Hubungan CRP (C-reactive protein) dengan Kultur Urin pada Pasien Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RSUP. Haji Adam Malik Tahun 2014

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Putri Yunita Siregar

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 13 Juni 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Selam IV No. 15 Mandala ByPass, Medan

Email : mariasherra014@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan :

1. TK Kristen Immanuel I Pontianak (1999-2000) 2. SD Kristen Immanuel I Pontianak (2000-2006) 3. SMP Katolik Gembala Baik (2006-2009) 4. SMA Negeri I Pontianak (2009-2012)

5. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2012-sekarang)

Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB ( Penerimaan Mahasiswa Baru ) FK USU 2012

Riwayat Organisasi :


(2)

(3)

(4)

Frequencies

umur

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid 1 bulan

3 2.4 2.4 2.4

1 tahun

14 11.1 11.1 13.5

10 bulan 2 1.6 1.6 15.1

10 tahun 2 1.6 1.6 16.7

11 bulan 3 2.4 2.4 19

11 tahun

3 2.4 2.4 21.4

12 tahun

4 3.2 3.2 24.6

13 tahun 13 10.3 10.3 34.9

14 tahun

6 4.8 4.8 39.7

15 tahun

3 2.4 2.4 42.1

16 tahun 5 4 4 46

17 tahun 4 3.2 3.2 49.2

2 bulan

5 4 4 53.2

2 tahun

4 3.2 3.2 56.3

3 bulan 5 4 4 60.3

3 tahun 4 3.2 3.2 63.5

4 bulan

1 0.8 0.8 64.3

4 tahun

6 4.8 4.8 69

5 bulan

1 0.8 0.8 69.8

5 tahun 4 3.2 3.2 73

6 bulan

1 0.8 0.8 73.8

6 tahun

6 4.8 4.8 78.6

7 bulan 1 0.8 0.8 79.4

7 tahun

6 4.8 4.8 84.1

8 bulan

2 1.6 1.6 85.7

8 tahun

9 7.1 7.1 92.9

9 tahun

9 7.1 7.1 100

Total


(5)

Statistics jeniskelamin

N Valid

126 Missing

0 jeniskelamin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki - laki

83 65.9 65.9 65.9

perempuan

43 34.1 34.1 100

Total

126 100 100

kultururin

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif

84 66.7 66.7 66.7

positif

42 33.3 33.3 100

Total

126 100 100

CRP

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif

54 42.9 42.9 42.9

positif 72 57.1 57.1 100

Total

126 100 100

Correlations

kultururin2 crp2

Spearman's rho

kultururin2 Correlation Coefficient

1 0.129

Sig.

(2-tailed) . 0.15

N

126 126

crp2 Correlation

Coefficient

0.129 1

Sig.

(2-tailed) 0.15 .

N


(6)

Nama Jenis Kelamin Umur Hasil Kultur Hasil Temuan CRP

a1 perempuan 10 t ahun negat if negat if posit if

a2 perempuan 7 t ahun negat if negat if negat if

a3 perempuan 16 t ahun posit if E coli posit if

a4 laki - laki 13 t ahun negat if negat if negat if

a5 laki - laki 3 t ahun negat if negat if posit if

a6 laki - laki 5 bulan posit if ent cloacae posit if

a7 laki - laki 8 t ahun posit if yeast cell negat if

a8 perempuan 8 t ahun negat if negat if posit if

a9 laki - laki 8 t ahun posit if ent cloacae posit if

a10 laki - laki 15 t ahun posit if st rept ococcus pneumoniae posit if

a11 laki - laki 13 t ahun negat if negat if negat if

a12 laki - laki 11 t ahun negat if negat if posit if

a13 laki - laki 14 t ahun negat if negat if posit if

a14 perempuan 2 bulan negat if negat if negat if

a15 laki - laki 8 bulan negat if negat if negat if

a16 perempuan 8 bulan negat if negat if negat if

a17 perempuan 10 bulan negat if negat if posit if

a18 perempuan 6 t ahun negat if negat if posit if

a19 laki - laki 9 t ahun negat if negat if negat if

a20 perempuan 11 t ahun posit if ent cloacae posit if

a21 laki - laki 12 t ahun negat if negat if negat if

a22 laki - laki 8 t ahun negat if negat if negat if

a23 perempuan 16 t ahun negat if negat if posit if

a24 perempuan 4 t ahun posit if salmonella spp negat if

a25 laki - laki 10 bulan negat if negat if negat if

a26 perempuan 14 t ahun negat if negat if negat if

a27 laki - laki 8 t ahun posit if klebsiella t errigenn negat if a28 laki - laki 4 t ahun posit if st rept ococcus agalact i posit if

a29 laki - laki 2 t ahun negat if negat if posit if

a30 laki - laki 11 bulan posit if st rep viridans posit if

a31 laki - laki 8 t ahun negat if negat if posit if

a32 perempuan 6 t ahun negat if negat if negat if

a33 perempuan 2 t ahun negat if negat if posit if

a34 perempuan 13 t ahun negat if negat if posit if

a35 laki - laki 1 t ahun posit if ent cloacae negat if

a36 laki - laki 4 t ahun posit if ent cloacae posit if a37 laki - laki 13 t ahun posit if prot eus mirabilis posit if a38 laki - laki 9 t ahun posit if ent cloacae posit if


(7)

a40 laki - laki 5 t ahun posit if st aph saprophyt icus posit if a41 perempuan 12 t ahun posit if chryseomonas lut eola posit if

a42 perempuan 7 t ahun negat if negat if posit if

a43 perempuan 3 bulan negat if negat if posit if

a44 laki - laki 2 bulan negat if negat if negat if

a45 laki - laki 13 t ahun negat if negat if negat if

a46 laki - laki 2 bulan negat if negat if negat if

a47 laki - laki 17 t ahun negat if negat if negat if

a48 perempuan 3 bulan negat if negat if posit if

a49 perempuan 13 t ahun posit if yeast cell posit if

a50 perempuan 6 t ahun negat if negat if negat if

a51 laki - laki 7 t ahun negat if negat if posit if

a52 perempuan 6 bulan posit if ent cloacae posit if

a53 laki - laki 4 t ahun negat if negat if negat if

a54 laki - laki 15 t ahun negat if negat if posit if

a55 perempuan 3 t ahun negat if negat if posit if

a56 laki - laki 13 t ahun negat if negat if negat if

a57 laki - laki 5 t ahun posit if serrat ia liquafaciens posit if

a58 laki - laki 13 t ahun negat if negat if posit if

a59 laki - laki 9 t ahun posit if acinobact er baumanni posit if

a60 perempuan 15 t ahun negat if negat if posit if

a61 perempuan 1 t ahun negat if negat if posit if

a62 laki - laki 4 t ahun posit if prot eus vulgaris posit if

a63 laki - laki 1 t ahun negat if negat if posit if

a64 perempuan 1 t ahun posit if serrat ia liquafaciens posit if

a65 laki - laki 9 t ahun negat if negat if negat if

a66 laki - laki 1 t ahun negat if negat if posit if

a67 laki - laki 4 t ahun negat if negat if negat if

a68 laki - laki 3 bulan posit if serrat ia liquafaciens negat if

a69 laki - laki 17 t ahun negat if negat if negat if

a70 perempuan 17 t ahun negat if negat if negat if

a71 laki - laki 2 bulan negat if negat if negat if

a72 laki - laki 2 bulan negat if negat if negat if

a73 laki - laki 11 bulan posit if serrat ia liquafaciens posit if

a74 perempuan 8 t ahun negat if negat if posit if

a75 laki - laki 16 t ahun negat if negat if posit if

a76 laki - laki 5 t ahun posit if salmonella arizone negat if

a77 laki - laki 7 t ahun negat if negat if negat if

a78 perempuan 5 t ahun negat if negat if posit if

a79 perempuan 9 t ahun negat if negat if negat if


(8)

a81 laki - laki 11 t ahun posit if st aph aureus posit if a82 laki - laki 14 t ahun posit if st aph pyogenes negat if

a83 laki - laki 1 t ahun negat if negat if negat if

a84 laki - laki 17 t ahun negat if negat if posit if

a85 laki - laki 1 t ahun negat if negat if negat if

a86 perempuan 7 t ahun posit if ent aerogenes posit if

a87 perempuan 1 t ahun negat if negat if negat if

a88 perempuan 13 t ahun negat if negat if negat if

a89 laki - laki 2 t ahun negat if negat if posit if

a90 laki - laki 3 t ahun negat if negat if negat if

a91 perempuan 1 t ahun negat if negat if posit if

a92 perempuan 12 t ahun negat if negat if posit if

a93 laki - laki 9 t ahun negat if negat if negat if

a94 laki - laki 13 t ahun negat if negat if posit if

a95 laki - laki 7 bulan negat if negat if posit if

a96 perempuan 11 bulan negat if negat if posit if

a97 laki - laki 9 t ahun negat if negat if negat if

a98 perempuan 3 bulan negat if negat if posit if

a99 laki - laki 8 t ahun negat if negat if posit if

a100 laki - laki 13 t ahun negat if negat if negat if

a101 laki - laki 14 t ahun negat if negat if posit if

a102 laki - laki 12 t ahun negat if negat if negat if

a103 perempuan 1 bulan negat if negat if negat if

a104 laki - laki 1 t ahun negat if negat if negat if

a105 perempuan 4 bulan negat if negat if posit if

a106 laki - laki 6 t ahun negat if negat if posit if

a107 laki - laki 3 t ahun negat if negat if posit if

a108 laki - laki 1 t ahun negat if negat if posit if

a109 laki - laki 1 bulan negat if negat if negat if

a110 laki - laki 13 t ahun posit if ent aerogenes posit if a111 laki - laki 1 bulan posit if pseudomonas aeroginosa negat if

a112 laki - laki 14 t ahun negat if negat if posit if

a113 laki - laki 6 t ahun posit if st aph epidermidis negat if

a114 laki - laki 9 t ahun negat if negat if negat if

a115 perempuan 3 bulan negat if negat if negat if

a116 perempuan 1 t ahun negat if negat if negat if

a117 laki - laki 1 t ahun negat if negat if posit if

a118 laki - laki 9 t ahun negat if negat if posit if

a119 perempuan 6 t ahun negat if negat if posit if

a120 laki - laki 2 t ahun negat if negat if posit if


(9)

a122 laki - laki 7 t ahun negat if negat if posit if a123 laki - laki 16 t ahun posit if salmonella spp negat if

a124 perempuan 10 t ahun negat if negat if posit if

a125 laki - laki 16 t ahun posit if st aph aureus posit if


(10)

DAFTAR PUSTAKA

Ayazi, P., et al., 2009. Comparison of Procalcitonin and C-Reactive Protein Test in Children with Urinary Tract Infection. Iranian Journal of Pediatrics ; Vol 19 (4) : 381-386.

Ayazi, P., et al., 2013. Diagnostic Accuracy of thr Quantitative C- Reactive Protein , Erythrocyte Sedimentation rate and White Blood Cell Count in Urinary Tract Infections among Infants and Children. Malays J Med Sci ; Vol 20 (5) : 40-46.

Ayazi, P., Mahyar, A., Hashemi, H.J., Khabiri, S., 2010. Urinary Tract Infection in Children. Iran Journal of Pediatric Society ; Vol 2 (1) : 9-14.

Baratawidjaja, K.G. & Rengganis, I., 2012. Imunologi Dasar. edisi 10. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Hal. 36.

Gibson, K., Toscano, J., 2012. Urinary Tract Infection Update. American Journal of Clinical Medicine ; Vol. 9 (2) : 82-86.

Grabe, M., Bjerklund-Johansen, T. E., Botto, H., et al., 2013. Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology. Available from : http://uroweb.org/wp-content/uploads/18_Urological-infections_LR.pdf

[ Accessed 19 Mei 2013 ].

Hasan, R., Alatas, H., 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak. Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UI. Jakarta.

Hay, W. W., Levin, M. J., Sondheimer, J. M., Deterding, R. R., 2007. Lange : Current Diagnosis and Treatment in Pediatrics. 18th edition. Mac Graw Hills.


(11)

Misien., Tambunan, T., Munasir, Z., 2006. Profil Klinis Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Sari Pediatri ; Vol. 7 (4) : 200-206.

Naseri, M., Alamdaran, A., 2007. Urinary Tract Infection and Predisposing Factors in Children. Iran J Pediatri ; Vol 17 (3) : 263-270.

National Kidney and Urology Disease Information Clearinghouse, 2011. Urinary Tract Infection in Adults. USA : National Centre of Health. Available from :

http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/urologic-disease/urinary-tract-infections-in

adults/Documents/Urinary_Tract_Infections_Adults_508.pdf [ Accessed 11 Mei 2015 ].

Nikibakhsh, A.A., Mahmoodzadeh, H., Hejazi, S., et al., 2013. Evaluation of Quantitative Urinary C-Reactive Protein Levels in Children with Urinary Tract Infection. Journal of Pediatric Nephrology ; Vol. 1 (2) : 70-73.

Pardede, S.O., Tambunan, T., Alatas, H., Trihono, P.P., Hidayati, E.L., 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih pada Anak. Jakarta: UKK Nefrologi

IDAI.

Pepys, M.B. dan Hirschfield, G. M., 2003. C-Reactive Protein : A Critical Update. The Journal of Clinical Investigation ; Vol. 111 (12) : 1805-1812. Singh-Grewal, D., Macdessi, J. and Craig, J., 2005. Circumcision for the

Prevention of Urinary Tract Infection in Boys: A systematic review of randomised trials and observational studies. Archives of Disease in Childhood 2005 ; 90:(8)853-8.

Subandiyah, K., 2004. Pola dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik Bakteri Penyebab Infeksi Saluran kemih pada Anak di RSU Dr. Saiful Anwar, Malang. Jurnal kedokteran Brawijaya ; Vol. 20 (2).


(12)

Sukandar, E., 2006, Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hal:553-555.

Weinberg., Geoffrey. A., 2010. Urinary Tract Infection in Children (UTI). Merck

Manual. Available from :

http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/miscellaneous-infections-in-infants-and-children/urinary-tract-infection-in-children-uti [ Accessed 30 Mei 2015 ].

World Health Organization, 2005. Urinary Tract Infections in Infants and Children in Developing Countries in the Context of IMCI. Available from : http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/69160/1/WHO_FCH_CAH_05.11.pd f?ua=1&ua=1 [ Accessed 4 Mei 2015 ].

Xu, R., Liu, H., Liu, J., Dong, J., 2014. Procalcitonin and C-Reactive Protein in Urinary Tract Infection Diagnosis. BMC Urology. Available from : http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2490-14-45.pdf [ Accessed 4 Mei 2015 ].


(13)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian adalah :

Variabel dependen variabel independen

* variabel dependen : kultur urin (+/-)

* variabel independen : c-reactive protein (CRP)

3.2 DEFINISI OPERASIONAL 3.2.1 Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi oleh bakteri yang menginvasi pada satu atau lebih bagian dari struktur saluran kemih yang didiagnosis dengan kultur urin positif baik bila ditemukan ≥105 bakteri dalam urin porsi tengah dan urin kateter atau dengan urin supra pubik bila ditemukan bakteri dalam urin dalam jumlah berapa pun.

Dugaan Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada anak

Kult ur Urin (+)

Kult ur Urin (-)

C-react ive prot ein ( CRP )


(14)

3.2.2 CRP ( C-reactive protein )

Suatu protein fase akut yang meningkat bila ada infeksi / inflamasi 3.2.3 Kultur Urin

Pembiakan mikroorganisme dari bahan urin

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Infeksi Saluran Kemih: Observasi Rekam Medik (+) / (-)

Infeksi oleh bakteri yang menginvasi pada satu atau lebih bagian dari struktur saluran kemih.

C-Reactive Protein : Observasi Rekam Medik (+) : < 6mg/L nominal Suatu protein fase akut (-) : > 6mg/L

yang meningkat bila ada infeksi atau inflamasi.

Kultur Urin : Observasi Rekam Medik ≥ 105cfu/ml urin nominal Pembiakan mikro

organisme dari bahan urin.

3.3.Hipotesis

Terdapat hubungan antara CRP (C-reactive protein) dengan kultur urin pada infeksi saluran kemih pada anak.


(15)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan desain retrospektif , karena data penelitian merupakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan rekam medik .

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan karena merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2015.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien anak yang diduga menderita infeksi saluran kemih di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total sampling dimana seluruh data pasien yang melakukan pemeriksaan kultur urin dan pemeriksaan CRP (C- reactive protein) periode Januari 2014 – Desember 2014 di RSUP Haji Adam Malik merupakan sampel.


(16)

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap awal, setelah peneliti mendapatkan Ethical Cleareance dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Setelah mendapatkan izin, maka peneliti melakukan pengumpulan data penelitian.

Pengumpulan data diperoleh dari catatan rekam medik di RSUP Haji Adam Malik . Setelah catatan rekam medik diperoleh, dilakukan pencatatan variabel yang dibutuhkan yaitu usia, jenis kelamin, hasil kultur urin, dan hasil pemeriksaan CRP (C-reactive protein) .

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu dimulai dari editing, coding, entry, cleaning data, dan saving. Langkah pertama adalah editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Kedua adalah coding, yaitu data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer. Ketiga adalah entry, yaitu data yang telah diberi kode dimasukkan ke dalam program komputer. Kemudian yang keempat adalah cleaning data, yaitu pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukkan data. Dan yang terakhir adalah saving, data kemudian disimpan dan siap dianalisa. Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, dan dikelompokkan agar dapat diolah menggunakan program SPSS sesuai dengan tujuan penelitian.


(17)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik kota Medan. RSUP Haji Adam Malik berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. Rumah sakit ini merupakan Rumah sakit pemerintah yang tergolong dalam kategori rumah sakit Kelas A. Sesuai dengan SK Menkes No. 547/Menkes/SK/VI/1994, RSUP HAM merupakan rumah sakit rujukan bagi wilayah pembangunan A di Sumatera yaitu Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. RSUP HAM juga ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 1991.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian adalah semua pasien anak dengan rentang usia lebih dari satu bulan sampai dengan usia tujuh belas tahun yang diduga menderita infeksi saluran kemih dalam periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 yang tercatat di catatan rekam medik di RSUP Haji Adam Malik Medan. Hasil pemeriksaan laboratorium yang tidak ditemukan di catatan rekam medik, maka berdasarkan nomor rekam medik hasil pemeriksaan laboratorium dilihat di Divisi Tropmed Patologi Klinik RSUP Haji Adam Malik Medan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Dengan metode ini, dari 235 sampel yang ditemukan hanya 126 sampel dengan hasil pemeriksaan kultur urin dan CRP, dimana 42 sampel hasil kultur urinnya adalah positif dan sisanya 84 sampel hasil kultur urinnya adalah negatif. Sedangkan untuk hasil


(18)

pemeriksaan CRP-nya 72 sampel diantaranya hasilnya adalah positif dan sisanya 54 sampel hasilnya adalah negatif. Deskripsi karakteristik sampel meliputi: jenis kelamin, umur, hasil kultur urin dan hasil pemeriksaan CRP.

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur

Tabel 5.1. Distribusi Infeksi Saluran Kemih pada Anak Berdasarkan Umur

KELOMPOK USIA FREKUENSI (JUMLAH) PERSENTASE (%) < 1 Tahun 24 19,2

1-5 Tahun 32 25,6 6-10 Tahun 32 25,6 11-15 Tahun 29 23,2 16-17 Tahun 9 7,2

Total 126 100

Pada tabel 5.1 diatas dapat dilihat kelompok usia terbanyak adalah usia 1-5 tahun dan 6-10 tahun yang berjumlah masing-masing 32 orang (25,6%).

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Pada tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita ISK anak yang terbanyak adalah anak laki–laki yaitu sebanyak 83 orang (65,9%), sementara anak perempuan sebanyak 43 orang (34,1%).


(19)

Tabel 5.2. Distribusi Infeksi Saluran Kemih pada Anak Berdasarkan Jenis Kelamin

JENIS KELAMIN FREKUENSI (JUMLAH) PERSENTASE (%) Laki-laki 83 65.9

Perempuan 43 34.1

Total 126 100

5.1.5 Distribusi Sampel yang Melakukan Pemeriksaan Kultur Urin dan CRP

Berdasarkan hasil data kultur urin, dari 126 pasien anak yang melakukan pemeriksaan kultur urin hanya 40 anak yang menunjukkan bakteriuria bermakna (>105 cfu/ml urin ), 2 sampel ditumbuhi candida dan sisanya 84 anak tidak dijumpai pertumbuhan bakteri yang bermakna (< 105 cfu/ml urin ). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.3. Total Pasien ISK Anak yang Melakukan Kultur Urin

KULTUR URIN JUMLAH PERSENTASE (%) Positif 42 33.3

Negatif 84 66.7

Total 126 100

Tabel 5.4. Total Pasien ISK Anak yang Melakukan Pemeriksaan CRP


(20)

Positif 72 57,1 Negatif 54 42,9

Total 126 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pasien ISK anak yang CRP-nya positif berjumlah 72 orang (57.1%), sedangkan pasien ISK anak yang CRP-nya negatif berjumlah 54 orang (42,9%).

5.1 Hasil Analisa Data

Data yang dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan uji korelasi. Untuk melihat hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien ISK anak dilakukan dengan bantuan program statistik secara komputerisasi yang menganalisis secara bersama sama variabel independen dan dependen. Adapun uji korelasi pada kedua variable penelitian ini dapat dinyatakan pada tabel berikut :

Tabel 5.5 Hasil Uji Korelasi Spearman mengenai Hubungan CRP dengan Kultur Urin pada Pasien ISK Anak

VARIABEL KULTUR URIN

r p value

CRP 0,129 0,150

*dikatakan signifikan jika nilai p <0,05

Berdasarkan Tabel 5.5 di atas, dapat kita ketahui bahwa nilai korelasi (r) CRP dan kultur urin adalah sebesar 0,129 yang berada pada kisaran 0,00 < r ≤ 0,20 yang berarti keeratan hubungan tergolong sangat lemah. Kemudian nilai p value > 0,05 sehingga tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti.


(21)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan CRP (C-reactive Protein) dengan kultur urin pada pasien ISK anak di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2014 – Desember 2014. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli sampai November 2015. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, jumlah pasien ISK anak yang melakukan pemeriksaan kultur urin dan CRP sepanjang tahun 2014 di RSUP Haji Adam malik Medan adalah sebanyak 126 orang.

Pada tabel 5.1, berdasarkan kelompok usia, ISK lebih banyak dijumpai pada anak anak usia 1-5 tahun dan 6-10 tahun dengan persentase masing masing 25,6%. Sedangkan yang menempati urutan yang kedua adalah usia 11-15 tahun (23,2%), yang ketiga adalah usia 1-11 bulan (19.2 %) dan urutan yang paling terakhir adalah usia 16-17 tahun (7,2%) . Hasil penelitian ini hampir serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subandiyah, K (2004), dimana angka kejadian ISK tertinggi adalah pada kelompok usia 5-10 tahun (54,35%) dan tertinggi kedua adalah kelompok usia 5-12 tahun (38,04%). Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa kelompok usia ISK anak yang terbanyak adalah usia 2 bulan sampai 2 tahun. Dan setelah usia 1 tahun terdapat penurunan jumlah pasien ISK pada anak (Miesien et al., 2006).

Berdasarkan jenis kelamin, pada penelitian ini didapati ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Subandiyah, K (2004) dimana ISK lebih banyak terjadi pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Ayazi et al., (2010) dimana dari 135 pasien anak yang di rawat dengan ISK, 108 (80%) diantaranya adalah perempuan dan 27 (20%) adalah laki laki. Menurut World Health Organization (WHO, 2005) juga menyatakan bahwa ISK lebih sering terjadi pada anak perempuan sekitar 3-8% dibanding dengan anak laki-laki sekitar 1%.


(22)

Banyaknya pasien laki-laki pada penelitian ini mungkin terkait dengan dengan hiegenitas pada laki-laki dimana sirkumsisi dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya ISK (Singh et al., 2005). Insidensinya sekitar 2,7% pada bayi laki-laki yang tidak menjalani sirkumsisi dan pada bayi perempuan 0,7% (Purnomo, B., 2011). Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan karena lebih banyaknya anak laki-laki yang melakukan kunjungan dibandingkan anak perempuan di RSUP. Haji Adam Malik .

Pada tabel 5.3, dari 126 sampel hanya 42 (33,3%) sampel yang merupakan kultur urin positif dan 84 (66,7%) sampel dengan hasil kultur urin negatif. Hasil ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bakteri, jumlah sampel yang diambil, kondisi media kultur, dan pemberian antibiotika sebelumnya. Faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi interpretasi hasil kultur urin adalah adanya kontaminasi pada sampel urin dan jumlah urin yang sangat sedikit (UKK Nefrologi IDAI, 2011). Sedangkan untuk pemeriksaan CRP-nya, yang hasilnya positif berjumlah 72 sampel (57,1%) dan yang hasil negatif berjumlah 54 sampel (42,9%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4. Sedangkan menurut penelitian Ayazi et al., (2013) melaporkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas CRP pada infeksi saluran kemih anak dimana kultur urin sebagai gold standard masing-masing adalah 96% dan 11.1 %.

Pada hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman, didapati korelasi Spearman 0,129 dimana angka ini berarti adanya korelasi yang sangat lemah antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak dan nilai signifikansi 0,15 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ayazi et al., (2009) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara nilai CRP dengan pasien ISK anak. Adapun hasil ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh jumlah sampel yang masih kurang pada penelitian ini.


(23)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan CRP (C-reactive Protein) dengan Kultur Urin pada Pasien Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2014” yang diperoleh dari 126 pasien maka diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pasien ISK anak berdasarkan kelompok usia yang paling banyak adalah usia 1-5 tahun dan usia 6-10 tahun dimana pasien laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.

2. Dari 126 pasien yang hasil kultur urinnya positif adalah sebanyak 33,3%. Sedangkan untuk pemeriksaan CRP-nya, yang hasilnya positif adalah sebanyak 57,1%.

3. Didapati hubungan yang tidak signifikan antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

6.2 Saran

1. RSUP Haji Adam Malik sebaiknya melengkapi hasil-hasil pemeriksaaan yang sudah dilakukan di rekam medis, agar lengkap dan mempermudah peneliti dan tenaga medis lainnya untuk melakukan pengamatan pada pasien tersebut.

2. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan untuk melakukan penelitian tentang hubungan CRP dan kultur urin dengan jumlah sampel yang lebih banyak.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

INFEKSI SALURAN KEMIH 2.1 DEFINISI

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin. Bakteriuria bermakna (significant bacteriuria): bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni lebih dari 105 colony forming unit (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik. Sebaliknya, bakteriuria bermakna disertai persentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan, pasien dengan persentasi klinis ISK tanpa bekteriuria bermakna. (Sukandar, E., 2006)

2.2 ETIOLOGI

Sumber patogen yang paling umum adalah bakteri gram negatif, terutama Escherichia coli. Escherichia coli (E. Coli) bertanggung jawab 90% dari episode ISK. Bakteri gram positif (terutama Enterococci dan Staphylococci) mewakili 5-7% kasus. Hospital-acquired infection menunjukkan pola yang lebih luas dari bakteri yang agresif, seperti Klebsiella, Serratia dan Pseudomonas sp. Streptokokus grup A dan B relatif umum pada bayi baru lahir (European Association of Urology, 2013).

2.3 EPIDEMIOLOGI

ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada anak. Kejadian ISK tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada


(25)

0,3 hingga 0,4%.13 Risiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989) memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9% dari seluruh kasus pediatri yang dirawat. Di RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun (1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus baru setiap tahunnya (UKK Nefrologi IDAI , 2011)

2.4 PATOGENESIS

Terjadinya ISK pada anak dapat melalui beberapa cara. Pada bayi, terutama neonatus biasanya bersifat hematogen sebagai akibat terjadinya sepsis. Pada anak besar infeksi biasanya berasal dari daerah perineum yang kemudian menjalar secara ascendens sampai ke kandung kemih, ureter atau ke parenkim ginjal. Adanya kelainan kongenital traktus urinarius terutama yang bersifat obstruktif dan refluks merupakan faktor predisposisi timbulnya ISK. Faktor predisposisi lainnya yaitu batu saluran kemih, pemasangan kateter kandung kemih, tumor, dan lain-lain (Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985)

Gambar 2-1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada dinding buli-buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal ( Purnomo, 2003 )


(26)

2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis ISK pada anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi (ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama pada anak perempuan . ISK asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pielonefritis dan prognosis jangka panjang baik (UKK Nefrologi IDAI, 2011).

Pada neonatus gejala klinis tidak spesifik, berupa demam, hipotermi, ikterus, iritabel, muntah, gagal tumbuh dan lain sebagainya. Pada bayi dan balita gejala klinis nya berupa demam, gejala saluran cerna (misalnya, muntah, diare, sakit perut), atau urin yang berbau busuk (Hay et al., 2007)

Pada anak usia sekolah umumnya memiliki tanda klasik sistitis (frekuensi, disuria, dan urgensi) atau pielonefritis (demam, muntah , dan nyeri pinggang). Pada pemeriksaan fisik kelainan yang berhubungan dengan saluran kemih meliputi massa abdomen, perbesaran ginjal, dan kelainan meatus urethra(lubang uretra). Kekuatan aliran urin yang berkurang merupakan petunjuk untuk obstruksi atau kandung kemih neurogenik (Weinberg, G. A, 2010)

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis ISK ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan kultur urin. Pemeriksaan urinalisis dan kulur urin adalah prosedur yang terpenting. Oleh sebab itu kualitas pemeriksaan urin memegang peran utama untuk menegakkan diagnosis.

a. Urinalisis

Urinalisis saja tidak cukup untuk mendiagnosa ISK. Anak-anak dengan demam yang tidak jelas dan gejala berkemih mungkin memiliki kultur urin positif bahkan ketika dijumpai hasil yang abnormal pada tes dipstik dan urin lengkap.


(27)

b. Kultur Urin

Idealnya, teknik pengumpulan urin harus bebas dari kontaminasi, cepat, mudah dilakukan untuk semua umur oleh orangtua, murah, dan menggunakan peralatan sederhana. Sayangnya tidak ada teknik yang memenuhi persyaratan ini. Pengambilan sampel urin untuk biakan urin dapat dilakukan dengan cara aspirasi suprapubik, kateter urin, pancar tengah (midstream), dan menggunakan urine collector. Cara terbaik untuk menghindari kemungkinan kontaminasi ialah dengan aspirasi suprapubik, dan merupakan baku emas pengambilan sampel urin untuk biakan urin. Kateterisasi urin merupakan metode yang dapat dipercaya terutama pada anak perempuan, tetapi cara ini traumatis. Teknik pengambilan urin pancar tengah merupakan metode non-invasif yang bernilai tinggi, dan urin bebas terhadap kontaminasi dari uretra. Pada bayi dan anak kecil, urin dapat diambil dengan memakai kantong penampung urin (urine bag atau urine collector). Pengambilan sampel urin dengan metode urine collector, merupakan metode yang mudah dilakukan, namun risiko kontaminasi yang tinggi dengan positif palsu hingga 80%. Child Health Network (CHN) guideline (2002) hanya merekomendasikan 3 teknik pengambilan sampel urin, yaitu pancar tengah, kateterisasi urin, dan aspirasi supra pubik, sedangkan pengambilan dengan urine bag tidak digunakan. (UKK Nefrologi IDAI, 2011)

Pengiriman bahan biakan ke laboratorium mikrobiologi perlu mendapat perhatian karena bila sampel biakan urin dibiarkan pada suhu kamar lebih dari ½ jam, maka kuman dapat membiak dengan cepat sehingga memberikan hasil biakan positif palsu. Jika urin tidak langsung dikultur dan memerlukan waktu lama, sampel urin harus dikirim dalam termos es atau disimpan di dalam lemari es. Urin dapat disimpan dalam lemari es pada suhu 4 0C selama 48-72 jam sebelum dibiak. (Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985)

Interpretasi hasil biakan urin bergantung pada teknik pengambilan sampel urin, waktu, dan keadaan klinik. Untuk teknik pengambilan sampel urin dengan cara aspirasi supra pubik, semua literatur sepakat bahwa bakteriuria bermakna adalah jika ditemukan kuman dengan jumlah berapa pun. Namun untuk teknik


(28)

pengambilan sampel dengan cara kateterisasi urin dan urin pancar tengah, terdapat kriteria yang berbeda-beda.

Berdasarkan kriteria Kass, dengan kateter urin dan urin pancar tengah dipakai jumlah kuman ≥ 105 cfu per mL urin sebagai bakteriuria bermakna. Dengan kateter urin, arin dkk., (2007) menggunakan jumlah > 105 cfu/mL urin sebagai kriteria bermakna dan pendapat lain menyebutkan bermakna jika jumlah kuman ≥ 50x103 cfu/mL, dan ada yang menggunakan kriteria bermakna dengan jumlah kuman > 104 cfu/mL. Paschke dkk. (2010) menggunakan batasan ISK dengan jumlah kuman > 50x 103 cfu/mL untuk teknik pengambilan urin dengan midstream/clean catch .Interpretasi hasil biakan urin bukanlah suatu patokan mutlak dan kaku karena banyak faktor yang dapat menyebabkan hitung kuman tidak bermakna meskipun secara klinis jelas ditemukan ISK. (UKK Nefrologi IDAI, 2011)

c. CRP ( C-reactive protein ) Sintesis dan struktur CRP

C-Reactive Protein (CRP) adalah salah satu protein fase akut , termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas non-spesifik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. CRP dapat meningkat 100x atau lebih dan adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten (Baratawidjaja & Rengganis, 2012).

CRP pertama kali didiskripsikan oleh William Tillet dan Thomas Francis di Institut Rockefeller pada tahun 1930. Mereka mengekstraksi protein dari serum pasien yang menderita Pneumonia pneumococcus yang akan bereaksi dengan C - Polisakarida dari dinding sel Pneumococcus. Karena reaksi antara protein dan polisakarida menyebabkan presipitasi maka protein ini diberi nama C-Reactive Protein. (Faraj dan Salem, 2012)

CRP dalam plasma diproduksi oleh sel hepatosit hati terutama dipengaruhi oleh Interleukin 6 (IL-6). CRP merupakan marker inflamasi yang diproduksi dan dilepas oleh hati dibawah rangsangan sitokin-sitokin seperti IL-6,Interleukin 1


(29)

(IL-1), dan Tumor Necroting Factor α (TNF-α). Sintesa CRP di hati berlangsung sangat cepat setelah ada sedikit rangsangan, konsentrasi serum meningkat diatas 5mg/L selama 6-8 jam dan mencapai puncak sekitar 24-48 jam. (Ingle, Pravin V. & Patel, Devang M., 2011)

Eisenhardt dkk (2009) dalam Triana Silalahi (2013) menemukan bahwa C-Reactive Protein terdapat dalam 2 bentuk, yaitu bentuk pentamer (pCRP) dan monomer (mCRP). Bentuk pentamer dihasilkan oleh sel hepatosit sebagai reaksi fase akut dalam respon terhadap infeksi, inflamasi dan kerusakan jaringan. Bentuk monomer berasal dari pentamer CRP yang mengalami dissosiasi dan mungkin dihasilkan juga oleh sel-sel ekstrahepatik seperti otot polos dinding arteri, jaringan adiposa dan makrofag.

Fungsi CRP

CRP (C-reactive protein) berperan dalam pertahanan tubuh manusia melalui respon inflamasi alamiah yang merupakan pertahanan tubuh pertama. CRP bekerja secara bersamaan dengan sistem imunitas didapat untuk melawan patogen dan mikroba. CRP akan mengikat antigen melalui mekanisme yang melibatkan kalsium yang berperan menambah aktivitas proses fagositosis. Konsentrasi serum CRP mencapai kadar patologis jika diatas 6 mg/l. CRP dapat digunakan untuk memonitor inflamasi akibat dari infeksi maupun tidak infeksi dan untuk menilai kemajuan terapi. (Prestegard, E., 2006)

Keadaan CRP Meningkat

A. Inflamasi Akut  Infeksi Bakteri

Pneumococcal pneumonia  Demam Reumatik Akut  Bacterial endocarditis Staphylococcal osteomyelitis


(30)

B. Inflamasi Kronik

 Lupus Erimatosus sistemik  Reumatik artritis

Polyarteritis nodosa, disseminated Systemic vasculitis, cutaneous vasculitis Polymyalgia rheumatica

Chron’s disease  Osteoartritis  Perokok  Obesitas  Diabetes C. Kerusakan Jaringan

Tissue Injury and surgery Acute myocardial ischemia

Sumber : (Ingle, Pravin V & Patel, Devang M, 2011)

CRP dan Infeksi

CRP merupakan faktor penting dalam menentukan etiologi infeksi, karena dapat membantu membedakan antara infeksi bakteri dan infeksi virus.Level CRP dapat meningkat secara significan pada infeksi bakteri. Nilai yang lebih tinggi dari 100 mg/L menunjukkan infeksi bakteri sedangkan dibawah 10 mg/L menunjukkan infeksi virus (Chandrashekara, 2014).

2.7 TATALAKSANA

Tatalaksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien, lokasi infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK. Sistitis dan pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan pemberian antibiotik merupakan faktor resiko penting terhadap terjadinya jaringan parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil sampel urin untuk kultur urin dan resistensi antimikroba. Penanganan ISK yang


(31)

lebih awal pada anak dan tepat dapat mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut. (UKK Nefrologi IDAI, 2011)

2.8 KOMPLIKASI

ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakterimia, sepsis, dan meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, gagal ginjal, dan lain-lain. Faktor resiko terjadinya parut ginjal antara lain karena keterlambatan pemberian antibiotik, infeksi berulang, VUR, dan obstruksi saluran kemih. (UKK Nefrologi IDAI, 2011)

2.9 PROGNOSIS

Pada anak yang ditatalaksana dengan baik, jarang berlanjut ke gagal ginjal kecuali mereka memiliki kelainan pada saluran kemihnya. Dan pada anak dengan infeksi yang berulang, terutama dengan adanya VUR diperkirakan (tapi tidak terbukti) menyebabkan jaringan parut ginjal, yang dapat menyebabkan hipertensi dan stadium akhir penyakit ginjal. (Weinberg, G.A., 2010)


(32)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran kemih ( Urinary Tract Infection = UTI ) adalah keadaan bertumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Dalam keadaan normal saluran kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lainnya. Oleh karena itu diagnosis infeksi saluran kemih (ISK) ditegakkan dengan membuktikan adanya mikroorganisme di dalam saluran kemih. Pada pasien dengan ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 105 cfu /ml urin (IDAI, 2011). Infeksi saluran kemih merupakan masalah yang sering dijumpai dalam dunia kedokteran, Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,1 juta kasus dilaporkan per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua (NKUDIC, 2011).

Menurut World Health Organization (WHO, 2005) penyakit infeksi saluran kemih ini merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang paling sering terjadi pada anak-anak, dan lebih sering terjadi pada anak perempuan sekitar 3-8% dibanding dengan anak laki-laki sekitar 1% . Menurut penelitian Ayazi et al., (2010) yang dilakukan di Qodz Hospital Qazvin dalam periode Maret 2006 – Oktober 2006, dari 135 pasien anak yang di rawat dengan ISK, 108 (80%) diantaranya adalah perempuan dan 27 (20%) adalah laki laki . Hasil yang dilakukan oleh Naseri dan Alamdaran (2007) terhadap bayi berusia 2 sampai 24 bulan diketahui sebanyak 71% bayi perempuan dan 29% bayi laki-laki mengalami ISK (n=183). Risiko pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki-laki (IDAI, 2011).

Pemeriksaan baku emas untuk ISK adalah kultur urin. Pemeriksaan kultur urin sangat akurat untuk menentukan ada tidaknya ISK pada seseorang, dengan


(33)

catatan sampel yang diperiksa dan juga teknik pemeriksaannya benar. Sensitivitas dan spesifisitas kultur urin akan bervariasi tergantung dari cara pengambilan spesimen urin. Pemeriksaan kultur urin ini juga memerlukan waktu yang relatif lebih lama (Gibson & Toscano, 2012)

CRP (C-reactive protein) adalah salah satu marker inflamasi yang merupakan suatu protein fase akut yang diproduksi di hati. Kadar CRP akan meningkat sebagai respon terhadap infeksi, inflamasi maupun kerusakan jaringan (Pepys & Hirschfield, 2003). Ayazi et al., (2013) melaporkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas CRP pada infeksi saluran kemih anak dimana kultur urin sebagai gold standard masing-masing adalah 96% dan 11.1 %. Sedangkan menurut Xu et al., (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sensitivitas dan spesifisitas CRP pada ISK adalah 85.71% dan 48%. Lain lagi halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nikibakhsh AA et al., (2013) yang menyatakan bahwa CRP tidak memiliki nilai diagnostik pada infeksi saluran kemih pada anak. Dari hasil penelitian di atas, terdapat perbedaan hasil pemeriksaan CRP pada ISK.

Di Medan khususnya di RSUP. Haji Adam Malik masih kurang penelitian mengenai hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih pada anak, oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih pada anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2014 ?


(34)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui kadar CRP (C-reactive protein) pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) pada anak.

2) Untuk mengetahui hasil kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) pada anak.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Dari penelitian ini diharapkan penelti dapat mengembangkan kemampuannya di bidang penelitian terutama dalam hal penulisan karya ilmiah dan pencarian serta analisis data.

1.4.2 Bagi Penelitian lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Klinisi

Penelitian ini diharapkan dapat membantu klinisi dalam diagnostik awal infeksi saluran kemih.


(35)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang menginvasi satu atau lebih bagian saluran kemih. ISK merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak. Insidensi ISK masih sangat tinggi dimana sebanyak 8,1 juta kasus dilaporkan per tahun. Diagnosa ISK ditegakkan berdasarkan kultur urin dan petanda infeksi CRP (C-reactive protein).

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain retrospektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Data dikumpul dari hasil catatan rekam medik dengan teknik total sampling sebanyak 126 sampel dengan hasil kultur urin dan CRP.

Dari hasil penelitian diperoleh data, insidensi tertinggi pada laki-laki (65,9%) dan pada kelompok usia 1-5 tahun dan 6-10 tahun dengan presentase masing-masing 25,6%. Jumlah pasien anak yang hasil kultur urinnya positif sebanyak 42 orang (33,3%) dan 84 orang (66,7%) hasil kultur urinnya adalah negatif. Hasil pemeriksaan CRP pada pasien ISK anak, 74 orang (57,1%) hasilnya adalah positif dan 54 orang (42,9%) hasilnya adalah negatif.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat tidak hubungan yang signifikan antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Kata kunci : ISK, Kultur Urin, dan CRP


(36)

ABSTRACT

Urinary Tract Infection (UTI) is an infection in part or all of the urinary tract that affected by bacteria, virus and yeast. UTI is a common disease in children. The incidence of UTI remains very high where as many as 8.1 million cases were reported per year.

This is a descriptive study conducted with retrospective design. The purpose of this study was to determine how the relationship between c-reactive protein (CRP) and urine culture in patients with UTI in children in RSUP Haji Adam Malik Medan. Data was collected from the medical record with a total sampling of 126 samples with the results of urine culture and CRP .

The results from this study was the incidence of UTI is more common in boys (65,9%), and in the age group 1-5 years and 6-10 years . Number of pediatric patients with positive urine culture were 42 children and 84 children urine culture was negative.

The study shows there is no a significant correlation between CRP (c-reactive protein) and urine culture in UTI in children in RSUP Haji Adam Malik Medan.


(37)

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP.

HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014

Oleh :

PUTRI YUNITA SIREGAR 120100359

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(38)

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP.

HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

PUTRI YUNITA SIREGAR

120100359

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(39)

(40)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang menginvasi satu atau lebih bagian saluran kemih. ISK merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak. Insidensi ISK masih sangat tinggi dimana sebanyak 8,1 juta kasus dilaporkan per tahun. Diagnosa ISK ditegakkan berdasarkan kultur urin dan petanda infeksi CRP (C-reactive protein).

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain retrospektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan CRP dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih pada anak di RSUP Haji Adam Malik Medan. Data dikumpul dari hasil catatan rekam medik dengan teknik total sampling sebanyak 126 sampel dengan hasil kultur urin dan CRP.

Dari hasil penelitian diperoleh data, insidensi tertinggi pada laki-laki (65,9%) dan pada kelompok usia 1-5 tahun dan 6-10 tahun dengan presentase masing-masing 25,6%. Jumlah pasien anak yang hasil kultur urinnya positif sebanyak 42 orang (33,3%) dan 84 orang (66,7%) hasil kultur urinnya adalah negatif. Hasil pemeriksaan CRP pada pasien ISK anak, 74 orang (57,1%) hasilnya adalah positif dan 54 orang (42,9%) hasilnya adalah negatif.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat tidak hubungan yang signifikan antara CRP dan kultur urin pada pasien ISK anak di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Kata kunci : ISK, Kultur Urin, dan CRP


(41)

ABSTRACT

Urinary Tract Infection (UTI) is an infection in part or all of the urinary tract that affected by bacteria, virus and yeast. UTI is a common disease in children. The incidence of UTI remains very high where as many as 8.1 million cases were reported per year.

This is a descriptive study conducted with retrospective design. The purpose of this study was to determine how the relationship between c-reactive protein (CRP) and urine culture in patients with UTI in children in RSUP Haji Adam Malik Medan. Data was collected from the medical record with a total sampling of 126 samples with the results of urine culture and CRP .

The results from this study was the incidence of UTI is more common in boys (65,9%), and in the age group 1-5 years and 6-10 years . Number of pediatric patients with positive urine culture were 42 children and 84 children urine culture was negative.

The study shows there is no a significant correlation between CRP (c-reactive protein) and urine culture in UTI in children in RSUP Haji Adam Malik Medan.


(42)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan CRP (C-reactive protein) dengan Kultur Urin pada Pasien Infeksi Saluran Kemih pada Anak di RSUP. Haji Adam Malik Tahun 2014”. Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak . Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK , selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian karya tulis ini.

3. Prof. dr. Yasmeini Yazir dan dr. Ramlan Nasution, Sp.U, selaku dosen penguji saya yang telah banyak membantu dan memberi arahan kepada saya dalam penyelesaian karya tulis ini.

4. RSUP Haji Adam Malik yang telah memberi izin untuk mengambil data rekam medis dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

5. Orangtua penulis yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

6. Kepada kakak, teman, dan adik penulis : Maria, Whenny, Iskandar Nazar, Mutia Jauhari atas bantuan, semangat, dan dukungan selama penulisan karya tulis ilmiah ini.


(43)

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 09 Desember 2015


(44)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi ... 4

2.2. Etiologi ... 4

2.3. Epidemiologi ... 4

2.4. Patogenesis... 5

2.5. Manifestasi Klinis ... 6

2.6. Diagnosa ... 6

2.7. Tatalaksana ... 10

2.8. Komplikasi ... 11


(45)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 12

3.2.Definisi Operasional ... 12

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 14

4.1. Jenis Penelitian ... 14

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

4.3. Populasi dan Sampel ... 14

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 15

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 15

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 16

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 16

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 16

5.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur ... 17

5.4. Distribusi ISK Anak Berdasarkan Jenis Kelamin ... 18

5.5. Distribusi Sampel yang Melakukan Kultur Urin dan CRP ... 18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

6.1. Kesimpulan ... 23

6.2. Saran ... 23


(46)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi ISK pada Anak berdasarkan Umur 17 Tabel 5.2 Distribusi ISK pada Anak berdasarkan Jenis Kelamin 18 Tabel 5.3 Total Pasien ISK Anak yang melakukan pemeriksaan

Kultur Urin 18

Tabel 5.4 Total Pasien ISK Anak yang melakukan pemeriksaan

CRP 19


(47)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih


(48)

DAFTAR SINGKATAN

NKUDIC (National Kidney Disease International of Clearinghouse) UTI (Urinary Tract Infection)

ISK (Infeksi Saluran Kemih) WHO (World Health Organization) CRP (C-reactive Protein)

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) VUR (Vesikoureteral Reflux)


(49)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Surat Persetujuan Komisi Etik

3. Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik 4. Master Data


(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Definisi ... 4


(2)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 12

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 12

3.2.Definisi Operasional ... 12

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 14

4.1. Jenis Penelitian ... 14

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

4.3. Populasi dan Sampel ... 14

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 15

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 15

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 16

5.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 16

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 16

5.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur ... 17

5.4. Distribusi ISK Anak Berdasarkan Jenis Kelamin ... 18

5.5. Distribusi Sampel yang Melakukan Kultur Urin dan CRP ... 18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 23

6.1. Kesimpulan ... 23

6.2. Saran ... 23


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi ISK pada Anak berdasarkan Umur 17 Tabel 5.2 Distribusi ISK pada Anak berdasarkan Jenis Kelamin 18 Tabel 5.3 Total Pasien ISK Anak yang melakukan pemeriksaan

Kultur Urin 18

Tabel 5.4 Total Pasien ISK Anak yang melakukan pemeriksaan

CRP 19


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih


(5)

DAFTAR SINGKATAN

NKUDIC (National Kidney Disease International of Clearinghouse) UTI (Urinary Tract Infection)

ISK (Infeksi Saluran Kemih) WHO (World Health Organization) CRP (C-reactive Protein)

IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) VUR (Vesikoureteral Reflux)


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Surat Persetujuan Komisi Etik

3. Surat Izin Penelitian di RSUP H. Adam Malik 4. Master Data