PERKEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI

19

BAB III PERKEMBANGAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI

3.1 Perkembangan Bangunan Museum 1981-1999

Perkembangan permuseuman di Indonesia yang direncanakan sejak pelita I sampai dengan pelita VI dilaksanakan atas dasar keinginan untuk menyelamatkan dan melestarikan warisan budaya dan warisan alam. Disamping itu juga memperkenalkan kepada masyarakat tentang latar belakang budaya provinsi yang bersangkutan dengan berbagai ciri-ciri yang dimiliki meliputi lingkungan alam dan budaya. Berbagai penggolongan museum negeri provinsi harus berdasarkan persyaratan- persyaratan. Penggolongan museum negeri provinsi dalam kategori tipe A harus memenuhi persyaratan: 1. Jumlah penduduknya lebih dari 10 juta jiwa. 2. Didiami oleh lebih dari 9 kelompok etnis. 3. Letaknya berbatasan dengan Negara tetangga. 4. Memperoleh prioritas dalam pengembangan pariwisata. 5. Memiliki Perguruan Tinggi dan Institut yang telah menghasilkan Sarjana Antropologi Budaya, Sejarah, Arkeologi, Geografi dan Ilmu Pendidikan. 6. Provinsi yang memperoleh dana lebih dari 21 Milyar rupiah. 7. Provinsi yang sangat banyak memiliki kelompok koleksi yang terbesar. Penggolongan museum negeri provinsi dalam kategori tipe B harus memenuhi persyaratan: Universitas Sumatera Utara 20 1. Penduduknya antara 5 sampai 10 juta jiwa. 2. Didiami antara 6 sampai 9 kelompok etnis. 3. Berhubungan langsung dengan instansi terkait. 4. Dari segi pariwisata baru dilakukan penelitian. 5. Memiliki sebagian potensi museum tipe A. 6. Memperoleh dana antara 11 sampai 20 milyar rupiah. 7. Memiliki kelompok koleksi yang besar. 16 Berdasarkan pembagian kriteria tersebut, Museum Negeri Provinsi Jambi masuk kedalam kategori tipe B, karena hampir sebagian besar kriteria kategori tipe B ada dalam Museum Negeri Provinsi Jambi. Pembangunan museum yang menarik dengan sarana yang mutakhir sudah tentu memerlukan berbagai dana yang besar. Keterbatasan dana pembangunan museum di berbagai wilayah di Indonesia menyebabkan pembangunan museum dilakukan secara bertahap. Seperti halnya museum lainnya yang ada di Indonesia, pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi dilakukan melalui beberapa tahapan. Sebelum museum Jambi didirikan, kegiatan pengadaan koleksi serta sarana dan fasilitas museum Jambi sudah dilakukan sejak tahun 1979. Koleksi yang tersedia keseluruhnya berjumlah 63 buah, terdiri dari 59 buah koleksi etnografika, 1 buah koleksi arkeologika, 2 buah koleksi keramin dan 1 buah koleksi lain-lain. Fasilitas museum yang telah ada pada waktu itu berjumlah 21 jenis peralatan kantor. Tenaga yang ada merupakan tenaga yang diperbantukan dari Kanwil Depdikbud Provinsi Jambi. Pada tahun anggaran 19771978 pegawai yang menangani museum berjumlah 5 orang yang semuanya telah berstatus sebagai PNS dan berdiri dari tingkat pendidikan SLTP 1 orang, SLTA 2 orang dan Sarjana Muda 2 orang. 16 Luthfi Asiarto, Pembangunan Permuseuman di Indonesia, Jakarta, 1999, hlm. 6. Universitas Sumatera Utara 21 Seperti yang telah disebutkan, pembangunan gedung museum seluas 605 m2 mulai dilakukan pada tahun 1981 diatas tanah seluas 13.359 meter persegi m2. Gedung yang dibangun berupa ruang pameran temporer seluas 205 m2, ruang perpustakaan seluas 100 m2, ruang administrasi seluas 250 m2 dan ruang kuratorial seluas 50 m2. Pada tahun 19821983 dilakukan perluasan museum dengan menambah bangunan gudang seluas 452 m2, sedangkan pada tahun 19831984 bangunan museum diperluas lagi hingga 1.000 m2 untuk ruang pameran tetap. Koleksi yang tersedia pada periode 19821983 sudah bertambah sebanyak 1875 koleksi dengan perincian koleksi etnografika 491, koleksi arkeologika 3, koleksi historika 13, koleksi numismatika dan heraldika 480, koleksi keramik 844 koleksi, buku referensi dan perpustakaan 2 dan koleksi lain-lain 42. Sarana dan fasilitas museum pada tahun ini telah tersedia berupa 203 buah peralatan kantor, 25 peralatan pameran dan 7 peralatan edukasi. Pada masa ini tenaga yang menangani museum masih berjumlah 5 orang tapi dengan latar belakang pendidikan SLTP 1 orang, SLTA 3 orang, dan Sarjana Muda 1 orang. Kelima orang ini berstatus tetap sebagai tenaga bantuan. Akan tetapi pada tahun 1981 tenaga yang menangani museum bertambah menjadi 6 orang dengan latar belakang pendidikan SLTP 1 orang, SLTA 4 orang dan Sarjana Muda 1 orang. Dari 6 orang tenaga ini, 5 orang berstatus sebagai PNS dan 1 orang berstatus honorer. Jumlah pegawai semakin meningkat, antara tahun 1982-1983 menjadi 20 orang dengan latar belakang pendidikan SD 1 orang, SLTP 3 orang, SLTA 15 orang dan Sarjana Muda 1 orang. Status ke 20 pegawai tersebut adalah 9 orang pegawai tetap dan 11 orang pegawai honorer. Pada tahun 19831984 pegawai yang menangani museum berjumlah 19 orang dengan latar belakang pendidikan SD 2 orang, SLTP 5 orang, SLTA 9 orang, Sarjana Muda 2 orang dan Universitas Sumatera Utara 22 sarjana 1 orang. Status ke-19 orang tersebut yaitu 11 orang berstatus pegawai tetap dan 8 orang berstatus pegawai honorer. Pada tahun 19841985 bangunan telah diperluas 920 m2 yaitu dengan perincian ruang pameran tetap seluas 860 m2 dan ruang edukasi seluas 70 m2. Pada tahun 19851986 bangunan museum diperluas lagi 600 m2 untuk ruang edukasi. Kemudian diperluas lagi 200 m2 untuk ruang laboratorium seluas 100 m2 dan ruang preparasi seluas 100 m2. Sarana dan fasilitas museum yang telah tersedia pada tahun ini yaitu 58 peralatan kantor, 22 peralatan pameran, 130 peralatan edukasi dan 17 peralatan laboratorium. Selain itu ada 1 buah jenis peralatan edukasi yang merupakan hasil sumbangan. Tenaga yang ada pada tahun 19841985 berjumlah 29 orang dengan latar belakang pendidikan SD 3 orang, SLTP 9 orang, SLTA 16 orang, dan Sarjana Muda 1 orang. Ke 29 orang tersebut 14 orang berstatus pegawai tetap dan 15 orang berstatus pegawai honorer. Pada tahun 19851986 pegawai museum meningkat menjadi 39 orang dengan latar belakang pendidikan SD 5 orang, SLTP 9 orang, SLTA 24 orang dan Sarjana Muda 1 orang. Adapun statusnya adalah 15 orang berstatus pegawai tetap dan 24 orang pegawai honorer. Pada tahun 19861987 pegawai museum berjumlah 41 orang dengan latar belakang pendidikan SD 5 orang, SLTP 9 orang, SLTA 26 orang dan Sarjana Muda 1 orang. Statusnya yaitu 17 orang berstatus pegawai tetap dan 24 orang berstatus pegawai honorer. Pada tahun 19871988 jumlah pegawai meningkat lagi menjadi 44 orang dengan latar belakang pendidikan SD 5 orang, SLTP 9 orang, SLTA 25 orang dan Sarjana Muda 3 orang serta Sarjana 2 orang. Ke- 44 orang ini 20 orang berstatus pegawai tetap dan 24 orang berstatus pegawai honorer. Pada tahun 19881989 jumlah pegawai di museum ini 43 orang dengan latar belakang pendidikan Universitas Sumatera Utara 23 SD 5 orang, SLTP 9 orang, SLTA 27 orang dan Sarjana Muda 2 orang. Adapun status 43 orang pegawai tersebut adalah 19 orang pegawai tetap dan 24 orang berstatus pegawai honorer. Pada tahun 19891990 terdapat penambahan ruang pameran tetap gedung induk lantai 1 seluas 275 m2, penambahan ruang pameran tetap gedung induk lantai II seluas 988 m2, gedung auditorium seluas 729 m2, gedung pameran temporer seluas 202 m2, gudang koleksi seluas 204 m2, gedung konservasi preparasi seluas 196 m2 dan gedung administrasi seluas 393 m2. Penambahan gedung ini dimaksudkan agar memperluas area pameran museum sehingga dapat menampung lebih banyak pengunjung yang datang saat pameran berlangsung. Sarana dan fasilitas museum yang telah tersedia yaitu 443 buah peralatan kantor, 34 buah peralatan preparasi, 3 buah peralatan konservasi. Pengadaan koleksi meningkat menjadi 2.216 koleksi dengan rincian koleksi gologika 70, koleksi etnografika 1.280, koleksi arkeologika 15, koleksi historika 11, koleksi numismatikaheraldika 630, koleksi filologika 15, dan koleksi keramik 195. Tenaga yang tersedia berjumlah 53 orang dengan latar belakang pendidikan SD 4 orang, SLTP 9 orang, SLTA 28 orang, Sarjana Muda 3 orang, Sarjana 9 orang. Pada tahun anggaran 19941995-19981999 kegiatan masih melanjutkan pembangunan museum, yaitu antara lain gedung storage seluas 452 m2, gedung administrasi dan perpustakaan seluas 400 m2, dan gedung auditorium seluas 600 m2. Pengadaan koleksi yang telah tersedia menurun menjadi berjumlah 1.357 koleksi dikarenakan ada beberapa kerusakan koleksi museum, dengan rincian koleksi geologika 21 buah, koleksi bilogika 84 buah, koleksi etnografika 433 buah, koleksi arkeologika 233 buah, koleksi historika 49 buah, koleksi numismatikaheraldika 200 buah, koleksi filologika 70 buah, dan koleksi keramik 105 buah, koleksi seni rupa 124 buah, Universitas Sumatera Utara 24 dan koleksi teknologika 38 buah. Tenaga yang ada dalam berjumlah 52 orang dengan latar belakang pendidikan SD 4 orang, SLTP 5 orang, SLTA 25 orang, Sarjana Muda 1 orang, Sarjana 17 orang. Pada tahun ini merupakan tahap akhir dalam perkembangan pembangunan museum serta pembangunan lainnya sebagai pendukung keberadaan museum.

3.2 Pengelolaan Museum

Makna koleksi bagi pengelola museum akan berbeda dengan makna koleksi bagi pengunjung. Bagi pengelola museum koleksi adalah unsur dari suatu gagasan atau kisah yang dikomunikasikan kepada pengunjung. Bagi pengelola museum koleksi adalah unsur dari suatu gagasan atau kisah yang dikoomunikasikan kepada pengunjung. Selain itu, koleksi juga mempunyai suatu nilai, oleh karena itu, bagi pengelola museum, selain pemahaman fungsi museum, sangat perlu pula pemahaman terhadap koleksi. 17

3.3 Struktur Organisasi Museum dan Berbagai Fungsinya

Dari sini terlihat jelas bahwa makna dari suatu koleksi yang ada dalam museum tidak akan tampil dengan sendirinya dan mendapat pemahaman dari pengunjung, tetapi diperlukan petugas pengelola museum yang mengerti berbagai pemahaman koleksi museum dan menjelaskannya kepada pengunjung sehingga dapat menciptakan suatu situasi yang komunikatif antara museum dan pengunjung. Membangun museum bukan hanya terbatas pada bangunan gedung, peralatan, dan koleksinya saja, tetapi pelestarian koleksi museum menjadi suatu bagian kompleks kegiatannya yang memerlukan keahlian, keterampilan dan ketekunan sesuai dengan ilmu dan prinsip konservasi. 17 Bambang Sumadio, Bunga Rampai Permuseuman, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Permuseuman, 19961997, hlm. 17. Universitas Sumatera Utara 25 Museum Negeri Jambi dalam menjalankan tugasnya memiliki struktur jabatan. Pengangkatan posisi jabatan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dengan beberapa kriteria yaitu: 1. Orangnya cakap mampu berfikir kreatif meskipun menghadapi suatu hambatan dalam melaksanakan sesuatu. 2. Mempunyai pendidikan yang memadai, minimal S1 3. Tidak pernah melakukan perbuatan hal-hal yang menentang undang-undang seperti misalnya korupsi. 4. Memiliki wawasan yang luas khususnya dibidang permuseuman. 5. Tidak pernah menjabat atau mengikuti suatu organisasi terlarang di Indonesia Adapun struktur jabatan di Museum Negeri Jambi yaitu terdiri dari:

3.3.1 Kepala Museum

Museum Negeri Provinsi Jambi dipimpin oleh seorang Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Museum Negeri Provinsi Jambi sejak peletakan batu pertama hingga saat ini telah dipimpin oleh beberapa Kepala Museum diawali oleh salah satu perintis berdirinya Museum Negeri Jambi: 1. M. Nazir. BA 1981-1994 2. Mukhtar Djirin 1994-1995 3. Drs. Madil. H.S. 1995-1996 4. Wijaya. SH 1996-2006 5. Drs. Ujang Hariadi 2006-2009 6. Dra. Eka Feriani 2009-2011 Universitas Sumatera Utara 26 7. Dra. Eny Suhartaty 2011-sekarang Kepala Museum mempunyai tugas memimpin dan melaksanakan tugas pokok Museum Negeri Jambi. Adapun fungsi dari Kepala Museum yaitu: a. Penyusunan rencana dan program kerja Museum Negeri Provinsi Jambi. b. Penentuan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam pemecahan masalah yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan tugas operasional sehari-hari. c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional. d. Penilaian hasil pekerjaan tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kelompok Jabatan Fungsional. e. Pelaksanaan evaluasi kegiatan, pembuat dan penyampaian laporan berkala kepada Kepala Dinas dan Tembusan kepada instansi terkait. f. Pelaksana tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas.

3.3.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan bertanggung jawab kepada Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi, mempunyai tugas melaksanakan tugas ketatausahaan Museum Negeri meliput urusan runah tangga, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat menyurat termasuk kebersihan, ketertiban dan keamanan. Adapun fungsi dari Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan urusan kepegawaian. b. Melaksanakan urusan keuangan. c. Melaksanakan urusan perlengkapan. Universitas Sumatera Utara 27 d. Melaksanakan urusan rumahtangga, termasuk urusan kebersihan, ketertiban dan keamanan e. Membuat dan menyampaikan laporan Sub Bagian Tata Usaha, serta menyiapkan konsep laporan Museum Negeri tepat pada waktunya. f. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Museum Negeri Jambi.

3.3.3 Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi

Seksi Pengelolaan Koleksi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi dan bertanggung jawab kepada Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknisfungsional permuseuman di bidang pengelolaan koleksi. Khusus dibagian jabatan kepala seksi pengelolaan koleksi harus memiliki latar pendidikan seperti bidang Ilmu Arkeolog ataupun Ilmu Sejarah hal ini dikarenakan tugas mereka yang menangani bagian benda-benda purbakala, sehingga tenaga yang diperlukan adalah tenaga yang ahli dibidangnya. Adapun fungsi dari Kepala Seksi Pengelolaan Koleksi adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan survey pengadaan koleksi. b. Melaksanakan pengadaan koleksi. c. Melaksanakan penelitian koleksi. d. Pelaksanaan konservasi koleksi. e. Pelaksanaan fumigasi koleksi. f. Pelaksanaan restorasi koleksi g. Pelaksaan pengendalian kelembaban udara dilingkungan tempat koleksi h. Pelaksaan pembuatan replikasireproduksi koleksi. i. Pelaksanaan perawatanpelestarian tata ruang dan perlengkapan pameran tetap. j. Melaksanakan inventarisasi dan reinvetarisasi koleksi. Universitas Sumatera Utara 28 k. Melaksanakan katalogisasi dan rakatalogisasi koleksi. l. Melaksanakan penyusunan sumber data koleksi. m. Melaksanakan dokumentasi koleksi dalam bentuk tulisan, audio, visual dan audio visual. n. Melaksanakan penyusunan naskah petunjuk koleksi. o. Melaksanakan penyusunan naskah buku tentang koleksi. p. Melaksanakan penelitian koleksi. q. Melaksanakan study perbandingan koleksiseum. r. Membuat dan menyampaikan laporan berkala dan insidentil kepada atasan tepat pada waktunya. s. Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi.

3.3.4 Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi

Seksi Bimbingan dan Publikasi dipimpin oelh seorang Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum Negeri Propinsi Jambi, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan teknisfungsional permuseuman di bidang bimbingan dan publikasi. Adapun yang menjadi fungsi dari Kepala Seksi Bimbingan dan Publikasi adalah sebagai berikut: a. Membuat rencana dan program kerja seksi bimbingan dan publikasi. b. Pelaksana penyusunan judul pelaksanaan bimbingan dan publikasi. c. Pelaksana pedoman materi bimbingan untuk setiap jenjang pendidikan. d. Penyelenggara pameran tetap. e. Pelaksana penyempurnaan tata pameran tetap. Universitas Sumatera Utara 29 f. Pelaksana renovasi tata pameran tetap. g. Pelaksana pameran khusus dan pameran keliling. h. Pelaksana paket untuk setiap jenjang pendidikan. i. Pelaksana bimbingan pengunjung. j. Pembuat alat peraga ceramah dan menyelenggarakan ceramah permuseuman. k. Pembimbing karya tulis untuk Siswa dan Mahasiswa. l. Pelaksana demonstrasiperagaan untuk Siswa. m. Penyelenggara lomba untuk Siswa. n. Penyelenggara pegelaran seni tradisional. o. Penyelnggara museum keliling. p. Penyusun skenario video program tentang koleksi dan museum. q. Penyusun paket narasi dan slide program. r. Pelaksana pembuat teaching kit. s. Pelaksana publikasi museum melalui media cetak dan elektronik. t. Penyelnggara seminar, diskusi dan sejenisnya dalam upaya peningkatan fungsionalisasi museum. u. Pembuat dan penyampaian laporan berkala dan insidentil kepada Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi. v. Pelaksana tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Museum Negeri Provinsi Jambi.

3.4 Sumber Pendanaan

Untuk pengelolaannya, museum harus memiliki sumber dana yang tetap dan pengelolaan museum diperoleh dari APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam rencana keuangan tahunan pemerintah daerah. Biasanya pihak museum mendapatkan sekitar 10 persen Universitas Sumatera Utara 30 dari pendapatan daerah pemerintah Jambi untuk kemudian disumbangkan kepada pihak museum itu sendiri. Jumlah persen dana yang didapatkan berada dibawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi, dana yang diberikan oleh pemerintah provinsi kepada dinas kebudayaan dan pariwisata dibagi 3 UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas yaitu Museum Negeri Provinsi Jambi, Taman Budaya, dan Museum Perjuangan Jambi. 18

3.5 Pengadaan Koleksi

Tugas utama bagian seksi koleksi adalah mengumpulkan koleksi ataupun benda-benda warisan sejarah alam dan budaya yang mempunyai nilai-nilai luhur sebagai identitas atau jati diri bangsa. Dalam pengumpulan koleksi para petugas museum bagian seksi koleksi mengadakan survei terlebih dahulu. Survei pengadaan koleksi adalah suatu metode penelitian dengan menggunakan pendekatan secara menyeluruh dan terpadu untuk mendapatkan semua bahan mengenai semua aspek kebudayaan terutama pada wilayah yang mempunyai kebudayaan materil tradisional yang sudah terdesak atau terancam punah agar bisa diselamatkan dan menjadi koleksi yang dapat dipamerkan kepada masyarakat luas. Tujuan survei adalah untuk menghimpun data dari masyarakat tentang segala aspek kebudayaan materil sebagai perwujudan ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma kebudayaan dan keyakinan yang melatarbelakangi benda-benda nudaya tersebut, serta aktivitaskegiatan kehidupan masyarakat, kejadian atau peristiwa yang merupakan jejak sejarah sehingga dapat menjadi pembuktian keberadaannya untuk dapat dijadikan pembukuan secara lokal. Pengumpulan koleksi di museum dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 18 Wawancara dengan Masgia , dilokasi museum, 28 agustus 2013. Universitas Sumatera Utara 31 1. Hibah yaitu pemilik benda warisan budaya menyerahkan miliknya kepada pihak museum dengan ikhlas tanpa menuntut ganti rugi apapun dikemudian hari. 2. Ganti Rugi yaitu benda warisan budaya yang menjadi milik masyarakat ataupun milik kolektor-kolektor lokal diganti dengan sejumlah uang sesuai dengan harga yang telah disepakati. 3. Titipan yaitu dengan cara penitipan benda warisan budaya milik pribadi maupun golongan kepada museum untuk dapat diteliti atau disimpan sementara oleh pihak museum dengan catatatn suatu waktu nanti dapat diambil kembali oleh si Pemilik benda koleksi tersebut

3.6 Teknik Pemeliharaan Koleksi Benda Museum

Setiap kehidupan manusia selalu meninggalkan hasil karya yang umum disebut benda kebudayaan. Untuk menghargai nilai-nilai budaya luhur, maka manusia selalu berusaha dengan segala kemampuannya untuk menyelamatkan dan mempertahankan hasil budaya tersebut agar tidak terjadi kerusakan atau musnah. Konservasi merupakan suatu tindakan untuk melindungi suatu benda dari bahaya kerusakan dan memelihara serta merawat benda tersebut dari gangguan kemusnahan. Dengan demikian konservasi koleksi museum, adalah suatu tindakan dengan memelihara atau merawat koleksi yang mengalami kerusakan agar terhindar dari kemusnahan. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan ilmu konservasi juga berkembang. Ilmu konservasi dipopulerkan oleh ahli kebudayaan di Eropa sesudah perang dunia kedua. Dengan pengalaman perang yang menghasilkan kehancuran dan kerusakan terhadap segala ciptaan manusia, maka mereka berinisiatif untuk memperbaikinya. Dengan demikian untuk menanggulangi kerusakan tersebut Universitas Sumatera Utara 32 diperlukan teknik-teknik, metode, peralatan dan bahan yang digunakan agar objek yang menjadi sasaran terhindar dari kehancuran. Benda-benda koleksi museum yang mengalami kerusakan biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor didalamnya seperti: 1. Faktor elemen iklim yang tidak sesuai yang meliputi kelembaban udaradan temperature udara yang tidak sesuai yang disebabkan fluktuasi temperature dan kelembaban relatif pada lingkungan disekitar koleksi. Koleksi organic lebih bereaksi dengan kelembaban disekitarnya karena pada koleksi organic mengandung sejumlah air didalamnya, dan selalu berusaha menyeimbangkan dengan kandungan uap air yang ada disekitarnya. 2. Faktor cahaya, yaitu cahaya alam, maupun cahaya buatan. Hal yang berhubungan masalah cahaya yang menyangkut radiasi ultra violet. Sinar ultra violet pada cahaya akan merubah struktur dari material dan sinar inframerah dapat membakar material karena sifatnya yang lebih panas. Kerusakan akibat cahaya pada koleksi museum tergantung dari jenis koleksinya. Koleksi anorganik tidak sensitive terhadap cahaya kecuali jika pada permukaanya terdapat cat akan menjadi sensitif. Sedangkan koleksi organic sensitif terhadap cahaya dengan tiga tingkat sensitivitas yaitu: sensitif koleksi lukisan, kayu, kulit, sangat sensitif kertas tekstil, dan sangat-sangat sensitif koleksi foto. 3. Faktor Mikro Organisme yang meliputi segala jenis jamur. 4. Faktor insek serangga dan binatang pengerat. 5. Faktor polusi udara. Universitas Sumatera Utara 33 6. Faktor lain kelengahan yang meliputi lingkungan yang berkenaan dengan tempat manusia, insiden, api dan air yang rusak akibat penggaraman. Kecerobohan manusia juga merupakan faktor yang tidak disadari, seringkali kerusakan ditimbulkan karena tidak hati-hatinya pekerja museum dalam memegang dan membawa benda koleksi saat dipindahkan ataupun ketika melakukan kegiatan konservasi. Untuk mengatasinya staf konservasi telah dibekali ilmu dalam melakukan kegiatannya, sehingga kerusakan akibat salah memegang terutama kerusakan fisik dapat diminimalisasi. Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah yang ditimbulkan oleh berbagai macam hal diatas, maka dilakukalah kegiatan dan teknik konservasi koleksi museum. Berdasarkan atas tujuan dan cara pelaksanaannya, konservasi dapat dibedakan kepada dua langkah yaitu:

3.6.1 Langkah Preventif

Langkah ini ditujukan untuk mencegah laju kerusakan pada koleksi museum. Beberapa sifat kerusakan yang mungkin terjadi pada koleksi museum, antara lain dapat berupa kerusakan baru, dapat berupa lebih kerusakan parah, atau terlihat terjadi gejala lebih cepatnya proses kerusakan yang lebih cepat. Langkah preventif dapat meliputi beberapa hal, antara lain;

a. Pengendalian Kelembaban Udara

Pemantauan kelembaban udara perlu diperhatikan, khususnya ditempat penyimpanan koleksi atau ruang pameran. Dari hasil pantauan dapat dievaluasi perbedaan antara kelembaban udara didalam museum dengan diluar museum.

b. Pengendalian Suhu Udara

Universitas Sumatera Utara 34 Suhu udara di ruang pameran dan ruang penyimpanan juga selalu dipantau, dari hasil pantauan dapat dievaluasi perbedaan antara suhu udara di dalam museum dengan diluar. Alat pemantau suhu udara yang sering digunakan adalah thermometer, sedangkan alat pengatur suhu dapat digunakan air conditioner.

c. Pengaturan Cahaya

Pengaturan cahaya sangat diperlukan, pengendalian pencahayaan dilakukan dengan cara mengatur cahaya agar tidak langsung mengenai koleksi. Lampu yang digunakan dalam ruangan harus diberi filter untuk mencegah sinar ultra violet mengenai koleksi.

d. Pengawetan

Beberapa cara pengawetan dapat dilakukan yaitu antara lain dengan memberikan bahan kimia pengawet seperti formalin. Biasa pengawetan ini dilakukan pada benda-benda koleksi fauna hewan

e. Reproduksi Koleksi

Dalam upaya menghindari kehancuran, kerusakan total, maka koleksi-koleksi yang sangat mahal, sangat langka, bernilai bukti ilmiah, sejarah atau seni yang tinggi, dan koleksi yang berisiko dan keamanan perlu dibuatkan tiruan atau kembarannya. Seperti halnya Keris Siginjei yang merupakan senjata khas masyarakat Jambi. Oleh karena benda ini hanya ada satu maka dibuatlah keris tiruannya sedangkan keris aslinya telah dipindahkan ke museum pusat di Jakarta.

3.6.2 Langkah Kuratif

Universitas Sumatera Utara 35 Langkah ini ditujukan untuk menghilangkan atau mengobati kotoran dan penyakit yang menempel pada koleksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi pada koleksi. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain;

a. Fumigasi

Fumigasi berasal dari bahasa latin Fumigare yang berarti pengasapan, yaitu dengan menguapkan sulphur atau belerang. Uap asap itu dapat membunuh atau mematikan serangga, kuman, binatang kecil yang merusak atau bisa menimbulkan penyakit. Fumigasi dilakukan dalam tempat yang tertutup dan kedap udara. Koleksi dimasukkan kedalam ruangan itu, sehingga hama-hama seperti kecoa ataupun binatang yang lebih kecil kutu akan mati dengan sendirinya, kegiatan ini paling sering dilakukan oleh museum karena sangat mudah dilakukan dan efektif dalam membasmi berbagai hama.

b. Perawatan

Koleksi yang terkena kotoran ataupun yang diserang serangga dibersihkan dengan menggunakan kulit kayu atau akar kayu, Caranya adalah bahan kulit atau akar kayu ditumbuk sampai betul-betul hancur. Kemudian dicampur dengan air untuk dibuat ekstrak. Campur setiap 6 enam sendok makan ekstrak tersebut dengan 3 liter air, lalu disemprotkan pada koleksi-koleksi yang ada dimuseum untuk membasmi serangga-serangga ataupun juga sebagai antisipasi pencegahan dari serangan berbagai macam serangga. Perawatan ini sering dilakukan karena bahan-bahan yang didapatkan sangat mudah dan tersedia leh alam, mengingat pada masa itu bahan kimia tidak mudah didapatkan seperti sekarang.

c. Restorasi Koleksi

Universitas Sumatera Utara 36 Restorasi koleksi adalah kegiatan untuk mengembalikan keadaan koleksi kepada keadaan semula. Untuk koleksi yang retak, pecah, patah, gompel, dan juga hilang sebagian ornamennya dapat dilakukan rekonstruksi, penguatan, pengisian, penambalan, pewarnaan, serta konsolidasi.

3.7 Koleksi Museum

Koleksi adalah tulang punggungnya Museum, kalau tidak ada koleksi berarti tidak ada museum. Dengan demikian koleksi benda-benda warisan sejarah alam dan budaya merupakan objek pokok dalam pendirian museum dan sebagai bahan untuk penelitian. Benda-benda warisan budaya adalah benda-benda hasil karya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya seperti peralatan untuk keperluan rumah tangga, peralatan pertanian serta keperluan religius maupun perlengkapan upacara-upacara tradisi. Warisan alam adalah bahan-bahan tinggalan yang telah mengalami kepunahan, seperti tumbuh-tumbuhan, jenis-jenis kayu, binatang yang telah tinggal namanya. Museum yang bertugas melestarikan warisan sejarah alam dan budaya, dengan cara mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkaji, mengkomunikasikan dan memamerkan untuk kepentingan masyarakat guna untuk studi suatu penelitianpengkajian pendidikan dan rekreasi dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Koleksi museum adalah semua jenis benda bukti materil hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya yang disimpan dalam museum dan mempunyai nilai bagi pembinaan dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan. Jenis koleksi adalah suatu benda atau kumpulan benda yang berkaitan dengan cabang kesenian, disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi. Koleksi museum merupakan benda pembuktian kehadiran manusia di muka bumi dan pembuktian dari kemampuan memanfaatkan alam lingkungan hidupnya. Bumi sebagai bagian dari alam semesta menyediakan dirinya untuk diolah, dibentuk dan difungsikan Universitas Sumatera Utara 37 manusia. Aktivitas manusia mempergunakan alam merupakan usaha mereka dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup di muka bumi ini. Sistim dan cara pemanfaatan alam oleh manusia, dan bentuk-bentuk benda yang berhasil diciptakan mengandung gambaran tentang gagasan, ide, nilai-nilai dan jalan pikiran yang dijiwai oleh pandangan hidup mereka terhadap alam sekitarnya. Dalam hal ini manusia selalu berusaha menampilkan identitasnya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi benda-benda yang berada dialam sekitarnya. Pemenuhan kebutuhan identitas itu diwujudkannya dengan membuat dan menghadirkan berbagai simbol. Perwujudan simbol-simbol itu selalu pula diwarnai dan dilatarbelakangi oleh pengalaman dan pendidikan mereka, lewat simbol itu pula tertuangnya jangkauan intelektual mereka. Manusia dan masyarakat Jambi yang telah memilih Daerah Jambi sebagai tempat permukiman mereka dengan lingkungan alamnya tersendiri telah melakukan berbagai aktivitas kehidupan dalam kurun waktu yang relatif panjang kemasa silam. Pergaulan dengan alam sekitarnya dan berbagai persentuhan dengan masyarakat dan suku bangsa lainnya telah mendorong mereka membuat dan memungsikan berbagai jenis dan bentuk benda guna pemenuhan kebutuhan dalam aktifitas kehidupannya. Benda-benda itu pula yang kita sebutkan sebagai benda budaya dan dengan persyaratan tertentu diangkat menjadi koleksi museum. Aneka ragam benda budaya masyarakat Jambi, secara bertahap telah terkumpul di storage persiapan Museum Jambi. Berbagai kegiatan pengadministrasiannya sesuai dengan pola kerjanya sebuah museum, secara bertahap juga telah berada dalam kenyataannya. Dalam setiap berbagai koleksi yang ada digolongkan kedalam suatu klasifikasi, dalam hal ini klasifikasi koleksi adalah suatu penggolongan koleksi berdasarkan kriteria tertentu. Klasifikasi koleksi tersebut yaitu: Universitas Sumatera Utara 38

1. Geologika

Koleksi geologika adalah benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu geologi antara lain meliputi batuan, mineral, fosil dan benda-benda bentukan alam lainnya permata, granit, andesit. Beberapa koleksi geologika seperti batu yang digunakan sebagai tempat menumbuk padi, batu andesit yang pada zaman dahulu digunakan untuk bangunan bangunan candi ataupun digunakan juga sebagai perkakas-perkakas zaman prasejarah.

2. Biologika

Koleksi biologika adalah benda koleksi yang masuk kategori benda objek penelitiandipelajari oleh disiplin ilmu biologi, antara lain berupa tengkorak atau kerangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Beberapa koleksi biologika yang ada dalam museum ini misalnya ular, harimau, buaya dan lain sebagainya yang dapat dilihat di bagian koleksi biologika.

3. Etnografika

Koleksi etnografika adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian antropologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis. Berbagai koleksi etnografika yang ada di museum adalah sebagai berikut:

a. Tutup Pinggir Pelaminan

Bentuk benda ini persegi panjang, yang terbuat dari kain beludru dan benang emas sebagai hiasannya yang membentuk motif flora dan tumpal 19 Pada umumnya jumlah tingkat atau anak tangga pelaminan ini ganjil yaitu tiga, lima, dan tujuh. Hal ini berkaitan dengan tingkatan atau status sosial si pemakainya. Putro Retno ini difungsikan sebagai tempat duduk diwaktu upacara pemberian gelar dan pengukuhan raja-raja . Benda ini digunakan untuk penutup pinggiran tingkat pada pelaminan adat Kodya Jambi yang disebut Putri Retno. 19 Motif tumpal sering disebut juga motif untu walang atau pigura. Motif ini tumbuh subur di seluruh daerah di Indonesia. Motif ini menggambarkan tanaman rebung atau tunas bambu yang memiliki kemampuan tumbuh sangat cepat sehingga kemudian dianggap sebagai lambang kesuburan atau kemakmuran. Universitas Sumatera Utara 39 Jambi dan berguna juga pada saat sekarang sebagai tempat duduk di waktu upacara peresmian pernikahan.

b. Kampek

Kampek merupakan salah satu jenis hasil kerajinan sulaman. Bentuknya persegi panjang dengan ukuran panjang 14 cm dan lebar 7,5 cm dan dibuat dari bahan dasar kain beludru merah yang dihiasi dengan benang emas dan manik-manik. Hiasan-hiasan yang dibentuk bermotifkan relung kangkung, salah satu bentuk ragam hias Jambi lama. Kampek ini dipergunakan sebagai penghiaspenutup bantal guling, yang difungsikan sebagai hiasan bantal guling amben. Menurut salah seorang penduduk Desa Kenali Besar. Batanghari, bahwa dulunya amben ini merupakan tempat peristirahatan raja. Sampai saat sekarang amben ini masih dipergunakan, namun hanyalah sebagai tempat duduk diwaktu akad nikah, khitanan dan khatam qur’an. Sama seperti jumlah anak tangga di pelaminan, maka susunan kampek pada amben berjumlah ganjil. Selain itu, kampek ini disusun berbaris tiga ke samping, dengan pengertian yaitu induk, anak dan cucu. Kampek ini mempunyai berbagai bentuk yaitu: c. Segitiga, yang disebut pudak d. Segidelapan, yang disebut rago e. Segiempat, dan bentuk bundar, dll Jenis kampek ini masih diproduksi oleh penduduk Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Danau Teluk Kotamadya Jambi.

c. Ceper

Ceper adalah nampan yang berbentuk bulat dan pipih dengan diameter 53,5 cm yang terbuat dari kuningan. Ceper dipergunakan sebagai wadah yang biasanya dipergunakan pada acara antar belanjoantar serah, di Jambi, dan Batanghari. Maksud dari antar belanjoantar serah, Universitas Sumatera Utara 40 yaitu pemberian berupa barang-barang kelengkapan kamar dan keperluan dapur dari calon pengantin laki-laki untuk calon pengantin perempuan. Banyaknya jumlah antaran ini tergantung dari kesanggupan dari pihak laki-laki. Selain itu, wadah ini dipergunakan juga sebagai wadah nasi minyak masakan tradisional daerah Jambi, pada tradisi makan besamo bersama satu wadah. Dari satu wadah itu berisi makanan untuk tiga orang.

d. Kulauk

Kulauk berbentuk lingkaran yang berbahan emas, perak, dan beludru. Disamping kanan untaian jumbai ada 7 buah kunci yang terbuat dari emas atau perak, melambangkan wanita berambut panjang yang mencerminkan kehidupan akhirat. Kunci perlambang perekonomian dalam rumah tangga yang dikendalikan oleh wanita. Lingkaran bagian atas melambangkan para pemimpin masyarakat yang berjalan didahulukan selangkah, berbicara didahulukan sekata, dan lingkaran bawah melambangkan masyarakat umum atau anak kemenakan. Bulatan seperti uang coin 50 buah terbuat dari lempengan tembaga dilapisi emas urai, melambangkan 20 sifat Allah SWT, 20 lawan sifat Allah, 4 sifat Nabi Muhammad SAW, 4 lawan sifat Nabi Muhammad SAW, 2 kejadian saling berpasangan atau berlawanan. Dipakai sebagai perhiasan kepala penganten wanita di Kabupaten Kerinci.

e. Kepala Pending Bahan Kuningan

Berbentuk motif kelopak daun, dan pada bagian tengahnya terdapat garis pembatas. Pada setiap garis pembatas mempunyai beragam motif. Motif-motifnya antara lain berupa garis geometris, bentuk pucuk daun pada bagian tengah bermotif pucuk daun, suluran serta kaligrafi dalam bentuk lingkaran persegi delapan. Teknik pembuatan motif ini adalah dengan cara menempa dan grafir. Kemungkinan abad 18-19 M. dipakai oleh kaum wanita dan kepala adat di Universitas Sumatera Utara 41 Kabupaten Bungo, Tebo, Sarolangun, Merangin dan Kerinci dalam upacara adat yang menunjukkan strata sosial di masyarakatnya.

4. Arkeologika

Koleksi arkeologika adalah koleksi yang merupakan hasil budaya masa lampau yang menjadi obyek penelitian arkeologi. Benda-benda tersebut merupakan hasil tinggalan budaya sejak masa prasejarah sampai masuknya budaya barat. Beberapa koleksi arkeologika yang ada dimuseum adalah sebagai berikut:

a. Gong Cina

Gong ini ditemukan di reruntuhan candi kembar batu di Muara Jambi, dan merupakan pemberian dari penguasa Cina kepada Penguasa Melayu. Gong ini terbuat dari perunggu, pada bagian pinggir gong terdapat aksara Cina dengan terjemahan persembahan kepada penguasa di Jambi dari pejabat tinggi di Tiongkok dari masa Dinasti Sung. Kondisi koleksi terlihat baik. Diperkirakan dibuat pada tahun 1231 berdasarkan tulisan yang terdapat pada bagian pinggiran dari gong tersebut. Gong ini diperkirakan digunakan sebagai tanda pada saat jaga atau penyemangat perang bagi prajurit. b. Arca DipalaksmiArca Dewi Arca ini yang terbuat dari bahan perunggu, berwujud wanita dengan tinggi 32 cm dan lebar 11,5 cm, ditemukan di Koto Kandis Muara Sabak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi pada tahun 1981 ditepian Sungai Batanghari. Dinamakan Dipalaksmi, karena memegang lampu dipa dan pada bagian pangkal terdapat ayam jago. Dipalaksmi adalah salah satu pantheon 20 20 Pantheon berasal dari bahasa Latin pantheios yang artinya merujuk pada kuil untuk semua dewa. Akan tetapi pantheon dapat diartikan sebagai keseluruhan dewa-dewi itu sendiri yang banyak dipuja oleh masyarakat. Keseluruhan dewa-dewi yang dipuja oleh masyarakat ini dalam prakteknya tidak dipuja secara bersama-sama sekaligus melainkan masing-masing dewa-dewi dipuja sendiri sesuai dengan peran dan kesempatan yang berbeda. dalam kebudayaan Hindu. Gambar arca ini menggunakan sanggul yang Universitas Sumatera Utara 42 menjorok kebelakang. Lipatan-lipatan kain terlihat mulai dari bagian paha hingga lutut, memakai hiasan seperti kelat bahu, kalung, dan anting. Dipa adalah atribut dari Dewi Laksmi. Diperkirakan dibuat pada abad 12-13 M. Arca serupa juga terdapat di Museum Price of Wales di Bombai. Fungsi arca ini pada masa lalu sebagai dewi penunjuk jalan, dan biasanya diletakkan pada haluan bagian depan kapal.

c. Arca Budha

Arca kecil yang terbuat dari bahan perunggu lapis emas ditemukan disitus Rantau Limau manis, Kecamatan Tabir Kabupaten Sarolangun. Ketika ditemukan oleh masyarakat pada tahun 1975, dalam posisi duduk bersemedi, dan posisi tangan bhumi Sparta mudra Bumi sebagai saksi. Posisi arca ini menggambarkan pada saat sang Budha memberikan pengajaran pertamanya kepada pengikutnya. Arca menggunakan jubah tipis yang diselempangkan dari bahu kiri hingga menutupi kaki arca. Rambut disanggul bertingkat dua menyerupai rumah siput, di dahi terdapat tonjolan. Dibagian lipatan antara tangan kiri dan dada terdapat korosi kerusakan logam, tapi secara umum kondisi arca baik. Arca ini diperkirakan dibuat sekitar abad 8-9 M dan diperkirakan digunakan sebagai alat meditasi dalam acara sembayang umat Budha.

d. Arca Padmapani

Arca ini terbuat dari bahan perunggu yang ditemukan di Rantau Limau Manis, Kecamatan Tabir Kabupaten Sarolangun, pada tahun 1975. Arca dalam posisi berdiri memakai jata makuta seperti mahkota, pada dahi terdapat tonjolan yang diperkirakan urna tonjolan pada dahi, rambut terjuntai hingga bagian bahu, memakai kain mulai batas pusar hingga betis yang diberi lipatan. Bagian bawah menggunakan kalung yang dilintangkan dari bagian bahu kiri hingga batas pinggang, memakai hiasan sabuk dengan juntaian yang pendek. Posisi arca berdiri pada padma ganda, dan padma sudah terlihat keropos karena terkena korosi. Tangan kiri Universitas Sumatera Utara 43 diperkirakan memegang tangkai padma, sedangkan tangan kanan diperkirakan dalam bentuk abhaya mudra jangan takut. Arca ini diperkirakan dibuat sekitar abad 8-9 M. Secara keseluruhan kondisi arca dalam keadaan baik. Arca ini digunakan sebagai alat untuk bermeditasi dalam acara sembahayang umat Budha.

e. Arca Avolokitesvara

Arca yang dibuat dari bahan perunggu ditemukan di Sungai Rambut, Kecamatan Nipah Panjang Tanjung Jabung Timur, pada saat menjala ikan di Sungai Berbak. Posisi arca Abhanga yaitu dibagian belakang terdapat prabavali berupa lingkaran lidah api, arca bertangan empat. Keadaan tangan keropos akibat korosi, tangan bagian kiri belakang diperkirakan sedang memegang tangkai padma. Memakai jubah mulai bagian bawah pusar hingga mata kaki, berdiri pada padma ganda bundar dan diberi lapik bujur sangkar di bawa padma. Hiasan yang masih terlihat pada arca ini adalah bentuk rambut yang disanggul, sedangkan pada dahi terdapat tonjolan berupa urna mata ketiga. Gaya arca ini sudah mendapat pengaruh Hellinesme yaitu kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia Kecil, Syiria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua berupa lingkaran api pada bagian belakang arca. Arca ini diperkirakan dibuat pada sekitar abad 8 atau 9 M dan digunakan sebagai alat meditasi dalam persembahayangan umat Budha.

f. GentaLonceng Upacara

Genta ini digunakan oleh pendeta umat Budha dalam melaksanakan persembahayangan. Pegangan genta bermotif binatang mitologi manusia garuda yang sedang mengepakkan sayapnya. Bagian bawah yang cembung dihias dengan teknik cetak berupa flora dan fauna yang sebagian besar sudah aus. Di bagian rongga terdapat anak bandul dan jika digoyangkan akan Universitas Sumatera Utara 44 menghasilkan bunyi genta. Berdasarkan teknik dan motif pada genta ini diperkirakan dibuat pada sekitar abad 19-20 M. Genta ini dipergunakan oleh umat Budha beraliran vajrasana. 5. Heraldika Koleksi heraldika adalah koleksi yang menampilkan berbagai lambang, tanda jasa, ataupun stempel suatu kerajaan. Beberapa koleksi heraldika yang ada dimuseum adalah sebagai berikut:

a. Stempel

Stempel ini terbuat dari bahan kuningan dan kayu berbentuk bundar. Di bagian pinggir terdapat hiasan dengan motif geometris berupa garis, sedangkan dalam lingkaran dalam terdapat tulisan Arab yang sudah kurang jelas terbaca karena banyaknya goresan benda tajam. Huruf pada stempel ini dibuat dengan teknik gores sehingga huruf-huruf pada stempel ini di bawah bidang datar stempel. Stempel ini diperkirakan tidak memakai tinta sebagai media stempel tetapi memakai lilin. Bagian tangkai terbuat dari kayu yang dimasukkan ke dalam gagang kuningan, dan kayu dibentuk menyerupai bidak catur. Pengaruh Islam pada masa itu sangat terlihat dalam kehidupan pemerintahan Kesultanan Jambi, diperkirakan stempel ini sebagai tanda kekuasaan seseorang pembesar Jambi. Stempel ini diperkirakan berasal dari sekitar abad 18-19 M.

b. Stempel Wirokusumo

Stempel ini terbuat dari bahan kuningan dan kayu berbentuk bundar dengan pinggiran polos. Pada bagian dalam stempel terdapat tulisan huruf arab dan pada bagian bawah terdapat motif bunga sebagai batas huruf dan yang memiliki stempel tersebut adalah “Wiro Kusumo” 21 21 Wiro Kusumo adalah seorang Sultan terakhir beliau memiliki nama lahir Sayyid ‘Idrus Bin Hasan Al Jufri. Menikah dengan salah satu putri Sultan Nazaruddin membawa Pangeran Wirokusumo kepada kekuasaan yang luar biasa. Pada tahun 1875 Sultan Nazaruddin dan Pangeran Ratu putra mahkotaperdana menteri meninggalkan kekuasaannya kepada pejabat tinggi pemerintahan pangeran wirokusumo untuk mengatur dan mengurus semua urusan kerajaan. Beliau mengatur pendapatan monopoli garam, mengatur pendapatan monopoli candu, memiliki kekuasaan dataran rendah yang luas di sebelah timur provinsi jambi, mendirikan Masjid Jami Al Ikhsaniyah. . Universitas Sumatera Utara 45 Bagian dalam stempel terdapat motif mahkota lambang Kerajaan Belanda dan terdapat tulisan pada bagian pita dibawah kaki lambang tersebut kurang terbaca. Huruf dan motif pada stempel ini dibuat dengan teknik cukil sehingga huruf terlihat menojol dari bidang stempel. Stempel ini menggunakan media tinta ketika akan dipergunakan, dan diperkirakan dibuat sekitar abad 19-20 M. Pemilik stempel ini adalah Wiro Kusumo 22

6. Filologika

. Dan dipergunakan sebagai tanda syah dalam perdagangan dengan Kolonial Belanda. Koleksi filologika adalah benda koleksi yang menjadi obyek penelitian filologi, berupa naskah kuno yang ditulis tangan yang menguraikan sesuatu hal atau peristiwa. Koleksi filologika yang ada di museum adalah Naskah Incung yaitu:

a. Naskah Incung

Naskah Incung bahan tanduk abad 16-18 ini mempunyai delapan baris, keadaan naskah masih sangat baik walaupun ada bagian yang rusak. Pada bagian ujung tanduk tidak terlalu lancip karena diberikan lubang dan menggunakan ukiran yang sederhana dengan pola melingkar. Teknik penulisan menggunakan benda tajam yang terbuat dari besi dan tulisan digoreskan tidak terlalu dalam pada bagian luar tanduk. Naskah ini menggunakan aksara incung dan berbahasa Melayu Kerinci, naskah incung merupakan turunan dari tulisan palawa 23 Naskah incung lainnya terbuat dari bahan bambu. Naskah yang diperkirakan dibuat pada sekitar abad 16-18 ini ditulis pada sepotong bambu yang dibuat dengan teknik gores. Pada . Tanduk ini berwarna coklat mengkilap. Secara ringkas isi naskah terkait tentang ketaatan masyarakat terhadap pemimpinnya, naskah ini diperkirakan dibuat sekitar abad 16-18 M. . 23 Tulisan Pallawa atau biasa disebut Aksara Pallawa adalah sebuah aksara yang berasal dari India bagian selatan. Aksara ini sangat penting untuk sejarah di Indonesia karena aksara ini merupakan aksara dari aksara-aksara Nusantara yang diturunkan. Nama aksara ini berasal dari dinasti Pallava yang pernah berkuasa di selatan India antara abad ke-4 sampai abad ke-9 Masehi. Universitas Sumatera Utara 46 bagian kedua ujungnya terdapat gambar dengan motif geometris. Warna koleksi coklat kusam, pada bagian atas sompel dan terkerat gigitan tikus. Naskah ditulis dengan menggunakan benda tajam yang terbuat dari besi, dan goresan huruf tidak terlalu dalam. Aksara yang digunakan adalah aksara incung dengan bahasa Kerinci dan terdiri dari 36 baris. Pada beberapa bagian terdapat kekeliruan penulisan dengan cara goresan digores hingga tidak nampak. Isi naskah tentang syair mantera tentang pelipur lara bagi perempuan. Naskah incung bahan bambu selanjutnya memiliki panjang 60 cm dengan diameter 2,2 cm, yang terdiri dari lima bagian. Bagian pertama dengan panjang 7,4 cm bermotif, bagian kedua dengan panjang 19,1 cm ada dua bagian naskah incung, bagian pertama terdiri dari 7 baris dan bagian kedua terdiri dari 6 baris. Bagian ketiga atau tengahnya panjang 3,5 cm dan terdapat motif hiasannya. Bagian ke empat panjangnya 21,6 dan terdapat tulisan incung, sedangkan bagian kelima panjang 8,9 cm bermotif dengan lubang ditengah. Setiap pembatas antara bagian terdapat motif hiasan melingkar geometris serta suluran kondisi. Koleksi naskah ini agak kurang baik karena faktor usia hingga sedikit keropos dan pecah pada bagian ruas bambunya. Namun secara umum tulisan masih bisa dilihat. Koleksi ini diperkirakan dibuat sekitar abad 16- 18 M. Naskah incung bahan bambu berikutnya ditulis pada seruang batang bambu dengan ukuran 10 cm dan mempunyai diameter 6 cm. Kondisi naskah secara umum cukup baik, hanya pada beberapa bagian sudah cukup rapuh karena faktor usia. Tulisan ini dibuat dengan cara gores menggunakan benda tajam. Tulisan terdapat pada bagian tengah ruas bambu, di bagian pinggirannya terdapat hiasan geometris, suluran serta tumpal yang melingkar dikedua ujungnya. Universitas Sumatera Utara 47 Tulisan yang terdapat pada ruas bambu ini sebanyak 54 baris. Ditulis dengan aksara incung 24

7. Historika

. Berisikan tentang syair pelipur lara, naskah ini diperkirakan dibuat sekitar abad 16-18 M. Naskah incung bahan bambu berikutnya merupakan naskah ditulis pada seruas bambu, kondisinya secara umum sudah aus dikarenakan faktor usia. Bagian tengah pada bambu sudah retak, tapi sebagian tulisan pada ruas bamboo ini masih ada yang bisa dibaca. Naskah ditulis dengan cara digores pada permukaan bambu dengan menggunakan benda tajam. Aksara yang digunakan adalah aksara incung dengan bahasa Kerinci melayu. Hiasan pada naskah ini yaitu terdapat pada kedua ujung bambu serta pada bagian tengah bambu sebagai batas naskah. Hiasan berupa motif geometris, suluran yang mengelilingi ruas bambu tersebut. Naskah ini diperkirakan dibuat sekitar abad 16-18 M, berisikan tentang syair mantera, pelipur rindu terhadap kampung halaman. Naskah incung bahan bambu selanjutnya adalah naskah yang ditulis pada seruas bambu dengan panjang 71 cm diameter bambu 3,5 cm. Naskah ini ditulis pada seruas bambu dengan teknik gores menggunakan benda tajam. Pada salah satu bagian ruas terdapat lubang untuk memasukkan biji-bijian. Motif pada naskah ini berupa pola gambar melingkar dengan motif geometris dan suluran pada bagian tengah ruas tulisan, sedangkan pada bagian tengah terdapat hiasan geometris, suluran serta tumpal. Gambar yang terdapat pada ruas potongan adalah gambar geometris, suluran dan tumpal yang melingkar. Pada bagian awal tulisan terdapat aksara Arab. Diperkirakan tulisan incung ini sudah mendapat pengaruh Islam, sedangkan secara umum berdasarkan tulisan naskah ini berupa syair mantera. Dengan adanya pengaruh Islam maka dapat diperkirakan naskah ini dibuat pada abad 17-18 M. 24 Aksara incung adalah tulisan khas kerinci yang ada sejak ratusan tahun silam. Tulisan ini bahkan telah dikenal sebelum datangnya tulisan Arab. Sumber lain menyebutkan bahwa tulisan incung telah dipergunakan secara luas pada abad ke-4 Masehi. Universitas Sumatera Utara 48 Koleksi historika adalah benda koleksi yang mempunyai nilai sejarah dan menjadi obyek penelitian sejarah. Benda-benda ini pernah digunakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan suatu peristiwa sejarah yang berkaitan dengan suatu organisasi masyarakat misalnya kerajaan, negara, kelompok, tokoh dan sebagainya. Beberapa koleksi Historika yang ada di museum adalah sebagai berikut:

a. Sundang

Sundang adalah sebilah senjata genggam sejenis pedang yang berasal dari Sarolangun Bangko dengan panjang 69,5 cm, dengan bentuk mata yang lebar ke ujung, tapi ujungnya runcing merencong. Matanya terbuat dari besi, yang dibuat dengan cara menempa. Bagian hulu gagang sundang ini terbuat dari kayu, bagian belakangnya berbentuk sayap yang dihiasi dengan ukiran bermotif sulur daun flora. Pada bagian pegangan terdapat cekungan melingkar sebanyak empat buah, yang berfungsi untuk menguatkan pegangan pada waktu menggunakannya. Dahulu sundang ini dipergunakan oleh hulubalang raja sebagai senjata kerajaan, disamping sebagai pelengkap pakaian pasirah kepala kelompok masyarakat yang disebut marga pada upacara adat di wilayah Kabupaten Sarolangun Bangko.

b. Tombak

Tombak yang berasal dari Sarolangun Bangko ini keseluruhannya berbentuk lurus memanjang dengan panjang 269,5 cm. Matanya seperti mata anak panah, yang terbuat dari logam besi. Pada tangkai mata tombak berbentuk kerucut berlobang yang berguna untuk memasang gagangnya. Universitas Sumatera Utara 49 Gagang ini terbuat dari kayu keras pilihan berbentuk lurus meruncing. Benda ini sejenis senjata tusuk yang lazim dipergunakan orang-orang pada zaman dahulu sebagai senjata untuk membela diri

c. Keris

Keris yang merupakan senjata tusuk ini berasal dari Muara Siau daerah Sarolangun Bangko dengan panjangnya 38 cm, bagian hulu 8,5 cm dan bagian bilah 27,2 cm. Bagian hulunya terbuat dari bahan kayu kemuning berukir dengan motif kaligrafi-Arab. Antara hulu keris dengan bilahnya terbuat dari kuningan dengan hiasan ukir yang berbentuk flora, yang berfungsi sebagai salah satu hiasan pada hulunya. Bilahnya berbentuk lurus yang meruncing. Diseluruh bagian bawah pada salah satu sudut dari pangkal bilah keris bergerigi, dan keris ini tidak memiliki sarung. Keris merupakan salah satu pelengkap pakaian adat Daerah Jambi, yang dipergunakan pada pinggang pengantin laki-laki. Selain itu juga menjadi lambang Tingkat 1 Provinsi Jambi, yang mempunyai makna sebagai kepahlawanan rakyat Jambi dalam menentang penjajahan dan kezaliman.

8. Numismatika

Koleksi numismatika adalah benda koleksi yang berwujud mata uang atau suatu alat tukar yang sah. Beberapa koleksi numismatika yang ada dalam museum yaitu:

a. Coupon Penukaran

Alat tukar sejenis uang kertas ini berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 14,4 cm dan lebar 7,5 cm berwarna putih, kuning, dan merah tua. coupon penukaran ini ditemukan didaerah Bungo Tebo. Pada sisi muka tertera tulisan “coupon penukaran”, Residen NRI Jambi, dan tanda tangan serta nomor kode MZNAA 40502 yang distempel biru. Pemerintahan Negara Universitas Sumatera Utara 50 Republik Indonesia Daerah Jambi menjamin coupon penukaran ini dengan mata uang Republik Indonesia seharga dua setengah rupiah, Tulisan-tulisan ini dikelilingi oleh sulur daun dan bunga. Dikiri dan kanan bawah tertulis 2 ½. Pada sisi belakang tertulis ketetapan Residen Jambi tanggal 20 Mei 1948, no. 214, yang dikelilingi dengan sulur daun dan bunga, dan dibagian sebelah kiri bawah terdapat tulisan 2 ½ yang sama dengan sisi mukanya. Coupon penukaran ini di tanda-tangani oleh Residen NRI Jambi R. Inu Kartapati, yaitu Residen Jambi dari tahun 1946 sampai dengan 1949.

b. Uang Logam Tahun 1899

Uang logam coin merupakan alat tukar menukar yang terbuat dari perak. Uang logam yang dibuat tahun 1899 oleh pemerintah kerajaan inggris dengan diameter 16 mm dengan tebal 1 mm dan mempunyai berat 1,3 gram. Uang ini mempunyai nilai satuan 5 lima cent, dan nilai nominalnya adalah cent. Pada sisi mukanya terdapat gambar Ratu Victoria sebatas bahu, yang menghadap ke kiri. Di sekelilingnya terdapat tulisan “victoria queen”. Di sisi belakangnya terdapat angka lima, dan tulisan “straits statlements”, yang ditulis secara melingkar. Diseluruh sisi bagian sampingnya terdapat garis-garis lurus. Selain uang logam coin di atas terdapat uang logam lainnya yang terbuat dari perak sebagai alat tukar-menukar dengan nilai satuan 110 gulden. Uang ini dibuat pada tahun 1918, oleh Pemerintah Nederland Indie. Pada sisi muka uang ini terdapat tulisan Nederland Indie, tahun pembuatan, nilai satuan dan lambang negara Nederland, yaitu Mahkota, sedangkan sisi sampingnya bergerigi. Tulisan Arab Melayu sepersepuluh mengisi bagian sisi belakang secara melingkar. Universitas Sumatera Utara 51 Uang Logam selanjutnya dibuat pada tahun 1920 oleh pemerintah Nederland Indie. Uang ini juga terbuat dari perak dengan diameter 15 mm tebal 0,8 mm dan berat 1,1 gram.. Mempunyai nilai satuan 110 gulden, dengan nilai nominalnya ialah gulden. Bentuk sisi sampingnya bergerigi sedang sisi belakangnya bertuliskan Arab Melayu sepersepuluh dan di kelilingi dengan tulisan Jawa kuno. Bentuk sisi mukanya terdapat tulisan Nederland Indie, 110 gulden dengan tahun pembuatan 1920 dan terdapat gambar mahkota yang merupakan lambang negara. Uang logam selanjutnya berangka tahun 1928, dan dikeluarkan oleh pemerintah Nederland Indie. Uang yang terbuat dari perak ini mempunyai nilai satuan 110 gulden, dan nilai nominalnya adalah gulden. Bentuk uang ini bulat, dengan seluruh sisi sampingnya bergerigi. Bagian belakang terdapat tulisan Arab Melayu sepersepuluh yang dilingkari dengan tulisan Jawa kuno. Bagian sisi mukanya terdapat mahkota yang merupakan lambang negara, tahun pembuatan, nilai satuan dan tulisan Nederland Indie Uang logam selanjutnya berdiameter 15 mm dan tebal 0,8 mm dan mempunyai 1,1 gram. Uang ini mempunyai nilai satuan 110 gulden, dan nilai nominalnya adalah gulden. Uang logam ini dibuat oleh Pemerintah Nederland Indie pada tahun 1930 Bentuk uang ini bulat, dan bergerigi diseluruh lingkarannya. Bagian belakang terdapat tulisan Arab Melayu sepersepuluh yang dilingkari dengan tulisan Jawa Kuno. Bagian sisi muka terdapat gambar mahkota yang merupakan lambang negara, tahun pembuatan, nilai satuan dan tulisan Nederland Indie. Universitas Sumatera Utara 52 Uang Logam perak berikutnya yang dibuat tahun 1937 oleh pemerintah Nederland Indie berdiameter 15 mm, tebal 0,9 mm dan mempunyai berat 1,1 gram. Mempunyai nilai satuan 110 gulden, dan nilai nominalnya gulden. Bentuk dan sisi sampingnya bergerigi. Sisi belakangnya bertuliskan Arab Melayu sepersepuluh, dan dikelilingi dengan tulisan Jawa kuno. Bentuk sisi mukanya terdapat tulisan Nederland Indie, nilai satuan, tahun pembuatan, dan gambar mahkota yang merupakan lambang negara. Uang Logam perak selanjutnya dibuat tahun 1939 dengan ukuran diameter 19 mm, tebal 1,2 mm dan memiliki berat 3,15 gram. Uang ini mempunyai nilai satuan 110 gulden, dan nilai nominalnya adalah gulden. Uang ini dibuat pada masa Pemerintahan Nedeland Indie. Sisi mukanya terdapat tulisan Nederland Indie, angka tahun, nilai nominal uang yaitu 110 gulden, dan lambang negara yang berbentuk mahkota. Sisi belakangnya terdapat tulisan Arab Melayu sepersepuluh yang dikelilingi dengan tulisan Jawa kuno. Sisi sampingnya bergerigi diseluruh lingkarannya. Uang Logam perak berikutnya dibuat tahun 1941 oleh pemerintah Nederland Indie dengan ukuran diameter 15 mm, tebal 0,9 mm dan mempunyai berat 1,1 gram. Uang koleksi ini mempunyai nilai satuan 110 gulden, dan nilai nominalnya adalah gulden. Pada bagian sisi mukanya, terdapat tulisan Nederland Indie, tahun pembuatan, nilai satuan dan lambang negara yaitu mahkota. Bagian sisi sampingnya bergerigi diseluruh lingkarannya. Bagian belakang dari benda ini, terdapat tulisan Arab Melayu sepersepuluh, dikelilingi dengan tulisan Jawa kuno.

9. Keramalogika

Universitas Sumatera Utara 53 Koleksi keramalogika adalah benda koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat yang dibakar yang kemudian dijadikan sebagai barang pecah belah. Beberapa koleksi keramalogika yang ada dalam museum yaitu;

a. Kecubau

Koleksi ini berbentuk wadah bulat dengan bibir yang lebar dan berlekuk-lekuk bergelombang dengan ukuran tinggi benda 12 cm. Pada bagian badannya terdapat hiasan kacang belit yang melingkar, dan wadah ini berdiri di atas lingkaran kaki yang rata. Benda ini terbuat dari campuran tanah liat dengan pasir halus yang diolah melalui proses tertentu sert dibakar pada suhu yang rendah. Selanjutnya dimasukkan ke dalam tumpukan sekam, sehingga permukaannya berwarna hitam. Agar permukaannya mengkilat, benda ini digosokkan dengan bunga cempako. Wadah ini berasal dari daerah Bunga Tanjung, Kecamatan Sitinjau Laut- Kerinci, dan menurut keterangan penduduk setempat merupakan tempat membuang sampah sisa makan sirih.

b. Selabu Kawo

Koleksi ini yang berbentuk seperti layaknya buah labu berasal dari Kerinci dan masyarakat Kerinci menyebutnya dengan nama selabu kawo. Koleksi ini terbuat dari campuran tanah liat dengan pasir halus, yang diproses dan dibakar pada suhu tertentu. Setelah proses pembuatan, selabu kawo dimasukkan dalam tumpukkan sekam agar permukaannya berwarna hitam. Permukaan yang sudah hitam tadi digosok dengan bungo cempako agar mengkilap. Selabu kawo ini merupakan wadah air yang dipergunakan untuk membawa air minum ke sawah. Biasanya dipakai juga untuk mengambil air dari sumbernya.

c. Cerano

Universitas Sumatera Utara 54 Benda koleksi ini terbuat dari tanah liat bercampur pasir halus yang diolah melalui proses tertentu dan dibakar pada suhu tertentu pula. Setelah pembakaran, kemudian dimasukkan ke dalam tumpukan sekam, sehingga permukaan benda tersebut berwarna hitam. Untuk mengkilapkan permukaannya dipergunakan bunga cempako. Cerano ini berasal dari daerah Bungo Tanjung, Kerinci, dan merupakan salah satu alat perlengkapan upacara religi yang berfungsi sebagai tempat meletakkan lauk pauk dan nasi sebagai persembahan kepada roh-roh nenek moyang pada waktu panen padi tiba.

d. Kendai

Benda ini terbuat dari tanah liat yang bercampur dengan pasir, diolah melalui proses dan dibakar pada suhu tertentu. Setelah melalui proses itu, benda ini kemudian dimasukkan ke dalam tumpukkan sekam, dan selanjutnya dikilatkan dengan menggunakan bunga cempako. Benda ini berukuran tinggi 18,5 cm dengan diameter 16 cm. Tangkai benda ini melengkung serta menyatu dengan corong dan tempat masuknya air. Bentuk wadahnya bulat yang berdiri diatas lingkaran kaki yang rata. Dibagian tengah badan wadah terdapat tonjolan yang melingkar dan, oleh penduduk setempat disebut lingkaran kacang belit, yang berfungsi sebagai penghias benda tersebut. Di bawahnya terdapat pula hiasan goresan yang bermotif geometris tumpal secara melingkar pula. Benda ini oleh penduduk Kerinci disebut kendai, yang merupakan wadah air minum. Kendai ini digunakan pada hari-hari biasa, dan pada upacara kenduri.

e. Guci

Koleksi ini adalah sejenis wadah, terbuat dari tanah liat yang dicampur dengan pasir halus dengan melalui beberapa tahap dan dibakar dengan suhu yang rendah tanpa diglasir dihaluskan. Guci ini memiliki tinggi 28,5 cm dengan diameter 36,5 cm. Koleksi ini berbibir Universitas Sumatera Utara 55 tinggi dan lebar, berdiri di atas lingkaran kaki. Di tengah badan wadah terdapat lekukan menonjol secara melingkar, sebagai penghias dindingnya. Warna badan benda ini hitam sebagai hasil dari pembakaran. Jenis wadah ini termasuk dari bagian perlatan rumah-tangga yang dipergunakan sebagai alat untuk menanak nasi.

f. Cembung Nasi

Koleksi ini memiliki tinggi 12,2 cm dengan diameter 45,5 cm, berbentuk bulat dan pipih. Bibir lingkarannya sedikit lebar dengan warna hitam hasil dari pembakaran. Benda ini merupakan wadah, dibuat dari campuran tanah liat dengan pasir halus, yang dibakar dengan suhu yang rendah, tanpa diglasir. Wadah ini merupakan bahagian dari peralatan rumah tangga yang dipergunakan untuk menempatkan atau menyimpan nasi.

g. Cerano Nek

Benda yang oleh penduduk Kerinci disebut cerano nek cerano kecil mempunyai tinggi 8 cm dengan diameter 14 cm. Bentuk bibir wadah ini lebar dan bergelombang yang berdiri di atas lingkaran kaki. Benda ini dipergunakan pada waktu upacara keagamaan benda religi, yang berfungsi sebagai tempat membakar kemenyan di waktu upacara panen padi, sebagai persembahan syukur kepada kekuasaan Yang Maha Kuasa. Cerano Nek ini terbuat dari tanah liat bercampur dengan pasir halus, yang diolah melalui proses tertentu dan dibakar dengan suhu tertentu pula. Setelah itu, dimasukkan ke dalam tumpukkan sekam sampai berwarna hitam diseluruh permukaannya. Sebagai alat untuk mengkilatkan, digunakan bunga cempako.

10. Seni Rupa

Universitas Sumatera Utara 56 Koleksi seni rupa adalah benda koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik manusia melalui obyek-obyek dua atau tiga dimensi. Beberapa koleksi seni rupa yang ada dalam museum adalah:

a. Ukiran Kayu Tawing

Tawing adalah nama yang diberikan oleh penduduk Jambi untuk ukiran ini, ukiran yang terbuat dari kayu keras pilihan memiliki panjang 83 cm mempunyai lebar 25,8 cm. Ukiran berbentuk terawang tembus, dengan ragam hiasnya bermotifkan relung kangkung. Motif ragam hias ukiran ini, merupakan motif ragam hias Jambi lama. Tawing ini dipergunakan untuk memperindah Rumah Adat Jambi, menghiasi bagian atas pintu rumah adat Jambi yang sekaligus berfungsi sebagai bagian ventilasi lubang angin

b. Ukiran Kayu Tawing Amben

Seperti halnya Tawing, Tawing Amben terbuat dari kayu keras, persegi panjang dengan ukuran panjang 206,5 cm dan lebar 28 cm. Salah satu sisinya dibentuk lekukan panjang tapi tidak sampai kesudut. Tawing amben ini juga untuk memperindah bahagian dari rumah adat Jambi, yaitu bagian atas amben, tepatnya dibawah mahkuto amben. Ukirannya berbentuk ukiran terawang dengan ragam hiasnya bermotifkan relung kangkung dan termasuk ke dalam motif ragam hias Jambi Lama.

11. Teknologika

Koleksi teknologika adalah koleksi setiap benda atau kumpulan benda yang menggambarkan perkembangan teknologi yang menonjol berupa peralatan atau hasil produksi massal oleh suatu industrypabrik. Beberapa koleksi teknologika yang ada di museum adalah sebagai berikut:

a. Piun Ijuk

Universitas Sumatera Utara 57 Piun ijuk merupakan alat produksi untuk memintal tali yang terbuat dari ijuk dengan panjang 27 cm yang berasal dari Perentak, Sarolangun Bangko. Alat ini terbuat dari dua bilah kayu yang menyilang seperti salib. Puncaknya runcing, dan bagian ujung sayap melengkung ke bawah. Kemudian bagian kakinya dimasukkan kedalam sepotong bambu kecil yang dihiasi dengan jalinan rotan, yang dapat bergerakberputar. Pekerjaan pemintalan tali ijuk dengan piun ini dilakukan dengan mengaitkan ijuk pada pusat persilangan tadi, kemudian diputar, hingga ijuk tersebut terpelintir menjadi tali.

b. Alat Pembersih Kapas

Koleksi ini terbuat dari kayu, dan termasuk dalam bagian dari peralatan untuk pembersih kapas dengan tinggi 41 cm, panjang 52 cm, dan lebar 17 cm. Benda yang berasal dari Kerinci terdiri dari beberapa komponen yang dapat dipisah-pisahkan. Komponen A, merupakan balok kayu dengan permukaan yang datar, tetapi dua pertiga bagian permukaan tersebut lebih rendah dari yang lainnya. Pada bagian yang tinggi, terdapat dua buah lobang untuk memasang kaki-kaki dari komponen yang lainnya. Dua buah kayu yang merupakan penyangga untuk komponen yang lainnya, dan kaki ini ditancapkan pada lobang yang telah tersedia pada komponen A. Masing-masing kaki ini mempunyai lobang dibagian tengahnya sebagai tempat memasukkan komponen berikutnya sebagian lobang ditembuskan dan sebagian lagi tidak. Bagian ujung kaki bermotif flora berfungsi sebagai penyekat kedua buah kakinya, dengan maksud agar posisinya lebih kuat dan cara memasangnya adalah kedua ujung kaki yang agak meruncing dipasangkan kepada kayu penyekat itu. Ini merupakan bentuk dari komponen B. Adapun bentuk komponen C, merupakan sepotong kayu yang dimasukkan melalui lobang pada kaki penyangga dan berfungsi sebagai penahan agar komponen D dan E yang berfungsi sebagai pemutar tidak terlepas. Universitas Sumatera Utara 58 Bentuk komponen D dan E bulat panjang, berfungsi sebagai pemutar, dan pada ujungnya dibuat seperti ulir semacam roda bergerigi, tapi komponen D lebih panjang dari pada komponen E. Pada pangkal komponen D, terdapat segi empat yang menonjol keluar, dan terdapat lubang pasak kecil sebagai tempat untuk memasang tangkai pemutarnya. Fungsi roda gerigi tadi adalah apabila komponen D diputar, maka komponen E akan ikut berputar dengan arah berlawanan. Komponen F merupakan sepotong papan berbentuk empat persegi panjang, yang dimasukkan melalui lubang yang ada pada kaki penyangga, dan penempatannya pada bagian kaki penyangga yang berlubang, tetapi tidak ditembuskan.

c. Alat Pemintal Benang

Koleksi yang berasal dari Kerinci terbuat dari rotan dan bambu, dengan panjang 43 cm dan lebar 40 cm, berbentuk seperti angka sepuluh romawi X, dan terdiri dari beberapa komponen. Komponen A dan B, terbuat dari rotan yang masing-masingnya memiliki dua buah lubang, sebagai tempat untuk menghubungkannya dengan komponen lain. Komponen C, terbuat dari dua belahan bambu yang disilangkan sehingga menyerupai tanda kali. Pada bagian tengahnya diberi pasak yang juga terbuat dari bambu. Keempat ujungnya berbentuk agak meruncing dan masing-masing ujung bambu itu dimasukkan kedalam lubang yang telah tersedia pada rotan itu komponen A dan B. Apabila seluruh komponen terpasang maka koleksi ini akan berbentuk angka sepuluh romawi X.

d. Alat Pembuat Benang

Koleksi ini terbuat dari kayu, bambu, rotan anyaman tikar dan kawat, yang terdiri dari beberapa bagian yang dapat dipisah-pisahkan, dan dihiasi dengan ukiran-ukiran yang umumnya bermotif flora. Bagian A berbentuk balok yang terbuat dari kayu, dihiasi dengan ukiran yang bermotif flora. Pada permukaan bagian atas terdapat 2 lubang untuk meletakkan bagian yang Universitas Sumatera Utara 59 lain. Bagian B juga terbuat dari kayu, dihiasi dengan ukiran yang bermotifkan flora. Pada bagian ini terdapat delapan buah lubang sebagai tempat untuk meletakkan as roda pemintal. Bentuk permukaan bagiaan atas agak membulat. Komponen C terbuat dari kayu, yang juga dihiasi dengan ukiran bermotifkan flora. Bentuknya agak mirip dengan komponen B, hanya ukurannya lebih kecil. Terdapat delapan buah lubang sebagai hiasan dan tiga buah lainnya mungkin berfungsi untuk meletakkan komponen lain. Roda pemintal yang berbentuk bulat, mempunyai delapan buah jari-jari yang terbuat dari kayu, dihiasi dengan ukiran terawang bermotifkan flora. Di bagian tengah terdapat lubang “as” yang terbuat dari bambu, sedangkan dua buah lingkaran roda pemintal terbuat dari rotan. Pada permukaan anyaman rotan itu dilapisi dengan anyaman tikar yang terbuat dari pandan. Dua buah jari-jarinya sudah pecahpatah. Komponen D dan E, berbentuk cincin bertangkai, yang terbuat dari rotan dan dibalut dengan kain. Komponen F, terbuat dari kawat besi yang runcing, dan ditengahnya terdapat kayu lunak yang berbentuk bulat yang tertancap pada batang kawat tersebut. Universitas Sumatera Utara 60

BAB 1V PERANAN MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI