Hubungan Antara Jumlah Leukosit Urin Dengan Kultur Urin Pada Infeksi Saluran Kemih di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2014
LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap
: Ahmad Fadhli Zil Ikram bin Mohd Ezanee
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir
:Malaysia/ 13 Juni 1991
Warga Negara
: Malaysia
Status
: Belum Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jln. Kemuning No 9 Medan
: jiro_kobayashi9889@yahoo.com
Riwayat Pendidikan
:
1.
SK Islah (1998 – 2003)
2.
SMU Maahad Muhammadi Lelaki (2004 – 2006)
3.
SM Teknik Ipoh (2007 – 2008)
4.
Universiti Teknologi Mara (2009 – 2011)
5.
Universitas Sumatera Utara Kedokteran (2012 – sekarang)
Riwayat Pelatihan
:
Riwayat Organisasi
:
(2)
(3)
(4)
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Hasil Kultur
Hasil Temuan
Hasil Leukosit
Jumlah Leukosit
Pasien 1
Perempuan
71
Positif
Enterococcus faecali
Negatif
2-4 LPB
Pasien 2
Pria
77
Negatif
Negatif
Positif
20-50 LPB
Pasien 3
Pria
41
Positif
Escherichia coli
Negatif
5-10 LPB
Pasien 4
Pria
44
Positif
Escherichia coli
Positif
20-30
Pasien 5
Pria
53
Positif
Escherichia coli
Negatif
Negatif
Pasien 6
Perempuan
49
Negatif
Negatif
Positif
40-50 LPB
Pasien 7
Perempuan
55
Negatif
Negatif
Positif
20-30 LPB
Pasien 8
Perempuan
54
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
1-3 LPB
Pasien 9
Pria
76
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
20-30 LPB
Pasien 10
Pria
57
Negatif
Negatif
Positif
30-35 LPB
Pasien 11
Perempuan
39
Positif
Escherichia coli
Negatif
0-1 LPB
Pasien 12
Pria
83
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
1-3 LPB
Pasien 13
Pria
71
Positif
Enterobacter cloacae
Positif
25-30 LPB
Pasien 14
Pria
68
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
20-30 LPB
Pasien 15
Perempuan
46
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 16
Pria
61
Negatif
Negatif
Positif
10-20 LPB
Pasien 17
Pria
37
Positif
Escherichia coli
Positif
10-15 LPB
Pasien 18
Pria
74
Negatif
Negatif
Positif
30-40 LPB
Pasien 19
Perempuan
52
Positif
Escherichia coli
Positif
80-100 LPB
Pasien 20
Perempuan
62
Negatif
Negatif
Positif
15-20 LPB
Pasien 21
Pria
46
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
1-3 LPB
Pasien 22
Perempuan
10
Negatif
Negatif
Negatif
1-3 LPB
Pasien 23
Perempuan
47
Negatif
Negatif
Negatif
1-3 LPB
(5)
Pasien 25
Perempuan
37
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Positif
60-80 LPB
Pasien 26
Pria
59
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 27
Perempuan
61
Positif
Serratia marcescens
Positif
100-120 LPB
Pasien 28
Pria
58
Negatif
Negatif
Positif
30-50 LPB
Pasien 29
Perempuan
63
Positif
Enterococcus faecali
Negatif
1-3 LPB
Pasien 30
Perempuan
61
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
40-50 LPB
Pasien 31
Perempuan
50
Positif
Escherichia coli
Negatif
1-3 LPB
Pasien 32
Pria
60
Positif
Escherichia coli
Positif
40-50 LPB
Pasien 33
Perempuan
59
Positif
Escherichia coli
Positif
20-30 LPB
Pasien 34
Pria
68
Positif
Escherichia coli
Negatif
1-3 LPB
Pasien 35
Perempuan
27
Positif
Escherichia coli
Positif
20-30 LPB
Pasien 36
Pria
69
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 37
Pria
43
Positif
Acinetobacter baumanii
Positif
50-60 LPB
Pasien 38
Pria
43
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Positif
20-30 LPB
Pasien 39
Perempuan
33
Positif
Escherichia coli
Positif
10-15 LPB
Pasien 40
Pria
73
Positif
Escherichia coli
Positif
15-20 LPB
Pasien 41
Perempuan
58
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 42
Pria
48
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 43
Pria
61
Positif
Enterobacter cloacae
Negatif
0-1 LPB
Pasien 44
Perempuan
46
Positif
Escherichia coli
Positif
50-60 LPB
Pasien 45
Pria
53
Positif
Morganella morganii
Negatif
10-15 LPB
Pasien 46
Perempuan
49
Positif
Burkholderia cepacia
Positif
20-30 LPB
Pasien 47
Pria
53
Positif
Escherichia coli
Positif
15-20 LPB
Pasien 48
Perempuan
35
Negatif
Negatif
Positif
20-40 LPB
(6)
Pasien 50
Pria
35
Positif
Escherichia coli
Positif
20-40 LPB
Pasien 51
Pria
54
Positif
Escherichia coli
Negatif
1-3 LPB
Pasien 52
Pria
46
Negatif
Negatif
Positif
10-15 LPB
Pasien 53
Pria
58
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
0-1 LPB
Pasien 54
Pria
46
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
20-30 LPB
Pasien 55
Perempuan
61
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
0-2 LPB
Pasien 56
Perempuan
42
Positif
Enterococcus faecali
Positif
15-20 LPB
Pasien 57
Pria
16
Positif
enterococcus faecali
Positif
20-30 LPB
Pasien 58
Perempuan
57
Negatif
Negatif
Positif
20-30 LPB
Pasien 59
Pria
59
Positif
Escherichia coli
Positif
15-20 LPB
Pasien 60
Perempuan
50
Positif
Escherichia coli
Positif
15-20 LPB
Pasien 61
Pria
60
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
2-4 LPB
Pasien 62
Perempuan
57
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
20-30 LPB
Pasien 63
Pria
21
Positif
Escherichia coli
Positif
20-30 LPB
Pasien 64
Perempuan
80
Positif
Escherichia coli
Negatif
2-4 LPB
Pasien 65
Pria
40
Positif
Escherichia coli
Positif
10-15 LPB
Pasien 66
Pria
49
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 67
Pria
64
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
0-1 LPB
Pasien 68
Pria
73
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
2-4 LPB
Pasien 69
Perempuan
68
Positif
Escherichia coli
Negatif
0-1 LPB
Pasien 70
Pria
48
Negatif
Negatif
Positif
10-15 LPB
Pasien 71
Pria
75
Positif
Raoultella ornithinolytica
Positif
10-15 LPB
Pasien 72
Pria
71
Positif
Escherichia coli
Negatif
0-1 LPB
Pasien 73
Pria
50
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
100-120 LPB
(7)
Pasien 75
Perempuan
53
Positif
Enterococcus faecali
Positif
60-80 LPB
Pasien 76
Pria
59
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Positif
25-30 LPB
Pasien 77
Perempuan
59
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
0-1 LPB
Pasien 78
Perempuan
45
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
1-3 LPB
Pasien 79
Perempuan
31
Positif
Enterococcus faecali
Negatif
0-1 LPB
Pasien 80
Perempuan
47
Positif
Escherichia coli
Negatif
1-3 LPB
Pasien 81
Perempuan
44
Positif
Escherichia coli
Negatif
0-1 LPB
Pasien 82
Perempuan
27
Positif
Escherichia coli
Negatif
1-3 LPB
Pasien 83
Pria
58
Positif
Escherichia coli
Positif
90-100 LPB
Pasien 84
Pria
29
Negatif
Negatif
Positif
30-35 LPB
Pasien 85
Perempuan
34
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
0-2 LPB
Pasien 86
Perempuan
56
Negatif
Negatif
Negatif
5-10 LPB
Pasien 87
Perempuan
48
Negatif
Negatif
Positif
20-25 LPB
Pasien 88
Perempuan
34
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 89
Perempuan
58
Positif
Burkholderia cepacia
Negatif
6-10 LPB
Pasien 90
Pria
37
Negatif
Negatif
Negatif
6-10 LPB
Pasien 91
Pria
22
Negatif
Negatif
Positif
10-15 LPB
Pasien 92
Pria
53
Positif
Escherichia coli
Negatif
5-10 LPB
Pasien 93
Perempuan
48
Negatif
Negatif
Negatif
5-10 LPB
Pasien 94
Pria
78
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
1-3 LPB
Pasien 95
Pria
78
Negatif
Negatif
Positif
20-30 LPB
Pasien 96
Perempuan
55
Negatif
Negatif
Negatif
1-3 LPB
Pasien 97
Pria
39
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 98
Pria
91
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
(8)
Pasien 100
Pria
33
Negatif
Negatif
Negatif
1-3 LPB
Pasien 101
Pria
51
Positif
Escherichia coli
Negatif
5-10 LPB
Pasien 102
Pria
60
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 103
Pria
42
Positif
Escherichia coli
Negatif
0-1 LPB
Pasien 104
Perempuan
61
Negatif
Negatif
Positif
15-20 LPB
Pasien 105
Pria
59
Positif
Escherichia coli
Negatif
1-2 LPB
Pasien 106
Pria
57
Negatif
Negatif
Positif
30-40 LPB
Pasien 107
Perempuan
47
Positif
Escherichia coli
Positif
35-40 LPB
Pasien 108
Pria
42
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
0-1 LPB
Pasien 109
Perempuan
53
Positif
Salmonella ser. Typhi
Positif
50-60 LPB
Pasien 110
Pria
39
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 111
Pria
53
Positif
Klebsiella oxytoca
Positif
35-40 LPB
Pasien 112
Pria
68
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 113
Perempuan
56
Positif
Escherichia coli
Positif
25-30 LPB
Pasien 114
Perempuan
53
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
90-100 LPB
Pasien 115
Perempuan
49
Negatif
Negatif
Negatif
5-7 LPB
Pasien 116
Perempuan
62
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Pasien 117
Pria
60
Positif
Escherichia coli
Negatif
10-15 LPB
Pasien 118
Perempuan
15
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 119
Pria
46
Positif
Escherichia coli
Positif
20-25 LPB
Pasien 120
Pria
13
Negatif
Negatif
Positif
80-100 LPB
Pasien 121
Pria
37
Positif
Escherichia coli
Negatif
0-1 LPB
Pasien 122
Pria
44
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
8-10 LPB
Pasien 123
Pria
10
Positif
Proteus mirabilis
Negatif
1-3 LPB
(9)
Pasien 125
Perempuan
49
Negatif
Negatif
Negatif
3-5 LPB
Pasien 126
Pria
59
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Pasien 127
Perempuan
56
Positif
Escherichia coli
Positif
25-30 LPB
Pasien 128
Pria
46
Negatif
Negatif
Negatif
2-14 LPB
Pasien 129
Pria
45
Negatif
Negatif
Positif
20-40 LPB
Pasien 130
Pria
21
Positif
Escherichia coli
Positif
10-15 LPB
Pasien 131
Pria
82
Positif
Klebsiella pneumonia
Negatif
5-10 LPB
Pasien 132
Perempuan
16
Negatif
Negatif
Negatif
1-3 LPB
Pasien 133
Perempuan
22
Negatif
Negatif
Negatif
1-2 LPB
Pasien 134
Pria
72
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 135
Pria
41
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 136
Pria
36
Positif
Proteus mirabilis
Positif
20-30 LPB
Pasien 137
Pria
37
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 138
Pria
1
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 139
Perempuan
38
Positif
Escherichia coli
Positif
70-80 LPB
Pasien 140
Pria
9
Positif
Pseudomonas aeruginosa
Negatif
7-10 LPB
Pasien 141
Perempuan
64
Positif
Klebsiella pneumonia
Positif
20-25 LPB
Pasien 142
Pria
42
Negatif
Negatif
Positif
30-40 LPB
Pasien 143
Perempuan
46
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 144
Perempuan
61
Positif
Pantoea spp
Positif
60-70 LPB
Pasien 145
Perempuan
33
Positif
Citrobacter freundii
Negatif
0-1 LPB
Pasien 146
Perempuan
54
Positif
Escherichia coli
Positif
90-100 LPB
Pasien 147
Pria
79
Negatif
Negatif
Negatif
0-1 LPB
Pasien 148
Pria
59
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
(10)
(11)
Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 150
Missing 0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pria 86 57.3 57.3 57.3
Perempuan 64 42.7 42.7 100.0
(12)
Frequencies
Statistics
Umur
N Valid 150
Missing 0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <15 tahun 6 4.0 4.0 4.0
16-40 tahun 26 17.3 17.3 21.3
41-60 tahun 79 52.7 52.7 74.0
>60 tahun 39 26.0 26.0 100.0
(13)
Frequencies
Statistics
Pemeriksaan Kultur Urin
N Valid 150
Missing 0
(14)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kultur (+) 97 64.7 64.7 64.7
Kultur (-) 53 35.3 35.3 100.0
(15)
Frequencies
Statistics
Jumlah Leukosit
N Valid 150
Missing 0
Jumlah Leukosit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <10 LPB 77 51.3 51.3 51.3
11-40 LPB 47 31.3 31.3 82.7
41-80 LPB 17 11.3 11.3 94.0
>80 LPB 9 6.0 6.0 100.0
Total 150 100.0 100.0
Frequencies
Statistics
Pemeriksaan Leukosit
N Valid 150
(16)
Pemeriksaan Leukosit
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Leukosit (+) 73 48.7 48.7 48.7
Leukosit (-) 77 51.3 51.3 100.0
(17)
Nonparametric Correlations
Correlations
Pemeriksaan Kultur Urin
Pemeriksaan Leukosit Spearman's rho Pemeriksaan Kultur Urin Correlation Coefficient 1.000 .078
Sig. (2-tailed) . .343
N 150 150
Pemeriksaan Leukosit Correlation Coefficient .078 1.000
Sig. (2-tailed) .343 .
(18)
DAFTAR PUSTAKA
Amirah, Aumas, Rizanda et al,
2011.
Available from:
http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/resume-penelitian.pdf.
Andriani Rini, 2010. Peranan Pencitraan Dalam deteksi Kelainan Anatomik Pada
Anak Dengan Infeksi Saluran Kemih Atas. Majalah Kedokteran FK UKI.
27(2): 84-92.
Ayazi P, Daneshi M, 2007. Comparison of urine culture and urine dipstick
Analysis in diagnosis of urinary tract infection.
Acta Medica Iranica, 45(6):
501-504.
Balentine, J.R, Stoppler, M.C. (eds), 2009. Urinary Tract Infections. Available
fro
Chang S.L, D Linda, MD Shortliffe 2006.
Pediatric Urinary Tract Infections.
Department of urology Stanford Univesity School of Medicine. USA: Elsevier:
379-400.
Chenari M et al, 2012. Assessment of Urine Analysis Diagnostic Role: A
Cross-Sectional Study in South Eastern of Iran. Journal of Urology. 2: 227-231.
Ducharme J, Neilson, Ginn. Can urine cultures and reagent test strips be used to
diagnose urinary tract infection in elderly emergency department patients
without focal urinary symptomps. Can J Emerg Med 2007;9(2):87-92
Febrianto AW, Mukaddas A, Faustine Inggrid, 2013.
Rasionalitas penggunaan
antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap
RSUD Undata Palu tahun 2012. Online jurnal of natural science;2(3):20-29.
Hooton Thomas, 2012. Uncomplicated Urinary Tract Infection. The New England
Journal of Medicine. University of Miami; 366:1028-1037.
J. Susan, Midthun, 2004. Criteria For Urinary Tract Infection in The Elderly:
Variables That Challenge Nursing Assessment. Urologic Nursing. 24(3):
157-169.
Joey, 2013. Distribusi Bakteri Aerob Penyebab Infeksi Saluran Kemih pada
Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Periode
Januari 2013 – Juni 2013. Repository USU.
(19)
Juliana, Liliana, Leandro. Evaluation of Urinalysis Parameters to Predict
Urinary-Tract Infection. The Brazilian Journal of Infectious Diseases
2007;11(5):479-481.
Junizaf, H. 1994. Infeksi Saluran Kemih Pada Wanita. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Mazzulli T, 2012. Diagnosis and Management of Simple and Complicated
Urinary Tract Infections (UTIs). The Canadian Journal of Urology. 19(1):
42-48.
Melati Ayu, 2015. Pola bakteri saluran kemih di Poliklinik Kulit dan Kelamin
BLU RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU Manado periode November 2010 –
2012. Jurnal e-biomedik. 3(1): 1-6.
Nguyen, H. T., 2008. Bacterial Infections of the Genitourinary Tract. In: Smith's
General Urology. USA: Mc Graw Hill, p. 194.
Patel S, Taviad P, Sinha M et al, 2012. Urinary tract infections (UTI) among
patients at G.G. Hospital & medical college, Jamnagar. National Journal of
Community Medicine; 3(1): 138-141.
Pardede Sudung, Tambunan Taralan, 2011. Konsensus Infeksi Saluran Kemih
pada Anak. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 1-34
Samirah, Darwati, Windarwati, et al. Pola dan Sensitivitas Kuman di Penderita
Infeksi Saluran Kemih. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory 2006;12:110-113.
Subandiyah Krisni, 2004. Pola dan sensitivitas terhadap antibiotik bakteri
penyebab infeksi saluran kemih anak di RSU dr. Saiful Anwar, Malang.
Jurnal
Kedokteran Brawijaya. 20(2): 57-61.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I et al . Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Diponegoro, 2009.
Wirawan R, Imanuel S, Dharma S. Makroskopi mikroskopik urine: Penilaian
Hasil Pemeriksaan Urin.
Woodford J, George J, 2011. Diagnosis and Management of Urinary Infections in
Older People. Clinical Medicine; 11(1): 80-83.
(20)
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, tujuan penelitian di
atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel dependen
Variabel Independen
Infeksi Saluran Kemih
Menurut Klinis
(21)
3.2 Definisi Operasional Dan Variabel
Defenisi Operasional
Cara
Ukur
Alat
Ukur
Hasil Ukur
Skala
Pengukuran
Infeksi
Saluran
Kemih
Menurut
Klinis
Suatu keadaan ditandai
dengan nyeri buang air
kecil, adanya urgensi,
nyeri pinggang serta,
demam dan tidak
demam, secara umum
(pielonefritis, cystitis).
Analisis
data
rekam
medis
Rekam
Medis
Data Pasien
Infeksi
Saluran
Kemih
Nominal
Leukosit
Urin
Pemeriksaan
mikroskopis leukosit
yang terdapat di dalam
urin. Untuk mengetahui
pasien menderita
Infeksi Saluran kemih
atau tidak dengan
leukosit yang bermakna
≥10 leukosit /LPB pada
sedimen urin
Analisis
data
rekam
medis
Rekam
Medis
Hasil
pemeriksaan
leukosit urin:
≥1
0
leukosit/LPB
Nominal
Kultur
Urin
Pemeriksaan
mikrobiologi atau
biakan
urin
berdasarkan kuantitatif
bakteri untuk
menentukan infeksi
saluran kemih. Untuk
mengetahui pasien
menderita Infeksi
Saluran Kemih atau
tidak dengan
mengetahui hasil kultur
urin bilamana
ditemukan ada
≥100.000
bakteri
berspesies sama per
mililiter urin
Analisis
data
rekam
medis
Rekam
Medis
Ditemukan
≥10
5bakteri
cfu/ml di
dalam urin
Nominal
(22)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
dengan desain retrospektif. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan
jumlah leukosit urin dengan kultur urin pada infeksi saluran kemih, pengumpulan
data dilakukan dengan menganalisis data hasil leukosit urin dan kultur urin yang
tercatat di Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan.
4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan, karena
merupakan rumah sakit rujukan dan jumlah pasien yang banyak untuk wilayah
regional Sumatera.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari September – Desember 2015.
4.3
Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi target pada penelitian adalah semua pasien yang didiagnosis
menderita infeksi saluran kemih oleh dokter dan telah melakukan pemeriksaan
leukosit urin dan kultur urin periode Januari – Desember 2014.
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Total sampling
dimana seluruh pasien yang menderita infeksi saluran kemih yang melakukan
pemeriksaan leukosit urin dan kultur urin periode Januari – Desember 2014
merupakan sampel.
(23)
4.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap awal setelah peneliti mendapatkan Ethical
Cleareance dari
Komisi Etik Peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Kemudian
permohonan izin yang diperoleh dikirim ke RSUP H.Adam Malik Medan. Setelah
mendapat izin, maka peneliti melaksanakan pengumpulan data.
Pengumpulan data diperoleh dari catatan laboratorium hasil leukosit urin
dan kultur urin di Rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Setelah catatan
laboratorium diperoleh, dilakukan pencatatan variabel yang dibutuhkan yaitu jenis
kelamin dan usia.
4.3.4 Pengolahan Data dan Analisa Data
Pengolahan dilakukan dengan menganalisis data pasien yang diambil
catatan hasil pemeriksaan leukosit urin dan kultur urin di Rekam medis RSUP H.
Adam Malik Medan, distribusi data diolah dengan memasukkan ke dalam tabel
dalam bentuk persentase.
Adapun tahap pengolahan data yang dilakukan adalah :
4.3.5 Cleaning / Editing
Tahapan ini dilakukan pada saat mengumpulkan data rekam medik,
diperiksa kembali apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.
4.3.6 Entry
Merupakan kegiatan memasukkan data dari rekam medik kedalam
komputer setelah melewati tahap cleaning / editing.
4.3.7 Coding
Pada tahapan ini menggunakan lembaran atau kartu kode dengan
instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran
atau kartu kode yang berisi kotak-kotak / kolom diisi dengan kode-kode ( Angka )
sesuai dengan data yang ada pada rekam medik.
(24)
4.3.8 Analisis
Data dianalisis dengan analisa deskriptif dengan bantuan SPSS. Analisis
yang digunakan adalah univariat. Analisis ini digunakan untuk memperoleh
gambaran distribusi atau besarnya dsitribusi berdasarkan variable yang akan
diteliti.
(25)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rekam Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik (RSUP HAM) Medan. Rumah sakit HAM mulai berfungsi sejak
tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan, dan untuk pelayanan rawat
inap dimulai sejak tanggal 2 Mei 1992. Rumah sakit ini mulai beroperasi secara
total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh mantan Bapak Presiden R.I.
H. Soeharto. Rumah sakit HAM ini berlokasi di Jalan Bunga Lau Nomor 17,
kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Letak RSUP Haji
Adam Malik ini agak berada di daerah pedalaman yaitu berjarak ±1 km dari Jalan
Jamin Ginting. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
502/Menkes/IX/1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai Rumah
Sakit Pendidikan bagi mahasiswa Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang diduga menderita infeksi
saluran kemih yang melakukan kultur urin dan leukosit urin di Rekam Medis
RSUP H. Adam Malik dalam kurun waktu 1 Januari – 31 Desember 2014. Sampel
diambil dari catatan hasil kultur urin dan leukosit urin yang terdapat di Rekam
Medis RSUP H. Adam Malik. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling.
Dengan metode ini, dari 191 populasi yang melakukan pemeriksaan kultur dan
leukosit ada sebanyak 150 sampel. Dari pemeriksaan sebanyak 97 sampel dengan
hasil kultur urin positif dimana sampel didiagnosis sebagai ISK dengan
bakteriuria signifikan >10
5CFU/ml urin, dan pemeriksaan leukosit sebanyak 73
sampel dengan leukosituria signifikan > 10 leukosit/LPB pada sedimen urin.
Sisanya tidak dijumpai pertumbuhan bakteri yang bermakna. Deskripsi
karakteristik sampel meliputi: jenis kelamin dan usia.
(26)
5.1.3 Deskripsi Pasien ISK Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Pasien ISK Berdasarkan Usia
Kelompok usia (tahun)
Frekuensi (n)
Persentase (%)
< 15
6
4
16 – 40
26
17,3
41 – 60
79
52,7
> 60
39
26
Total
150
100
Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini kelompok
sampel terbanyak berada pada rentang usia 41–60 tahun sebanyak 79 orang
(52,7%), dan paling sedikit pada usia <15 tahun sebanyak 6 orang (4%).
5.1.4 Deskripsi Pasien ISK Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi pasien ISK berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Pria
86
57,3
Perempuan
64
42,7
Total
150
100
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dari 150 sampel,
penderita ISK yang terbanyak adalah pria yaitu sebanyak 86 orang (57,3%),
dibandingkan perempuan sebanyak 64 orang (42,7%).
(27)
5.1.5 Deskripsi Total Pasien ISK yang Melakukan Kultur urin dan Leukosit
Urin.
Tabel 5.3 Total Pasien ISK yang Melakukan Pemeriksaan Kultur
Kultur Urin
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Positif
97
64,7
Negatif
53
35,3
Total
150
100
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pemeriksaan kultur urin dari 150
sampel pasien yang didiagnosis ISK yang melakukan kultur urin, dimana pasien
ISK dengan kultur positif sebanyak 97 orang (64,7%), dan kultur negatif sebanyak
53 orang (35,3%).
Tabel 5.4 Total Pasien ISK yang Melakukan Pemeriksaan Leukosit
Leukosit Urin
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Leukosit
≥10/LPB
73
48,7
Leukosit
≤10/LPB
77
51,3
Total
150
100
Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pemeriksaan jumlah leukosit dari 150
sampel pasien yang didiagnosis ISK yang melakukan leukosit urin, pasien ISK
dengan leukosit negatif sebanyak 77 orang (51,3%), dan leukosit positif sebanyak
73 orang (48,7%).
Tabel 5.5 Distribusi Jumlah Leukosit Pasien ISK
Jumlah Leukosit
Frekuensi
Persentase
≤10
77
51,3
11-40
47
31,3
41-80
17
11,3
>80
9
6,0
(28)
Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini diperoleh
kelompok sampel
≤10 leukosit/LPB sebanyak
77 orang (51,3%), dibandingkan
>80 leukosit/LPB sebanyak 9 orang (6,0%).
5.1.6 Hasil Analisa Data
Data yang dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan uji korelasi.
Untuk melihat hubungan antara kultur urin dengan leukosit urin pasien ISK
dilakukan dengan bantuan program statistik secara komputerisasi yang
menganalisis secara bersama-sama variabel dependen dan independen. Data yang
dikumpulkan dari rekam medis 150 sampel dianalisis melaluli uji korelasi yang
sesuai. Adapun uji korelasi pada kedua variabel penelitian ini dapat dinyatakan
pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Spearman Mengenai Hubungan Kultur Urin
dengan Leukosit Urin
VARIABEL
JUMLAH LEUKOSIT
r
p value
KULTUR URIN
0,07
0,34
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat kita ketahui bahwa nilai korelasi (r)
kultur urin terhadap leukosit urin adalah positif berada pada 0 < r
≤
0,1 (r = 0,07)
yang berarti keeratan hubungan tergolong sangat lemah. Kemudian didapati nilai
p>0,05 sehingga tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kedua variabel
yang diteliti.
5.2
Pembahasan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan berkembang biaknya
mikroorganisme yang patogen di dalam saluran kemih yang menyebabkan
inflamasi. Kultur urin merupakan pemeriksaan baku emas (gold standard) dalam
menegakkan diagnosisi ISK. Seseorang dikatakan menderita ISK apabila
ditemukan pertumbuhan koloni kuman yang signifikan yaitu > 10
5CFU/ml
(29)
urin.Seseorang dikatakan leukosituria apabila ditemukan
≥10 leukosit/LPB pada
sedimen urin.
Pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini kelompok
sampel terbanyak berada pada rentang usia 41 –60 tahun. Hal ini sesuai karena
ISK biasanya terjadi pada usia yang produktif dan meningkat pada usia tua dan
ditambah lagi dengan penyakit komplikasi lainnya (Schaeffer, 2012).
Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa hasil penelitian ini dari 150 sampel,
penderita ISK yang terbanyak adalah pria. Hal ini berbeda dengan penelitian dari
unit rekam medis RSUD Undata Palu pada tahun 2012 yang tercatat sebanyak 57
pasien jumlah kasus dan terdapat 17 pasien (29,8%) pria dan 40 pasien (70,2%)
perempuan (Febrianto, et al, 2013).
Tingginya prevalensi pria pasien ISK pada penelitian ini terkait karena
dari total populasi, jumlah pasien pria sebanyak 86 orang (57,3%), dan didominasi
pasien pada usia yang lanjut usia, dimana bakteri penyebab ISK yang biasanya
ditularkan melalui petugas, alat-alat, atau pengobatan parenteral (Jawetz, et al,
2008). Resiko ini dapat diminimalisir dengan menjaga ketat kebersihan tangan
oleh petugas medis yang melakukan pemasangan kateter dan higienitas dari
pasien itu sendiri (Banister, et al, 2006).
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pemeriksaan kultur urin dari 150
sampel yang pasien yang didiagnosis ISK yang melakukan kultur urin, dimana
pasien ISK yang terbanyak adalah kultur positif. Adapun pasien dengan gejala
klinis ISK tetapi memiliki kultur negatif bisa saja terjadi. Hal ini disebabkan
karena adanya kesalahan mengambil sampel, mendapatkan kultur setelah terapi
antimikroba dimulai (Ocviyanti D, 2012).
Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa pemeriksaan jumlah leukosit dari 150
sampel pasien yang didiagnosis ISK yang melakukan leukosit urin, pasien ISK
dengan leukosit negatif sebanyak 77 orang. Hal ini bisa disebabkan karena tidak
semua pasien yang didiagnosis ISK melakukan pemeriksaan leukosit urin.
Pada tabel 5.5 menunjukkan bahwa pada hasil penelitian ini diperoleh
kelompok sampel
≤10 leukosit/LPB sebanyak 77
orang.
Pada hasil analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman,
didapati korelasi Spearman 0,07 yang berada 0 < r
≤
0,2 yang berarti keeratan
(30)
hubungan tergolong sangat lemah. Kemudian didapati nilai p>0,05 sehingga tidak
terdapat korelasi yang signifikan antara kedua variabel yang diteliti.
(31)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian “Hubungan Antara Jumlah Leukosit Urin
Dengan Kultur Urin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di RSUP H. Adam Malik
Medan 2014” yang diperoleh dari 150 pasien maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
1.
Dijumpai hubungan yang tidak signifikan antara jumlah leukosit dan
kultur urin pada pasien ISK di RSUP H. Adam Malik Medan.
2.
Pasien ISK berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki lebih tinggi
daripada perempuan.
3.
Pasien ISK berdasarkan kelompok usia yang paling banyak adalah
usia 41–60 tahun diikuti paling sedikit pada usia <15 tahun.
6.2 Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka peneliti ingin mengungkapkan beberapa saran
dan berharap saran ini dapat menjadi pertimbangan dan bermanfaat bagi semua
pihak yang berperan dan berhubungan dengan penelitian ini.
1.
Penelitian hubungan antara jumlah leukosit urin dengan kultur urin pada
pasien infeksi saluran kemih sebaiknya dilakukan berkala, agar dapat
menjadi bahan acuan para klinisi agar dapat menegakkan diagnosis ISK
dengan tepat.
2.
Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah yang sama diharapkan agar
rancangan penelitian yang lebih memperdalam cakupan penelitiannya
dengan sampel yang lebih banyak sehingga dapat lebih bermanfaat dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang kedokteran dan
kesehatan.
(32)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan adanya bakteri
dalam urin (bakteriuria). Bakteriuria bermakna bila menunjukkan pertumbuhan
mikroorganisme murni lebih dari 100.000 koloni per millimeter pada biakan urin.
Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan
bakteriuria asimtomatik. Sebaliknya, bakteriuria disertai adanya presentasi klinis
ISK dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik. Pada beberapa keadaan pasien
dengan presentasi klinis ISK tanpa bakteriuria yang bermakna (Samirah, et al,
2006).
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi:
1.
Infeksi saluran kemih tanpa gejala (Bakteriuria asimptomatik).
Dimana terdapat bakteri dalam urin lebih dari 100.000 /ml urin. Urin
diambil porsi tengah dengan cara vulva dan meatus uretra eksternus
dibersihkan terlebih dahulu dengan bahan antiseptik. Atau jumlah bakteri
antara 10.000 sampai dengan 100.000 bila urin diambil dengan cara
kateter uretra. Pada urinalisis dapat ditemukan adanya leukos
it.
2.
Infeksi saluran kemih dengan gejala
a.
Infeksi saluran kemih bagian bawah (cystitis)
Dengan gejala dapat berupa disuria, terkadang didapatkan hematuria,
nyeri daerah suprasimpisis, terdesak kencing (urgency), stranguria,
tenesmus dan nokturia. Tetapi jarang sampai menyebabkan demam
dan menggigil. Pada urinalisis dapat dijumpai leukosit dan eritrosit.
b.
Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis).
Dengan gejala berupa nyeri dan tegang pada daerah sudut
“costovertebral” atau daerah pinggang, demam, mual dan muntah.
Dapat juga disertai keluhan seperti pada infeksi saluran kemih bagian
bawah seperti disuria, urgensi dan polakisuria, stranguria, tenesmus,
(33)
nokturia. Pada pemeriksaan darah dapat dijumpai kadar ureum dan
kreatinin yang meningkat dan pada pemeriksaan urinalisis ditemukan
leukosit. Atau pada pemeriksaan imunologi didapatkan bakteriuria
yang diselubungi antibodi (Susan&Midthun, 2004).
2.2
Epidemiologi
Infeksi saluran kemih tergantung banyak faktor seperti usia, gender,
prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang menyebabkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal (Sudoyo AW, et al 2009).
Epidemiologi ISK anak bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin.
Selama tahun pertama kehidupan, anak laki-laki memiliki insiden yang lebih
tinggi dari ISK: di semua usia kelompok lain, anak perempuan lebih rentan untuk
mengembangkan ISK. Selama tahun pertama kehidupan, kejadian ISK pada anak
perempuan adalah 0,7% dibandingkan dengan 2,7% pada laki-laki. selama 6
bulan pertama, anak laki-laki yang tidak disirkumsisi memiliki 10 sampai 12 kali
lipat peningkatan risiko mengembangkan ISK. Pada anak usia 1 sampai 5 tahun,
kejadian tahunan ISK adalah 0,9% menjadi 1,4% untuk anak perempuan dan
0,1% menjadi 0,2% untuk anak laki-laki. Insiden ISK adalah sebagian besar tidak
berubah dari usia 6 sampai 16 tahun, dengan kejadian tahunan dari 0,7% menjadi
2,3% untuk anak perempuan dan 0,04% menjadi 0,2% untuk anak laki-laki.
selama awal dewasa (18-24 tahun), kejadian tahunan ISK pada laki-laki masih
relatif rendah pada 0,83%. Namun, hal itu meningkatkan secara substansial pada
perempuan menjadi 10,8% (Chang&Shortliffe, 2006).
Penelitian dari 3046 spesimen urin yang dikumpulkan dari pasien yang
dirawat di Rumah Sakit Jamnagar. Lebih dari (27,92%) laki-laki dan (64,75%)
perempuan memiliki hasil tes positif. Secara keseluruhan positif adalah 46,48%
(Patel et al, 2012).
Secara anatomi, anak perempuan memang memiliki risiko mendapatkan
infeksi lebih besar daripada anak laki-laki, karena uretranya lebih pendek. Uretra
perempuan lebih pendek daripada uretra laki-laki sehingga memudahkan bakteri
mencapai daerah kandung kemih. Selain itu, letak uretra perempuan dekat
(34)
dengan anus dan vagina yang merupakan sumber bakteri (Subandiyah Krisni,
2004).
Pada umumnya perempuan lebih sering mengalami ISK daripada pria.
Namun, pada masa neonatus ISK lebih banyak terjadi pada bayi laki-laki (2,7%)
yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan (0,7%). Dengan
bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah ISK pada anak
perempuan 3%, sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini pada remaja anak
perempuan meningkat 3,3% hingga 5,8% (Melati Ayu, 2006).
2.3
Etiologi Infeksi Saluran Kemih
Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%)
ada ISK serangan pertama. Penelitian di dalam negeri antara lain di RSCM Jakarta
juga menunjukkan hasil yang sama. Kuman lain penyebab ISK. sering adalah
Proteus mirabilis, Klebsiella pneumonia, Klebsiella oksitoka, Proteus vulgaris,
Pseudomonas aeroginosa, Enterobakter aerogenes, dan Morganella morganii,
Stafilokokus, dan Enterokokus Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang
virulensinya rendah seperti
Pseudomonas,
golongan Streptokokus grup B,
Stafilokokus aureus atau epidermidis. Haemofilus influenzae dan
parainfluenza
dilaporkan sebagai penyebab ISK pada anak. Kuman ini tidak dapat tumbuh pada
media biakan standar sehingga sering tidak diperhitungkan sebagai penyebab ISK.
Bila penyebabnya Proteus, perlu dicurigai kemungkinan batu struvit (magnesium
ammonium fosfat) karena kuman Proteus menghasilkan enzim urease yang
memecah ureum menjadi amonium, sehingga pH urin meningkat menjadi 8-8,5.
Pada urin yang alkalis, beberapa elektrolit seperti kalsium, magnesium, dan fosfat
akan mudah mengendap (Pardede Sudung, Tambunan Taralan, 2011).
(35)
Tabel 2.1 Famili, Genus dan Spesies Mikroorganisme yang Paling Sering Sebagai Penyebab ISK
Gram Negatif Gram Positif
Famili Genus Spesies Famili Genus Spesies
Enterobacteri aceae Escherichia Klebsiella Proteus Enterobacter Providencia Morganella Citrobacter Serratia coli pneumoniaoxytosa mirabilis vulgaris cloacea aerogenes rettgeri stuarti morganii freundii diversus morcescens Micrococcsceae Streptococceae Staphylococcus Streptococcus aureus fecalis enterococcus Pseudomonas aceae
Pseudomonas aeruginosa
2.4
Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih
Urin biasanya berada dalam keadaan steril. Infeksi berlaku apabila bakteri
masuk ke dalam urin dan mula bertumbuh. Proses infeksi ini biasanya bermula
pada pembukaan uretra di mana urin keluar dari tubuh dan masuk naik ke dalam
traktus urinari. Biasanya, dengan miksi ia dapat mengeluarkan bakteri yang ada
dari uretra tetapi jika bakteri yang ada terlalu banyak, proses tersebut tidak
membantu. Bakteri akan naik ke atas saluran kemih hingga kandung kemih dan
bertumbuh kembang di sini dan menjadi infeksi. Infeksi bisa berlanjut melalui
ureter hingga ke ginjal. Di ginjal, peradangan yang terjadi disebut pielonefritis
yang akan menjadi keadaan klinis yang serius jika tidak teratasi dengan tuntas
(Balentine, 2009).
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu
steril dikarenakan pertahanan jumlah dan frekuensi kencing. Uretro distal
merupakan tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious gram
positive
dan
gram negative. Hampir semua ISK disebabkan invasi
mikroorganisme ascending dari uretra ke dalam kandung kemih. Pada beberapa
pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal. Proses ini
dipermudah refleks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat
jarang ditemukan di klinik. Mungkin akibat lanjut dari bakterimia. Ginjal diduga
merupakan lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat
(36)
Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis
(Stafilokokus aureus) dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan
pionefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dan infeksi sistemik
gram negatif (Sudoyo AW, et al, 2009).
2.5
Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih
Tidak semua penderita ISK mengalami keluhan tetapi kebanyakannya ada
seperti berkemih yang berulang kali, sensasi panas dan sakit pada kandung kemih
atau uretra sewaktu miksi dan lain-lain. Pada perempuan biasanya merasakan
tekanan pada bagian superior simfisisnya sedangkan laki-laki sering merasakan
kepenuhan (fullness) pada rektum. Ia adalah kebiasaan bagi penderita ISK untuk
mengeluhkan walaupun sentiasa ingin berkemih, jumlah urin yang keluar hanya
sedikit. Urin biasanya terlihat keruh, atau merah jika ada perdarahan. Dan ISK
jarang menyebabkan demam jika lokasi biakan bakteri berlaku di daerah kandung
kemih atau uretra melainkan pada ginjal. Keluahan-keluhan lain ISK termasuk
nyeri di bagian punggung, nausea dan muntah (Balentine, 2009).
Lower urinary tract infection (cystitis): sepanjang uretra dan kandung kemih:
(Elsevier)
1.
Disuria yaitu nyeri ketika buang air kecil.
2.
Kerap buang air kecil atau bangun pada malam hari untuk kencing dan
jumlah urin biasanya sedikit.
3.
Urgency atau tidak bisa menahan urin dalam kandung kemih.
4.
Urin yang keruh, busuk atau disertai darah.
5.
Nyeri pada bagian abdomen bawah (suprapubik).
6.
Demam dan rasa tidak enak tubuh atau malaise.
Upper urinary tract infection (pyelonephritis): (Elsevier)
1.
Demam tinggi dan menggigil.
2.
Muntah dan mual.
3.
Nyeri pada bagian pinggang
4.
Hipotensi atau syok.
(37)
2.6
Diagnosis Infeksi Saluran Kemih
Penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan mikroskopis urin dan kultur urin.
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan
bakteri dalam urin. Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah >10/lapang
pandang besar (LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu
dilanjutkan dengan pemeriksaan kultur (Sudoyo AW, et al, 2009).
2.6.1
Pemeriksaan Leukosit Urin
Sepuluh ml sampel urin yang telah dikocok merata dan disentrifugasi
dengan kecepatan 2500 – 3000 rpm selama 5 menit. Cairan yang terdapat diatas
tabung pemusing dibuang, ditinggal endapannya. Kemudian satu tetes sedimen
ditempatkan ke slide mikroskop, tertutup dan diperiksa menggunakan mikroskop
cahaya di bawah 40x perbesaran. Pertama kali dilihat dibawah mikroskopis
dengan lapangan pandang kecil (LPK), kemudian beberapa kali dengan lapangan
pandang besar (LPB). Penilaian dilakukan dengan melihat beberapa kali dalam
beberapa kali dalam LPB. Laporan dihasilkan bila dijumpai lebih dari 5
leukosit/LPB (Chenari M et al, 2012).
2.6.2
Pemeriksaan Kultur Urin
Pemeriksaan kultur urin adalah pemeriksaan mikrobiologi atau biakan urin
berdasarkan kuantitatif bakteri untuk menentukan infeksi saluran kemih. Bahan
urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pada pagi hari. Bahan
urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik, dari kateter dan urin porsi
tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin
porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril (Chenari M
et al, 2012).
Untuk pemeriksaan kultur urin dan tes celup urin, sampel urin harus
diambil dengan teknik pancar tengah yang diambil secara bersih untuk
menghindari kontaminasi. Khusus untuk pemeriksaan uji nitrit dengan tes celup
urin, sampel urin yang digunakan harus berasal dari urin pertama pada pagi hari
segera sesudah pasien bangun tidur. Kalau pemeriksaan bukan pagi hari, ibu
diminta untuk menahan buang air kecil minimal 2 jam sebelum urin diambil untuk
(38)
diperiksa. Ini penting diingat karena diperlukan waktu yang cukup untuk
berubahnya nitrat menjadi nitrit di dalam kandung kemih. Tahapan pengambilan
sampel urin pancar tengah yang diambil secara bersih adalah sebagai berikut:
1.
Cuci labia dan perineum dengan air dan sabun.
2.
Duduk atau jongkok di toilet dengan posisi kaki mengangkang, buka labia
dengan dua jari.
3.
Gunakan kapas, kasa, atau tisu yang sudah dibasahi dengan air steril atau
desinfeksi tingkat tinggi (DTT, air yang sudah dimasak selama minimal 30
menit) untuk membersihkan daerah sekitar orifisium uretra dan bagian
dalam labia. Kasa/kapas/tisu diusapkan satu kali saja dari arah orifisium
uretra ke arah vagina. Bila diperlukan, harus digunakan kasa/kapas/tisu
yang baru dengan arah pengusapan yang. - Keluarkan sedikit kemih tanpa
ditampung, lalu tahan sesaat sebelum melanjutkan berkemih ke dalam
wadah urin yang diletakkan sedekat mungkin dengan muara uretra tanpa
menyentuh daerah genitalia. Pastikan wadah urin minimal terisi
separuhnya
4.
Keluarkan sedikit kemih tanpa ditampung, lalu tahan sesaat sebelum
melanjutkan berkemih ke dalam wadah urin yang diletakkan sedekat
mungkin dengan muara uretra tanpa menyentuh daerah. Pastikan wadah
urin minimal terisi separuhnya.
5.
Setelah wadah urin terisi, sisihkan wadah tersebut dan selesaikan berkemih
(Ocviyanti D, 2012).
(39)
Tabel 2.2 Interpretasi Hasil Biakan Urin (Andriani Rini, 2010). Cara penampungan pungsi
suprapubik
Jumlah koloni bakteri gram negatif
Kemungkinan Infeksi
Kateterisasi Kandung Kemih
asal ada kuman Bakteri Gram positif:
Beberapa ribu >105 104-105
103-104 <103
95%
Diperkirakan ISK Diragukan, ulangi
<103 Tidak ada ISK (kontaminasi) Urin Pancar Tengah
Laki-laki Perempuan
>104 3x biakan >105 2x biakan >105 1x biakan >105
5x 104-105 Klinis simtomatik Klinis asimtomatik < 104 Diperkirakan ISK 95% 90% 80% Diragukan, ulangi Diperkirakan ISK, ulangi Tidak ada ISK
Tidak ada ISK
Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan
menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan
penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri
sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus
diterima maksimun 1 jam setelah penampungan. Sampel harus sudah diperiksa
dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah
pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur
dan sebaiknya dimintakan sampel baru. Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan
urin harus disimpan pada suhu 4
oC selama tidak lebih dari 24 jam (Joey, 2013).
Pemeriksaan Kultur Urin. Deteksi jumlah bermakna kuman patogen
(significant bacteriuria) dari kultur urin merupakan baku emas untuk diagnosis
ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh
≥
10
5koloni/ml urin, maka dapat dipastikan
bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK, sedangkan bila hanya
tumbuh koloni dengan jumlah
≤
10
3koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh
kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra.
Jika diperoleh jumlah koloni antara 10
3-10
5koloni / ml urin, kemungkinan
kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang
dengan bahan urin yang baru. Bila lebih dari tiga jenis bakteri yang terisolasi,
(40)
maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi
(Woodford J, 2011).
2.7
Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi saluran
kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi
(complicated).
1.
Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)
Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (cystisis) yaitu non-obstruksi
dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited
disiase) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
2.
Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated)
-Infeksi saluran kemih selama kehamilan
-
Infeksi saluran kemih pada diabetes melitus (Mazzulli T, 2012).
Gambar 2.1. Kriteria diagnosa Infeksi Saluran kemih (Woodford J, 2011).
Bakteriuria
Ditemukan adanya bakteri dalam urin
Asimtomatik Bakteriuria (tidak ditemukan adanya gejala)
Infeksi Saluran Kemih (ada ditemukan gejala) seperti:
- Disuria
- Septik (dimana gejala septik tidak bisa dijelaskan secara alternative patologi)
Infeksi SaluranKemih Sederhana - Tidak ada struktur
– Abnormlities dari saluran kemih - Dan pasien tidak
- immunocompromised
Infeksi saluran kemih yang komplikasi - Sebuah kelainan struktural kemih - Saluran (misalnya pembesaran prostat atau
- Kehadiran kateter) atau - termasuk Immunocompromise
(41)
2.8 Penatalaksanaan
Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien,
lokasi infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK.
Cystitis dan
pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan
pemberian antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan
parut pada
pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil
sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba.
Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat mencegah
terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut.
Sampai saat ini masih belum ada keseragaman dalam penanganan ISK
pada anak, dan masih terdapat beberapa hal yang masih kontroversi. Beberapa
protokol penanganan ISK telah dibuat berdasarkan hasil penelitian multisenter
berupa uji klinis dan meta-analisis, meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi
protokol penanganan ini saling melengkapi. Secara garis besar, tata laksana ISK
terdiri atas:
1. Eradikasi infeksi akut,
2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal
dan saluran kemih, dan
3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang (Pardede Sudung, Tambunan
Taralan, 2011)
.(42)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan invasi mikroorganisme pada salah
satu atau beberapa bagian saluran kemih. Saluran kemih yang bisa terinfeksi
antara lain uretra (urethritis), kandung kemih (cystisis), ureter (ureteritis). ISK
dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, atau mikroorganisme lainnya. ISK dapat
mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur baik anak-anak, remaja,
dewasa maupun lanjut usia. ISK bisa dibagi menjadi ISK asimptomatik, ISK
simptomatik dan ISK berulang (Sudoyo AW, et al 2009).
Menurut National Center For Health Statistics tahun 2008 Infeksi saluran
kemih sekitar 8,1 juta kasus per tahun. Menurut data dari Urologic Diseases in
North America Project, insidensi infeksi saluran kemih adalah 14.000 per 100.000
pria dan 53.000 per 100.000 wanita (Joey, 2013). Infeksi saluran kemih terjadi
pada 2,4% - 2,8% anak-anak. Berdasarkan data dari unit rekam medis RSUD
Undata Palu tercatat sebanyak 57 pasien jumlah kasus pada tahun 2012 dan
terdapat 17 pasien (29,8%) yang berjenis kelamin pria dan 40 pasien (70,2%)
yang berjenis kelamin wanita (Febrianto, et al, 2013).
Wanita lebih sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan pria
karena faktor perbedaan anatomi dan hormonal. Uretra wanita lebih pendek
daripada uretra pria sehingga memudahkan bakteri mencapai daerah kandung
kemih. Selain itu, letak uretra wanita dekat dengan anus dan vagina yang
merupakan sumber bakteri. Pada pasien pria terjadinya ISK biasanya dikarenakan
ada kelainan anatomi, batu saluran kemih atau penyumbatan pada saluran kemih
(Febrianto, et al, 2013).
Infeksi ini terjadi karena naiknya kuman melalui uretra menuju kandung
kemih dan saluran kemih yang lebih atas, infeksi juga dapat terjadi akibat adanya
penyebaran kuman melalui pembuluh darah dan limfe. Infeksi saluran kemih
didiagnosis jika terdapat lebih dari 100.000 bakteri berspesies sama per mililiter
urin (Joey, 2013).
(43)
Pemeriksaan baku emas untuk ISK adalah kultur urin. Pemeriksaan kultur
urin sangat akurat untuk menentukan ada tidaknya ISK pada seseorang, dengan
catatan sampel yang diperiksa dan teknik pemeriksaannya benar. Beberapa
pemeriksaan alternatif dapat dilakukan sebelum dilakukan atau didapatkan kultur
urin, misalnya urinalisis. Urinalisis dapat dilakukan dengan pemeriksaan
makroskopis, mikroskopis dan carik celup. Salah satu pemeriksaan urinalisis yang
sering dilakukan dan hasilnya dapat digunakan untuk diagnosis ISK adalah
pemeriksaan mikroskopis (Leukosit urin) dan carik celup (nitrit dan leukosit
esterase urin). Dengan pemeriksaan carik celup, leukosit esterase digunakan
sebagai petunjuk adanya sel leukosit di dalam urin meskipun pada pemeriksaan
mikroskopik sering kali tidak ditemukan sel leukosit (Ocviyanti, 2012).
Leukosituria adalah pengeluaran leukosit di dalam urin. Terdapatnya
leukosit yang banyak di dalam urin disebut pyuria (Wirawan,
et al, 2008).
Leukositoria dikatakan bermakna bila ditemukan
≥
10 leukosit/LPB pada sedimen
urin (Patel S, 2012). Leukosituri dapat terjadi pada keadaan infeksi maupun
inflamasi saluran kemih seperti glumerulonefritis,
pielonefritis, cystisis, uretritis,
nefrilitiasis, urolitisis dll (Sudoyo AW, et al, 2009).
Penelitian yang berjudul Uji Diagnostik Tiga Metode Pemeriksaan
Urinalisis Untuk Identifikasi Cepat Infeksi Saluran Kemih Pada Anak yang
dilakukan Amirah
et al, menunjukkan sedimen urin memiliki nilai sensitifitas
86%, spesifitas 26%, Nilai Duga Positif (NDP) 50% dan Nilai Duga Negatif
(NDN) 67%. Menurut penelitian yang berjudul
Comparison of urine culture and
urine dipstick Analysis in diagnosis of urinary tract infection yang dilakukan oleh
Ayazi P menunjukkan Kultur urin positif di 75 (75%) pasien. Tes dipstik urin
positif di 79 (79%) pasien. Dari uji Dipstick diperoleh Sensitivitas 76%,
spesifisitas 12%, Nilai Duga Positif (NDP) 72%, dan Nilai Duga Negatif (NDN)
14%. Menurut penelitian yang berjudul Assessment of Urine Analysis Diagnostic
Role: A Cross-Sectional Study in South Eastern of Iran. Journal of Urolog yang
dilakukan oleh Chenari M et al (2012),
kultur urin dilakukan untuk
membandingkan profil mikroskop urin. Sensitivitas 85%, spesifisitas 88%, nilai
prediksi positif 51%, dan negatif 97% dari piuria mikroskopis yang. Menurut
penelitian
Evaluation of Urinalysis Parameters To Predict Urinary Tract
(44)
Infection yang dilakukan Juliana et al (2007), menunjukkan bahwa sedimen urin
memiliki nilai akurasi 92,9%. %. Kombinasi antara bakteriuria intens (analisis
mikroskopis) dengan >20 leukosit per µL urin (flow cytometry) memberikan
akurasi yang lebih tinggi yaitu 97,3%.
Beberapa penelitian diatas didapatkan bahwa pemeriksaan leukosit
menunjukkan sensitivitas, spesifitas yang tinggi bila dibandingkan dengan kultur
urin dalam mendiagnosa ISK. Sementara penelitian mengenai hubungan leukosit
urin dengan kultur urin masih sangat kurang dilakukan di Medan khususnya
RSUP. H. Adam Malik. Sehingga peneliti ingin meneliti hubungan antara jumlah
leukosit urin pada sedimen urin dengan kultur urin.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah
penelitian bagaimana hubungan antara jumlah leukosit urin dengan kultur urin
pada infeksi saluran kemih di RSUP H. Adam Malik Medan 2014.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara jumlah leukosit urin
dengan kultur urin pada pasien infeksi saluran kemih di RSUP H. Adam Malik
Medan 2014.
1.3.2
Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui prevalensi infeksi saluran kemih pada pasien di
RSUP H. Adam Malik Medan menurut jenis kelamin.
2.
Untuk mengetahui prevalensi infeksi saluran kemih pada pasien di
RSUP H. Adam Malik Medan menurut usia.
1.4
Manfaat Penelitian
1.
Melalui penelitian ini, hasilnya dapat menjadi sumber informasi
kepada para dokter dan praktisi kesehatan lain, masyarakat umum serta
(45)
rumah sakit mengenai hubungan jumlah leukosit urin dengan kultur
urin ISK
2.
Melalui penelitian hubungan jumlah leukosit urin dengan kultur urin
ini, dapat dijadikan sebagai pedoman pentalaksanaan penyakit infeksi
saluran kemih, baik di rumah sakit, praktek umum, maupun fasilitas
kesehatan lainnya bilamana kultur urin tidak dapat dilakukan.
(46)
ABSTRAK
Urinary tract infections (UTI) was an inflammatory response of the urethra
when attacked by microorganisms. This disease can happen to people at all ages
beginning with asymptomatic to moderately symptomatic infections.
Gold
standard
examination for UTI is urine culture.
This research is analytic retrospective design. Purpose of this study was to
determine the relationship of the number of leukocytes in urine with urine culture
for urinary tract infection. The data was collected by analyzing the data of the
urine leukocytes and urine cultures that were recorded in the medical record
Adam Malik General Hospital with a total sampling of 150 samples with results
of urine culture and urine leukocytes.
From the research,the data showsthe highest incidence of UTI for men was
86 people ( 57.3 % ) , while for women was64 people ( 42.7 % ) . According to
the range age, majority are in range 41-60 years oldwith the results 79 people (
52.7 % ) .From 150 samples of UTI, 97 people ( 64.7 % ) was positive in urine
culture and 73 people ( 48.7 % ) was positive in urine leukocyte.
From these results, it can be concluded that there is no significant
relationship between urine culture and urine leukocyte count in patients with UTIs
at Adam Malik Hospital, Medan.
(47)
ABSTRAK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium
karena masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. ISK dapat menyerang
segala usia mulai tanpa gejala hingga gejala yang cukup berat. Pemeriksaan gold
standard untuk ISK adalah kultur urin.
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain retrospektif. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah leukosit urin dengan
kultur urin pada infeksi saluran kemih, pengumpulan data dilakukan dengan
menganalisis data hasil leukosit urin dan kultur urin yang tercatat di Rekam Medis
RSUP H. Adam Malik Medan dengan teknik total sampling sebanyak 150 sampel
dengan hasil kultur urin dan leukosit urin.
Dari hasil penelitian diperoleh data, insiden ISK terbanyak adalah pada
pria sebanyak 86 orang (57,3%), sedangkan perempuan sebanyak 64 orang
(42,7%). Menurut usia terbanyak berada pada rentang usia 41–60 tahun sebanyak
79 orang (52,7%). Dari 150 sampel ISK didapati kultur urin positif sebanyak 97
orang (64.7%) dan jumlah leukosit urin yang positif sebanyak 73 orang (48,7%).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kultur urin dan jumlah leukosit urin pada pasien ISK di
RSUP H. Adam Malik Medan.
(48)
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT URIN DENGAN
KULTUR URIN PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN JANUARI – DESEMBER 2014.
Oleh :
AHMAD FADHLI ZIL IKRAM BIN MOHD EZANEE
120100418
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT URIN DENGAN
KULTUR URIN PADA INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN JANUARI – DESEMBER 2014.
KARYA TULIS ILMIAH
(49)
Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memenuhi Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
AHMAD FADHLI ZIL IKRAM BIN MOHD EZANEE
120100418
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
(50)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
:
Hubungan Antara Jumlah Leukosit Urin Dengan Kultur Urin Pada Infeksi
Saluran Kemih di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2014
Nama :
AHMAD FADHLI ZIL IKRAM BIN MOHD EZANEE
NIM :
120100418
Pembimbing
Penguji I
(dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK)
(Prof. dr. Yasmeini Yazir)
196909062005012002
Penguji II
(dr. Ramlan Nasution, Sp.U)
(51)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
:
Hubungan Antara Jumlah Leukosit Urin Dengan Kultur Urin Pada Infeksi
Saluran Kemih di RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2014
Nama :
AHMAD FADHLI ZIL IKRAM BIN MOHD EZANEE
NIM :
120100418
Pembimbing
Penguji I
(dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK)
(Prof. dr. Yasmeini Yazir)
196909062005012002
Penguji II
(dr. Ramlan Nasution, Sp.U)
197410062009121001
Medan, 5 Januari 2016
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar. Sp.PD-KGEH)
NIP : 1954 02 20 1918 11 1001
(52)
ABSTRAK
Urinary tract infections (UTI) was an inflammatory response of the urethra
when attacked by microorganisms. This disease can happen to people at all ages
beginning with asymptomatic to moderately symptomatic infections.
Gold
standard
examination for UTI is urine culture.
This research is analytic retrospective design. Purpose of this study was to
determine the relationship of the number of leukocytes in urine with urine culture
for urinary tract infection. The data was collected by analyzing the data of the
urine leukocytes and urine cultures that were recorded in the medical record
Adam Malik General Hospital with a total sampling of 150 samples with results
of urine culture and urine leukocytes.
From the research,the data showsthe highest incidence of UTI for men was
86 people ( 57.3 % ) , while for women was64 people ( 42.7 % ) . According to
the range age, majority are in range 41-60 years oldwith the results 79 people (
52.7 % ) .From 150 samples of UTI, 97 people ( 64.7 % ) was positive in urine
culture and 73 people ( 48.7 % ) was positive in urine leukocyte.
From these results, it can be concluded that there is no significant
relationship between urine culture and urine leukocyte count in patients with UTIs
at Adam Malik Hospital, Medan.
(53)
ABSTRAK
Infeksi Saluran Kemih (ISK) merupakan reaksi inflamasi dari urotelium
karena masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih. ISK dapat menyerang
segala usia mulai tanpa gejala hingga gejala yang cukup berat. Pemeriksaan gold
standard untuk ISK adalah kultur urin.
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain retrospektif. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah leukosit urin dengan
kultur urin pada infeksi saluran kemih, pengumpulan data dilakukan dengan
menganalisis data hasil leukosit urin dan kultur urin yang tercatat di Rekam Medis
RSUP H. Adam Malik Medan dengan teknik total sampling sebanyak 150 sampel
dengan hasil kultur urin dan leukosit urin.
Dari hasil penelitian diperoleh data, insiden ISK terbanyak adalah pada
pria sebanyak 86 orang (57,3%), sedangkan perempuan sebanyak 64 orang
(42,7%). Menurut usia terbanyak berada pada rentang usia 41–60 tahun sebanyak
79 orang (52,7%). Dari 150 sampel ISK didapati kultur urin positif sebanyak 97
orang (64.7%) dan jumlah leukosit urin yang positif sebanyak 73 orang (48,7%).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kultur urin dan jumlah leukosit urin pada pasien ISK di
RSUP H. Adam Malik Medan.
(54)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana Program Studi Pendidikan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul “Hubungan Antara Jumlah Leukosit uUrine
Dengan Kultur Urine Pada Infeksi Saluran Kemih Di RSUP H. Adam Malik
Medan Januari – Desemeber2014.” Dalam penyelesaian penulisan karya tulis
ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1.
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGBH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2.
Dr. Nelly Elfrida Samosir, Sp.PK, selaku dosen pembimbing saya
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam
penyelesaian karya tulis ilmiah ini.
3.
Prof. dr. Yasmeini Yazir dan dr. Ramlan Nasution, Sp.U selaku dosen
penguji saya yang telah banyak membantu dan memberi arahan kepada
saya dalam penyelsaian karya tulis ilmiah ini..
4.
RSUP H. Adam Malik yang telah memberi izin untuk mengambil data
rekam medis dalam penulisan Karya Tulis ilmiah ini.
5.
Bagian rekam medik Divisi Tropmed Patologi Klinik RSUP H. Adam
Malik yang telah membantu penulis dalam pengambilan sampel untuk
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
6.
Orang tua penulis yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.
7.
Kepada kakak, teman dan adik penulis : Yahya, Willy, Amiril atas
bantuan, semangat, dan dukungan selama penulisan karya tulis ilmiah
ini.
(55)
iii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Desember 2015
(56)
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN……… i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI ………
iv
DAFTAR TABEL………..vii
DAFTAR GAMBAR ………viii
DAFTAR SINGKATAN ………. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Rumusan Masalah………. 3
1.3. Tujuan Penelitian………... 3
1.3.1. Tujuan Umum………... 3
1.3.2. Tujuan Khusus……… 3
1.4. Manfaat Penelitian………... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Infeksi Saluran Kemih………. 5
2.2. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih ………. 6
2.3. Etiologi Infeksi Saluran Kemih ………... 7
2.4. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih ……… 8
2.5. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih………... 9
2.6. Diagnosis Infeksi Saluran Kemih…..………... 10
2.6.1 Diagnosis Infeksi Saluran Kemih……… 10
2.6.2 Pemeriksaan Leukosit Urine……… 10
2.6.3 Pemeriksaan Kultur Urine……… 10
2.7. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih……….. 12
(57)
v
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINIS OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep………. 15
3.2. Definisi Operasional………. 16
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian………. 17
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian………... 17
4.2.2. Waktu Penelitian……….. 17
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi……… 17
4.3.2. Sampel………
17
4.3.3. Teknik Pengumpulan Data………18
4.3.4. Pengolahan Data dan Analisa Data……….. 18
4.3.5. Cleaning / Editing………. 18
4.3.6. Entry……….. 18
4.3.7. Coding……….. 18
4.3.8. Analisis………. 19
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
20
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 20
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel……… 20
5.1.3 Deskripsi Pasien ISK Berdasarkan Usia………... 21
5.1.4 Deskripsi Pasien ISK Berdasarkan Jenis Kelamin………21
5.1.5 Deskripsi Total Pasien ISK yang Melakukan Kultur
urin dan Leukosit Urin……….. 22
5.1.6 Hasil Analisa Data……… 23
(58)
vi
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan………... 26
6.2
Saran……….. 26
DAFTAR PUSTAKA……… 27
LAMPIRAN
(1)
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN……… i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI ……… iv
DAFTAR TABEL………..vii
DAFTAR GAMBAR ………viii
DAFTAR SINGKATAN ………. ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ………... 1
1.2. Rumusan Masalah………. 3
1.3. Tujuan Penelitian………... 3
1.3.1. Tujuan Umum………... 3
1.3.2. Tujuan Khusus……… 3
1.4. Manfaat Penelitian………... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Infeksi Saluran Kemih………. 5
2.2. Epidemiologi Infeksi Saluran Kemih ………. 6
2.3. Etiologi Infeksi Saluran Kemih ………... 7
2.4. Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih ……… 8
2.5. Manifestasi Klinis Infeksi Saluran Kemih………... 9
2.6. Diagnosis Infeksi Saluran Kemih…..………... 10
2.6.1 Diagnosis Infeksi Saluran Kemih……… 10
2.6.2 Pemeriksaan Leukosit Urine……… 10
2.6.3 Pemeriksaan Kultur Urine……… 10
2.7. Komplikasi Infeksi Saluran Kemih……….. 12
(2)
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINIS OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep………. 15
3.2. Definisi Operasional………. 16
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian………. 17
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian………... 17
4.2.2. Waktu Penelitian……….. 17
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi……… 17
4.3.2. Sampel……… 17
4.3.3. Teknik Pengumpulan Data………18
4.3.4. Pengolahan Data dan Analisa Data……….. 18
4.3.5. Cleaning / Editing………. 18
4.3.6. Entry……….. 18
4.3.7. Coding……….. 18
4.3.8. Analisis………. 19
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 20 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 20
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel……… 20
5.1.3 Deskripsi Pasien ISK Berdasarkan Usia………... 21
5.1.4 Deskripsi Pasien ISK Berdasarkan Jenis Kelamin………21
5.1.5 Deskripsi Total Pasien ISK yang Melakukan Kultur urin dan Leukosit Urin……….. 22
5.1.6 Hasil Analisa Data……… 23
(3)
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………... 26
6.2 Saran……….. 26
DAFTAR PUSTAKA……… 27 LAMPIRAN
(4)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Famili, Genus dan Spesies Mikroorganisme yang Paling Sering
Sebagai Penyebab ISK………. 8
Tabel 2.2 Interpretasi Hasil Biakan Urine……… 12
Tabel 5.1 Distribusi Pasien ISK Berdasarkan Usia………. 21
Tabel 5.2 Distribusi pasien ISK berdasarkan Jenis Kelamin……….. 21
Tabel 5.3 Total Pasien ISK yang Melakukan pemeriksaan Kultur urin………... 22
Tabel 5.4 Total Pasien ISK yang Melakukan pemeriksaan Leukosit ………... 22
Tabel 5.5 Distribusi Jumlah LeukositPasien ISK……… 22
Tabel 5.6 Hasil Uji Korelasi Spearman Mengenai Hubungan Kultur Urin dengan Leukosit Urin……….. 23
(5)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(6)
DAFTAR SINGKATAN
ISK : Infeksi Saluran kemih
NDP : Nilai Duga Positif
NDN : Nilai Duga Negatif
LPB : Lapang Pandang Besar