6
3. Bagaimana Peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sebagai tempat pelestarian
budaya nasional?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian. Perbedaannya
terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan tujuan penelitian dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan.
6
1. Menjelaskan latar belakang sejarah berdirinya Museum Negeri Provinsi Jambi.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
2. Menjelaskan dan memahami bagaimana perkembangan Museum Negeri Provinsi
Jambi dari tahun 1981-1999. 3.
Menjelaskan bagaimana peranan Museum Negeri Provinsi Jambi sebagai tempat pelestarian budaya nasional.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Menambah pengetahuan tentang Museum Negeri Provinsi Jambi 2.
Menambah literatur sejarah sehingga dapat digunakan sebagai bahan bacaan 3.
Memberikan motivasi bagi masyarakat sekitar khususnya generasi muda agar lebih dapat mencintai warisan sejarah dan merawat benda peninggalan bersejarah warisan
tempo dulu.
1.4 Tinjauan Pustaka
6
Bambang Dwiloka , Teknik Menulis Karya Ilmiah, Jakarta :Rineka Cipta, 2005, hlm. 37.
Universitas Sumatera Utara
7
Bambang Soemadio dalam bukunya yang berjudul Pembakuan Rencana Induk Permuseuman di Indonesia 1986 memberikan penjelasan berbagai hasil pemikiran di bidang
pembinaan dan pengembangan permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman pengembangan Museum Nasional, Museum Umum dan Museum Khusus di Indonesia. Berbagai
kebijakan permuseuman akan dijelaskan didalam buku ini yang mencakup tentang kebijaksanaan pengembangan Museum Nasional , Museum Umum dan Museum Khusus dalam bidang-bidang
koleksi, fisik, ketenangan, sarana penunjang dan Fungsionilisasi, selain itu didalam buku ini juga secara singkat membahas tentang keadaan permuseuman di Indonesia dan berbagai macam
permasalahan-permasalahan umum permuseuman di Indonesia. Buku ini sangat membantu penulis karena didalamnya juga terdapat keterangan bagaimana mewujudkan fungsi museum
secara optimal sebagai sarana cultural edukatif, inspiratif dan rekreatif dalam rangka menunjang usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan usaha memajukan kebudayaan
nasional. Buku yang digunakan penulis selanjutnya merupakan karangan dari Van Ger Wengen
yang berjudul Pedoman Penalaran Tentang Metode dan Tehnik Penyajian dan Bimbingan Edukatif di Museum 1986, Terj Moh. Amir Sutaarga. Buku ini menjelaskan bagaimana tehnik
atau cara penyajian suatu informasi tentang suatu koleksi benda yang ada dalam museum kepada publik atau masyarakat umum yang dalam hal ini adalah para pengunjung yang datang ke
museum. Dengan kata lain para Staff museum harus mampu menguasai informasi yang berkaitan tentang koleksi-koleksi museum itu sendiri untuk dapat memudahkan para pengunjung
memahami informasi mengenai benda-benda koleksi museum sehingga selain sebagai tempat wisata, museum juga memberikan pengetahuan bagi para pengunjungnya. Apabila sebuah
museum menghendaki penyelesaian tugas-tugasnya yang berorientasi kepada kepentingan public
Universitas Sumatera Utara
8
dengan cara-cara yang memadai, maka museum tersebut harus dapat menyelaraskan fungsi- fungsi museum tersebut terutama dengan usaha-usaha pendekatan dengan publiknya. Antara lain
perlu dipikirkan mengenai penyajian koleksi dan bimbingan edukatif untuk para pengunjungnya. Di samping itu juga perlu diperhatikan mengenai apa yang disebut hubungan masyarakat, yakni
segala kegiatan yang ditujukan untuk menarik minat para pengunjung yang berpotensi terhadap museum dan segala kegiatan yang dilakukan oleh museumnya sendiri.
Buku yang penulis pergunakan berikutnya adalah buku karangan Bambang Sumadio yang berjudul Bunga Rampai Permuseuman 1997. Buku ini menjelaskan bagaimana suatu
museum itu bisa menarik perhatian masyarakat untuk dapat berkunjung kedalam museum. Karena apabila semakin banyak masyarakat yang datang berkunjung kedalam museum maka
semakin terlihatlah keberhasilan tingkat pelayanan museum terhadap publik. Bagi masyarakat awam museum merupakan tempat tontonan sehingga hal ini harus disadari oleh para
pengelolanya, oleh karena itu harus diusahakan agar penyajian di museum cukup menarik sebagai tontonan. Koleksi museum tidak dengan sendirinya akan memancarkan daya tarik, oleh
karena itu pengelola museum harus dapat mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mengandung daya tarik pada koleksinya itu. Museum sangat bertumpu pada penampilan sebagai
salah satu daya pikatnya. Kebersihan dan kenyamanan ruang-ruang pameran akan sangat menunjang citra museum itu sehingga akan dengan sendirinya memikat para pengunjung.
Selanjutnya penulis juga menggunakan skripsi Anggiat Sinaga 2007 sebagai tinjauan pustaka. Menurut Anggiat dalam skripsinya “Peranan Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara
1954-1985”, untuk mendekatkan museum pada masyarakat luas Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara melakukan berbagai usaha-usaha dalam memasyarakatkan warisan nilai budaya
tradisional seperti mengadakan pameran ataupun perlombaan-perlombaan. Hal ini sangat
Universitas Sumatera Utara
9
berkaitan dengan penelitian penulis karena sama halnya dengan Museum Negeri Propinsi Jambi yang berusaha melakukan berbagai kegiatan untuk dapat memberikan pengenalan berbagai
kebudayaan ataupun benda-benda sejarah yang sebagian besar belum banyak diketahui oleh masyarakat.
Skripsi lain yang penulis gunakan adalah skripsi Krisman Turnip sebagai tinjauan pustaka. Dalam skripsinya “Museum Bukit Barisan Medan dan Manfaatnya Bagi Masyarakat
1971-1996”, memaparkan bahwa museum dapat memperkuat rasa nasionalisme melalui pameran benda-benda koleksi seperti peninggalan masa revolusi fisik di Sumatera Utara pada
tahun 1945-1949. Melalui pameran yang ada dalam museum masyarakat diajak untuk dapat merasakan pada masa itu. Hal ini tidak jauh berbeda dengan penelitan penulis mengenai Museum
Negeri Provinsi Jambi yang ingin mengenalkan berbagai peninggalan masa lalu kepada masyarakat khususnya kebudayaan masyarakat Jambi sehingga kesadaran untuk mencintai
kebudayaan daerah semakin tinggi.
1.5 Metode Penelitian.