Hasil Analisa Data Pembahasan

Positif 72 57,1 Negatif 54 42,9 Total 126 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pasien ISK anak yang CRP-nya positif berjumlah 72 orang 57.1, sedangkan pasien ISK anak yang CRP-nya negatif berjumlah 54 orang 42,9.

5.1 Hasil Analisa Data

Data yang dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan uji korelasi. Untuk melihat hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien ISK anak dilakukan dengan bantuan program statistik secara komputerisasi yang menganalisis secara bersama sama variabel independen dan dependen. Adapun uji korelasi pada kedua variable penelitian ini dapat dinyatakan pada tabel berikut : Tabel 5.5 Hasil Uji Korelasi Spearman mengenai Hubungan CRP dengan Kultur Urin pada Pasien ISK Anak VARIABEL KULTUR URIN r p value CRP 0,129 0,150 dikatakan signifikan jika nilai p 0,05 Berdasarkan Tabel 5.5 di atas, dapat kita ketahui bahwa nilai korelasi r CRP dan kultur urin adalah sebesar 0,129 yang berada pada kisaran 0,00 r ≤ 0,20 yang berarti keeratan hubungan tergolong sangat lemah. Kemudian nilai p value 0,05 sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti. Universitas Sumatera Utara

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan CRP C-reactive Protein dengan kultur urin pada pasien ISK anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 – Desember 2014. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli sampai November 2015. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, jumlah pasien ISK anak yang melakukan pemeriksaan kultur urin dan CRP sepanjang tahun 2014 di RSUP Haji Adam malik Medan adalah sebanyak 126 orang. Pada tabel 5.1, berdasarkan kelompok usia, ISK lebih banyak dijumpai pada anak anak usia 1-5 tahun dan 6-10 tahun dengan persentase masing masing 25,6. Sedangkan yang menempati urutan yang kedua adalah usia 11-15 tahun 23,2, yang ketiga adalah usia 1-11 bulan 19.2 dan urutan yang paling terakhir adalah usia 16-17 tahun 7,2 . Hasil penelitian ini hampir serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subandiyah, K 2004, dimana angka kejadian ISK tertinggi adalah pada kelompok usia 5-10 tahun 54,35 dan tertinggi kedua adalah kelompok usia 5-12 tahun 38,04. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa kelompok usia ISK anak yang terbanyak adalah usia 2 bulan sampai 2 tahun. Dan setelah usia 1 tahun terdapat penurunan jumlah pasien ISK pada anak Miesien et al., 2006. Berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini didapati ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subandiyah, K 2004 dimana ISK lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Ayazi et al., 2010 dimana dari 135 pasien anak yang di rawat dengan ISK, 108 80 diantaranya adalah perempuan dan 27 20 adalah laki laki. Menurut World Health Organization WHO, 2005 juga menyatakan bahwa ISK lebih sering terjadi pada anak perempuan sekitar 3-8 dibanding dengan anak laki-laki sekitar 1. Universitas Sumatera Utara Banyaknya pasien laki-laki pada penelitian ini mungkin terkait dengan dengan hiegenitas pada laki-laki dimana sirkumsisi dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya ISK Singh et al., 2005. Insidensinya sekitar 2,7 pada bayi laki-laki yang tidak menjalani sirkumsisi dan pada bayi perempuan 0,7 Purnomo, B., 2011. Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan karena lebih banyaknya anak laki-laki yang melakukan kunjungan dibandingkan anak perempuan di RSUP. Haji Adam Malik . Pada tabel 5.3, dari 126 sampel hanya 42 33,3 sampel yang merupakan kultur urin positif dan 84 66,7 sampel dengan hasil kultur urin negatif. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bakteri, jumlah sampel yang diambil, kondisi media kultur, dan pemberian antibiotika sebelumnya. Faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi interpretasi hasil kultur urin adalah adanya kontaminasi pada sampel urin dan jumlah urin yang sangat sedikit UKK Nefrologi IDAI, 2011. Sedangkan untuk pemeriksaan CRP-nya, yang hasilnya positif berjumlah 72 sampel 57,1 dan yang hasil negatif berjumlah 54 sampel 42,9. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4. Sedangkan menurut penelitian Ayazi et al., 2013 melaporkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas CRP pada infeksi saluran kemih anak dimana kultur urin sebagai gold standard masing- masing adalah 96 dan 11.1 . Pada hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman, didapati korelasi Spearman 0,129 dimana angka ini berarti adanya korelasi yang sangat lemah antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak dan nilai signifikansi 0,15 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ayazi et al., 2009 yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara nilai CRP dengan pasien ISK anak. Adapun hasil ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh jumlah sampel yang masih kurang pada penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan CRP C-reactive Protein dengan Kultur Urin pada Pasien Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2014” yang diperoleh dari 126 pasien maka diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Pasien ISK anak berdasarkan kelompok usia yang paling banyak adalah usia 1-5 tahun dan usia 6-10 tahun dimana pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. 2. Dari 126 pasien yang hasil kultur urinnya positif adalah sebanyak 33,3. Sedangkan untuk pemeriksaan CRP-nya, yang hasilnya positif adalah sebanyak 57,1. 3. Didapati hubungan yang tidak signifikan antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

6.2 Saran

1. RSUP Haji Adam Malik sebaiknya melengkapi hasil-hasil pemeriksaaan yang sudah dilakukan di rekam medis, agar lengkap dan mempermudah peneliti dan tenaga medis lainnya untuk melakukan pengamatan pada pasien tersebut. 2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian tentang hubungan CRP dan kultur urin dengan jumlah sampel yang lebih banyak. Universitas Sumatera Utara