PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT A
PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN
(Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)
Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon
Oleh:
ROBEAH FERAWATI
NIM. 06410341
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
ABSTRAK
ROBEAH FERAWATI : “Pendidikan Anak Dalam Keluarga Menurut Al-Qur’an (Studi Analisis Terhadap
Q.S
Luqman ayat 12-19)"
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya, agar memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan di akherat kelak. Konsep-konsep yang dibawa al-qur’an selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena ia turun untuk memberikan penjelasan tentang pendidikan dalam beberapa surat didalamnya salah satunya terdapat dalam surat Luqman ayat 12-19.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui isi kandungan tentang pendidikan dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19 menurut pendapat Mufassirin, untuk mengetahui tentang konsep pendidikan anak dalam keluarga menurut ilmu pendidikan Islam, untuk mengetahui tentang analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19.
Berangkat dari kerangka pemikiran bahwa pentingnya pentingnya pendidikan dalam keluarga merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, anak merupakan amanat Allah bagi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang mampu memberikan pengetahuan pada anak- anaknya, dan memberikan sikap yang positif dengan mengikuti konsep pendidikan yang dipakai Luqman kepada anaknya.
Penelitian ini dilakukan dengan cara eksplorasi terhadap paparan para mufassirin melalui kitab-kitab yang ditulisnya, diantaranya: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, Tafsir Fi Zhilail Qur’an, Tafsir Al-Misbah. Serta dilengkapi dengan buku- buku yang berkaitan dengan pendidikan anak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an surat Luqman ayat 12-
19. Isi kandungan dalam Qur'an Surat Luqman ayat 12-19 bahwa Luqman adalah orang yang saleh yang diberi hikmah oleh Allah SWT berupa ilmu pengetahuan. Pendidikan anak dalam keluarga menurut ilmu pendidikan Islam yang telah diterapkan adalah bahwa Anak merupakan makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani maupun rohani. Analisis yang terdapat dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19 adalah meliputi materi tentang pendidikan tauhid, materi tentang pendidikan akhlak, materi tentang pendidikan ibadah dan materi tentang pendidikan sosial.
(Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”
PERSETUJUAN
Oleh:
ROBEAH FERAWATI
NIM. 06410341
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Suteja, M.Ag. Drs. Mahbub Nuryadien, M.Ag
NIP. 19630305 199903 1 001 NIP. 19670109 200312 1 001
Ketua Jurusan PAI
Drs. H. Suteja, M.Ag.
NOTA DINAS
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Syekh Nurjati Cirebon Di Cirebon
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melaksanakan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi saudari ROBEAH FERAWATI NIM. 06410341, berjudul:
“PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”.
Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut di atas sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk dimunaqosahkan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Suteja, M.Ag. Drs. Mahbub Nuryadien, M.Ag
NIP. 19630305 199903 1 001 NIP. 19670109 200312 1 001
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI
Bismilahirrohmanirrahim
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “PENDIDIKAN
ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”.
ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang sesuai dengan etika yang berlaku dalam keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi apapun yang akan dijatuhkan kepada saya sesuai dengan peraturan yang berlaku apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
Cirebon, Januari 2011
Yang membuat pernyataan
ROBEAH FERAWATI NIM. 06410341
Identitas Penulis :
1. Nama
: Robeah Ferawati
2. Tempat / Tanggal Lahir : Cirebon, 16 Maret 1987
3. Jenis Kelamin
5. Alamat Rumah
: Desa Pesanggrahan
Blok Karang Anyar Plumbon - Cirebon.
6. Nama Orang Tua
: a. Ayah
: Syahidin (Alm)
b. Ibu
: Suranti
Riwayat Pendidikan:
1. SDN 3 Kaliwadas – Cirebon, lulus tahun 1999
2. MTs Ash-Shiddiqiyyah Sumber - Cirebon, lulus tahun 2002
3. MA Ash-Shiddiqiyyah Sumber Cirebon, lulus tahun 2005
4. IAIN Syekh Nurjati Cirebon sampai sekarang (mengambil Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam)
(Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”
Oleh:
ROBEAH FERAWATI
NIM. 06410341
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2011 M / 1432 H
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA
MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19) ”
oleh ROBEAH FERAWATI, Nomor Pokok: 06410341, telah diujikan dalam sidang Munaqosah pada tanggal 27 Januari 2011.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon.
Cirebon, 27 Januari 2011
Sidang Munaqosah,
Ketua Sekretaris Merangkap Anggota,
Merangkap Anggota,
Drs. H. Suteja, M.Ag. Akhmad Affandi, M.Ag.
NIP. 19630305 199903 1 001 NIP. 19721214 200312 1 003
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. Taqiyuddin, M.Pd. Sopidi, S.Ag. SS.MA.
NIP. 19630522 199403 1 003 NIP. 19691102 199903 1 002
Bismilahirrohmanirrahim
Alhamdulillah, penulis panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul . “PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-
QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”
Skripsi disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan bimbingan, fasilitas dan kesempatan yang didapat selama ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. DR. H. Maksum, MA.. Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
2. Dr. Septi Gumiandari, M.Ag., Pgs. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
3. Drs. H. Suteja, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
4. Drs. H. Suteja, M.Ag., Pembimbing I
5. Drs. Mahbub Nuryadien, M.Ag, Pembimbing II
6. Dan Semua pihak yang telah memberikan bantuan, kerja sama, waktu dan semangat, motivasi moril dan spiritual.
kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan semoga skripsi ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua. Amin.
Cirebon, Februari 2011
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia, artinya didalam kehidupan ini manusia membutuhkan pendidikan untuk bisa berinteraksi dengan baik dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Pendidikan sebagai proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik, secara institusional peranan dan fungsinya semakin dirasakan oleh sebagian besar masyarakat (Taqiyuddin, 2008: 42 ).
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi pendidikan dapat berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Islam adalah syari’at Allah yang diturunkan melalui para Rosul kepada manusia agar mereka beribadah kepada-Nya di muka bumi. Hal ini sesuai dengan Q.S Adz-dzariyat : 56.
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (DEPAG RI, 2000: 862) Pelaksanaan syari’at ini menuntut adanya pendidikan manusia sehingga
manusia pantas untuk memikul amanat dan menjalankan perintah dari Allah, pendidikan yang dimaksud adalah pendidkan Islam. Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam, dengan maksud merealisasikan tujuan Islam di kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam seluruh lapangan kehidupan (Abdurrahman an- Nahlawi, 1996: 49).
Pendidikan Islam merupakan pendidikan mutlak dapat dilaksanakan sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. Pengertian tersebut lebih menekankan pada perubahan tingkah laku, dari yang buruk menuju yang baik, cara mengubah tingkah laku itu melalui pengajaran.
Ahmad Supardi mengartikan pendidikan Islam yang berdasarkan ajaran Islam atau tuntunan agama Islam dalam usaha membina dan membentuk pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT adalah cinta kasih pada orang tua dan sesama hidupnya juga kapada tanah airnya sebagai karunia yang diberikan oleh Allah SWT (Tedi Priatna, 2004: 30).
Keterpaduan antara manusia dan pendidikan itu sangat erat hubungannya dan karena manusia membutuhkan pendidikan maka keluarga sebagai wahana pendidikan yang pertama dan utama bagi anak.
Keluarga merupakan pokok pertama yang mempengaruhi anak karena di lingkungan ini anak diperkenalkan kehidupan sosial, adanya interksi anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya, selain itu anak dapat mempelajari sifat-sifat mulia, seperti kasih sayang, tolong menolong dan sopan santun. Dengan demikian dalam keluargalah anak akan dibentuk watak, budi pekerti dan kepribadiannya.
Anak merupakan amanat dari Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 16) bahwa anak adalah keturunan yang kedua atau manusia yang masih kecil. Oleh karena anak merupakan manusia yang masih kecil maka anak perlu mendapatkan pendidikan dan bimbingan dari orang tua, agar anak menjadi anak yang baik dan memiliki penyesuaian sosial yang baik juga. Jadi, pendidikan dalam keluarga memiliki peranan yang sangat urgen bagi anak.
Perkembangan anak akan terganggu, apabila orang tua tidak mampu memberikan 2 (dua) jenis makanan dan kebutuhan tersebut. Faktor psiko-edukatif ini prosesnya akan mengalami gangguan bilamana dalam keluarga mengalami disfungsi keluarga. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi ini mempunyai resiko lebih besar untuk terganggu tumbuh kembang jiwanya, dari pada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan utuh (keluarga sakinah). Jadi, ibu-bapak yang beriman dan ta’at beribadah, tentram jiwanya dan senantiasa Perkembangan anak akan terganggu, apabila orang tua tidak mampu memberikan 2 (dua) jenis makanan dan kebutuhan tersebut. Faktor psiko-edukatif ini prosesnya akan mengalami gangguan bilamana dalam keluarga mengalami disfungsi keluarga. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi ini mempunyai resiko lebih besar untuk terganggu tumbuh kembang jiwanya, dari pada anak yang dibesarkan dalam keluarga yang harmonis dan utuh (keluarga sakinah). Jadi, ibu-bapak yang beriman dan ta’at beribadah, tentram jiwanya dan senantiasa
Pengaruh keluarga terhadap kepribadian anak itu sangat besar, dimana sebagai orang tua dituntut untuk mengajar, membimbing, dan mendidik mereka. Proses itu dilakukan orang tua mulai anak lahir terus berangsur meningkat ke usia remaja dan sampai menjadi dewasa. Rosulullah bersabda:
Artinya: “Di riwayatkan dari Abi Hurairah radhiyallahu’anhu. Dia telah berkata: Rosulullah Shallallahu’alaih wasallam telah bersabda : “ setiap anak dilahirkan menurut fitrahnya, kedua orangtuanya lah yang membuatnya menjadi yahudi, nasrani, atau majusi, sebagaimana seekor ternak yang melahirkan anaknya dengan sempurna, apakah kamu pernah merasa bahwa ia akan lahir cacat?” (Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Abdullah, 2004: 579).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa setiap anak yang lahir itu menurut fitrahnya, ia dalam keadaan bersih dan memeluk agama Islam, tergantung orang tuanya dalam mendidik anak, ia akan dibuat menjadi manusia yang baik atau yang jahat, itu semua sudah ditakdirkan oleh Allah SWT.
Keluarga sering diidentikan dengan negara kecil ditengah masyarakat, maka dalam perspektif ini baik buruknya negara akan terbentuk dari baik buruknya sebuah Keluarga sering diidentikan dengan negara kecil ditengah masyarakat, maka dalam perspektif ini baik buruknya negara akan terbentuk dari baik buruknya sebuah
Di dalam buku Ellen J. Langer (2008) mengenai “membongkar 7 mitos pembelajaran yang menyesatkan” mengatakan bahwa:
1. Ketika dalam pembelajaran terdapat latihan yang kemudian membuahkan ketidaksempurnaan. Salah satu mitos yang paling dijunjung tinggi dalam dunia pendidikan atau pelatihan adalah bahwa untuk mempelajari suatu keterampilan, seseorang harus melatihnya hinga mampu melakukannya tanpa berpikir (Ellen J. Langer, 2008: 10)
2. Adanya pengalihan perhatian yang kreatif. Ketika anak-anak atau orang dewasa teralihkan, mereka menaruh perhatian pada sesuatu yang lain. (Ellen J. Langer, 2008: 38)
3. Mitos kepuasan tertunda. Agar anak-anak belajar bahwa mereka harus menunda kesenangan yang segera dan menggunakan waktu dan tenaga untuk aktivitas-aktivitas yang akan memberikan ganjaran yang lebih besar dikemudian hari, mereka berasumsi bahwa dunia itu adil, teratur, dan bisa diramalkan. (Ellen J. Langer, 2008: 60)
4. Bahaya Menghafal. Menghafal adalah strategi untuk menyerap materi yang tidak memiliki arti personal. Bahaya cara belajar menghafal sudah diperlihatkan selama bertahun-tahun. Salah satunya adalah meningkatnya
5. Pandangan baru tentang lupa. Orang yang paling terganggu oleh pandangan negatif tentang lupa adalah orang-orang yang sudah lanjut usia. (Ellen J. Langer, 2008: 96)
6. Mindfulness dan kecerdasan. Kemampuan untuk menempatkan serpihan- serpihan pengalaman kita dalam relasinya satu sama lain merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk menilai kecerdasan (Ellen J. Langer, 2008: 112)
7. Ilusi tentang jawaban yang benar. Ketika hendak mengajar pendidik seringkali toleran terhadap kesalahan siswa-khususnya ketika kita percaya bahwa siswa-siswa itu memiliki kecerdasan yang terbatas-tetapi kita tidak terpikir untuk melihat jawaban mereka bukan sebagai kesalahan, melainkan sebagai respons terhadap konteks yang berbeda. (Ellen J. Langer, 2008:144)
Dari sebuah permasalahan yang ada didalam buku “membongkar 7 mitos pembelajaran yang menyesatkan”. Sebenarnya pendidikan keluarga bagi anak, tidak harus seperti itu. Karena di dalam Al-Qur’an telah diajarkan mengenai pendidikan keluarga bagi anaknya. Hal itu, terdapat dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19.
Penulis Karena Al-Qur’an adalah sumber yang pertama dan utama dalam
pengambilan rujukan yang memuat peraturan hidup bagi setiap orang yang beriman pengambilan rujukan yang memuat peraturan hidup bagi setiap orang yang beriman
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji masalah ini dalam penulisan skripsi dengan judul “PENDIDIKAN ANAK DALAM KELUARGA MENURUT AL-QUR’AN (Studi Analisis Terhadap Q.S. Luqman ayat 12-19)”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam dalam skripsi ini penulis membagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
1. Identifikasi Penelitian
a. Wilayah Penelitian Wilayah penelitian dalam menyusun Skripsi ini adalah tafsir Tarbawi.
b. Pendekatan Penelitian Pendekatan Penelitian yang di gunakan dalam menyusun skripsi ini adalah menggunakan pendekatan normatif yakni semua bahan yang di butuhkan bersumber dari bahan- bahan tertulis.
c. Jenis Masalah
Jenis masalah dalam penelitian ini adalah masyarakat belum memahami secara benar tentang konsep pendidikan yang terdapat dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19.
2. Pembatasan Masalah Untuk menghindari ketidakjelasan dalam masalah ini, maka permasalahan akan di batasi pada konsep Pendidikan Keluarga yang terkandung dalam Qur’an Surat Luqman ayat12-19 dengan mengemukakan nilai-nilai yang terkandung didalamnya.
3. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana isi kandungan dalam Qur’an Surat Luqman ayat 12-19 menurut pendapat Mufassirin?
b. Bagaimana konsep pendidikan anak dalam keluarga menurut ilmu pendidikan Islam?
c. Bagaimana analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam al- Qur’an surat Luqman ayat 12-19?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh data isi kandungan tentang pendidikan dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19 menurut pendapat Mufassirin.
2. Untuk memperoleh data tentang konsep pendidikan anak dalam keluarga
3. Untuk memperoleh data tentang analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 12-19.
D. Kerangka Pemikiran
Pentingnya Pendidikan dalam keluarga merupakan konsekuensi dari rasa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya, anak merupakan amanat Allah bagi orang tuanya. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk menjadi pendidik yang mampu memberikan pengetahuan pada anak-anaknya, dan memberikan sikap yang positif.
Dalam ilmu pendidikan kita mengenal tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiganya sering memberi pengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam upaya mencapai kedewasaannya (Abdul Rahman Shaleh, 2005 : 270).
Sebagai pendidikan yang pertama dan utama, pendidikan dalam keluarga diharapkan dapat mencetak anak yang mempunyai kepribadian yang baik agar dapat dikembangkan dalam lingkungan pendidikan berikutnya, dengan demikian akan ada kombinasi pendidikan yang diperoleh dari keluarga dan pendidikan dari sekolah serta lingkungan masyarakat.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat, merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang diangggap bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat (Ahmad Tafsir, 2004 : 92).
Dasar-dasar pendidikan yang diberikan kepada anak didik dari orang tuanya adalah:
1. Dasar pendidikan budi pekerti, memberi norma pandangan hidup tertentu walaupun masih dalam yang sederhana kepada anak didik.
2. Dasar pendidikan sosial, melatih anak dalam tata cara bergaul yang baik terhadap lingkungan dikitarnya.
3. Dasar pendidikan intelek, anak diajarkan kaidah pokok dalam percakapan, bertutur bahasa yang baik, kesenian yang disajikan dalam bentuk permainan.
4. Dasar Pembentukan Kebiasaan, pembinaan kepribadian yang baik dan wajar yaitu membiasakan kepada anak untuk hidup yang teratur, bersih, tertib dan disiplin.
5. Dasar pendidikan kewarganegaraan, memberikan norma nasionalisme dan patrotisme, cinta tanah air dan berperikemanusiaan yang tinggi.
6. Dasar pendidikan agama, melatih dan membiasakan ibadah kepada Allah SWT (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2008:229).
Keluarga Muslim akan mendidik anak-anak mereka dengan bertanggung jawab dalam didikannya, Allah telah memerintahkan kepada setiap orang tua untuk mendidik anak-anaknya sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Qur’an Surat At- Tahrim Ayat 6 sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (DEPAG RI, 2000: 951)
Ayat di atas adalah bentuk tanggung jawab orang tua sebagai pendidik dalam keluarga , dengan melihat tanggung jawab orang tua begitu besar dalam pendidikan maka tanggung jawab keluarga dalam pendidikan sangat dominan dalam membentuk kepribadian anak. Oleh karena itu untuk dapat mendidik anak dengan baik dibutuhkan konsep pendidikan dalam keluarga yang terdapat dalam Qur’an Surat Luqman Ayat 12-19.
E. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang di gunakan oleh Penulis dalam penulisan Skripsi ini sebagai berikut:
1. Metode Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Tafsir Maudhu’i, yaitu metode yang di tempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah atau tema (maudlu’) serta mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) 1. Metode Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Tafsir Maudhu’i, yaitu metode yang di tempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang satu masalah atau tema (maudlu’) serta mengarah kepada satu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara)
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam metode maudhu’i adalah:
a. Memilih tema.
b. Menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengannya.
c. Menentukan urutan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya dan mengemukakan asbab-alnuzul-nya.
d. Menjelaskan munasabah (relevansi) antar ayat.
e. Membuat sistematika kajian dalam kerangka yang sistematis dan lengkap dengan out linenya yang mencakup semua segi dan tema kajian.
f. Mengemukakan hadis-hadis yang berkaitan dengan tema, lalu diakhrij untuk diterangkan derajat hadis-hadis tersebut.
g. Merujuk kepada kalam (ungkapan-ungkapan bahasa) Arab dan syair- syair mereka yang berkaitan untuk menjelaskan lafadz-lafadz yang terdekat pada ayat-ayat yang berbicara tentang tema.
h. Kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang tema kajian dilakukan lafadz ‘am, khasb, muqayyad, mutlak syarat, jawab, hukum-hukum fiqh, nasikh dan yang mansukh, jika ada unsur balaghah dan i’jaz, berusaha memadukan anara ayat-ayat itu dengan ayat-ayat lain yang diduga kontradiktif dengannya atau dengan hadis yang tidak sejalan dengannya atau dengan teori-teori ilmiah, menolak kesamaran-kesamaran yang h. Kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang tema kajian dilakukan lafadz ‘am, khasb, muqayyad, mutlak syarat, jawab, hukum-hukum fiqh, nasikh dan yang mansukh, jika ada unsur balaghah dan i’jaz, berusaha memadukan anara ayat-ayat itu dengan ayat-ayat lain yang diduga kontradiktif dengannya atau dengan hadis yang tidak sejalan dengannya atau dengan teori-teori ilmiah, menolak kesamaran-kesamaran yang
2. Jenis Data Jenis data dalam penelitian ini adalah jenis data Normatif yaitu data yang ada hubungan dan Relevansinya dengan penelitian ini yang diperoleh dari Teori-teori yang terdapat dalam literatur kepustakaan.
3. Sumber Data Adapun sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber data primer, diperoleh dari beberapa tafsir yaitu Tafsir Al- Mishbah karya M.Quraish Shihab, Tafsir Jalalain karya Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuti, Tafsir Ibn katsir karya Ibn katsir, dan tafsir Fiidzilalil Qur’an karya Sayyid Quthb.
b. Sumber data sekunder, diperoleh dari buku kedua yaitu Cakrawala Pemikiran Pendidikan Islam karya Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam karya Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, dan literatur kepustakaan lainnya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
4. Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalama penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan.
5. Tehnik Analisis Data
Data yang terkumpulkan dan diolah kemudian di analisa dengan pendekatan kualitatif yaitu mengadakan sistemisasi terhadap bahan-bahan tertulis, terutama yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Menginfentarisasi Ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan masalah Konsep Pendidikan dalam Keluarga menurut ajaran Islam.
b. Menghimpun pendapat para ahli tafsir dalam memahami penjelasan terhadap nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-
19 tentang Konsep Pendidikan dalam keluarga.
F. Sistematika Penulisan
Agar lebih terarah dan sistematika dalam pembahasan skripsi ini, penulis mencoba menggunakan sistematika dan pembahasan dalam lima bab dan dari lima bab tersebut di rinci lagi menjadi sub bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari enam sub bab yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan masalah, kerangka pemikiran, langkah-langkah penelitian dan Sistematika penulisan.
BAB II Tafsir ayat Q.S Luqman 12-19, yang terdiri dari tiga sub bab yaitu pendekatan bahasa, pendapat mufassir, dan pendapat ahli didik muslim.
BAB III Pendidikan keluarga bagi anak usia 7-12 tahun, yang terdiri dari tiga sub bab yaitu teori tentang anak usia 7-12 tahun, teori BAB III Pendidikan keluarga bagi anak usia 7-12 tahun, yang terdiri dari tiga sub bab yaitu teori tentang anak usia 7-12 tahun, teori
BAB IV Analisis terhadap pendidikan anak yang terkandung dalam Al- Qur’an surat Luqman 12-19, yang terdiri dari empat sub bab yaitu materi tentang pendidikan tauhid, materi tentang pendidikan akhlak, materi tentang pendidikan ibadah, dan materi tentang pendidikan sosial.
BAB V Kesimpulan.
BAB II
TAFSIR AYAT 12-19 QUR’AN SURAT LUQMAN
A. Pendekatan Bahasa
1. Biografi Luqman Al-Hakim
Nama lengkapnya Luqman bin 'Anqo' bin Sadun, anaknya bernama Tsaron, Ia seorang hamba yang shalih, bukan seorang nabi. Menurut tarikh tentang umat-umat dan agamanya, maka bani Israil mengakui bahwa Luqman termasuk dari golongannya. Ia hidup di masa nabi Daud as dan memilih diberi hikmah daripada kenabian. Sedangkan orang Yunani mengaku ia dari golongannya. Dan memanggilnya Isyub dari desa Amartum yang dilahirkan sesudah berdirinya kota Roma selang 200 tahun. Adapun daerah asalnya menurut hadits yang mu’tamad berasal dari Sudan.
Karena keshalihannya dan untaian nasihatnya bagaikan mutiara, namanya diabadikan dalam al-Qur'an, yaitu dalam surat Luqman, surat ke-31. Ia telah mendapatkan ilmu hikmah sehingga dijuluki al-Hakim (ahli hikmah). Namanya diabadikan dalam salah satu surah dalam al-Quran. Namanya dilekatkan oleh Allah dengan cara/pedoman bagi para orang tua muslim/muslimah dalam mendidik anak- anaknya agar tumbuh menjadi anak-anak yang soleh/solehah. Dialah Luqman al-
Hakim. Diantara hikmah yang diberikan Allah kepada Luqman adalah ilmu, keagamaan, ketepatan dalam perkataan, dan banyak hikmah yang lainnya.
Mengenai makam Luqman menurut keterangan al-Suyuti berada di tanah Ramalah, yaitu nama tempat antara masjid Ramalah dan pasarnya, dimana terdapat makam 70 nabi setelah Luqman. Dikatakan dalam kitab fath al-Rahman bahwa kuburan Luqman berada di daerah Sarfandi, yaitu daerah di luar kota Palestina yang terletak diantara Syam dan Mesir. ( Miftahul Huda, 2008:191)
2. Teks dan Terjemah
Artinya: 12“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". 13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. 16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui. 17.Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (DEPAG RI, 2008: 411).
3. Penjelasan Kosa Kata
نﺎﻤﻘﻟ - Luqman : dia adalah seorang tukang kayu, kulitnya hitam dan dia termasuk diantara penduduk Mesir yang berkulit hitam, serta dia adalah orang yang
hidup sederhana, Allah telah memberinya hikmah dan menganugerahkan kenabian kepadanya.
ﺔﻤﻜﺤﻟا - Al-Hikmah : artinya kebijaksanaan dan kecerdikan banyak perkataan bijak yang berasal dari Luqman, antara lain perkataannya kepada anak lelakinya,
“Hai anakku, sesungguhnya dunia tu adalah laut yang dalam, dan sesungguhnya banyak manusi yang tenggelam ke dalamnya. Maka jadikanlah perahumu di dunia bertakwa kepada Allah SWT. muatannya iman dan lautannya bertawakkal kepada Allah. Barangkali saja kamu dapat selamat (tidak tenggelam ke dalamnya) akan tetapi aku yakin kamu dapat selamat.”
ﺮﻜﺸﻟا - Asy-Syukru : memuji kepada Allah, menjurus kepada perkara yang hak, cinta kebaikan untuk manusia, dan mengarahkan seluruh anggota tubuh serta
semua nikmat yang diperoleh kepada ketaatan kepada-Nya.
: mengingatkan dengan cara baik, hingga hati orang yang diingatkan lunak karenanya.
ﺔﻈﻌﻟا - Al-‘Idzah
لﺎﺼﻔﻟا - Al-Fisal
: menyapih.
كﺪھﺎﺟ - Jaahadaka : keduanya menginginkan sekali kamu mengikuti
keduanya dalam kekafiran.
بﺎﻧأ - Anabu
: kembali (bertaubat).
: sesuatu yang dijadikan standar timbangan. Dan lafadz Misqalu Habbatil Khardal merupakan suatu peribahasa yang menunjukkan arti
لﺎﻘﺜﻤﻟا - Al-Misqalu
sesuatu yang bentuknya sangat kecil.
ﻒﯿﻄﻟ - Latifun
: ilmu Allah meliputi yang samar dan tidak kelihatan.
ﺮﯿﺒﺧ - Khabirun : Maha mengetahui eksistensi segala sesuatu hakikat-hakikatnya.
رﻮﻣأﻷا مﺰﻋ ﻦﻣ - Min ‘azmil Umur : termasuk diantara perkara-perkara yang telah diwajibkan oleh allah untuk dilaksanakan.
ﺪﻠﺨﻟا ﺮﯿﻌﺼﺗ - Tash’irul khaldi
: memalingkan muka dan menampakkan
bagian samping muka (pipi), perbuatan seperti ini merupakan sikap yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sombong.
: artinya seseorang yang memalingkan mukanya karena sombong.
ﺮﻌﺻ ﻷا - Al-As’ar
ﺎﺣﺮﻣ - Marahan
: gembira yang dibarengi dengan rasa sombong.
لﺎﺘﺨﻤﻟا - Al-Mukhatal
: orang yang bersikap angkuh dalam berjalan.
رﻮﺨﻔﻟا - Al-Fakhur
: berasal dari mashdar al-Fakhr, artinya orang yang membangga-banggakan harta dan kedudukan yang dimilikinya, serta
membanggakan hal-hal lainnya.
ﺪﺼﻗأ - Aqsid
: bersikap pertengahanlah atau bersikap sederhanalah.
ﺾ ﻀﻏأ -Ughdud
: rendahkanlah dan kurangilah kekerasan suaramu.
تاﻮﺻ ﻷا رﺎﻜﻧأ - Ankarul Aswat : suara yang paling buruk dan tidak enak didengar oleh telinga. Kata itu berasal dari lafaz Nukr, Nukarah, artinya sulit (Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1992:145-152).
4. Isi Kandungan Qur’an Surat Luqman ayat 12-19
Dalam Qur’an surat Luqman ayat 12-19 terdapat isi yang terkandung didalamnya, isi kandungan ayat tersebut adalah:
a. Luqman adalah orang yang saleh yang diberi hikmah oleh Allah SWT berupa ilmu pengetahuan. Baik dalam pengetahuan, pemahaman, benar dalam perkataan dan perbuatan sehingga ia dikenal dengan Lukman al- a. Luqman adalah orang yang saleh yang diberi hikmah oleh Allah SWT berupa ilmu pengetahuan. Baik dalam pengetahuan, pemahaman, benar dalam perkataan dan perbuatan sehingga ia dikenal dengan Lukman al-
c. Luqman memberikan nasehat atau mendidik anaknya yang mencakup
materi tentang pendidikan akidah, syari’ah dan pendidikan akhlak.
B. Pendapat Mufassir
1. Mufassir Klasik
a. Ibnu Katsier (Al-Imam Ibn Katsir, 2006: 411-415)
Ibnu katsier memberikan tafsiran ayat 12 adalah berbeda pendapat para ulama ahli tafsir tentang siapakah Luqman yang termaksud dalam ayat ini? Apakah ia seorang nabi atau hanya seorang yang salehtanpa diberi kenabian? Dan pendapat yang kedua inilah yang dianut oleh kebanyakan ulama, bahkan kebanyakan diantara mereka mengatakan bahwa Luqman adalah seorang berkulit hitam dari afrika, seorang sahaya dari Sudan. Dikisahkan bahwa pada sutu waktu ia diperintah oleh majikannyamenyembelih seekor kambing, kemudian setelah disembelihnya, ia disuruh mengeluarkan dua potong (dua suap) yang paling enak dimakan dari anggota kambing itu, maka diberikanlah kepada sang majikan hati dan lidah kambing yang disembelih itu.
Selang beberapa waktu kemudian, Luqman disuruh lagi menyembelih seekor kambing oleh majikannya dan mengeluarkan dari kambing yang disembelih itu dua potong (dua suap) yang paling busuk, maka dikeluarkanlah Selang beberapa waktu kemudian, Luqman disuruh lagi menyembelih seekor kambing oleh majikannya dan mengeluarkan dari kambing yang disembelih itu dua potong (dua suap) yang paling busuk, maka dikeluarkanlah
Selanjutnya tafsiran ayat 13-15 adalah Allah Swt. berfirman mengkisahkan Luqman tatkala memberi pelajaran dan nasihat kepada puteranya yang bernama Tsaran. Berkata Luqman kepada puteranya yang paling disayang dan dicintai itu: “Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah, karena syirik itu adalah perbuatan kedzaliman yang besar”. dan Allah memerintahkan kepada hamba-Nya, agar berbakti dan bertaubat baik kepada ibu bapaknya, karena ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah ditambah kelemahan si janin, kemudian setelah lahir, memiaranya dengan menyusuinya selama dua tahun, mak hendaklah engkau bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua orang tuamu. Dan walaupun hendaknya engkau berbakti dan berlaku baik kepada ibu bapakmu, namun bila keduanya mamaksamu untuk mempersekutukan sesuatu dengan Allah dan menyembah selain-Nya, maka janganlah engkau mengikuti dan menyerah kepada paksaan mereka itu. Dalam pada itu hendaklah engkau tetap menggauli dan menghubungi mereka dengan baik, hormat dan sopan. Dan ikutilah jalan orang-orang yang beriman kepada
Allah dan kembali bertaat dan bertaubat kepada-Nya. (Al-Imam Ibn Katsir, 2006: 413)
Pada ayat 16-19 menafsirkan tentang beberapa nasehat dan wasiat yang bermanfaat yang dilukiskan oleh ayat-ayat diatas sebagai diucapkan oleh Luqman kepada anaknya. Berkata Luqman: “Hai anakku, perbuatan dosa dan maksiat walau seberat dan sekecil biji sawi dan berada didalam batu, di langit atau di bumi akan didatangkanlah oleh Allah di hari kiamat untuk memperoleh balasannya, burukkah perbuatan itu atau baik akan mendapat balasan yang setimpal, sesungguhnya Allah Maha Halus, ilmunya meliputi segala sesuatu bagaimanapun kecilnya, sehingga seekor semut yang melata dimalam yang gelap gulitapun tidak akan luput dari pengetahuan-Nya.
Berkata selanjutnya Luqman: “Hai anakku, dirikanlah shalat laksanakannya tepat pada waktunya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya, lakukanlah amar ma’ruf nahi mungkar sekuat tenagamu dan bersabarlah atas gangguan dan rintangan yang engkau hadapi selagi engkau melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi mungkar itu. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan memandang rendah orang yang berada didepanmu dan janganlah engkau berjalan di muka bumi Allah dengan angkuh, karena Allah sekali-kali tidak tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan hendaklah engkau berlaku sederhana kalau berjalan, jangan terlampau cepat dan buru-buru dan jangan pula terlampau Berkata selanjutnya Luqman: “Hai anakku, dirikanlah shalat laksanakannya tepat pada waktunya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, syarat-syaratnya dan rukun-rukunnya, lakukanlah amar ma’ruf nahi mungkar sekuat tenagamu dan bersabarlah atas gangguan dan rintangan yang engkau hadapi selagi engkau melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi mungkar itu. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan memandang rendah orang yang berada didepanmu dan janganlah engkau berjalan di muka bumi Allah dengan angkuh, karena Allah sekali-kali tidak tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan hendaklah engkau berlaku sederhana kalau berjalan, jangan terlampau cepat dan buru-buru dan jangan pula terlampau
b. Jalalain (Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, 2008: 474-478)
Tafsir ayat 12 yaitu: ﺔﻤﻜﺤﻟا نﺎﻤﻘﻟ ﺎﻨﯿﺗأ ﺪﻘﻟو (Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Luqman
hikmah) antara lain ilmu, agama dan tepat pembicaraannya, dan kata-kata mutiara yang diucapkannya cukup banyak serta diriwayatkan secara turun temurun. Sebelum Nabi Daud diangkat menjadi Rasul, dia selalu memberikan fatwa, dan dia sempat mengalami zaman diutusnya Nabi Daud, lalu ia meninggalkan fatwa dan belajar menimba ilmu dari Nabi Daud. Sehubungan dengan hal ini Luqman pernah mengatakan: “Aku tidak pernah merasa cukup apabila aku merasa berkecukupan”. Pada suatu hari pernah ditanyakan orang kepadanya: “Siapakah orang yang paling buruk itu?” Luqman menjawab: :Dia adalah orang yang tidak memperdulikan orang lain sewaktu mengerjakan keburukan” - نأ (yaitu) dan kami katakan kepadanya,
hendaklah – (bersyukurlah kamu kepada Allah) atas hikmah yang telah
dilimpahkan-Nya kepadamu.- ﮫﺴﻔﻨﻟ ﺮﻜﺸﯾ ﺎﻤﻧﺈﻓ ﺮﻜﺸﯾ ﻦﻣو (Dan barang siapa yang
bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri) karena pahala bersyukurnya itu kembali kepada dirinya sendiri ﺮﻔﻛﻦﻣو
(dan (dan
(maka sesungguhnya Allah Maha Kaya) tdak
membutuhkan makhluk-Nya - ﺪﯿﻤﺣ (lagi Maha Terpuji) Maha Terpuji didalam
ciptaan-Nya (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008:474- 475).
Tafsir ayat 13 yaitu: و (Dan) ingatlah - ﻲﻨﺑ ﺎﯾ ﮫﻈﻌﯾ ﻮھ و ﮫﻨﺑﻹ نﺎﻤﻘﻟ لﺎﻗ ذإ (ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia menasihatnya: “Hai anak) lafaz bunayya adalah
bentuk tasghir, yang dimaksud adalah memanggil anak dengan nama kesayangannya- كﺮﺸﻟا نإ
ﻻ (janganlah kamu mempersekutukan) Allah itu - ﻢﯿﻈﻋ ﻢﻠﻈﻟ (adalah benar-benar kedzaliman yang besar”) maka anaknya itu
bertobat kepada Allah dan masuk Islam (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008:475).
Tafsir ayat 14 yaitu: ﮫﯾﺪﻟاﻮﺑ نﺎﺴﻧﻻا ﺎﻨﯿﺻوو (Dan kami wasiatkan kepada manusia terhadap kedua orang
ibu bapaknya) maksudnya Kami perintahkan manusi untuk berbakti kepada kedua orang ibu bapaknya - ﮫﻣأ ﮫﺘﻠﻤﺣ (ibunya telah mengandungnya) dengan susah
payah - ﻦھو ﻰﻠﻋ ﺎﻨھو (dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah) ia lemah
karena mengandung, lemah sewaktu mengeluarkan bayinya, dan lemah sewaktu mengurus anaknya di kala bayi - ﮫﻠﺼﻓ و (dan menyapihnya) tidak menyusuinya
ﺮﯿﺼﻤﻟا ﻲﻟا ﻚﯾداﻮﻟ و ﻲﻟ (bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu) yakni kamu akan kembali (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 475-476).
Tafsir ayat 15 yaitu: ﻢﻠﻋ ﮫﺑ ﻚﻟ ﺲﯿﻟ ﺎﻣ ﻲﺑ كﺮﺸﺗ نا ﻰﻠﻋ كاﺪھﺎﺟ نا و -(Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu) yakni
pengetahuan yang
sesuai
dengan
kenyataannya, ﺎﻓوﺮﻌﻣ ﺎﯿﻧﺪﻟا ﻲﻓ ﺎﻤﮭﺒﺣﺎﺻ و ﺎﻤﮭﻌﻄﺗ ﻼﻓ (maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya didunia dengan cara yang makruf) yaitu dengan berbakti kepada keduanya dan menghubungkan silaturahmi dengan keduanya ﻞﯿﺒﺳ ﻊـﺒﺗ او (dan ikutilah jalan) tuntunan ب ﺎﻧأ ﻦﻣ (orang yang kembali)
orang yang bertaubat - ﻲﻟا (kepada-Ku) dengan melakukan ketaatan نﻮﻠﻤﻌﺗ ﻢﺘﻨﻛ ﺎﻤﺑ ﻢﻛﺄﺒﻧﺄﻓ ﻢﻜﻌﺟ ﺮﻣ ﻲﻟا ﻢﺛ (kemudian hanya kepada-Kulah kembali
kalian, maka Kuberitahukan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan) (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 476).
Tafsir ayat 16 yaitu:
ﺎﮭﻧا ﻰﯿﻨﺑ ﺎﯾ (Hai anakku, sesungguhnya) perbuatan yang buruk itu ﺔﺒﺣ لﺎﻘﺘﻣ ﻚﺗ نإ
ض ر ﻷ ا ﻲ ﻓ و أ ت ا ﻮ ﻤ ﺴ ﻟ ا ﻲ ﻓ و أ ة ﺮ ﺨ ﺻ ﻲ ﻓ ﻦ ﻜ ﺘ ﻓ ل د ﺮ ﺧ ﻦ ﻣ (jika ada sekalipun hanya biji sawi, dan barada dalam batu atau di langit atau di bumi atau disuatu tempat yang paling tersembunyi pada tempat-tempat tersebut - ﷲ ﺎﮭﺑ تﺄﯾ (niscaya Allah akan ض ر ﻷ ا ﻲ ﻓ و أ ت ا ﻮ ﻤ ﺴ ﻟ ا ﻲ ﻓ و أ ة ﺮ ﺨ ﺻ ﻲ ﻓ ﻦ ﻜ ﺘ ﻓ ل د ﺮ ﺧ ﻦ ﻣ (jika ada sekalipun hanya biji sawi, dan barada dalam batu atau di langit atau di bumi atau disuatu tempat yang paling tersembunyi pada tempat-tempat tersebut - ﷲ ﺎﮭﺑ تﺄﯾ (niscaya Allah akan
waspada) tentang tempatnya (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As- Suyuti, 2008: 476-477).
Tafsir ayat 17 yaitu: ﻚﺑ ﺎﺻ أ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ ﺮﺒﺻ او ﺮﻜﻌﻤﻟا ﻦﻋ ﮫﻧ او فوﺮﻌﻤﻠـﺑ ﺮﻣ أو ةﻼﺼﻟا ﻢﻗا ﻲﻨﺑ ﺎﯾ (Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu) disebabkan amar ma’ruf dan nahi mungkar-mu itu. – مﺰﻋ ﻦﻣ ﻚﻟذ نإ
رﻮﻣﻷا (sesungguhnya yang demikian itu) hal yang telah disebutkan itu- (termasuk hal-hal yang ditekankan untuk diamalkan) karena mengingat hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang wajib (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin
As-Suyuti, 2008: 477). Tafsir ayat 18 yaitu: ﺮﻌﺼﺗ ﻻ و (Dan janganlah kamu memalingkan) - س ﺎﻨﻟ ك ﺪﺧ (mukamu dari manusia) janganlah kamu memalingkannya dari mereka dengan rasa takabbur- ﺶﻤﺗ ﻻ و
ﺎﺣﺮﻣ ض رﻷا ﻲﻓ (dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh) dengan rasa sombong. – لﺎﺘﺨﻣ ﻞﻛ ﺐﺤﯾ ﻻ ﷲ نا (Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong) yakni orang-orang yang sombong di dalam berjalan -
رﻮﺨﻓ (lagi membanggakan diri) atas manusia (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008:477).
Tafsir ayat 19 yaitu: ﻚﯿﺸﻣ ﻲﻓ ﺪﺼﻗأو (Dan sederhanalah kamu dalam berjalan) ambillah sikap pertengahan dalam berjalan, yaitu antara pelan-pelan dan berjalan cepat, kamu harus tenang dan anggun - ﺾ ﻀ ﻏ ا و (dan lunakkanlah) rendahkanlah- ﻚﺗ ﻮﺻ ﻦﻣ
تاﻮﺻﻷا ﺮﻜﻧا نا (suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara) suara yang paling jelek itu - ﺮﯿﻤﺤﻟا تﻮﺼﻟ (ialah suara keledai”) yakni pada permulaannya
adalah ringkikkan, kemudian disusul oleh lengkingan-lengkingan yang sangat tidak enak didengar (Imam Jalaludin Al-Mahalli dan Imam Jalaludin As-Suyuti, 2008: 477-478).
2. Mufassir Modern
a. Fi Zhilalil Qur’an (Sayyid Quthb, 2004:173-178)
Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat 12 adalah Luqman yang dipilih oleh Al-Qur’an untuk memaparkan dengan lisannya tentang perkara akhirat ini, berbeda-beda dan bermacam-macam riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang nabi. Dan ada pula yang mengatakan bahwa dia hanyalah seorang hamba yang saleh bukan seorang nabi, dan kebanyakan ulama mendukung pendapat ini.
Kemudian ada pendapat bahwa dia seorang yang berasal dari Habasyah (Etiopia). Ada pula yang mengatakan bahwa dia seorang Nambia. Ada juga yang mengatakan bahwa dia seorang hakim di antara hakim-hakim yang ada dalam bangsa bani Israel. Siapa pun yang bernama Luqman itu, Al-Qur’an telah menetapkan bahwa dia adalah seorang yang diberi hikmah dan kebijaksanaan oleh Allah, yaitu hikmah yang mengandung dan menuntut kesyukkuran kepada Allah.
Ayat 12 ini merupakan pengarahan Al-Qur’an yang mengandung seruan kepada kesyukuran kepada Allah sebagai sikap meneladani Luqman yang bijaksana, dimana Al-Qur’an memaparkan kisah-kisahnya dan nasihatnya.
Disamping pengarahan yang terkandung itu, terdapat pula pengarahan yang lain. Karena, kesyukuran hanyalah bekal yang tersimpan bagi yang menyatakannya dan ia bermanfaat baginya. Sedangkan Allah adalah Maha kaya dan tidak membutuhkannya. Jadi, Allah dengan diri-Nya sendiri pasti terpuji walaupun tidak seorang pun dari hamba-Nya yang memuji-Nya. Jadi, sangat jahil dan sebodoh-bodohnya orang bila dia tidak bertolak belakang dengan hikmah ini dan tidak membekali dirinya dengan bekal itu (Sayyid Quthb, 2004:173)
Tafsir ayat 13 yaitu:
Sesungguhnya nasihat seperti ini tidak menggurui dan tidak mengandung tuduhan. Karena, orang tua tidak menginginkan bagi anaknya melainkan kebaikan, Sesungguhnya nasihat seperti ini tidak menggurui dan tidak mengandung tuduhan. Karena, orang tua tidak menginginkan bagi anaknya melainkan kebaikan,
Jadi, maksudnya nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala prasangka. Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang selalu diserukan oleh orang- orang yang dianugerahkan hikmah oleh Allah di antara manusia. Tidak ada kehendak lain dibaliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak meenghendaki selain yang demikian (Sayyid Quthb, 2004:173-174).
Tafsir ayat 14 dan 15 yaitu:
Dalam nuansa nasihat seorang bapak kepada anaknya, AlQur’an memaparkan hubungan antara kedua orang tua dengan anak-anak mereka dalam tata bahasa yang detail dan teliti. Ia menggambarkan hubungan dalam gambaran yang mengisyaratkan kasih sayang dan kelembutan. Walaupun demikian, sesungguhnya ikatan akidah harus dikedepankan dari hubungan darah yang kuat itu.
Wasiat bagi anak untuk berbakti kepada orang tuanya muncul berulang- ulang dalam Al-Qur’an yang mulia dan dalam wasiat Rosulullah. Namun, wasiat buat orang tua tentang anaknya sangat sedikit. Kalaupun ada, ia kebanyakan muncul dalam tema kasih sayang (yaitu keadaan khusus dalam situasi yang khusus pula) Wasiat bagi anak untuk berbakti kepada orang tuanya muncul berulang- ulang dalam Al-Qur’an yang mulia dan dalam wasiat Rosulullah. Namun, wasiat buat orang tua tentang anaknya sangat sedikit. Kalaupun ada, ia kebanyakan muncul dalam tema kasih sayang (yaitu keadaan khusus dalam situasi yang khusus pula)
Sesungguhnya orang tua pasti mengeluarkan segalanya bagi anak-anaknya baik apapun yang mereka miliki dalam jasadnya, dalam umurnya, dalam ototnya maupun segala yang mereka miliki dengan penuh kasih sayang. Walaupun hal itu sangat sulit dan dibayar dengan mahal, mereka tidak pernah mengeluh dan mengadu. Bahkan, tanpa menghtung-hitung malah sangat bersemangat, gembira, dan senang seolah-olah mereka berdualah yang menikmatinya.
Jadi, maksud dari gambaran yang mengisyaratkan itu fitrah saja sudah cukup sebagai wasiat bagi orang tua untuk menjamin kehidupan anak-anaknya tanpa memerlukan wasiat-wasiat lain. Sedangkan, anak-anak membutuhkan wasiat yang berulang-ulang agar menoleh dan mengingat generasi yang telah berkorban, berlalu dan telah hilang dari lembaran kehidupan setelah menghabiskan umurnya, ryhnya, dan kekuatannya untuk generasi yang sedang menghadapi masa depan dalam kehidupan. Seorang anak tidak mungkin dapat dan tidak akan sampai mampu membalas budi kedua orang tuanya, walaupun anak tersebut mewakafkan seluruh umurnya bagi keduanya. Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat.