49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1.
Berdasarkan data uji kebusukan, sampel bakso tusuk di Wilayah Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta layak konsumsi apabila
disimpan maksimal 1 hari pada suhu ruang. 2.
Dari hasil analisis kualitatif berupa uji kebusukan dapat disimpulkan sebanyak 3 sampel dicurigai mengandung boraks yaitu sampel Jetis 1,
Ngampilan 2 dan Umbulharjo 2, hasil uji warna didapatkan hanya 1 sampel positif boraks yaitu sampel Jetis 1, sedangkan uji kertas turmerik
semua sampel yaitu sebanyak 28 positif boraks. 3.
Hasil analisis kuantitatif berupa uji titrasi dapat disimpulkan bahwa seluruh bakso tusuk positif mengandung boraks. Dengan kadar tertinggi
yaitu sampel Jetis 1 sebesar 5,83, Umbulharjo 2 5,83, Jetis 2 5,26, dan Ngampilan 2 5,14.
B. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan lebih dari satu
metode analisis kuantitatif agar hasil lebih akurat. 2.
Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta perlu memberikan pembinaan secara periodik terhadap seluruh penjual bakso dengan penyuluhan bahaya
boraks bagi tubuh.
3. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan kerjasama dengan BPOM
setempat untuk melakukan pengawasan secara periodik terhadap penjual bakso tusuk di Yogyakarta
4. Masyarakat harus lebih teliti dalam mengenali ciri-ciri bakso tusuk yang
menggunakan boraks.
51
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, S.A dan Atkinson, S.a, 2003, Calcium, magnesium, phosporus and vitamin D fortification of comlementary foods, The Journal of Nutrition
133 9: S2994-S2999. Aminah, Mia S. Himawan, Candra. 2009. Bahan-bahan Berbahaya Dalam
Kehidupan. Salamadani, Bandung
Anwar, 1997. Sanitasi Makanan Dan Minuman Pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Depkes RI. Jakarta. Azas. 2013. Analisis Kadar Boraks pada Kurma yang Beredar di Pasar Tanah
Abang dengan Spektrofotometer. Skripsi. UIN : Jakarta
Bambang. 2008. Dampak Penggunaan Formalin dan Borax. Lampung. Balai Pengawasan Obat dan Makanan BPOM. 2004. Bahan Tambahan Ilegal-
Boraks, Formalin, Rhodamin B, Institut Pertanian Bogor, dan WHO Bevilacqua, A., Corbo, M.R., dan Sinigaglia, M., 2010, In Vitro Evaluation of
the Antimicrobial Activity of Eugenol, Limonene, and Citrus Extract against Bacteria and Yeasts, Representative of the Spoiling Microflora of
Fruit Juices, Journal of Food Protection, 735: 888-894.
Budiyanto, AK. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang.
Cahyadi, W. 2008. Analisis Dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Bumi Aksara. Jakarta. Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.
Davletshina, T.A., Shul gina, L.V., Lazhentseva, L.Y., Blinov, Y.G. and
Pivnentoko, T.N. 2003. Inhibitory Effect of an Antimicrobial Preparation from Lipids Of Marine Fishes on Tissue and Microbial Enzimes, Applied
Biochemistry and Microbiology, 39 6 : 596-598.
Departemen Kesehatan RI,. 1989. Permenkes RI No. 722MenkesPERIX88, Bahan Tambahan Makanan. Jakarta .
Departemen Pertanian. 2009. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 31, Jakarta
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta.
Ekaningsih, Elisa. 2012. Higiene Sanitasi Pengolahan dan Analisa Boraks pada Bubur Ayam yang Dijual di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2012.
Skripsi Sarjana. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara, Medan Elveira, G. 1988. Pengaruh pelayuan daging sapi terhadap mutu bakso sapi.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fardiaz, S. 2007. Bahan Tambahan Makanan. Institut Pertanian Bogor. Bandung.
Hanna, dkk. 2009. Pemeriksaan SGPT Serum Glutamic Piruvic Transaminase
sebagai Biomarker Keracunan Zat Hepatotoksin. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Hardinsyah dan Atmodjo Sumali. 2001. Pengendalian Mutu Dan Keamanan Pangan.
Hughes, C., 1987. The Additives Guide. Jhon Wiley and Sons, Chichester. Indrarmono, T.P. 1987. Pengaruh lama pelayuan dan jenis daging karkas serta
jumlah es yang ditambahkan ke dalam adonan terhadap sifat psikokimia bakso sapi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kastalani. 2011. Informasi Kapuas Jilid 5 : Kapuas Koswara, S., P. Hariyadi, dan E.H. Purnomo. 2001. Tekno Pangan dan
Agroindustri. UI-Press, Jakarta. Manullang, M., Theresia, dan Irianto H.E. 1995. Pengaruh konsentrasi tepung
tapioka dan sodium tripolifosfat terhadap mutu dan daya awet. Buletin Teknologi dan Industri Pangan. 62:21-26.
Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Moehyi, S. 2000. Pengaturan Makanan dan Diit untuk Penyembuhan Penyakit.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Nazir. 2003. Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta,63. Bunafit Nugroho.
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta. Jakarta. Pandisurya, C. 1983. Pengaruh jenis daging dan penambahan tepung terhadap
mutu bakso. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Prasetyono, D.S. 2009. ASI Eksklusif Pengenalan,Praktik dan Kemanfaatan- kemanfaatannya. Diva Press.
Pratomo, Ardian. 2009. Identifikasi Boraks pada Bakso yang Dijual di Pasar Pucang Gading Kabupaten Demak. Tesis. Semarang: Universitas
Muhammadiyah Semarang. Purnomo, H. 1990. Kajian mutu bakso daging, bakso urat, dan bakso aci di
Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Putra. 2009. Kandungan Boraks pada Bakso di Makassar : Makassar
Putri, P. 2011. Identifikasi Boraks Dalam Makanan. Politeknik Kesehatan.
Semarang. Riandini, N. 2008. Bahan Kimia dalam Makanan dan Minuman. Shakti
Adiluhung. Bandung. Rodr guez-Martin, A., Acosta, R., Liddell, S., N ez, F., Benito, M.J., dan
Asensio, M.A., 2010, Characterization of the novel antifungal chitosanase pgChP and the encoding gene from Penicillium chrysogenm,
Appl Microbiol Biotechnol 88: 519-528.
Rohman, A. dan Sumantri. 2007. Analisis Makanan. Institut Teknologi Bandung.
Bandung. Roth, H.J. dan G. Blaschke. 1988. Analisis Farmasi. Diterjemahkan oleh :
Sarjono Kisman dan Slamet Ibrahim. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 430
–431, 482–493.
Saparinto, C. dan Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Cetakan I.
Kanisius. Yogyakarta. See, AW. 2010. Risk and Health Effect of Boric Acid. American Journal of
Applied Sciencies 75: 620-627 Seto, Sagung. 2001. Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi Industri dan Perdagangan
Internasional. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor Silalahi 2009. Pemeriksaan Boraks di dalam Bakso di Medan: Medan
Sugiarto 2003. Teknik Sampling. Gramedia: Jakarta Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.
Suklan, H.2002. Info Penyehatan Air dan Sanitasi, Direktorat Penyehatan Air dan Sanitasi. Dep Kes RI , Jakarta.
Syah, Dahrul. dkk. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor
Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Erlangga. Jakarta. Vogel.1985.Analisis Anorganik Kualitatif makro dan semimikro.Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka Wibowo, S. 2009. Membuat 50 Jenis Bakso Sehat dan Enak. Penebar Swadaya,
Jakarta. Widayat 2013. Uji Kandungan Boraks Pada Bakso. Universitas Jember
Widyaningsih, T.D. dan E.S. Murtini. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Trubus Agrisarana, Surabaya. Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G, 1993. Pangan dan Gizi Konsumen. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. Windayani,Kustri. 2010. Kandungan Boraks dan Cemaran Mikroba pada Bakso
Daging Sapi di Kabupaten Tangerang. Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
HCl pekat 9,90 ml
Lampiran 1. PEMBAKUAN HCL DAN PERHITUNGAN KADAR
KANDUNGAN BORAKS A.
Pembakuan HCl dengan NaOH
HCl Pekat 37 =
Diperoleh HCl pekat dengan konesentrasi 10,1 M, maka dilakukan pengenceran untuk membuat HCl menjadi konsentrasi 0,1 M.
1. Pengenceran HCl
M
1
X V
1
= M
2
X V
2
10,1 X V
1
= 0,1 X 1000 ml V
1
= 9,90 ml dalam 1 liter Aquadest
2. Pembuatan Larutan HCl 0,1 M ~ 0,1 N
HCl encer 1000 ml dengan konsentrasi 0,1 N Sebelum membakukan HCl yang sudah dibuat dengan larutan
NaOH, maka NaOH harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan larutan Asam Oxalat.
3. Pembuatan Larutan HCl 0,057 N
Melakukan pengenceran point 2. Sebanyak 500ml HCl 0,1N diencerkan dalam 500ml aquadest.
Aquadest ad 1000 ml
B. Pembakuan NaOH dengan Asam Oxalat