan kebaikan, kemajuan, dan kesejahteraan masyarakat, dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat. Kegiatan sosial tersebut sangat
80
Adrian Sutedi, BUKU PINTAR HUKUM PERSEROAN TERBATAS, Raih Asa Sukses Penebar Swadaya Grup, Jakarta, 2015, hal. 64-65.
81
Pranata Sosial adalah suatu system tata kelakuan dalam hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai kebutuhyan khusus dalam masyarakat.
82
Keempat lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini terutama diilhami oleh orasi ilmiah Prof. Dr. Jack Mahoney SJ, tanggal 19 Agustus 1996 di Universitas Atma Jaya, Jakarta. Dikutip
dari A. Sonny Keraf, ETIKA BISNIS TUNTUTAN DAN RELEVANSINYA, Kanisisus, Yogyakarta, 1998, hal. 123-127.
Universitas Sumatera Utara
beragam, misalnya menyumbangkan dana untuk membangun rumah ibadat, membangun prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat listrik, air, jalan, tempat
rekreasi, dan sebagainya, melakukan penghijauan, menjaga sungai dari pencemaran atau ikut membersihkan sungai dari polusi, melakukan pelatihan cuma-cuma bagi
pemuda yang tinggal di sekitar suatu perusahaan, memberikan beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu ekonominya, dan seterusnya.
Diantara semua wujud keterlibatan sosial perusahaan tersebut, salah satu yang paling banyak mendapat sorotan adalah keterlibatan sosial perusahaan dalam ikut
memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi. Ada kesadaran yang semakin besar baik dari masyarakat maupun dari para pelaku bisnis bahwa perusahaan ikut
bertanggung jawab menegakkan keadilan sosial, khususnya keadilan distributif. Caranya adalah dengan melakukan berbagai kegiatan sosial yang pada akhirnya ikut menciptakan
keadaan sosial dan ekonomi yang lebih seimbang, yang lebih adil. Misalnya, dengan menjalin kerja sama kemitraan antara pengusaha besar dan kecil, dengan membina
koperasi di lingkungan perusahaan tersebut, dengan menyerap produksi perusahaan- perusahaan kecil yang dimiliki masyarakat kecil, dan seterusnya. Semuanya ini pada
akhirnya ikut menciptakan kondisi sosial dan ekonomi yang lebih adil, kendati tidak harus berarti merata.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi keterlibatan perusahaaan dalam berbagai kegiatan sosial tersebut. Pertama, karena perusahaan dan seluruh
karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat setempat. Karena itu, wajar bahwa mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas kemajuan dan kebaikan masyarakat
tersebut. Keterlibatan sosial lalu merupakan wujud nyata dari tanggung jawab sosial dan kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari masyarakat atas kemjuan
masyarakat tersebut. Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola
sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian pula, sampai tingkat tertentu,
masyarakat telah menyediakan tenaga-tenaga professional bagi perusahaan yang sangat berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial
merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat. Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial,
perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan- kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan
ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung jawab, terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk
tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu. Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan
sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan
membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut, dan dapat menciptakan
Universitas Sumatera Utara
iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan meguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Ini berarti keterlibatan perusahaan dalam berbagai kagiatan
sosial juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Ini berarti keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial
juga akhirnya punya dampak yang positif dan menguntungkan bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut di tengah masyarakat tersebut.
Lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang kedua adalah keuntungan ekonomis. Seperti telah disinggung di atas, bagi Milton Friedman, ini merupakan lingkup
utana dari tanggung jawab sosial dan moral dari suatu perusahaan, kalau benar diterima bahwa perusahaan punya tanggung jawab sosial dan moral. Bagi Friedman , satu-
satunya tanggung jawab sosial perusahaan adalah mendatangkan keuntungan sebesar- besarnya bagi perusahaan. Karena itu, berhasil tidaknya suatu perusahaan, secara
ekonomis dan moral, dinilai berdasarkan lingkup tanggung jawab sosial ini. Keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah lingkup tanggung jawab moral dan sosial untuk
mengejar keuntungan ekonomi karena hanya dengan itu perusahaan itu dapat dipertahankan dan juga hanya dengan itu semua karyawan dan semua pihak lain yang
terkait bisa dipenuhi hak dan kepentingannya. Ketiga, lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang tidak kalah pentingnya
adalah memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik yang menyangkut kegiatan bisnis maupun yang menyangkut kehidupan sosial pada
umumnya. Ini merupakan salah satu lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang semakin dirasakan penting dan urgensinya. Perusahaan punya tanggung jawab moral
dan sosial untuk menjaga agar bisnis berjalan secara baik dan teratur. Salah satu cara terbaik untuk itu adalah dengan mematuhi aturan bisnis yang ada. Tanpa itu, kegiatan
bisnis dan iklim bisnis akan kacau. Jadi, perusahaan punya tanggung jawab sosial dan moral untuk taat pada aturan bisnis yang ada, tidak hanya demi kelangsungan bisnis,
melainkan juga demi menjaga ketertiban dan keteraturan baik dalam iklim bisnis maupun keadaan sosial pada umumnya.
Keempat, hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang punya kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis
suatu perusahaan. Ini sutu lingkup tanggung jawab yang semakin mendapat perhatian tidak hanya di kalangan praktisi bisnis melainkan juga para ahli etika bisnis. Bersama
dengan ketiga lingkup diatas, lingkup ini memperlihatkan bahwa yang disebut tanggung jawab sosial perusahaan adalah hal yang sangat konkret. Maka, kalau dikatakan bahwa
suatu perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial, itu berarti perusahaan tersebut secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung jawab atas hak
dan kepentingan pihak-pihak terkait yang punya kepentingan. Artinya, dalam kegiatan bisnisnya suatu perusahaan perlu memperhatikan hak dan kepentingan pihak-pihak
tersebut; konsumen, buruh, investor, kreditor, pemasok, penyalur, masyarakat setempat, pemerintah, dan seterusnya. Tanggung jawab sosial perusahaan lalu menjadi
Universitas Sumatera Utara
hal yang begitu konkret, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN